2. Alat Antropometri Sebagai Prediktor Hipertensi
Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa kelebihan berat badan tingkat berat atau obesitas dapat menyebabkan kenaikan
tekanan darah. Obesitas dapat diukur dengan beberapa alat antropometri. Alat ukur yang sering digunakan adalah Indeks Massa
Tubuh IMT yang dapat melihat tingkat kelebihan lemak tubuh melalui kalkulasi tinggi badan dan berat badan WHO, 2000.
Indikator ini dapat menyatakan status gizi kurang, normal, lebih dan obesitas.
Selain IMT, indikator yang sering digunakan adalah Lingkar Pinggang LP. Indikator ini dapat menyatakan status obesitas sentral
yang dikatakan lebih signifikan dalam memprediksi hipertensi dan risiko kardiovaskular lainnya Luo, dkk., 2014. Obesitas sentral
merupakan penyebaran lemak perut yang terdiri dari timbunan lemak
antara ginjal dan hati yang berada pada rongga perut Watson, 2014.
Lingkar pinggang diukur menggunakan bantuan pita ukur yang dinyatakan dalam sentimeter. Peletakan pita ukur adalah dititik tengah
antara jarak dari tulang rusuk terakhir dengan puncak ujung atas tulang panggul. Kemudian lingkarkan pita ukur mengelilingi titik
tersebut. Jika pita ukur m enunjukkan angka ≥90 cm untuk laki-laki
dan ≥80 cm untuk perempuan maka ia berstatus obesitas sentral.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa alat antropometri lain juga memiliki hubungan serta nilai performa optimalnya dalam
memprediksi tekanan darah yang dinyatakan dengan nilai AUC dimana dengan nilai AUC 70-80 maka alat tersebut mempunyai
performa yang baik sebagai prediktor suau kondisi. Beberapa alat antropometri yang digunakan untuk skrining hipertensi atau kenaikan
tekanan darah yang dijelaskan pada tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2 Antropometri yang disarankan Sebagai Prediktor Kenaikan
Tekanan Darah
Peneliti Negara
Antropo metri
yang diteliti
Nilai AUC Kesimpulan
Lk Pr
Wen-Cheng Li, dkk.
2013 Taiwan
IMT LP
RLPTB 59,3
70,4 73,5
79,7 82,7
83,5 Indikator RLPTB dinilai
paling optimal dalam memprediksi hipertensi.
RLPTB baik untuk diaplikasikan pada jenis
kelamin laki-laki dengan nilai AUC diatas 80.
Sedangkan untuk perempuan, indikator ini
berada dalam tingkat sedang untuk diaplikasikan
sebagai prediktor hipertensi dengan nilai AUC 70.
Chih Chiang
Lam, dkk. 2015
Singapu Ra
IMT LP
RPP RLPTB
BAI 86,2
85,4 83,4
85,4 84,6
Menurut nilai AUC dengan tidak membedakan jenis
kelamin, indikator IMT mempunyai nilai paling
optimal dalam memprediksi hipertensi. Namun demikian,
perbedaan angka dari kelima indikator tidak selisih jauh.
Peneliti Negara
Antropo metri
yang diteliti
Nilai AUC Kesimpulan
lk pr
Mira, Meilani.
2012 Indonesi
a IMT
LP RLPTB
63,7 62,7
63,1 64,9
64 64,6
IMT, LP, RLPTB dinilai mempunyai kekuatan uji
yang tidak berbeda jauh, namun peneliti menyarankan
untuk menggunakan LP sebagai alat skrining
hipertensi karena lebih murah dan mudah
penggunaannya.
Sakurai, Masaru,
dkk. 2006 Jepang
IMT LP
RPP RLPTB
58,5 60,2
58,8 60,6
63,2 59,7
55,5 61,4
Menurut nilai AUC, peneliti menyarankan menggunakan
IMT pada perempuan dan LP pada laki-lai sebagai
prediktor hipertensi.
Menurut nilai AUC yang ditampilkan pada tabel 2.2 performa alat antropometri sebagai prediktor hipertensi dapat dinilai
baik dengan perbedaan angka yang tidak jauh signifikan. Sehingga Meilani 2012 menyarankan indikator lingkar pinggang karena
indikator ini mudah digunakan, hasil yang diperoleh mudah diinterpretasi, serta menggunakan alat ukur yang ekonomis.
Selain itu secara risiko, indikator lingkar pinggang mempunyai pengaruh risiko lebih tinggi dibandingkan indikator IMT, RPP,
RLPTB dan BAI dengan nilai OR sebesar 2,31. Dapat diartikan bahwa seseorang yang dinyatakan obesitas menurut indikator lingkar
pinggang mempunyai risiko 2 kali lipat terkena hipertensi Lam, 2015.
C. Faktor Risiko Lain