29
tersebut adalah nature of industry, ineffective monitoring, dan organizational structure. Dan yang digunakan dalam penelitian itu
berkaitan dengan unsur oppurtunity yaitu nature of industry.
c. Rationalization Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah komponen penting dalam banyak kecurangan fraud. Rasionalisasi menyebabkan pelaku kecurangan
mencari pembenaran atas perbuatannya. Rasionalisasi merupakan bagian dari fraud triangle yang paling sulit diukur Skousen et al.,
2009. Menurut SAS No.99 rasionalisasi pada perusahaan dapat diukur
dengan siklus pergantian auditor, opini audit yang didapat perusahaan tersebut serta keadaan total akrual dibagi dengan total
aktiva. Dan yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur unsur ketiga dari fraud triangle ini yaitu opini audit yang didapat oleh
perusahaan. 5.
Manajamen laba
Manajemen laba Earnings management telah dijelaskan secara berbeda oleh para akademisi, peneliti, praktisi dan badan lain yang
terotorisasi Rezaee, 2002. Schipper 1997 dalam Rezaee 2002 mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi terhadap proses
pelaporan keuangan eksternal untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Earnings management seringkali dilakukan atas intervensi
manajemen. Pernyataan itu sejalan dengan Healy and Wahlen 1999
30
yang menyatakan bahwa earnings management terjadi ketika manajer menggunakan judgement dalam pelaporan keuangan dan melakukan
manipulasi transaksi untuk mengubah laporan keuangan, baik untuk menyesatkan beberapa stakeholders tentang kinerja perusahaan atau
untuk mempengaruhi kontrak yang bergantung pada angka-angka dalam laporan keuangan.
Standar Akuntansi Keuangan SAK memberikan fleksibilitas bagi manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan. Fleksibilitas inilah yang terkadang dimanfaatkan oleh manajemen untuk memilih kebijakan yang dapat menguntungkannya.
Scott 2000 menyatakan bahwa manajemen laba adalah cara yang digunakan oleh manajer untuk mempengaruhi angka laba secara
sistematis, dengan cara memilih kebijakan akuntansi dan prosedur akuntansi tertentu yang bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan
manajer dan atau nilai pasar dari perusahaan. Dasar akrual telah disepakati sebagai dasar penyusunan laporan
keuangan Wibisono, 2004. Pemilihan basis akrual sebagai dasar penyusunan laporan keuangan bertujuan untuk menjadikan laporan
keuangan lebih informatif yaitu laporan keuangan yang mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Chaerul 2003 meyatakan bahwa dalam
mengaplikasikan kebijakan akrual digunakan accrual, defferal dan prosedur alokasi yang bertujuan untuk menyesuaikan beban dan
pendapatan dengan periodenya, bukan mengaitkan beban dan pendapatan
31
berdasarkan atas pengeluaran dan penerimaan kas cash basis Ujiyantho dan Pramuka, 2007. Oleh karena itu, kebijakan accrual dalam
mengaplikasikan standar akuntansi ini dapat digunakan untuk melakukan manajemen laba.
Tindakan earnings management merupakan cikal bakal terjadinya suatu skandal akuntansi. Cornett et al. Dalam Ujiyantho dan Pramuka
2007 menyatakan bahwa tindakan earnings management telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara
luas diketahui, antara lain Enron, Merck, World Com dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat. Gideon 2005 juga menyatakan
bahwa beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan financial
reporting yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi laba. Berbagai fakta dan teori yang telah diuraikan di atas mengindikasikan bahwa
terdapat hubungan erat antara earnings management dan financial statement fraud. Pernyataan tersebut diperkuat kembali oleh Rezaee
2002 yang menyatakan bahwa: ”Suatu financial statement fraud sering diawali dengan salah saji atau
manajemen laba dari laporan keuangan kuartal yang dianggap tidak material tetapi akhirnya berkembang menjadi fraud secara besar-
besaran dan menghasilkan laporan keuangan tahunan yang
menyesatkan secara material”. Scott 2009 menyatakan bahwa terdapat beberapa pola dalam
manajemen laba, yaitu:
32
1. Taking a bath Pola ini dapat terjadi saat ada tekanan organisasioanal pada saat
pergantian manajemen baru. Teknik ini dilakukan dengan mengakui adanya biaya-biaya pada periode mendatang dan kerugian periode
berjalan. Konsekuensinya manajemen melakukan write off asset dengan membebankan perkiraan-perkiraan biaya mendatang.
Akibatnya laba periode berikutnya akan lebih tinggi dari seharusnya. 2. Income minimization
Pola manajemen ini hampir sama dengan taking a bath namun tidak terlalu ekstrim. Pola ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan
sangat tinggi dengan maksud agar tidak mendapatkan perhatian oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Kebijakan yang diambil dapat
berupa write-off atas barang modal dan aktiva tak berwujud, pembebanan biaya iklan, biaya riset dan pengembangan,
menggunakan metode persediaan yang dapat mengecilkan
pendapatan, tujuannya yaitu untuk kepentingan pajak. 3. Income maximization
Pola manajemen laba income maximization dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih tinggi
dari pada laba sesungguhnya. Pola ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh bonus yang lebih besar, meningkatkan keuntungan,
menghindari pelanggaran atas kontrak hutang jangka panjang, ataupun untuk menarik investor.
33
4. Income smoothing Perataan laba income smoothing merupakan cara yang paling
populer dan sering dilakukan. Perataan laba merupakan salah satu bentuk manajemen laba yang dilakukan dengan cara membuat laba
akuntansi relatif konsisten smooth dari periode ke periode. Dalam hal ini pihak manajemen dengan sengaja menurunkan atau
meningkatkan laba untuk mengurangi untuk mengurangi gejolak dalam pelaporan laba, sehingga perusahaan terlihat stabil atau tidak
berisiko tinggi. Berdasarkan uraian di atas, sangat relevan bila penelitian untuk
mendeteksi financial statement fraud diproksikan dengan earnings management yang dilakukan perusahaan karena keduanya memiliki
hubungan kausalitas.
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
Hubungan atau keterikatan antara variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Financial Stability dengan Financial Statement Fraud
Menurut SAS No. 99, manajer menghadapi tekanan untuk melakukan financial statement fraud ketika stabilitas keuangan financial stability
atau profitabilitas terancam oleh keadaan ekonomi, industri, dan situasi entitas yang beroperasi Skousen et al., 2009. Financial stability
merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan dari kondisi stabil. Ketika financial stability perusahaan berada dalam