Teori Agensi Agency Theory

13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Teori Agensi Agency Theory

Teori keagenan menjelaskan hubungan antara agen manajemen suatu usaha dan prinsipal pemilik usaha. Teori agensi atau teori keagenan biasa digunakan untuk menjelaskan kecurangan dalam akuntansi. Di dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak dimana si agen menutup kontrak untuk melakukan tugas-tugas tertentu bagi prinsipal, prinsipal menutup kontrak untuk memberi imbalan pada si agen. Analoginya seperti antara pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan itu Hendriksen, 2000. Teori keagenan bermaksud memecahkan dua problem yang terjadi dalam hubungan keagenan. Yaitu, bila keinginan atau tujuan dari prinsipal dan agen bertentangan conflict of interest, dan bila prinsipal merasa kesulitan menelusuri apa yang dilakukan oleh agen. Bila agen dan prinsipal berupaya memaksimalkan utilitasnya masing-masing, serta memiliki keinginan dan motivasi yang berbeda, maka agen tidak selalu bertindak sesuai keinginan prinsipal serta akan bertindak merugikan prinsipal, antara lain berperilaku tidak etis dan cenderung melakukan kecurangan akuntansi Wilopo, 2012. Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai 14 dengan kepentingan prinsipal, sehingga memicu biaya keagenan Sam’ani, 2008. Jensen dan Meckling 1976 menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer agent dengan pemegang saham principal. Hubungan keagenan tersebut terkadang menimbulkan masalah antara manajer dan pemegang saham. Konflik yang terjadi karena manusia adalah makhluk ekonomi yang mempunyai sifat dasar mementingkan kepentingan diri sendiri. Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan yang berbeda dan masing-masing menginginkan tujuan mereka terpenuhi, akibat yang terjadi adalah munculnya konflik kepentingan. Pemegang saham menginginkan pengembalian yang lebih besar dan secepat –cepatnya atas investasi yang mereka tanamkan sedangkan manajer menginginkan kepentingannya diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif yang sebesar-besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan. Menurut Scott 1997, aplikasi agency theory dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan mengatur proporsi hak dan kewajiban masing- masing pihak dengan tetap memperhitungkan kemanfaatan secara keseluruhan. Kontrak yang efisien adalah kontrak yang memenuhi dua faktor, yaitu: a. Agent dan principal memiliki informasi yang simetris artinya baik agent maupun principal memiliki kualitas dan jumlah informasi yang 15 sama sehingga tidak terdapat informasi yang disembunyikan yang dapat digunakan untuk keuntungan diri sendiri. b. Risiko yang dipikul berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil, yang berarti agent mempunyai kepastian yang tinggi mengenai imbalan yang diterimanya. Principal menilai kinerja agent berdasarkan kemampuannya untuk menghasilkan laba sebesar mungkin dan secara langsung akan berpengaruh terhadap besarnya deviden yang diberikan kepada investor. Semakin tinggi laba perusahaan, semakin besar pula pemberian deviden kepada investor. Eisenhardt 1989 dalam Sam’ani 2008 membagi tiga jenis asumsi sifat dasar manusia untuk menjelaskan tentang teori agensi yaitu: 1 manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri self interest 2 manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang bounded rationality, dan 3 manusia selalu menghindari risiko risk averse. Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia. Manajer sebagai manusia kemungkinan besar akan bertindak berdasarkan sifat opportunistic Haris, 2004 dalam Sam’ani, 2008:34. Maksud dari sifat opportunistic adalah bahwa manajer akan lebih mengutamakan kepentingan pribadinya dibandingkan kepentingan orang lain investor. Agent akan berusaha mencari keuntungannya sendiri untuk mendapatkan bonus dari perusahaan 16 dengan berbagai cara seperti memanipulasi angka-angka di laporan keuangan. Jensen dan Meckling 1976; Brickley dan James, 1987; dan Shivdasani 1993 dalam Wilopo 2012:3 menjelaskan bahwa prinsipal dapat memecahkan permasalahan ini dengan mengeluarkan biaya keagenan biaya ini mencakup memberi kompensasi yang sesuai kepada agen, serta mengeluarkan biaya monitoring. Diantaranya, adanya pengawasan ekstenal yang dilakukan oleh auditor eksternal untuk menghasilkan laporan keuangan yang transparan Watts dan Zimmerman, 1986 dalam Meisaroh dan Lucynda, 2011:5.

2. Laporan Keuangan