Partisipasi Politik melalui Gerakan Sosial Baru New Social

muka, aktivis partai dan pekerja kampanye serta aktivis masyarakat. 4. Pengkritik, yaitu orang yang berpartisipasi dalam bentuk yang tidak konvensional Sastroatmodjo, 1995 : 74 – 75.

6.2.1 Partisipasi Politik melalui Gerakan Sosial Baru New Social

MovementNSM dan Kelompok-Kelompok Kepentingan Dalam perkembangannya partisipasi politik tidak hanya dalam bentuk mengikuti pemilihan umum tetapi juga bisa dalam bentuk partisipasi lain, yaitu melalui kelompok-kelompok. Hal ini disebabkan karena orang sudah mulai menyadari bahwa suara satu orang sangat kecil pengaruhnya terutama di negara- negara yang penduduknya berjumlah besar seperti Indonesia. Melalui kegiatan menggabungkan diri dengan orang lain menjadi suatu kelompok, diharapkan tuntutan mereka akan lebih didengar oleh pemerintah. Tujuan kelompok ini adalah mempengaruhi kebijakan pemerintah agar lebih menguntungkan mereka. kelompok-kelompok ini kemudian berkembang menjadi gerakan sosial social movements. Dalam bukunya Power in Movement 1994, T. Tarrow berpendapat bahwa : Gerakan sosial adalah tantangan kolektif oleh orang-orang yang mempunyai tujuan bersama berbasis solidaritas, yang dilaksanakan melalui interaksi terus-menerus dengan para elite, lawan-lawannya, dan pejabat-pejabat. Gerakan ini merupakan bentuk perilaku kolektif yang berakar dalam kepercayaan dan nilai-nilai bersama. Kelompok-Kelompok kepentingan 16 16 Dulu disebut “kelompok penekan” pressure grups. Akan tetapi karena muncul angapan bahwa tidak semua kelompok mengadakan penekanan, dewasa ini masyarakat lebih cebderung memakai istilah “kelompok kepentingan”. muncul pertama kali pada awal abad ke-19. Organisasi internal yang lebih logar dibanding dengan partai politik. Mereka juga tidak memperjuangkan kursi dalam parlemen karena menganggap badan tersebut telah berkembang menjadi terlalu umum sehingga tidak sempat mengatur masalah-masalah yang lebih spesifik. Mereka cenderung memfokuskan Universitas Sumatera Utara diri pada satu masalah tertentu saja. Keanggotaannya terutama terdiri dari golongan-golongan yang menganggap dirinya tertindas serta terpinggirkan, seperti kaum buruh dan perempuan. Pada tahun 1960-an muncul fenomena baru sebagai lanjutan dari gerakan sosial yang lama, yaitu Gerakan Sosial Baru New Social Movements atau NSM. Gerakan sosial baru ini berkembang menjadi gerakan yang sangat dinamis. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas hidup quality of life dengan cara mendirikan berbagai kelompok yang peduli pada masalah-masalah baru seperti lingkungan, gerakan perempuan, hak asasi manusia, dan gerakan anti nuklir. Diantara kelompok kepentingan itu ada yang bersifat sosial dan ada yang lebih bersifat advokasi seperti penegakan hak asasi. Dasar dari kelompok ini adalah “protes”. Mereka sangat kritis terhadap cara-cara berpolitik dari para politisi dan pejabat, dan merasa “terasingkan” dari masyarakat. Mereka menginginkan desentralisasi dari kekuasaan negara, desentralisasi pemerintah, partisipasi dalam peningkatan swadaya masyarakat self help terutama masyarakat lokal. Kadang-kadang fenomena ini dinamakan demokrasi dari bawah democrazy from below, mereka bertindak sebagai mediator antara pemerntah dan masyarakat, terutama di tingkat akar rumput grass roots dengan memberikan masukan input kepada para pembuat keputusan. Selain itu, mereka dapat menjadikan badan eksekutif dan anggota parlemen menjadi lebih responsif dan akuntabel terhadap masyarakat. Dalam rangka ini mereka dianggap sebagai faktor yang sangat penting dalam proses demokrasi. Karena beragamnya kelompok-kelompok kepentingan ini Gabriel A. Almond dan Bingham G. Powell dalam buku “Comparative Politics Today: A World View” 1992 yang diedit bersama membagi kelompok kepentingan dalam 4 kategori yakni 1 Kelompok Anomi, 2 Kelompok Nonasosiasional, 3 Kelompok Institusional, 4 Kelompok Asosiasional dan 5 Lembaga Swadaya Universitas Sumatera Utara Masyarakat LSMNGO 17 .

6.3 Teori Gerakan Sosial