9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Prahipertensi
1. Definisi Hipertensi dan Prahipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko terhadap kejadian penyakit jantung dan kardiovaskular yang banyak dijumpai di Indonesia.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistolik, yang tingginya tergantung umur individu. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-
batas tertentu, tergantung posisi tubuh, umur dan tingkat stress yang dialami Tambayong, 2000. Definisi ini pun berkembang dengan tidak
hanya melihat ukuran sistolik namun juga melihat ukuran tekanan darah
diastolik untuk menentukan status hipertensi.
Status hipertensi dinyatakan pada seseorang jika pernah didiagnosis menderita hipertensi atau tekanan darah tinggi oleh tenaga
kesehatan dokterperawatbidan atau belum pernah didiagnosis menderita hiperensi tetapi saat diwawancara sedang minum obat medis
untuk tekanan darah tinggi minum obat sendiri. Diagnosis penetapan kasus hipertensi mengacu pada JNC 7 2003 yang hanya berlaku bagi
penduduk usia ≥18 tahun yakni TDS ≥140 mmHg dan TDD ≥90 mmHg. Sedangkan prahipertensi merupakan kondisi dengan TDS 120-
hidup untuk menurunkan tekanan darah menjadi normal Chobanian, 2003.
Pengukuran tekanan darah memperhatikan dua kondisi yaitu TDS dan TDD. Tekanan darah sistolik TDS adalah kondisi saat
jantung sedang kontraksi atau menguncup mendorong darah menuju arteri. Sedangkan tekanan darah diastolik TDD adalah kondisi saat
jantung mengendur kembali atau berelaksasi. Tekanan darah dapat diukur menggunakan alat tensi meter yang disebut Sfigmomanometer
air raksa Gunawan, 2001 dan saat ini sudah tersedia pula dalam
bentuk digital yang dapat mempercepat penggunaannya. 2.
Klasifikasi Tekanan Darah
Hipertensi berdasarkan penyebabnya terbagi atas 2 bagian yakni hipertensi esensial atau disebut juga hipertensi primer dan hipertensi
sekunder. Hipertensi primer merupakan jenis yang sering ditemui mencakup 90 hingga 95 dari penderita hipertensi, sedangkan 10
atau sisanya adalah hipertensi sekunder Baradero dkk., 2008;
Tedjasukmana, 2012; Huether dan McCance, 2012.
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya, hipertensi jenis ini disebabkan oleh multifaktor yang
timbul karena interaksi antar faktor-faktor risiko hipertensi yakni suatu kombinasi antar berbagai faktor genetik dan lingkungan. Sedangkan
hipertensi sekunder adalah hipertensi yang sudah diketahui penyebabnya seperti hipertensi yang disebabkan oleh suatu penyakit,
penyakit parenkim dan penyakit renovaskular adalah yang paling umum contohnya diabetes Tambayong, 2000; Davey, 2005; Yogiantoro,
2006.
Penyebab utama hipertensi sekunder adalah gangguan yang berhubungan dengan kelainan ginjal dan sistim endokrin. Kelainan
ginjal yang dimaksud disebabkan oleh penyakit parenkim ginjal ataupun penyakit ginjal vaskular. Sedangkan penyebab endokrin
diantaranya adalah penyakit tiroid dan penyakit adrenal Tedjasukmana, 2012. Selain berdasarkan penyebab, tekanan darah juga terbagi atas
beberapa tingkatan yang didasari oleh ukuran tekanan darah.
Tingkatan tekanan darah mengalami pembaharuan seiring dengan kemajuan penelitian dunia kesehatan. Hipertensi digolongkan
sebagai ringan, sedang atau berat berdasarkan tekanan diastolik, dimana dikatakan hipertensi berat bila TDD 115 mmHg Tambayong, 2000.
Berbeda dengan Tambayong, menurut The Sixth Report Of The Joint National Committee On Prevention, Detection, Evaluation, And
Treatment Of High Blood Pressure, atau yang sering diistilahkan dengan JNC 6, mengkatagorikan status tekanan darah menjadi 4 yakni
optimal, normal, batas toleransi dan hipertensi yang kemudian dibagi menjadi 3 bagian yaitu hipertensi tingkat 1, tingkat 2, dan tingkat 3
dengan ukuran TDSTDD ≥180110 mmHg. Kategori tersebut kemudian
disederhanakan dalam
JNC 7
tabel 2.1
yang mengelompokkan status tekanan darah menjadi 4 bagian yakni Normal,
Prahipertensi, dan hipertensi tingkat 1 dan tingkat 2 yang dilihat dari pengukuran TDS dan TDD seperti tabel berikut Chobanian dkk.,
2003: Tabel 2.1