Distribusi kejadian kanker dan status merokok di Indonesia (analisis data Riskesdas tahun 2013

(1)

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, September 2015

Denok Ariska Lestari NIP. 1111101000008


(3)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT EPIDEMIOLOGI

Skripsi, September 2015

Denok Ariska Lestari: 1111101000008

Distribusi kejadian kanker dan status merokok di Indonesia (analisis data Riskesdas tahun 2013)

(XII+ 46 halaman + 6 tabel + 3 bagan + 41 lampiran)

ABSTRAK

Kanker merupakan penyakit tidak menular yang menjadi penyebab kematian kedua. Sekitar 20% kasus kematian pada kanker dapat dihubungkan dengan merokok. Penggunaan rokok di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara merokok dengan kanker di Indonesia dengan menggunakan data Riskesdas tahun 2013 dengan sampel sebanyak 834.971 orang. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sebagian besar proporsi individu yang mengalami kanker serviks, kanker payudara, kanker prostat, kanker kolon, kanker paru&bronkus, kanker nasofaring adalah individu yang merokok. Kementrian kesehatan sebaiknya mengimplementasikan peraturan mengenai penggunaan tembakau dan kawasan tanpa rokok di Indonesia. Sementara bagi Balitbangkes, diharapkan penggunaan pertanyaan dalam variabel menjadi lebih luas. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan desain cohort.

Kata Kunci: Kanker, Merokok, jenis kelamin Daftar Bacaan: 31 (1997-2015)


(4)

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH MAJOR

EPIDEMIOLOGY

Undergraduate Thesis, September 2015 Denok Ariska Lestari: 1111101000008

Cancer distribution and smoke in Indonesia ( 2013 Riskesdas Data Analysis) (XII+ 46 pages + 6 table + 3 chart + 41 appendixs)

ABSTRACT

Cancer is a non-communicable disease which becomes the second cause of death. Around 20% deaths of cancer associated with smoking behavior. Meanwhile, smoking behavior in Indonesia has increased every year. This cross-sectional study aims to describe association between smoking behavior and cancer in Indonesia by analyzing samples of 834971 individuals from 2013 Riskesdas. The results of this study show that a large proportion of individuals with cervical cancer, breast cancer, prostate cancer, colon cancer, lung and bronchus cancer, nasopharynx cancer are individuals who a smoke. Ministry of Health should implement regulations regarding the use of tobacco and non-smoking area in Indonesia. For Balitbangkes, the use of questions in order to more widely variable. For further research is expected to use a cohort design.

Keywords: cancer, smoking, sex Refrence: 31 (1997-2015)


(5)

(6)

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA LENGKAP : Denok Ariska Lestari TEMPAT TANGGAL LAHIR :Indramayu, 14 April 1994

JENIS KELAMIN : Perempuan

ALAMAT : Ds. Anjatan Utara Kec. Anjatan Kab.

Indramayu

NOMOR TELEPON : 081298107191

E-MAIL : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

2011-2015 : Peminatan Epidemiologi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

2008-2011 : MAN Buntet Pesantren Cirebon

2005-2008 : SMPN 1 Anjatan


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT. atas rahmat dan karuniaNya sehingga proses penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Distribusi Kejadian Kanker dan Status Merokok di Indonesia (Analisis data Riskesdas 2013) ditujukan untuk menjelaskan bagaimana hubungan merokok dengan kejadian kanker secara ilmiah, sehingga diharapkan dapat menjadi evidence base dalam pembuatan kebijakan atau program terkait rokok yang diharapkan dapat menanggulangi masalah kanker di Indonesia.

Pembuatan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan serta doa yang tiada henti kepada penulis

2. Bapak Dr. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ibu Fajar Ariyanti, S.KM, M.Kes selaku kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Ibu Hoirun Nisa, Ph.D dan Bapak dr. H.M. Yuli Prapancha Satar, MARS selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak masukan 5. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan serta doa yang

tiada henti kepada penulis

6. Laboratorium data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menganalisis data Riskesdas tahun 2013

7. Safira Anindita, Putri Anggraeni, Alfica Agus, Anjar Nofiani, Desy Pusparini, Kemal Al Fajar, teman-teman Epidemiologi 2011 dan Kesmas 2011 yang selalu memberikan doa dan semangat

8. Sahabat tercinta Deti, Runingga, Anggita, Halimah, Sevi, Fera, Ainil, Mega, Elin, Yuni, Ratna yang menjadi penghibur disaat jenuh

9. Serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tak bisa disebutkan satu per satu.


(9)

Skripsi ini masih memiliki kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun kepada penulis. Sehingga dapat mengurangi keterbatasan dan kekurangan dalam penelitian penulis.

Jakarta, September 2015


(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...v

LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI ... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ...x

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

1. Tujuan Umum...6

2. Tujuan Khusus ...6

D. Pertanyaan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ...7

1. Manfaat bagi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia ...7

2. Manfaat bagi Balitbangkes ...7

3. Manfaat bagi Penelitian Lain ...7

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...8

A. Kanker ... 1. Definisi Kanker ... 8

2. Patofisiologi... 9

3. Faktor Risiko Kanker ...11

B. Rokok ...15

1. Definisi Rokok ...15

2. Zat Berbahaya dalam Rokok ...15

3. Tipe Perokok ... 17


(11)

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ...19

A. Kerangka Konsep ... 19

B. Definisi Operasional ... 20

BAB IV METODE PENELITIAN ...22

A. Desain Penelitian...22

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 22

C. Populasi dan Sampel Penelitian ...22

D. Metode Pengumpulan Data ... 25 E. Instrumen Pengumpulan Data ... 26 F. Manajemen Pengumpulan Data ... 26

1. Cross Check ... 26

2. Cleaning Data ... 26

3. Coding Data ... 26

G. Analisa Data ... 28

BAB V HASIL ...29

A. Frekuensi Kanker berdasarkan Merokok di Indonesia ... 29

B. Frekuensi Jenis Kanker ... 30

C. Frekuensi Kanker berdasarkan Status Merokok ... 30

D. Frekuensi Kanker berdasarkan Karakteristik Individu ...32

BAB VI PEMBAHASAN...34

A. Keterbatasan Penelitian ... 34 B. Frekuensi Kanker berdasarkan Merokok di Indonesia ...35

C. Frekuensi Jenis Kanker ... 35

D. Frekuensi Kanker berdasarkan Status Merokok ... 36

E. Frekuensi Kanker berdasarkan Karakteristik Individu ... 37

BAB VII PENUTUP...42

A. Simpulan ... 42 B. Saran...42

DAFTAR PUSTAKA ...44


(12)

Daftar Tabel

2.1 Senyawa Gas dalam Asap Rokok ...16

4.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Variabel ...24

4.1 Pengkodean Data...27

5.1 Frekuensi Kanker Berdasarkan Status Merokok dan Durasi Merokok...29 5.2 Frekuensi Jenis Kanker ...30

5.3 Frekuensi Kanker Berdasarkan Status Merokok ...30

5.3 Frekuensi Kanker Berdasarkan Karakteristik Individu ...32

Daftar Bagan

2.1 Kerangka Teori ...18 3.1 Kerangka Konsep ...19 4.1 Alur Pemilihan Sampel ...24


(13)

1

A. Latar Belakang Masalah

Kanker merupakan penyebab kematian global terbesar kedua setelah penyakit kardiovaskular (Kemenkes, 2012). Menurut laporan World Health Organization (WHO), 5 jenis kanker yang paling banyak terjadi di dunia baik pada laki-laki maupun perempuan adalah kanker paru (13,0%), kanker payudara (11,9%), kanker kolorektal (9,7%), kanker prostat (7,8%) dan kanker perut (6,8%). Mortalitas tertinggi pada kanker paru, kanker payudara, kanker hati, kanker perut dan kanker kolorektal. Semantara insidens kanker tertinggi di Asia adalah kanker paru (15,5%), kanker payudara (9,6%), kanker perut (10,3%), kanker kolorektal (9,0%) dan kanker hati (8,8%) (WHO, 2012).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi kanker di Indonesia tergolong cukup tinggi. Prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk (Kemenkes, 2013). Lima besar jenis kanker yang ada di Indonesia adalah kanker payudara, kanker paru, kanker kolorektal, kanker serviks uteri dan kanker hati dengan masing-masing insidens sebesar 16,4%, 11,6%, 9,3%, 7,0% dan 6,0% (WHO, 2012).

Faktor risiko kanker disebakan oleh indeks massa tubuh, konsumsi sayur dan buah yang rendah, aktivitas fisik yang kurang, penggunaan tembakau dan konsumsi minuman beralkohol (WHO, 2015). Sementara, sebesar 20% kasus


(14)

kematian pada pasien kanker dihubungkan dengan penggunaan tembakau (WHO, 2015).

Penelitian yang dilakukan Hosseini dkk, didapatkan OR untuk orang yang merokok sebesar 4,7 kali lebih berisiko terkena kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak merokok (Hosseini, 2014). Menurut penelitian Chao dkk risiko kematian karena kanker kolon pada perokok lebih berisiko 1,32 kali dibandingkan dengan bukan perokok (Chao, 2000). Penelitian Natphopsuk menyebutkan bahwa perokok memiliki risiko 3,36 kali terkena kanker serviks dibandingkan dengan orang yang bukan perokok (Natphopsuk, 2012).

Perokok memiliki hazard risk sebesar 1,27 untuk terkena kanker kolorektal dibandingkan dengan orang yang tidak pernah merokok (Hannan, 2009). Menurut penelitian Gaudet dkk, perempuan perokok memiliki hazard risk sebesar 1,24 kali untuk terkena kanker payudara dibandingkan dengan perempuan yang tidak pernah merokok, sedangkan mantan perokok memiliki hazard risk sebesar 1,13 kali untuk terkena kanker payudara (Gaudet, 2013).

Berdasarkan penelitian Gao, perokok dan mantan perokok berisiko 3,55 kali terkena kanker payudara dibandingkan dengan yang tidak pernah merokok (Gao, 2013). Hasil penelitian Nainggolan menunjukan bahwa risiko mantan perokok adalah 2,33 kali untuk terkena kanker saluran cerna dibandingkan dengan orang yang tidak merokok (Nainggolan, 2009).

Penelitan yang dilakukan oleh Chao, risiko kanker kolon pada yang merokok sebesar 1,44 kali dan yang pernah merokok 1,21 kali dibandingkan


(15)

dengan yang tidak pernah merokok pada jenis kelamin laki-laki. Pada jenis kelamin perempuan, risiko yang merokok 1,42 kali dan yang pernah merokok 1,15 kali untuk terkena kanker kolon dibandingkan dengan yang tidak merokok (Chao, 2000). Penelitian Hannan menyebutkan bahwa orang yang pernah merokok memiliki risiko sebesar 1,34 kali untuk terkena kanker kolon dibandingkan dengan yang tidak merokok, sedangkan orang yang merokok berisiko 1,27 kali terkena kanker kolon dibandingkan dengan orang yang tidak merokok (Hannan, 2009).

Perokok yang menghabiskan 20-29 batang rokok per hari memiliki risiko sebesar 1,31 kali terkena kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak pernah merokok (Gaudet, 2013). Perokok berat (25 batang rokok per hari) dan orang-orang yang merokok lebih dari 40 tahun memiliki risiko sebesar 1,81 mengalami kematian akibat kanker prostat (Rohrmann, 2012). Perokok yang merokok selama 1-40 tahun memiliki risiko 1,26 kali terkena kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak pernah merokok (Hosseini, 2014).

Perokok selama 40-49 tahun memiliki risiko sebesar 1,21 kali terkena kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak pernah merokok. Perokok yang merokok selama 50-73 tahun memiliki risiko 1,29 kali terkena kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak pernah merokok (Gaudet, 2013). Sementara pada jenis kelamin perempuan yang lebih dari 20 tahun dan merokok, berisiko 3,75 kali terkena kanker serviks dibandingkan denga perempuan yang tidak pernah merokok (Natphopsuk, 2012).


(16)

Penelitian pada pria yang melakukan aktivitas fisik dapat memproteksi 0,59 kali terhadap kejadian kanker prostat dibandingkan dengan pria yang tidak melakukan aktivitas fisik (Wilson, 2012). Orang yang melakukan aktivitas fisik cukup dapat memproteksi kanker sebesar 0,83 kali dibandingkan dengan orang yang kurang melakukan aktivitas fisik (Oemiati, 2011).

Proporsi penduduk Indonesia yang berumur lebih dari 15 tahun yang merokok dan mengunyah tembakau terjadi peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2007 (34,2%), tahun 2010 (34,7%) dan tahun 2013 (36,3%) (Kemenkes, 2013). Selain itu, sekitar 6 juta orang pertahun meninggal karena penggunaan tembakau, 5 juta orang diantaranya adalah perokok dan mantan perokok, serta 600.000 orang bukan perokok yang terpapar asap rokok. Hal ini tentu akan menjadi masalah yang berkepanjangan apabila tidak dilakukan tindakan pengendalian. Angka kematian akibat merokok diperkirakan akan meningkat cepat menjadi lebih dari 8 juta orang pada tahun 2030 (Kemenkes, 2012).

Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi perokok 16 kali lebih tinggi pada laki-laki (65,9%) dibandingkan perempuan (4,2%). Jumlah batang rokok yang dihisap per hari per orang di Indonesia adalah 12,3 batang (setara satu bungkus) (Kemenkes, 2013). Di Indonesia, 85% rumah tangga terpapar asap rokok, estimasinya adalah delapan perokok meninggal karena perokok aktif, satu perokok pasif meninggal karena terpapar asap rokok orang lain. Berdasarkan perhitungan rasio ini, maka sedikitnya 25.000 kematian di Indonesia terjadi akibat terpapar asap rokok orang lain (Kemenkes, 2012).


(17)

Merokok merupakan salah satu faktor penting yang dapat memicu terjadinya kanker (WHO, 2015). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terkait hubungan kanker dengan merokok di Indonesia, hal tersebut karena konsumsi tembakau pada penduduk Indonesia cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya. Selain itu, belum ada analisis data riskesdas tahun 2013 terkait distribusi kejadian kanker dan status merokok di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai distribusi kejadian kanker dan status merokok di Indonesia dengan menggunakan data Riskesdas tahun 2013.

B. Rumusan Masalah

Kanker merupakan penyakit tidak menular yang menjadi penyebab kematian kedua. Prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk. Sekitar 20% kasus kematian pada kanker dapat dihubungkan dengan merokok. Penggunaan rokok di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan. Terdapat 36,3% penduduk Indonesia yang berumur lebih dari 15 tahun sudah merokok pada tahun 2013. Berdasarkan masalah tersebut, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana distribusi kejadian kanker dan status merokok di Indonesia dengan menggunakan data Riskesdas tahun 2013.


(18)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi kejadian kanker dan status merokok di Indonesia.

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya frekuensi kanker berdasarkan merokok di Indonesia b. Diketahuinya frekuensi masing-masing jenis kanker di Indonesia

c. Diketahuinya frekuensi kanker berdasarkan status merokok di Indonesia

d. Diketahuinya frekuensi kanker berdasarkan karakteristik individu (usia, jenis kelamin, tempat tinggal, aktivitas fisik) di Indonesia

D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana frekuensi kanker menurut status merokok dan durasi merokok di Indonesia ?

2. Bagaimana frekuensi masing-masing jenis kanker di Indonesia ?

3. Bagaimana frekuensi kanker berdasarkan status merokok di Indonesia ? 4. Bagaimana frekuensi kanker berdasarkan karakteristik usia, jenis kelamin,


(19)

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi terkait program atau kebijakan tentang rokok dalam upaya penanggulangan masalah kanker di Indonesia

2. Bagi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Hasil penelitian diharapkan bisa menjadi refrensi dalam penelitian dan analisis lanjut Riset Kesehatan Dasar di Indonesia

3. Bagi Penelitian Lain

Sebagai dasar pengembangan peneliti selanjutnya untuk meneliti terkait hubungan merokok dengan kanker.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Peminatan Epidemiologi, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan menggunakan data Riskesdas Tahun 2013. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi kejadian kanker dan status merokok di Indonesia. Variabel independen dalam penelitian ini adalah status merokok, sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kanker. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional.


(20)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker

a. Definisi Kanker

Kanker merupakan suatu penyakit dimana sel-sel di dalam tubuh berkembang secara tidak terkendali, sehingga membentuk tumor yang dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya. Kanker paling sering didiagnosis pada saat usia pertengahan dan lebih tua, namun sel-sel kanker tersebut berkembang sejak awal, sehingga sangat penting untuk mendeteksi secara dini (WHO, 2015).

Semua kanker disebabkan oleh kelainan (mutasi) DNA dalam sel. Tubuh memiliki pertahanan terhadap beberapa mutasi, tapi agen luar seperti bahan kimia penyebab kanker dalam asap tembakau, radiasi dan beberapa infeksi dapat merusak pertahanan tersebut. Keadaan gizi internal tubuh dan hormon yang dihasilkan dalam tubuh juga dapat membuat kelainan genetik (WHO, 2015).

Berbagai jenis kanker yang dapat dipengaruhi oleh merokok adalah kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker kerongkongan, kanker rongga hidung, kanker perut, kanker hati, kanker ginjal, kanker saluran kencing, kanker leher rahim dan kanker tulang sumsum (Hecht, 2003).


(21)

b. Patofisiologi

Sel yang menyusun tubuh manusia, bila terpapar oleh suatu mutagen maka DNA dari sel tersebut akan mengalami mutasi. Pada kondisi ini, sel tersebut akan mengekspresikan protein abnormal. Adanya protein abnormal tersebut dapat bersifat sebagai sinyal sel, sehingga sel yang bersangkutan akan dieliminasi oleh sel imunokompeten (Sudiana, 2008).

DNA dalam sel dapat mengalami mutasi. Apabila DNA dalam sel tersebut mengalami mutasi, maka DNA dalam sel tersebut harus diperbaiki (repair). Apabila proses repair tersebut tidak berhasil, maka sel tersebut akan melakukan eksekusi diri hingga sel tersebut mengalami kematian (apoptosis). Apabila jalur ini mengalami kegagalan, maka DNA sel yang abnormal tersebut akan mengalami pertumbuhan membentuk klon sel baru (sel klonal yang memiliki gene defect) (Sudiana, 2008).

Kandungan nikotin menyebabkan kecanduan merokok dan berkaitan dengan paparan karsinogen. Karsinogen dalam rokok dapat menjadi aktifasi metabolik sebagai perantara untuk berinteraksi dengan DNA, membentuk produk kovalen. Detoksifikasi metabolisme karsinogen dilakukan untuk mengekskresi kandungan karsinogen dalam tubuh. Jika karsinogen telah mengaktifasi DNA dan bisa diperbaiki maka akan kembali ke keadaan normal. Tetapi jika tidak bisa diperbaiki, maka akan terjadi kesalahan coding, yang menyebabkan mutasi permanen dalam DNA. Sel


(22)

dengan DNA yang rusak atau bermutasi dapat dihilangkan dengan apoptosis. Jika mutasi terjadi pada daerah gen penting, seperti RAS atau onkogen MYC atau TP53 atau CDKN2A gen supresor tumor, maka sel tersebut dapat kehilangan kemampuan untuk mengontol perkembangan sel normal dan berkembang menjadi tumor (Hecht, 2012).

Nikotin dan karsinogen juga dapat mengikat langsung ke beberapa reseptor seluler, yang menyebabkan aktivasi dari serin treonin kinase Akt (juga dikenal sebagai protein kinase B), Protein Kinase A (PKA) dan faktor lainnya. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya kinerja apoptosis, meningkatkan angiogenesis dan peningkatan transformasi sel yang dapat mengakibatkan berkembangnya sel tumor. Produk tembakau juga mengandung promotor tumor dan co-karsinogen, yang bisa mengaktifkan Protein Kinase C (PKC), Aktivator Protein 1 (AP1) atau faktor-faktor lain, sehingga meningkatkan karsinogenesis yang mengakibatkan terbentuknya sel tumor (Hecht, 2012).

Setelah perokok menghisap rokok bertahun-tahun maka perokok akan menderita sakit. Semakin lama kebiasaan merokok, maka semakin besar juga kemungkinan terkena penyakit. Secara umum, penyaki seperti kanker, penyakit jantung dan penyakit lain yang disebabkan oleh rokok akan diderita setelah merokok selama 10-20 tahun (Aditama, 1997).


(23)

c. Faktor Risiko Kanker 1. Merokok

a. Status merokok

Penelitian yang dilakukan Hosseini dkk, didapatkan OR untuk orang yang merokok adalah sebesar 4,7 kali lebih berisiko terkena kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak merokok (Hosseini, 2014). Penelitian Soemadi menyebutkan bahwa merokok memiliki risiko 0,402 kali terkena kanker nasofaring dibandingkan dengan orang yang tidak merokok (Soemadi, 2010). Menurut penelitian Chao dkk risiko kematian karena kanker kolon pada perokok lebih berisiko 1,32 kali dibandingkan dengan bukan perokok (Chao, 2000).

Perokok memiliki hazard risk sebesar 1,27 untuk terkena kanker kolorektal dibandingkan dengan orang yang tidak pernah merokok (Hannan, 2009). Menurut penelitian Gaudet dkk, perempuan perokok memiliki hazard risk sebesar 1,24 kali untuk terkena kanker payudara dibandingkan dengan perempuan yang tidak pernah merokok, sedangkan mantan perokok memiliki hazard risk sebesar 1,13 kali untuk terkena kanker payudara (Gaudet, 2013).

Penelitian Gao, perokok dan mantan perokok berisiko 3,55 kali terkena kanker payudara dibandingkan dengan yang tidak pernah merokok (Gao, 2013). Hasil penelitian Nainggolan


(24)

menunjukan bahwa risiko mantan perokok adalah 2,33 kali untuk terkena kanker saluran cerna dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Sedangkan pada orang yang merokok tidak tidapatkan risiko untuk terkena kanker saluran cerna (Nainggolan, 2009).

Penelitan Chao, risiko kanker kolon pada yang merokok sebesar 1,44 kali dan yang pernah merokok 1,21 kali dibandingkan dengan yang tidak pernah merokok pada jenis kelamin laki-laki. Pada jenis kelamin perempuan, risiko yang merokok 1,42 kali dan yang pernah merokok 1,15 kali untuk terkena kanker kolon dibandingkan dengan yang tidak merokok (Chao, 2000). Penelitian Hannan menyebutkan bahwa orang yang pernah merokok memiliki risiko sebesar 1,34 kali untuk terkena kanker kolon dibandingkan dengan yang tidak merokok, sedangkan orang yang merokok berisiko 1,27 kali terkena kanker kolon dibandingkan dengan orang yang tidak merokok (Hannan, 2009).

Berdasarkan penelitian Nainggolan, proporsi kejadian kanker saluran cerna lebih besar besar pada perokok (18,5%) dibandingkan dengan yang pernah merokok (10,9%) (Nainggolan, 2009). Penelitian Gao, proporsi kanker payudara lebih besar lebih besar pada individu yang merokok (1,49%) disbanding dengan yang pernah merokok (0,90%) (Gao, 2013).


(25)

b. Jumlah rokok

Perokok yang menghabiskan 20-29 batang rokok per hari memiliki risiko sebesar 1,31 kali terkena kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak pernah merokok (Gaudet, 2013). Perokok berat (25 batang rokok per hari) dan orang-orang yang merokok lebih dari 40 tahun memiliki risiko sebesar 1,81 mengalami kematian akibat kanker prostat (Rohrmann, 2012). c. Durasi merokok

Perokok yang merokok selama 1-40 tahun memiliki risiko 1,26 kali terkena kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak pernah merokok. Perokok selama 40-49 tahun memiliki risiko sebesar 1,21 kali terkena kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak pernah merokok. Perokok yang merokok selama 50-73 tahun memiliki risiko 1,29 kali terkena kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak pernah merokok (Gaudet, 2013). Perempuan yang lebih dari 20 tahun merokok berisiko 3,75 kali terkena kanker serviks dibandingkan dengan perempuan yang tidak pernah merokok (Natphopsuk, 2012).

2. Usia

Proporsi kanker paru lebih besar pada kelompok usia 51-70 tahun (71,43%) (Roosihermiatie, 2012). Kasus kanker lebih berisiko 3,01 kali pada usia 25-34 tahun dibandingkan dengan usia 10-14 tahun pada


(26)

penduduk di Indonesia (Oemiati, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Indarti, usia rata-rata pada kasus kanker payudara pada penelitiannya adalah 46 tahun (Indarti, 2005). Berdasarkan penelitan Natphopsuk, proporsi penderita kanker serviks lebih besar pada kelompok yang ≥40 tahun (76,7%) dibandingkan dengan kelompok <40 tahun (Natphopsuk, 2012).

3. Jenis kelamin

Pada penelitian Hosseini, prevalensi laki-laki yang terkena kanker paru lebih banyak (73,6%) dibandingkan dengan dengan perempuan (26,4%) (Hosseini, 2014). Sedangkan penelitian Roosihermiatie (2012) menunjukan bahwa proporsi kanker paru terbesar juga pada jenis kelamin laki-laki (100%). Penelitian Nainggolan menunjukan bahwa proporsi terbesar kejadian kanker kolon pada jenis kelamin perempuan (69,4%) (Nainggolan, 2009).

4. Tempat Tinggal

Berdasarkan tempat tinggal, kanker di Indonesia lebih berisiko 1,93 kali di perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan (Oemiati, 2011).

5. Aktivitas fisik

Penelitian pada pria yang melakukan aktivitas fisik, dapat memproteksi sebesar 0,59 kali terhadap kejadian kanker prostat dibandingkan dengan pria yang tidak melakukan aktivitas fisik (Wilson, 2012). Orang yang melakukan aktivitas fisik cukup dapat memproteksi


(27)

kanker sebesar 0,83 kali dibandingkan dengan orang yang kurang melakukan aktivitas fisik (Oemiati, 2011).

B. Rokok

a. Definisi rokok

Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya. Rokok tersebut yang dimaksud berupa rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Kemenkes, 2012).

b. Zat Berbahaya dalam rokok

Sebatang rokok mengandung 4000 jenis senyawa kimia, dengan 3 komponen utama yaitu:

a) Nikotin adalah zat berbahaya yang menyebabkan kecanduan (adiktif) (Kemenkes, 2012). Nikotin merupakan psikotropika stimulan yang mendatangkan perasaan tenang, segar dan bugar. Perokok jadi berpikir jernih, hilang rasa lapar, hilang kantuk dan menjadi bersemangat untuk bekerja (Partodihajjo, 2010).

b) Tar adalah zat berbahaya yang menyebabkan Kanker (karsinogenik) (Kemenkes, 2012). Tar mengandung sekurang-kurangnya 43 bahan kimia yang dapat diketahui menjadi penyebab kanker (karsinogen). Bahan seperti benzopyrene yaitu sejenis Policycclic Aromatic


(28)

Hydrocarbon (PAH) telah lama disahkan sebagai agen pemicu proses kejadian kanker (Prasetya, 2005).

c) Karbon Monoksida (CO) adalah salah satu gas beracun yang menurunkan kandungan oksigen dalam darah.

Sebanyak 400 jenis diantaranya adalah termasuk zat berbahaya dan 43 jenis yang tergolong karsinogenik (zat penyebab kanker) (Kemenkes, 2012). Nikotin bekerja di Otak akan merangsang pelepasan zat dopamine yang memberi rasa nyaman yang menyebabkan rasa ketergantungan. Ketika seseorang tidak merokok maka terjadi gejala putus nikotin, seperti rasa tidak nyaman, sulit konsentrasi, mudah marah. Sehingga untuk mempertahankan rasa nyamannya, timbul dorongan untuk merokok kembali. Hal inilah yang disebut kecanduan/ketagihan (Kemenkes, 2012).

Tabel 2.1

Senyawa Gas dalam Asap Rokok

Senyawa Sifat Senyawa Kadar (mg)

Karbonmonoksida Beracun 17.000

Asetaldehida Sangat beracun 800

Nitrogen Oksida Beracun 315

Hidrogen Sianida Sangat beracun 110

Akrolein Sangat beracun 70

Amoniak Beracun 60

Formaldehid Sangat beracun dan pemicu kanker 30


(29)

Hidrazina Pemicu kanker 0.032

Uretan Pemicu kanker 0.030

Vinil Klorida Pemicu kanker 0.012

Berbagai senyawa nitro amina Pemicu kanker 0.011

Sumber: Cahyono, 2008

Kandungan racun dalam asap rokok dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga sulit untuk membunuh sel-sel kanker. Hal ini menyebabkan sel-sel kanker terus berkembang tanpa henti. Racun dalam asap rokok dapat merusak atau mengubah sel DNA. Sel DNA adalah sel "instruksi manual" yang mengontrol pertumbuhan dan fungsi sel normal. Apabila sel DNA rusak, sel dapat tumbuh di luar kendali dan mengakibatkan pertumbuhan sel Kanker (WHO, 2015).

c. Tipe Perokok

Perokok dapat dikategorikan menjadi tipe ringan, sedang dan berat. Jumlah batang rokok untuk kategori ringan adalah kurang dari 10 batang rokok yang dihisap/hari, untuk kategori sedang sebanyak 11-20 batang rokok/hari sedangkan untuk kategori berat adalah lebih dari 21 batang rokok/hari (Cahyono, 2008).

C. Kerangka Teori

Berikut ini kerangka teori berdasarkan hasil modifikasi variabel dari beberapa sumber:

Hecht, Stephen S (2012), Hosseini (2014), Oemiati (2011), Wilson (2012), Kemenkes (2012).


(30)

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Aktivasi metabolik miscoding

Detoksifikasi perbaikan

metabolik

Apoptosis

Ekskresi DNA normal

Rokok a. Nikotin b. Tar c. monoksida

Karsinogen Pertumbuhan

sel yang tidak normal

Mengaktifkan tumor supresor

Kanker

Tumor promotor

DNA Mutasi di RAS, TP53 dan sel penting lainnya

Meningkatkan kersinogen Pengikat reseptor seluler Aktivasi Akt, PKA

dan faktor lain

Apoptosis Angiogenesis Transformasi

Kurang aktivitas fisik

Usia

Jenis kelamin

Tempat tinggal Durasi merokok


(31)

19

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Merokok dipilih sebagai variabel independen karena merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kanker. Kandungan dalam rokok memiliki zat yang memicu tumbuhnya sel kanker. Selain itu, perilaku merokok pada masyarakat Indonesia sangat tinggi. Berikut ini adalah kerangka konsep penelitian yang akan dilakukan:

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Independen

Merokok

1. Status Merokok 2. Durasi Merokok

Dependen Kanker

1. Usia

2. Jenis kelamin 3. Tempat tinggal 4. Aktifitas fisik


(32)

B. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Kanker Semua responden yang sebelumnya pernah didiagnonis terkena kanker oleh dokter

Kuesioner 1. Tidak

2. Ya

Ordinal 2 Status

Merokok

Status merokok responden dalam 1 bulan terakhir

Kuesioner 1. Tidak pernah merokok

(tidak pernah merokok sama sekali)

2. Pernah Merokok (tidak merokok dalam 1 bulan terakhir namun

sebelumnya pernah merokok baik setiap hari maupun kadang-kadang) 3. Merokok (masih merokok

baik setiap hari maupun kadang-kadang)

Ordinal

3 Durasi merokok

Lama waktu kebiasaan merokok responden yang ditentukan berdasarkan umur responden saat merokok pertama kali hingga umur pada saat berhenti atau umur saat menjadi responden Riskesdas 2013 dalam satuan tahun

Kuesioner 1. <20 tahun

2. ≥20 tahun

Ordinal

4 Usia Usia reponden mulai dari lahir sampai ulang tahun terakhir

Kuesioner 1. 10-19 tahun

2. 20-29 tahun 3. 30-39 tahun 4. 40-49 tahun 5. 50-59 tahun 6. 60-69 tahun 7. 70-79 tahun 8. ≥80 tahun


(33)

5 Jenis Kelamin

Jenis kelamin dari responden Kuesioner 1. perempuan

2. laki-laki

Nominal

6 Tempat

tinggal

Klasifikasi tempat tinggal responden Kuesioner 1. Pedesaan

2. perkotaan

Nominal 7 Aktivitas

Fisik

Frekuensi aktivitas fisik individu dalam seminggu terakhir

Kuesioner dengan bantuan kartu peraga

1. Cukup, apabila MET ≥

600/minggu

2. Tidak cukup, apabila MET < 600/minggu


(34)

22

BAB IV METODE PENELITIAN

A. DesainPenelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian epidemiologi deskriptif dengan desain Cross Sectional. Cross Sectional dipilih karena pengukuran variabel dilakukan dalam waktu yang sama. Penelitian ini melakukan analisis data sekunder Riset Kesehatan Dasar tahun 2013.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan pada tahun 2013 di seluruh Indonesia. Data Riskesdas merupakan data nasional yang diambil pada Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 dengan jumlah Provinsi yang terpilih sebanyak 33 provinsi. Pemanfaatan data Riskesdas dianalisis pada bulan April hingga Mei 2015.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian Riskesdas 2013 adalah seluruh rumah tangga di 33 provinsi, 497 kabupaten/kota. Sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga dalam Riskesdas 2013 dirancang terpisah dengan daftar sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga Susenas 2013. Pemilihan sampel mempertimbangkan hal-hal berikut:

a. Blok sensus yang sudah tidak ditemukan/hilang karena bencana (banjir, longsor, gempa bumi), seperti di Mentawai dan beberapa Kabupaten di Kalimantan lainnya


(35)

b. Blok sensus yang merupakan daerah konflik dan sangat sulit untuk dijangkau seperti Papua

c. Bangunan sensus yang tidak ditemukan, karena berubah fungsi, bukan rumah tangga biasa.

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, secara nasional terdapat 11.986 blok sensus dengan response rate 99.9%. Sampel Rumah Tangga yang berhasil dikunjungi sebanyak 294.959 dengan response rate 98.3%. Sedangkan jumlah anggota rumah tangga yang didata sebanyak 1.027.763 individu dengan response rate sebesar 93.0% (Kemenkes, 2013).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh responden Riskesdas 2013. Kriteria inklusi pemilihan sampel adalah responden yang terpilih sebagai sampel Riskesdas tahun 2013 dan berusia lebih dari 10 tahun karena variabel merokok ditanyakan pada responden yang berusia lebih dari 10 tahun. Sedangkan kriteria eksklusi adalah responden yang menderita kanker selain kanker yang diteliti oleh peneliti (kanker leher rahim, kanker payudara, kanker prostat, kanker kolorektal, kanker paru dan bronkus dan kanker nasofaring). Pengeluaran responden yang mengalami kanker selain kanker yang diteliti untuk mengurangi risiko terjadinya bias.


(36)

Berikut ini adalah alur pemilihan sampel yang dilakukan:

Bagan 4.1 Alur Pemilihan Sampel

Jumlah sampel Riskesdas yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebanyak 834.971 responden. Sehingga sampel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah sebanyak 834.971 responden. Sampel yang tidak memiliki variabel yang lengkap akan tetap dilakukan dianalisis. Berikut ini distribusi sampel berdasarkan variabel:

Tabel 4.1

Distribusi Sampel Berdasarkan Variabel

No Variabel Total

sampel

Sampel yang dapat

dianalisis

Sampel yang tidak dapat

dianalisis

keterangan

1 Status Kanker pada responden

834.971 834.971 0 Semua dapat dianalisis

2 Status 834.971 834.971 0 Semua dapat dianalisis

Data Riskesdas tahun 2013

1.027.763 Responden

192.507 Responden

Responden Penelitian

834.971 Responden

Kriteria Inklusi (usia > 10 tahun)

835.256 Responden

Kriteria Eksklusi


(37)

Merokok 3 Durasi

merokok

260.021 (Perokok)

219.135 40.886 Responden tidak

mengisi pertanyaan

4 Usia 834.971 834.971 0 Semua dapat dianalisis

5 Jenis Kelamin

834.971 834.971 0 Semua dapat dianalisis

6 Tempat

Tinggal

834.971 834.971 0 Semua dapat dianalisis

7

Aktivitas Fisik

834.971 834.971 0 Semua dapat dianalisis

D. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder hasil Riskesdas tahun 2013 yang diperoleh dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Indonesia. Pengumpulan data dilakukan oleh enumerator yang telah telatih dengan menggunakan metode wawancara. Wawancara yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui informasi terkait kanker, merokok, usia, jenis kelamin, tempat tinggal dan aktivitas fisik.

Variabel kanker berdasarkan pengakuan responden yang pernah diagnosis kanker oleh dokter. Jenis kanker yang akan dianalisis adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kanker prostat, kanker kolorektal/ usus besar, kanker paru dan bronkus dan kanker nasofaring. Pada variabel merokok, peneliti ingin mengetahui status merokok responden 1 bulan terakhir dan durasi merokok Pertanyaan pada variabel aktivitas fisik menggunakan kartu peraga. Hal ini bertujuan untuk memudahkan responden memperkirakan jenis aktivitas sehari-hari.


(38)

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner individu (RKD13.IND) dan kuesioner rumah tangga (RKD13.RT) Riskesdas tahun 2013. Kuesioner telah diuji validasi oleh tim gabungan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Universitas Airlangga dan Universitas Hasanudin agar kualitas data Riskesdas 2013 terjamin. Selain itu, kuesioner telah diuji-coba terlebih dahulu untuk mengetahui masalah dalam tingkat kesulitan, pemahaman bahasa, alur pertanyaan dan istilah kesehatan yang akan ditanyakan kepada responden.

F. Manajemen Pengumpulan Data

Manajemen data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Cross Check

Peneliti melakukan pengecekan kelengkapan data yang didapatkan permintaan data peneliti ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Data yang diperoleh harus sesuai dengan data permintaan penelitian

2. Cleaning Data

Peneliti melakukan cleaning data pada responden sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang tidak lengkap akan dijadikan sebagai kategori missing dan tidak ikut dianalisis.

3. Coding Data

Peneliti melakukan pengkodean ulang terhadap variabel yang membutuhkan perubahan kategori sesuai dengan kebutuhan analisis dari penelitian.


(39)

Tabel 4.2 Pengkodean Data

No Variabel Kode awal Kode akhir

1 Kanker 1. Ya

2. Tidak

1. Tidak 2. Ya 2 Status Merokok 1. Ya, setiap hari

2. Ya, kadang-kadang 3. Tidak, tapi

sebelumnya pernah merokok 4. Tidak, tapi

sebelumnya pernah merokok kadang-kadang 5. Tidak pernah

sama sekali

1. Tidak pernah merokok (tidak pernah merokok sama sekali) 2. Pernah Merokok

(tidak merokok dalam 1 bulan terakhir namun sebelumnya pernah merokok baik setiap hari maupun kadang-kadang) 3. Merokok (masih

merokok baik setiap hari maupun kadang-kadang) 3 Durasi merokok Usia dalam

tahun

1. <20 tahun

2. ≥20 tahun

4 Usia Usia dalam

tahun

1. 10-19 tahun 2. 20-29 tahun 3. 30-39 tahun 4. 40-49 tahun 5. 50-59 tahun 6. 60-69 tahun 7. 70-79 tahun 8. ≥80 tahun 5 Jenis Kelamin 1. Laki-laki

2. Perempuan

1. Laki-laki 2. perempuan 6 Tempat tinggal 1. Perkotaan

2. Pedesaan

1. Perkotaan 2. Pedesaan 7

Aktivitas Fisik

1. Kurang aktif (apabila tidak melakukan aktvitas berat dan/atau sedang 2. Aktif (apabila

melakukan aktvitas berat dan/atau sedang)

1. Cukup apabila

MET ≥

600/minggu

2. Tidak cukup,

apabila MET < 600/minggu


(40)

G. Analisa Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat. Hal ini bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi pada setiap variabel yang diteliti, yaitu frekuensi dari masing-masing jenis kanker berdasarkan variabel usia, jenis kelamin, tempat tinggal, aktivitas fisik, status merokok dan durasi merokok. Selain itu, untuk melihat distribusi masing-masing kanker dibedakan berdasarkan status merokok individu yang mengalami kanker. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


(41)

29

BAB V HASIL

A. Frekuensi Kanker berdasarkan Merokok

Berikut ini merupakan tabel yang menunjukan masing-masing frekuensi status merokok dan durasi merokok pada individu yang tidak kanker dan kanker.

Tabel 5.1

Frekuensi Kanker Berdasarkan Status Merokok dan Durasi Merokok

Status merokok: Tidak Kanker Kanker

n % n %

1. Tidak pernah merokok 573850 68.8 1100 86.3

2. Pernah merokok 33275 4.0 69 5.4

3. Merokok 226572 27.2 105 8.2

Total 833697 100 1274 100

Durasi merokok Tidak Kanker Kanker

n % n %

1. Tidak merokok 573850 68.8 1100 86.3

2. < 20 tahun 102765 12.3 38 3.0

3. ≥ 20 tahun 116235 13.9 97 7.6

4. Tidak berlaku 40847 4.9 39 3.1

Total 833697 100 1274 100

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa pada variabel status merokok, proporsi individu yang mengalami kanker lebih banyak pada yang merokok (8,2%) dibandingkan dengan yang pernah merokok (5,4%). Variabel durasi merokok, proporsi individu yang mengalami kanker lebih banyak pada individu yang merokok ≥ 20 tahun (7,6%) dibandingkan dengan individu yang merokok < 20 tahun (3,0%).


(42)

B. Frekuensi Jenis Kanker

Tabel dibawah ini merupakan distribusi masing-masing jenis kanker yang dialami oleh individu. Jenis kanker yang dialami oleh individu bisa lebih dari satu jenis kanker.

Tabel 5.2

Frekuensi Jenis Kanker

Jenis Kanker Ya Tidak

n % n %

Serviks 455 35.7 819 64.3

Payudara 594 46.4 680 53.4

Prostat 105 8.2 1169 91.8

Kolon 64 5.0 1210 95.0

Paru & bronkus 31 2.4 1243 97.6

Nasofaring 38 3.0 1236 97.0

Total 1274 100 833697 100

Tabel 5.2 menunjukan bahwa proporsi jenis kanker payudara merupakan jenis kanker terbesar yang terjadi (46,4%) dan paling sedikit adalah kanker paru & bronkus (2,4%).

C. Frekuensi Kanker berdasarkan Status Merokok

Tabel dibawah ini merupakan distribusi individu yang mengalami berdasarkan status merokok.

Tabel 5.3

Frekuensi kanker berdasarkan status merokok

Jenis Kanker Status merokok Total

Tidak pernah

Pernah merokok

Merokok

n % n % n % n %

Serviks 431 94.7 8 1.8 16 3.5 455 100

Payudara 562 94.6 12 2.0 20 3.4 594 100

Prostat 34 32.4 30 28.6 41 39.0 105 100

Kolon 36 56.2 12 18.8 16 25.0 64 100

Paru & bronkus 16 51.6 5 16.1 10 32.2 31 100


(43)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa proporsi individu yang mengalami kanker serviks, lebih besar pada individu yang merokok (3,5%) dibandingkan dengan yang pernah merokok (1,8%). Proporsi pada kanker payudara lebih besar pada individu yang merokok (3,4%) dibandingkan dengan yang pernah merokok (2,0%). Proporsi kanker prostat lebih besar pada individu yang merokok (39,0%) dibandingkan dengan yang pernah merokok (28,6%). Proporsi kanker kolom lebih besar pada individu yang merokok (25,0%) dibandingkan dengan yang pernah merokok (18,8%). Proporsi kanker paru&bronkus lebih besar pada individu yang merokok (32,2%) dibandingkan dengan yang pernah merokok (16,1%). Proporsi kanker nasofaring lebih besar pada individu yang merokok (13,2%) dibandingkan dengan yang pernah merokok (10,5%).


(44)

D. Frekuensi Kanker berdasarkan Karakteristik individu

Berikut ini merupakan tabel frekuensi kanker menurut karakteristik individu yang mengalami kanker berdasarkan masing-masing jenis kanker.

Tabel 5.4

Frekuensi Kanker Berdasarkan Karakteristik Individu

Serviks Payudara Prostat Kolon Paru&

bronkus Nasofaring

Usia n % n % n % n % n % n %

10-29 26 5,7 82 13.8 3 2.9 2 3.2 5 16.2 2 5.3

30-39 68 14.9 137 23.1 3 2.9 9 14.1 2 6.5 9 23.7

40-49 159 34.9 167 28.1 6 5.7 12 18.8 5 16.1 10 26.3 50-59 139 30.5 136 22.9 17 16.2 13 20.3 8 25.8 6 15.8

60-69 45 9.9 53 8.9 21 20.0 15 23.4 5 16.1 9 23.7

≥ 70 18 4.0 19 3.2 55 52.8 13 20.3 6 19.3 2 5.3

Total 455 100 594 100 105 100 64 100 31 100 38 100 Jenis

kelamin n % n % n % n % n % n %

Perempua

n 455 100 582 98.0 0 0 28 43.8 14 45.2 21 55.3

Laki-laki 0 0 12 2.0 105 100 36 56.2 17 54.8 17 44.7

Total 455 100 594 100 105 100 64 100 31 100 38 100 Tempat

tinggal n % n % n % n % n % n %

Pedesaan 199 43.7 226 38.0 54 51.4 32 50.0 17 54.8 12 31.6 Perkotaan 256 56.3 368 62.0 51 48.6 32 50.0 14 45.2 26 68.4

Total 455 100 594 100 105 100 64 100 31 100 38 100 Aktivitas

Fisik n % n % n % n % n % n %

Cukup 263 57.8 350 58.9 46 44.8 32 50.0 12 38.7 25 65.8 Tidak

cukup 192 42.2 244 41.1 58 55.2 32 50.0 19 61.3 13 34.2


(45)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa proporsi kejadian kanker serviks lebih besar pada kelompok usia 40-49 tahun (34,9%). Proporsi kejadian kanker payudara lebih besar pada kelompok usia 40-49 tahun (28,1%) dan jenis kelamin perempuan (98,2%). Pada kanker prostat, proporsi kejadian kanker lebih besar pada kelompok usia ≥ 70 tahun (52,8%). Proporsi kanker kolon terbesar terjadi pada kelompok usia 60-69 tahun (23,4%) dan jenis kelamin laki-laki (56,2%). Pada kanker paru & bronkus, proporsi kejadian kanker terbesar pada kelompok usia 50-59 (25,8%) dan jenis kelamin laki-laki (54,8%). Sedangkan proporsi kanker nasofaring terbesar terjadi pada kelompok usia 40-49 tahun (26,3%) dan jenis kelamin perempuan (55,3%).

Proporsi kejadian kanker serviks lebih besar di perkotaan (56,3%) dan aktivitas fisik cukup (57,8%). Proporsi kejadian kanker payudara lebih besar di perkotaan (62,0%) dan aktivitas fisik cukup (58,9%). Pada kanker prostat, proporsi kejadian kanker lebih besar di pedesaan (51,4%) dan aktivitas fisik tidak cukup (55,2%). Tidak ada perbedaan proporsi kanker kolon baik di perkotaan maupun di pedesaan dan aktivitas fisik. Pada kanker paru&bronkus, proporsi kejadian kanker terbesar di pedesaan (54,8%) dan aktivitas tidak cukup (61,3%). Sedangkan proporsi kanker nasofaring terbesar terjadi di perkotaan (68,4%) dan aktivitas fisik cukup (65,8%).


(46)

34

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yang dapat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Berikut ini adalah beberapa keterbatasan dalam penelitian ini:

1. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dimana pengukuran variabel independen dan variabel dependen dilakukan dalam satu waktu sehingga tidak dapat menjelaskan hubungan kausalitas berdasarkan waktu

2. Variabel status merokok, status merokok yang ditanyakan adalah status merokok responden 1 bulan terakir. Sehingga tidak membedakan individu yang baru mulai merokok dan individu yang sudah lama merokok. Penelitian ini tidak menganalisis durasi merokok, jenis rokok dan perokok pasif sebagai cara meminimalisir bias

3. Pengukuran variabel aktivitas fisik dilakukan dengan metode wawancara, sehingga dapat terjadi bias informasi dalam penelitian ini. Meskipun demikian, saat wawancara aktivitas fisik dibantu dengan menggunakan kartu peraga untuk membedakan jenis aktivitas fisik. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir bias dalam penentuan jenis aktivitas fisik. Bias informasi mungkin hanya disebabkan karena responden harus mengingat frekuensi dan durasi beraktivitas fisik


(47)

B. Frekuensi Kanker berdasarkan Merokok di Indonesia

Proporsi individu yang mengalami kanker lebih banyak pada individu yang merokok (8,2%) dibandingkan dengan individu yang pernah merokok (5,4%). Sedangkan variabel durasi merokok, proporsi individu yang mengalami kanker lebih banyak pada individu yang merokok ≥ 20 tahun (7,6%) dibandingkan dengan individu yang merokok < 20 tahun (3,0%).

Sejalan dengan penelitian Hosseini yang menyebutkan bahwa proporsi yang mengalami kanker paru lebih besar pada kelompok yang merokok (66,5%) (Hosseini, 2014). Pada penelitian Reynolds, proporsi kasus kanker payudara lebih besar pada kelompok mantan perokok (34%) dibandingkan dengan kelompok yang masih merokok (7%) (Reynolds, 2004).

Salah satu kandungan dalam rokok adalah zat karsinogen yang dapat menjadi aktivasi metabolik sebagai perantara untuk berinteraksi dengan DNA, membentuk produk kovalen. Detoksifikasi metabolisme karsinogen dilakukan untuk mengekskresi kandungan karsinogen dalam tubuh (Hecht, 2012).

C. Frekuensi jenis Kanker

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jenis kanker yang paling banyak adalah kanker payudara. Hal ini sesuai dengan laporan WHO tahun 2012, yang menyebutkan bahwa insiden kanker tertinggi di Indonesia adalah kanker payudara. Berdasarkan laporan tahunan di RS


(48)

Dharmais, kanker payudara merupakan jenis kanker terbanyak selama 4 tahun berturut-turut (2010-2013) di RS Dharmais (Kemenkes, 2015).

D. Frekuensi Kanker berdasarkan Status Merokok

Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa proporsi individu yang mengalami kanker serviks, lebih besar pada individu yang merokok (3,5%) dibandingkan dengan yang pernah merokok (1,8%). Proporsi pada kanker payudara lebih besar pada individu yang merokok (3,4%) dibandingkan dengan yang pernah merokok (2,0%). Proporsi kanker prostat lebih besar pada individu yang merokok (39,0%) dibandingkan dengan yang pernah merokok (28,6%). Proporsi kanker kolon juga lebih besar pada individu yang merokok (25,0%) dibandingkan dengan yang pernah merokok (18,8%). Selain itu, proporsi kanker paru&bronkus lebih besar pada individu yang merokok (32,2%) dibandingkan dengan yang pernah merokok (16,1%). Bukan hanya itu, proporsi kanker nasofaring lebih besar pada individu yang merokok (13,2%) dibandingkan dengan yang pernah merokok (10,5%).

Berdasarkan penelitian Nainggolan, proporsi kejadian kanker saluran cerna lebih besar besar pada perokok (18,5%) dibandingkan dengan yang pernah merokok (10,9%) (Nainggolan, 2009). Penelitian Gao, proporsi kanker payudara lebih besar lebih besar pada individu yang merokok (1,49%) dibanding dengan yang pernah merokok (0,90%) (Gao, 2013).

Individu yang mengalami kanker lebih banyak terjadi pada individu yang merokok, hal ini dikarenakan rokok memiliki zat karsinogen


(49)

yang dapat memicu terjadinya kanker. Karsinogen dalam rokok dapat menjadi aktifasi metabolik sebagai perantara untuk berinteraksi dengan DNA, membentuk produk kovalen. Detoksifikasi metabolisme karsinogen dilakukan untuk mengekskresi kandungan karsinogen dalam tubuh. Jika karsinogen telah mengaktifasi DNA dan bisa diperbaiki maka akan kembali ke keadaan normal. Tetapi jika tidak bisa diperbaiki, maka akan terjadi kesalahan coding, yang menyebabkan mutasi permanen dalam DNA. Sel dengan DNA yang rusak atau bermutasi dapat dihilangkan dengan apoptosis. Jika mutasi terjadi pada daerah gen penting, seperti RAS atau onkogen MYC atau TP53 atau CDKN2A gen supresor tumor, maka sel tersebut dapat kehilangan kemampuan untuk mengontol perkembangan sel normal dan berkembang menjadi tumor (Hecht, 2012).

E. Frekuensi Kanker berdasarkan Karakteristik Individu

1. Usia

Proporsi kejadian kanker serviks lebih besar pada kelompok usia 40-49 tahun (34,9%). Proporsi kejadian kanker payudara lebih besar pada kelompok usia 40-49 tahun (28,1%). Pada kanker prostat, proporsi kejadian kanker lebih besar pada kelompok usia ≥ 70 tahun (52,8%). Proporsi kanker kolon terbesar terjadi pada kelompok usia 60-69 tahun (23,4%). Pada kanker paru & bronkus, proporsi kejadian kanker terbesar pada kelompok usia 50-59 (25,8%). Sedangkan proporsi kanker nasofaring terbesar terjadi pada kelompok usia 40-49 tahun (26,3%).


(50)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indarti, usia rata-rata pada kasus kanker payudara pada penelitiannya adalah 46 tahun (Indarti, 2005). Proporsi kanker paru pada penelitian Roosihermiatie lebih besar pada kelompok usia 51-70 tahun (71,43%) (Roosihermiatie, 2012). Pada penelitan Natphopsuk proporsi penderita kanker serviks lebih besar pada kelompok yang ≥40 tahun (76,7%) dibandingkan dengan kelompok <40 tahun (Natphopsuk, 2012). Penelitian Nainggolan menunjukan proporsi terbesar kanker kolon pada usia ≥60 tahun (29,4%) (Nainggolan, 2009). Pada penelitian Gao, proporsi kanker payudara terbesar pada usia 50-59 tahun (33,9%) (Gao, 2013).

Kanker paling sering didiagnosis pada saat usia pertengahan dan lebih tua, namun sel-sel kanker tersebut dapat berkembang sejak usia muda. Sehingga, sangat penting untuk melakukan deteksi kanker sejak dini (WHO, 2015).

2. Jenis Kelamin

Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi kejadian kanker payudara lebih besar pada jenis kelamin perempuan (98,2%). Proporsi kanker kolon terbesar terjadi pada jenis kelamin laki-laki (56,2%). Pada kanker paru&bronkus, proporsi kejadian kanker terbesar pada jenis kelamin laki-laki (54,8%). Sedangkan proporsi kanker nasofaring terbesar terjadi pada jenis kelamin perempuan (55,3%).

Berdasarkan penelitian Hosseini, proporsi kanker paru lebih besar pada jenis kelamin laki-laki (73,6%) (Hosseini, 2014).


(51)

Sedangkan penelitian Roosihermiatie (2012) menunjukan bahwa proporsi kanker paru terbesar juga pada jenis kelamin laki-laki (100%). Penelitian Nainggolan menunjukan bahwa proporsi terbesar kejadian kanker kolon pada jenis kelamin perempuan (69,4%) (Nainggolan, 2009). Menurut penelitian Etzel, proporsi kejadian kanker paru lebih besar pada jenis kelamin laki-laki (53,6%) dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan (46,4%) (Etzel, 2003). Insidens kanker di Indonesia menurut laporan WHO (2012) menyebutkan bahwa pada kanker payudara pada jenis kelamin perempuan sebesar (30,5%). Kanker paru pada jenis kelamin perempuan 5,8% sedangkan pada laki-laki sebesar 18,2%. Kanker serviks sebesar 13,0% pada perempuan. Kanker prostat 9,8% pada laki-laki. Kanker kolon pada jenis kelamin perempuan 7,3% sedangkan pada laki-laki 11,5%. Kanker nasofaring pada perempuan 2,3% dan pada laki-laki 6,7%.

Jika dilihat berdasarkan status merokok, kejadian kanker lebih banyak terjadi pada perempuan yang tidak merokok dan laki-laki perokok. Hal ini sejalan dengan data riskesdas tentang jumlah perokok di Indonesia yang sebagian besar adalah laki-laki.

3. Tempat tinggal

Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa proporsi kejadian kanker serviks lebih besar di perkotaan (56,3%). Proporsi kejadian kanker payudara lebih besar di perkotaan (62,0%). Pada kanker prostat, proporsi kejadian kanker lebih besar di pedesaan (51,4%).


(52)

Tidak ada perbedaan proporsi kanker kolon baik di pedesaan maupun perkotaan. Pada kanker paru&bronkus, proporsi kejadian kanker terbesar di pedesaan (54,8%). Sedangkan proporsi kanker nasofaring terbesar terjadi di perkotaan (68,4%). Berdasarkan tempat tinggal, kanker di Indonesia lebih berisiko 1,93 kali di perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan (Oemiati, 2011).

Kejadian kanker di perkotaan lebih banyak ditemukan salah satunya dikarenakan masyarakat diperkotaan memiliki akses yang mudah terhadap pelayanan kesehatan, sehingga lebih banyak orang perkotaan yang memeriksakan kesehatannya. Selain itu banyak faktor lain yang mempengaruhi kejadian kanker di perkotaan, antara lain adalah pola makan, aktivitas fisik dan polusi di udara.

4. Aktivitas Fisik

Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa proporsi kejadian kanker serviks lebih besar pada individu dengan aktivitas fisik cukup (57,8%). Sementara, proporsi kejadian kanker payudara lebih besar pada individu dengan aktivitas fisik cukup (58,9%). Pada kanker prostat, proporsi kejadian kanker lebih besar pada individu dengan aktivitas fisik tidak cukup (55,2%). Tidak ada perbedaan proporsi kanker kolon berdasarkan aktivitas fisik. Pada kanker paru&bronkus, proporsi kejadian kanker terbesar pada individu dengan aktivitas tidak cukup (61,3%). Sedangkan proporsi kanker nasofaring terbesar terjadi pada individu dengan aktivitas fisik cukup (65,8%).


(53)

Aktivitas fisik cukup adalah aktivitas yang ≥ 600 MET/ minggu. Sedangkan aktivitas tidak cukup adalah aktivitas yang < 600 MET/ minggu. WHO merekomendasikan untuk melakukan aktivitas fisik ≥ 600 MET/minggu untuk memenuhi standar skor kecukupan minimal aktivitas fisik (WHO, 2013).

Penelitian pada pria yang melakukan aktivitas fisik dapat memproteksi 0,59 kali terhadap kejadian kanker prostat dibandingkan dengan pria yang tidak melakukan aktivitas fisik (Wilson, 2012). Selain itu, orang yang melakukan aktivitas fisik cukup dapat memproteksi kanker sebesar 0,83 kali dibandingkan dengan orang yang kurang melakukan aktivitas fisik (Oemiati, 2011). Aktivitas fisik merupakan faktor kunci dalam mencapai berat badan yang sehat. Kelebihan berat badan atau obesitas berkaitan dengan berbagai jenis kanker (WHO, 2015).


(54)

42 BAB VII PENUTUP

A. Simpulan

1. Proporsi kelompok yang mengalami kanker lebih banyak pada individu yang masih merokok dibandingkan dengan individu yang pernah merokok. Durasi merokok lebih banyak pada individu yang merokok ≥ 20 tahun dibandingkan dengan individu yang merokok < 20 tahun

2. Proporsi jenis kanker yang paling banyak terjadi adalah kanker payudara dan yang paling sedikit adalah kanker paru&bronkus

3. Proporsi individu yang mengalami kanker serviks, kanker payudara, kanker prostat, kanker kolon, kanker paru&bronkus, kanker nasofaring lebih besar pada individu yang merokok dibandingkan dengan yang pernah merokok.

4. Kanker lebih banyak pada terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Proporsi yang terkena kanker memiliki rata-rata usia lebih tua (48,33 tahun) dibandingkan dengan kelompok yang tidak mengalami kanker (36,12 tahun). Lebih banyak terjadi pada kelompok yang tinggal di perkotaan. Individu yang melakukan aktivitas fisik cukup, lebih banyak yang tidak terkena Kanker

B. Saran

1. Bagi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Sebaiknya kementrian kesehatan mengimplementasikan peraturan penggunaan tembakau dan kawasan tanpa rokok di Indonesia secara


(55)

sungguh-sungguh. Selain itu Kementerian Kesehatan Republik Indonesia perlu membuat iklan di berbagai media mengenai bahaya kanker yang disebabkan oleh rokok baik perokok aktif maupun perokok pasif.

2. Bagi Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia

Sebaiknya pertanyaan pada status merokok dalam kuesioner riskesdas tidak dibatasi dengan status merokok 1 bulan terakhir, karena akan mempersempit kategori perokok. Pengukuran pada variabel merokok dibedakan berdasarkan durasi merokoknya. Selain itu, pertanyaan yang digunakan diharapkan lebih luas agar tidak terjadi bias pada pertanyaan perokok pasif.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya melakukan penelitian dengan mempertimbangkan desain yang digunakan, yaitu dengan menggunakan desain cohort. Peneliti selanjutnya juga dapat menganalisis dengan menggunakan variabel lainnya yang tidak digunakan dalam penelitian ini.


(56)

44

Daftar Pustaka

Aditama, Tjandra Yoga. 1997. Rokok dan Kesehatan (cetakan pertama edisi ketiga). Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)

Bae, Jong-Myon. dkk. 2013. Cigarette Smoking and Prostate Cancer Risk: Negative Result of the Seoul Male Cancer Cohort Study. Asian Pasific Journal of Cancer Prevention, Vol. 14

Cahyono, S. B. 2008. Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Kasinus: Yogyakarta

Chao, Ann. dkk. 2000. Cigarette Smoking and Colorectal Cancer Mortality in the Cancer Prevention Study II. Journal of the National Cancer Institute, Vol. 92, No. 23

Direktorat PPTM, P2PL Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Aliansi Bupati/Walikota dalam Pengendalian Masalah Kesehatan Akibat Tembakau dan Penyakit Tidak Menular. Buletin Jendela Data & Informasi Kesehatan Penyakit Tidak Menular Vol 2, Semester 2, Hal 31. Jakarta

Etzel, Carol J. 2003. Risk for Smoking-Related Cancer among Relatives of Lung Cancer Patients. Cancer Research 63, 8531-8535

Gao, Chang. dkk. 2013. Active and Passive Smoking, and Alcohol Drinking and Breast Cancer Risk in Chinese Women. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, Vol 14

Gaudet, M Mia. dkk. 2013. Active Smoking and Breast Cancer Risk: Original Cohort Data and Meta-Analysis. JNCI Journal of the National Cancer Institute.

Hannan, M Lindsay. dkk. The Association between Cigarette Smoking and Risk of Colorectal Cancer in a :arge Prospective Cohort from the United States. Cancer Epidemiol Biomarkers.

Hecht, Stephen S. 2012. Tobacco Carcinogenesis. Nature Reviews Cancer 3, 733-744

Hosseini. dkk. 2014. Nutrion and lung cancer: a case control study in Iran. BMC Cancer, 14:860


(57)

Indrati, Rini. dkk. 2005. Faktor-faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Kanker Payudara Wanita. Semarang

Joshu, Corinne E. dkk. 2011. Cigarette Smoking and Prostate Cancer Recurrence After Prostatectomy. JNCI, Vol 103, Issue 10

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 Tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Jakarta

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Stop Kanker. Jakarta Nainggolan, Olwin. dkk. 2009. Faktor-faktor Berhubungan dengan

Tumor/Kanker Saluran Cerna berdasarkan Survei Kesehatan Nasional. Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 11

Natphopsuk, Sitakan. dkk. Risk Factor for Servical Cancer in Northeastern Thailand: Detailed Analyses of Sexual and Smoking Behavior. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, Vol 13, 2012 Oemiati, Ratih. dkk. 2011. Prevalensi Tumor dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya di Indonesia. Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 39, No.4, 2011: 190 - 204

Praditya, Lukyta Dwi. 2005. Pengaruh Negatif Rokok Bagi Kesehatan di Kalangan Remaja.

Reynolds, Peggy. dkk. 2004. Active Smoking, Household Passive Smoking, and Breast Cancer: Evidence From the California Teachers Study. Journal of the National Cancer Institute, Vol. 96, No. 1

Rohrmann, S. dkk. 2012. Smoking and the Risk of Prostate Cancer in the European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition. British Journal of Cancer, 108, 708–714

Roosmihermiatie, betty. dkk. 2012. Gambaran Penggunaan Tembakau/Rokok pada Tumor/Kanker Paru di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar 2007/2008. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 15 No. 3 Juli 2012: 298–304

Soemadi dan Santoso. 2010. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dan Kejadian Karsinoma Nasofaring (Studi observasi analitik di RSUD


(1)

16 –

JIKA KODE JAWABAN Ja14 ADALAH KODE 2 = Tidak pernah Ja24

JIKA KODE JAWABAN Ja16 S/D Ja18 SEMUANYA BERKODE 2 ATAU 3 ATAU 4 Ja21 JIKA SALAH SATU JAWABAN Ja16 S/D Ja18 BERKODE 1 Ja19

Ja19 Apakah di dalam KMS/ Buku KIA/ Buku Catatan Kesehatan Anak [NAMA] ada catatan imunisasi 1.Ya

2.Tidak Ja21

Ja20 Salin dari KMS/Buku KIA/Buku Catatan Kesehatan Anak, tanggal/ bulan/ tahun, untuk setiap jenis imunisasi.

KODE KOLOM (2): 1.Diberikan imunisasi

2.Tidak diberikan imunisasi KE JENIS IMUNISASI BERIKUTNYA

7.Belum waktunya diberikan karena umur anak KE JENIS IMUNISASI BERIKUTNYA 8.Ditulis diberi imunisasi tetapi tgl/ bln/ thn tidak ada KE JENIS IMUNISASI BERIKUTNYA JENIS IMUNISASI KET. TG/ BLN/ THN IMUNISASI JENIS IMUNISASI KET. TG/ BLN/ THN IMUNISASI

(1) (2) (3) (1) (2) (3)

a. Hepatiitis B 0



/



/



f. Polio 1



/



/



b. BCG



/



/



g.Polio 2



/



/



c. DPT-HB Combo 1



/



/



h.Polio 3



/



/



d. DPT-HB Combo 2



/



/



i.Polio 4



/



/



e. DPT-HB Combo 3



/



/



j.Campak



/



/



JIKA CATATAN IMUNISASI ART LENGKAP, LANJUTKAN KE Ja23

JIKA IMUNISASI ART TIDAK LENGKAP (KODE KOLOM 2 = 2,7,8) LANJUTKAN KE Ja21 Ja21 Apakah [NAMA] pernah mendapat imunisasi berikut: (INFORMASI BERDASARKAN INGATAN RESPONDEN)

a. Imunisasi Hepatitis B-0, biasanya diberikan sesaat setelah bayi lahir

sampai bayi berumur 7 hari yang disuntikkan di paha bayi? 1.Ya 2. TidakJa21c 8. Tidak tahuJa21c

b. Pada umur berapa hari [NAMA] diimunisasi Hepatitis B 0? 1. 0 - 24 jam 2. >24 jam - 7 hari 8. Tidak tahu

c. Imunisasi BCG yang biasanya mulai diberikan umur 1 bulan dan

disuntikkan di lengan (kanan) atas serta dapat meninggalkan bekas (scar) di bawah kulit?

1.Ya 2. TidakJa21e 8. Tidak tahuJa21e

d. Pada umur berapa [NAMA] diimunisasi BCG? 1.0 – 29 hari 2. ≥ 1 bulan 8. Tidak tahu

e. Imunisasi polio, cairan merah muda atau putih yang biasanya mulai

diberikan pada umur 1 bulan dan diteteskan ke mulut?

1. Ya

2. TidakJa21 h

7. Belum waktunya (umur ≤ 1 bulan) Ja21h 8. Tidak Tahu Ja21h

f. Pada umur berapa [NAMA] pertama kali diimunisasi polio?

JIKA TIDAK TAHU ISIKAN KODE ”88” UNTUK BULAN ……….. bulan



g. Berapa kali [NAMA] diimunisasi polio? ………. Kali

h. Imunisasi DPT-HB combo (Diphteri Pertusis Tetanus-Hepatitis B combo) yang biasanya disuntikkan di paha dan biasanya mulai diberikan pada saat anak berusia 2 bulan bersama dengan Polio 2?

1. Ya

2. Tidak Ja21k

7. Belum waktunya (umur≤ 2 bulan)Ja21k 8. Tidak Tahu Ja21k

i. Pada umur berapa (NAMA) pertama kali diimunisasi DPT-HB Combo.

JIKA TIDAK TAHU ISIKAN KODE ”88” ……….. bulan



j.Berapa kali [NAMA] diimunisasi DPT-HB Combo? ………….. kali

k. Imunisasi campak yang biasanya mulai diberikan umur 9 bulan dan disuntikkan di paha atau lengan kiri atas serta diberikan satu kali?

1.Ya 2.Tidak

7.Belum waktunya (umur ≤ 9 bulan)

8.Tidak Tahu

CEK KELENGKAPAN IMUNISASI DARI Ja20 DAN Ja21 (BCG 1x dan POLIO 4x dan DPT-HB 3x dan CAMPAK 1x) JIKA IMUNISASI ART LENGKAP, LANJUTKAN KE Ja23


(2)

17 –

Ja22 Apa alasan utama [NAMA] “TIDAK MENDAPAT IMUNISASI LENGKAP”? 

1. Takut anak menjadi panas 2. Anak sering sakit

3. Vaksin tidak tersedia 4. Petugas tidak datang

5. Tempat imunisasi jauh 6. Sibuk/repot

7. Belum waktunya lengkap (umur < 9

bulan

Ja23 Apakah setelah mendapat imunisasi [NAMA] pernah mengalami keluhan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) seperti berikut: (TULIS KODE : 1 = Ya ATAU 2 = Tidak)

a. Demam ringan

c. Bengkak

e. Bernanah

b. Demam tinggi

d. Kemerahan

f. Lainnya, sebutkan ...

Ja24 Apakah dalam 6 bulan terakhir [NAMA] ditimbang 1. Ya 2. Tidak Ja26

Ja25 Dalam 6 bulan terakhir, berapa kali [NAMA] ditimbang

JIKA ”TIDAK TAHU”, ISI KODE ”88” …………. kali



LANJUTKAN KE Ja27

Ja26 Mengapa dalam 6 bulan terakhir [NAMA] TIDAK PERNAH DIITIMBANG (JAWABAN Ja24 = 2) sebutkan alasanutamanya:

1. Anak sudah besar (≥1 tahun) 4.Bosan kalau hanya ditimbang 7.Tempatnya jauh

2. Anak sudah selesai imunisasi 5.Lupa/tidak tahu jadwalnya 8.Sibuk/repot

3. Anak tidak mau ditimbang 6.Tidak ada tempat penimbangan 9.Malas

Ja27 Apakah dalam 6 bulan terakhir [NAMA] pernah mendapatkan kapsul vitamin A? (GUNAKAN KARTU PERAGA)

1. Ya 2. Tidak pernah 7. Belum waktunya (umur ≤ 6 bulan) 8. Tidak Tahu

UNTUK PERTANYAAN Ja28 LAKUKAN OBSERVASI ATAU GUNAKAN KARTU PERAGA

Ja28 Apakah [NAMA] mempunyai kelainan/cacat baik sejak lahir ataupun karena cedera/kecelakaan) (TULIS KODE : 1 = Ya ATAU 2 = Tidak)

a.Tuna netra (penglihatan)

c.Tuna wicara (berbicara)

e. Bibir Sumbing

b.Tuna rungu (pendengaran)

d.Tuna daksa (bagian tubuh)

f.Down Syndrome

JIKA ART PEREMPUAN BERUMUR 24 – 59 BULAN SUB BLOK Jc (SUNAT PEREMPUAN)

JIKA ART LAKI-LAKI BERUMUR 24 – 59 BULAN BLOK K (PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN) JIKA ART BERUMUR 0 – 23 BULAN BLOK Jb

Jb. ASI DAN MP-ASI (KHUSUS ART UMUR 0

23 BULAN)

Jb01 Apakah [NAMA] pernah disusui atau diberi ASI (Air Susu Ibu) oleh ibu kandungnya? 1.Ya 2. TidakJb10

Jb02 a.Apakah ketika baru lahir [NAMA] dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 1.Ya 2. TidakJb03

b.Berapa lama ibu dan bayi melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 1. < 1 jam 2. ≥ 1 jam

Jb03 Kapan ibu mulai melakukan proses menyusui untuk yang pertama kali, setelah [NAMA] dilahirkan?

JIKA KURANG DARI 1 JAM, TULIS 00;

JIKA KURANG DARI 24 JAM, TULIS DALAM JAM; JIKA 24 JAM ATAU LEBIH TULIS DALAM HARI

a.………… jam



b. ……….. hari

Jb04 Apa yang dilakukan IBU terhadap kolostrum? 1. Diberikan semua kepada bayi 2. Dibuang sebagian

3. Dibuang semua

8. Tidak Tahu

Jb05 Apakah sebelum disusui yang pertama kali atau sebelum ASI keluar/lancar, [NAMA] pernah diberi minuman (cairan) atau makanan selain ASI?

1.Ya 2. TidakJb07

8.Tidak tahuJb07

Jb06 Apa jenis minuman/makanan yang pernah diberikan kepada [NAMA] sebelum mulai disusui atau sebelum ASI keluar/lancar?

(TULIS KODE : 1 = Ya ATAU 2 = Tidak)

a.Susu formula

e.Air Tajin

i. Air putih

b.Susu non formula

f.Air kelapa

j. Bubur tepung/bubur saring

c.Madu/ Madu + air

g.Kopi

k.Pisang dihaluskan


(3)

18 –

Jb07 Apakah saat ini [NAMA] masih disusui? 1.Ya Jb09 2. Tidak

Jb08 Pada umur berapa bulan [NAMA] disapih/mulai tidak disusui lagi?

BILA TIDAK TAHU TULIS 88 …….. bulan Jb10



Jb09 Apakah dalam 24 jam terakhir [NAMA] hanya mendapatkan air susu ibu (ASI) saja

dan tidak diberi minuman (cairan) dan atau makanan selain ASI? 1.YaJb12 2. Tidak



Jb10 Pada saat [NAMA] umur berapa,IBU pertama kali mulai memberikan minuman (cairan) atau makanan selain ASI?

1.0 – 7 hari 3.29 hari – < 2 bulan 5.3 – < 4 bulan 7.≥ 6 bulan

2.8 – 28 hari 4.2 – < 3 bulan 6.4 – < 6 bulan 8.Tidak tahu

Jb11 Apa jenis minuman (cairan) atau makanan selain ASI, yang pertama kali mulai diberikan kepada [NAMA] pada umur tersebut? (TULIS KODE : 1 = Ya ATAU 2 = Tidak)

a. Susu formula

d.Biskuit

g. Pisang dihaluskan

b. Susu non-formula

e.Bubur tepung/bubur saring

h. Bubur nasi/ nasi tim/nasi dihaluskan

c. Bubur formula

f.Air tajin

Jb12 Apakah [NAMA] pernah menggunakan botol/dot/kempengan sebelum usia 6 bulan? 1. Ya 2. Tidak

JIKA ART PEREMPUAN BERUMUR 0 – 23 BULAN SUB BLOK Jc (SUNAT PEREMPUAN)

JIKA ART LAKI-LAKI BERUMUR 0 – 23 BULAN BLOK K (PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN)

Jc. SUNAT PEREMPUAN (KHUSUS ART PEREMPUAN USIA 0-11 TAHUN)

Jc01 Apakah [NAMA] pernah disunat? 1.Ya 2. Tidak BLOK K 8. Tidak tahu  BLOK K

Jc02 Pada umur berapa bulan/ tahun [NAMA] disunat? .



1. Bulan 2. Tahun



Jc03 Siapa yang menyarankan [NAMA] disunat? (TULIS KODE 1 = Ya ATAU 2 = Tidak)

1. Orang tua

2. Keluarga

3. Tokoh agama

4. Tokoh adat



Jc04 Siapa yang melakukan sunat 1.Tukang sunat 2.Dukun bayi 3.Bidan 4.Nakes lainnya

K. PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN BERAT BADAN DAN TINGGI BADAN/ PANJANG BADAN (UNTUK SEMUA UMUR )

K01 a. Apakah ART ditimbang ? 1. Ya 2. Tidak K02

b. Berat Badan (kg) ... kg



,



K02 a. Apakah ART diukurTinggi/Panjang Badan? 1. Ya 2. TidakK03

b. Tinggi/Panjang Badan (Cm)

... cm



,



c. KHUSUS UNTUK BALITA, (Posisi pengukuran TB/PB) 1. Berdiri 2. Telentang

LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) KHUSUS WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN) DAN/ ATAU WANITA HAMIL

K03 a.Apakah ART diukur Lingkar Lengan Atas (LILA) 1. Ya 2. Tidak K04

b. Lingkar Lengan Atas (LILA)cm

... cm



,

LINGKAR PERUT (KHUSUS ART UMUR ≥ 15 TAHUN) KECUALI IBU HAMIL

K04 a. Apakah ART diukur Lingkar Perut 1. Ya 2. Tidak  K05


(4)

19 –

TEKANAN DARAH DIUKUR DI LENGAN KIRI ( UNTUK ART UMUR ≥ 15 TAHUN )

K05 a. Apakah dilakukan pengukuran tekanan darah yang pertama: 1. Ya 2. TidakL

b. Tekanan darah sistolik (mmHg)



c. Tekanan darah diastolik (mmHg)



K06 a. Apakah dilakukan pengukuran tekanan darah yang kedua : 1. Ya 2. TidakL

b. Tekanan darah sistolik (mmHg)



c. Tekanan darah diastolik (mmHg)



K07 a. Apakah dilakukan pengukuran tekanan darah yang ketiga : 1. Ya 2. TidakL

b. Tekanan darah sistolik (mmHg)



c. Tekanan darah diastolik (mmHg)



L. PEMERIKSAAN MATA PEMERIKSAAN VISUS (UNTUK ART USIA > 6 TAHUN)

L01 Alat bantu apa yang digunakan [NAMA] untuk melihat saat pemeriksaan visus? 1.Tanpa kacamata/ lensa kontak 2. Pakai kacamata

3. Pakai lensa kontak

L02 Pemeriksaan VISUS Mata kanan Mata kiri

1. Dapat melihat E kecil (jarak 6m)

2. Tidak dapat melihat E kecil, tetapi dapat melihat E sedang (jarak 6m) 3. Tidak dapat melihat E sedang, tetapi dapat melihat E besar (jarak 6m) 4. Tidak dapat melihat E besar (jarak 6m), tetapi dapat melihat E besar(jarak 3m) 5. Tidak dapat melihat E besar pada jarak 3m

6. TIDAK DIPERIKSA

Tanpa

pinhole

Dengan

pinhole

Tanpa

pinhole

Dengan

pinhole

L03-L05 (UNTUK SEMUA UMUR)

L03 Kelainan Permukaan Mata (LIHAT CONTOH PADA KARTU PERAGA) a. Pterygium 1. Ya, Mata kanan

2. Ya, Mata Kiri

3. Ya, Kedua mata

4. Tidak ada pterygium

b. Kekeruhan kornea 1. Ya, Mata kanan 2. Ya, Mata Kiri

3. Ya, Kedua mata

4. Tidak ada kornea keruh

L04 Lensa mata: 1. Lensa normal

2. Lensa keruh (katarak)

3. TIDAK DIPERIKSA JIKA KEDUA MATA TDK DIPERIKSA KE L06

Mata kanan Mata kiri

L05 Jika salah satu atau kedua jawaban L04 berkode 2, ditanyakan alasan mengapa [NAMA] belum operasi katarak

a. Alasan Utama b. Alasan Lain c. Alasan Lain



Lihat kode

1. Ada 2. Tidak AdaL06



Lihat kode

1. Ada 2. Tidak AdaL06



Lihat kode KODE JAWABAN L05:

01. Tidak tahu kalau katarak/tidak tahu kalau bisa dioperasi 09. Tidak diizinkan oleh keluarga 02. Fasilitas operasi jauh/tidak dapat dijangkau 10. Takut dioperasi

03. Kehendak Tuhan yang harus diterima 11. Kurang penting dibanding prioritas hidup lainnya 04. Tidak perlu karena masih dapat melihat dgn satu mata 12. Takut menjadi lebih buta

05. Diberitahu bahwa katarak belum matang 13. Tidak mampu membiayai

06. Tidak perlu karena sudah tua 14. Kontraindikasi operasi (penyakit lain/penyerta) 07. Tidak tahu dimana tersedia fasilitas untuk operasi 15. Tidak ada yang mendampingi

08. Tidak perlu karena masih bisa bekerja 16. Lainnya L06 (UNTUK ART < 5 TAHUN) LIHAT KARTU PERAGA

L06 Pemeriksaan Xeroftalmia:

ISIKAN HASILPEMERIKSAAN SESUAI KELAINAN YANG PALING BERAT Mata Kanan Mata Kiri

1.

Tidak Ada Kelainan kornea 5. Sebagian dari hitam mata melunak seperti bubur

2.

Bagian putih mata kering, kusam, tak bersinar 6. Seluruh bagian hitam mata melunak seperti bubur

3.

Ada bercak seperti busa sabun 7. Bola mata mengecil/mengempis


(5)

20 –

M. PEMERIKSAAN THT M01 – MO2 (UNTUK ART > 2 TAHUN)

M01 PENGAMATAN (OBSERVASI) Telinga Kanan Telinga Kiri

a. Anatomi Liang telinga 1. Lapang 2. Sempit

3. Tidak ada liang telingaM02

b.Kelainan dalam Liang Telinga 00. Tidak Ada kelainan 01. Sekret bening encer 02. Sekret keruh kental 04. Sekret dan darah

08. Jaringan Granulasi 16. Serumen

32. Kolesteatoma 88. TIDAK DIPERIKSA



BILA TERDAPAT LEBIH DARI SATU

KELAINAN, JUMLAHKAN SEMUA KODE JAWABAN YANG SESUAI

c.Gendang telinga 1. Utuh

2. Perforasi

3. Tidak dapat dievaluasi

4. TIDAK DIPERIKSA

d.Retroaurikuler 1. Normal

2. Fistel

3. Abses 4. Sikatrik

5. TIDAK DIPERIKSA

M02 Apakah [NAMA] mengalami gangguan pendengaran?

1. Ya , satu telinga 3. Ya, gangguan pendengaran hilang timbul

2. Ya, kedua telinga 4. Tidak ada gangguan pendengaran

8. Tidak tahu

M03 (UNTUK ART > 5 TAHUN)

M03 Pemeriksaan Konversasi (Dilakukan dalam ruang tertutup)

1.Dapat mendengar dan mengikuti kata-kata yang dibisikkan

2.Dapat mendengar dan mengikuti kata-kata dengan volume normal 3.Dapat mendengar dan mengikuti kata-kata volume keras

4.Dapat mendengar dan mengikuti kata-kata yang diucapkan dengan berteriak oleh pemeriksa pada telinga yang pendengarannya lebih baik

5.Tidak dapat mendengar teriakan pemeriksa

N. PEMERIKSAAN STATUS GIGI PERMANEN ≥ 12 THN

N01 Apakah dilakukan pemeriksaan gigi? 1. Ya 2. TidakO.01

N02 Berilah kode pada setiap kotak dentogram di bawah ini:

D = gigi berlubang (decayed)

M = gigi telah dicabut/tinggal akar (missing) F = gigi ditambal (filling)

DF = gigi ditambal dan ada lubang pada gigi tersebut BT = gigi belum terlihat/ belum tumbuh

S = gigi tanpa lubang dan tanpa tambalan (sehat) D-T :



M-T:



F-T:



DF – T



N03 Periksa kondisi gigi dan kesehatan mulut

a. Gigi Berjejal 1. Ya 2. Tidak

d. Sariawan 1. Ya 2. Tidak

b. Gigi goyah 1. Ya 2. Tidak



e. Diskolorasi stain rokok

1. Ya 2. Tidak



c. Karang gigi 1. Ya 2. Tidak



f. Kelainan gusi

1. Ya 2. Tidak



4 3

2

1 Ki


(6)

21 –

O. PENGAMBILAN SPESIMEN DARAH DAN SAMPEL URIN

O.01 Apakah diambil spesimen darah 1. Ya 2. Tidak O.03

O.02 STIKER NOMOR DARAH TEMPEL STIKER DI SINI (XXXXXX)

O.03 Apakah diambil Urin (ART umur 6 – 12 tahun & ART PEREMPUAN 15-49 tahun ) 1. Ya 2. Tidak

O.04 STIKER NOMOR URIN TEMPEL STIKER DI SINI (XXXXXX)