Globalisasi dan Otonomi Daerah

II. LANDASAN TEORI

1. Globalisasi dan Otonomi Daerah

Perdagangan bebas free trade, globalisasi dan otonomi daerah mempunyai arti berbeda-beda. Pengertian perdagangan bebas sering dicampuradukkan dengan pengertian globalisasi. Perdagangan bebas dapat diartikan sama dengan liberalisasi perdagangan dan free market. Hal ini disebabkan liberalisasi perdagangan dan free market merupakan suatu tindakan menghilangkan berbagai bentuk hambatan atau perlindungan terhadap sektor perdagangan atau pasar dalam arti umum. Pengertian globalisasi juga sering dicampuradukkan dengan pengertian internasionalisasi dan multinasionalisasi. Globalisasi lebih diartikan secara umum sebagai dunia tanpa batas borderless. Globalisasi merupakan sebuah proses keterlibatan dan ketergantungan yang intensif antara negara-negara dan masyarakatnya dalam berbagai kegiatan kehidupan tanpa batas, namun dengan adanya globalisasi tidak berarti bahwa setiap negara atau masyarakatnya menjadi satu dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Berbeda dengan internasionalisasi, internasionalisasi diartikan sebagai aliran bahan baku, barang dan jasa, uang, gagasan, tenaga kerja dan arus modal antara dua negara atau lebih. Sedangkan multinasionalisasi merupakan proses pemindahan dan relokasi sumberdaya ekonomi, khususnya modal dan tenaga kerja dari suatu negara ke negara lain. Contoh bentuk multinasionalisasi adalah pembangunan pabrik atau perusahaan suatu negara di negara lainnya dalam upaya memperluas pasar maupun relokasi industri dari suatu negara ke negara lain, seperti Coca Cola, Sony, Samsung dan lain-lain. Pemahaman terhadap definisi tersebut, maka hal positif yang dapat diperoleh dari adanya pasar bebas, globalisasi, internasionalisasi dan multinasionalisasi antara lain semakin terpenuhinya kebutuhan masyarakat terhadap barang dan jasa yang diperlukan dengan harga bersaing, kurangnya intervensi pemerintah dalam mengatur kegiatan ekonomi dan meningkatnya peran pasar dalam kegiatan ekonomi. Dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah Kini Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah mengenai pengertian desentralisasi sebagai penyerahan wewenang pemerintah oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan otonomi daerah diartikan sebagai hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan, peradilan, moneter dan fiscal serta agama. Hal posistif dari adanya otonomi daerah dan desentralisasi antara lain semakin terbukanya kewenangan daerah untuk mengembangkan dan membangun ekonomi daerahnya bagi kesejahteraan rakyatnya. Juga semakin tingginya beban daerah dalam memenuhi kebutuhan pengembangan kegiatan usaha yang lebih kompetitif dan dinamis sesuai dengan permintaan pasar. Pergeseran kewenangan dan penyelenggaraan berbagai tugas pemerintahan menempatkan Pemerintah Daerah Pemda Kota dan Kabupaten yang merupakan ujung tombak implementasi otonomi pada posisi yang sulit. Selain keterbatasan kemampuan keuangan dan sumber daya manusia SDM, pemerintah daerah juga dihadapkan pada lingkungan usaha yang semakin dinamis sebagai akibat gelombang era perdagangan bebas. Arus perdagangan bebas ini hampir tidak terbendung, menjalar ke berbagai pelosok daerah melalui wahana travel, transportasi dan telekomunikasi yang semakin murah dan nyaman bagi penggunanya. Proses perdagangan tersebut telah membuka peluang dan kesempatan bagi para pelaku ekonomi untuk mengembangkan usahanya, baik yang telah berjalan selama ini maupun jenis usaha baru. Akibatnya pemerintah daerah dihadapkan pada tuntutan dunia usaha agar memberikan respon kebijakan secara memadai terhadap perdagangan yang semakin terbuka dan dilakukannya pergeseran pendekatan dalam pembangunan perekonomian daerah dari plan economy ke market economy. Implikasi otonomi daerah dan perdagangan bebas akan memberikan dampak positif bagi pembangunan nasional dan daerah, terutama melalui terbukanya perdagangan dan investasi di daerah. Terbukanya perdagangan dan investasi ini selanjutnya dapat meningkatkan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah, sehingga upaya pembangunan ekonomi nasional dan daerah dapat lebih dipercepat lagi. Sebaliknya adanya pasar bebas dapat juga menimbulkan pengaruh negatif bagi perekonomian nasional dan daerah, seperti menurunnya produksi barang dan jasa dalam negeri, penguasaan sektor-sektor ekonomi nasional dan daerah oleh negara-negara luar. Namun pengaruh negatif dari pasar bebas ini hanya dapat terjadi jika tidak dapat secara efektif dan efisien menyikapi peluang yang tercipta dari adanya perdagangan bebas. Menyikapi kondisi yang berubah saat ini baik karena adanya desakan globalisasi maupun desakan otonomi daerah, maka pengembangan iklim usaha yang kondusif merupakan persyaratan mutlak dalam pengembangan UKM di masa datang. Guna mencapai iklim usaha yang kondusif, maka diperlukan penciptaan lingkungan kebijakan yang kondusif bagi UKM. Kebijakan kondusif dimaksud dapat diartikan sebagai lingkungan kebijakan yang transparan dan tidak membebani UKM secara finansial berlebihan. Ini berarti berbagai campur tangan pemerintah yang berlebihan, baik tingkat pusat maupun daerah harus dihapuskan, khususnya penghapusan berbagai peraturan dan persyaratan administrasi yang rumit dan menghambat kegiatan UKM Firdausy, 2003. . 2. Pembangunan Ekonomi Lokal Pembangunan adalah suatu proses dinamis untuk mencapai kesejahteraan masyarakat pada tingkat yang lebih tinggi dan serba sejahtera. Terdapat pemahaman dan perhatian yang makin besar di antara para penentu kebijakan pembangunan nasional dan pembangunan daerah, yaitu berusaha untuk melanjutkan strategi ekonomi nasional guna membangkitkan perekonomian lokal. Peningkatan pembangunan diupayakan agar dapat dirasakan oleh masyarakat luas nasional maupun oleh masyarakat dalam lingkup yang lebih kecil atau terbatas lokal. Kepentingan ekonomi nasional dan motivasi perusahaan besar seringkali tidak berkesesuaian, bahkan berbeda secara nyata dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat lokal, para pekerja lokal yang tidak memiliki keterampilan atau golongan masyarakat yang termasuk dalam kelompok berpendapatan rendah dan perusahaan kecil tersebar di seluruh daerah yang modalnya, keterampilannya, kemampuan manajemennya dan pemasarannya masih lemah. Dalam sistem ekonomi pasar, pemanfaatan sumber daya - sumber daya pembangunan diarahkan untuk mencapai keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif sebagai upaya untuk mendorong berkembangnya perusahaan yang ada sekarang dan perusahaan baru serta mempertahankan basis ekonominya yang dimiliki oleh wilayah bersangkutan. Dalam pembangunan ekonomi lokal masyarakat harus memanfaatkan sumber daya alam, SDM, sumber daya modal, sumber daya sosial, sumber daya institusional kelembagaan dan sumber daya fisik yang dimiliki untuk menciptakan suatu sistem perekonomian mandiri dalam arti berkecukupan dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi lokal tidak hanya merupakan retorika baru, tetapi mencerminkan suatu pergeseran fundamental peranan pelaku-pelaku pembangunan, demikian pula sebagai aktivitas yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi masyarakat. Secara esensial peranan pemerintah lokal dan kelompok berbasis masyarakat dalam mengelola sumber daya berupaya untuk mengembangkan usaha kemitraan baru dengan pihak swasta atau dengan pihak lainnya untuk menciptakan pekerjaan baru dan mendorong berkembangnya berbagai kegiatan ekonomi dalam suatu daerah wilayah ekonomi. Ciri atau sifat utama suatu pembangunan yang berorientasi atau berbasis ekonomi lokal dengan menekankan pada kebijaksanaan pembangunan pribumi yang memanfaatkan potensi SDM lokal, sumber daya institusional lokal dan sumber daya fisik lokal. Orientasi ini menekankan pada pemberian prakarsa lokal dalam proses pembangunan untuk menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong peningkatan kegiatan ekonomi secara luas. Pembangunan ekonomi lokal berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan dalam kapasitas perusahaan untuk menghasilkan produk yang lebih baik, identifikasi pasar baru dan transformasi pengetahuan. Pemerintah lokal dengan partisipasi masyarakat dan menggunakan sumberdaya kelembagaan berbasis masyarakat yang ada dan berpotensi ekonomi diperlukan untuk memanfaatkan potensi sumberdaya-sumberdaya yang dimiliki untuk merancang dan melaksanakan pembangunan ekonomi lokal. Pemerintah lokal dan organisasi kemasyarakatan menyadari bahwa semua kegiatan sektor publik mempunyai suatu pengaruh terhadap keputusan-keputusan sektor swasta. Keputusan swasta dan kegiatan ekonomi publik adalah erat terkait satu sama lain dan mempengaruhi peluang untuk menciptakan lapangan kerja. Organisasi berbasis masyarakat perlu menyusun prespektif baru yang bermanfaat untuk mendorong prakarsa pembangunan terencana dan terkoordinasi. Dalam masyarakat, baik yang besar maupun kecil perlu memahami bahwa pemerintah lokal, lembaga kemasyarakatan dan sektor swasta merupakan mitra utama dalam proses pembangunan ekonomi Adisasmita., 2005.

3. Rasionalisasi Dana Bergulir