Sistem Mean Time To Failure MTTF Model Perhitungan Uji Penentuan Distribusi Data

BAB III LANDASAN TEORI

3.1. Sistem

Sistem adalah sekumpulan elemen-elemen yang saling berkaitan dan bersama-sama saling mendukung untuk mencapai tujuannya 1 Ciri-ciri utama sistem adalah sebagai berikut: . 1. Sistem pada umumnya bersifat terbuka. 2. Sistem terdiri dari dua atau lebih elemen sub sistem dan setiap sub sistem terdiri dari sub sistem yang lebih kecil dan seterusnya. 3. Terdapat saling ketergantungan antara sub sistem. 4. Memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan self adjustment, yang diakibatkan oleh adanya umpan balik. 5. Mempunyai kemampuan untuk mengatur diri sendiri self regulation 6. Mempunyai tujuan. Klasifikasi sistem secara umum dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu sebagai berikut: 1. Menurut hubungan dengan lingkungan : a. Sistem terbuka b. Sistem tertutup 2. Menurut kondisinya terhadap perubahan waktu: a. Sistem dinamis 1 B. Blankchard and W. J. Fabrycky. System Engineering and Analysis. Prentice Hall International. Hal 1 Universitas Sumatera Utara b. Sistem statis 3. Menurut asalnya: a. Sistem alam b. Sistem buatan

3.2. Perawatan

Maintenance 2 Perawatan maintenance adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga dan memelihara suatu mesin serta memperbaikinya sampai suatu kondisi yang bisa diterima. Selain itu suatu perawatan juga merupakan suatu kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas dan peralatan pabrik serta mengadakan perbaikan atau penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi produksi yang sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Merawat ‘pada suatu kondisi yang bisa diterima’ merujuk pada standar yang ditentukan oleh perusahaan yang melakukan perawatan. Hal ini berbeda dari satu perusahaan dengan yang lain, tergantung keadaan industrinya dan sepadan dengan nilai yang ditetapkan berdasarkan standar yang tinggi. Peranan perawatan baru akan sangat terasa apabila mesin mulai mengalami gangguan atau tidak dapat dioperasikan lagi. Dengan mengacu pada pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa masalah perawatan berkaitan dengan tindakan pencegahan dan perbaikan, yang dapat berupa tindakan berikut: 2 Corder, A.S. 1992. Teknik Manajemen Pemeliharaan. Jakarta : Erlangga. Hal 1 Universitas Sumatera Utara 1. Pemeriksaan inspection, yaitu tindakan pemeriksaan terhadap mesin untuk mengetahui kondisi, apakah mesin tersebut dalam keadaan yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan atau tidak. 2. Perawatan service, yaitu tindakan untuk menjaga kondisi suatu mesin agar tetap baik. Biasanya telah diatur dalam buku petunjuk pemakaian mesin tersebut. 3. Penggantian komponen replacement, yaitu melakukan penggantian komponen yang rusak dan tidak dapat digunakan dengan baik lagi. Penggantian ini mungkin dilakukan secara mendadak atau dengan perencanaan terlebih dahulu. 4. Repair and Overhaul, yaitu kegiatan melakukan perbaikan secara cermat serta melakukan suatu set up mesin. Tindakan repair merupakan kegiatan perbaikan yang dilakukan setelah mesin mencapai kondisi gagal beroperasi failed stated, sedangkan overhaul dilakukan sebelum failed stated terjadi.

3.2.1. Tujuan Perawatan Maintenance

3 Tujuan perawatan yang utama dapat didefinisikan dengan jelas sebagai berikut: 1. Untuk memperpanjang usia kegunaan asset yaitu setiap bagian dari suatu tempat kerja, bangunan, dan isinya. Hal ini terutama penting di negara berkembang karena kurangnya sumber daya modal untuk penggantian. Di 3 Corder, A.S. 1992. Teknik Manajemen Pemeliharaan. Jakarta : Erlangga. Hal 3 Universitas Sumatera Utara negara-negara maju kadang-kadang lebih menguntungkan untuk ‘mengganti’ daripada ‘merawat’. 2. Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi atau jasa dan mendapatkan laba investasi return of investment maksimum yang mungkin. 3. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu, misalnya unit cadangan, unit pemadam kebakaran dan penyelamat, dan sebagainya. 4. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.

3.2.2. Bentuk-Bentuk Perawatan Maintenance

4 Bentuk-bentuk perawatan secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Perawatan Terencana Planned Maintenance Perawatan terencana planned maintenance merupakan perawatan yang diorganisasi dan dilakukan dengan pemikiran ke masa depan, pengendalian, dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. 2. Perawatan Tak Terencana Unplanned Maintenance Perawatan tak terencana unplanned maintenance merupakan perawatan yang dilakukan secara darurat akibat tidak adanya perencanaan sebelumnya. Hanya ada satu bentuk perawatan tak terencana, yaitu pemeliharaan darurat, yang didefinisikan sebagai pemeliharaan dimana perlu segera dilaksanakan 4 J. D. Patton. 1983. Preventive Maintenance. New York: Prentice Hall edition. Hal.1 Universitas Sumatera Utara tindakan untuk mencegah akibat yang serius, misalnya hilangnya produksi, kerusakan besar pada peralatan, atau untuk alasan keselamatan kerja. 3.2.2.1.Perawatan Terencana Planned Maintenance Pada perawatan terencana planned maintenance dapat dibagi menjadi dua aktivitas utama, yaitu: 1. Perawatan Pencegahan Preventive Maintenance Perawatan pencegahan preventive maintenance merupakan perawatan yang dilakukan pada selang waktu yang ditentukan sebelumnya, atau terhadap kriteria lain yang diuraikan, dan dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan bagian-bagian lain tidak memenuhi kondisi yang bisa diterima. Perawatan ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kerusakan, menemukan kondisi yang dapat menyebabkan mesin mengalami kerusakan pada saat digunakan dalam proses produksi, serta dapat mengefektifkan pekerjaan inspeksi, perbaikan kecil, pelumasan dan set up sehingga mesin- mesin selama proses produksi dapat terhindar dari kerusakan. Perawatan pencegahan preventive maintenance ini sering diterapkan pada industri-industri yang proses produksinya kontinu, misalnya pada pabrik kimia, industri pengolahan baja, kilang minyak, dan lain sebagainya. Selain itu preventive maintenance juga sering dilakukan pada kondisi berikut: a. Apabila terjadi kerusakan kecil pada bagian fasilitas yang vital dapat mengakibatkan kegagalan seluruh proses Universitas Sumatera Utara b. Apabila kerusakan yang terjadi sangat membahayakan, seperti pada ketel, bejana bertekanan, alat pengangkat, dan lain sebagainya c. Apabila terjadi penghentian produksi karena terjadi kerusakan pada mesin sehingga dapat mengeluarkan biaya yang sangat besar. 2. Perawatan Korektif Corrective Maintenance Perawatan korektif corrective maintenance merupakan perawatan yang dilakukan setelah mesin mengalami kerusakan atau tidak dapat berfungsi lagi dengan baik. Perawatan korektif ini juga merupakan kegiatan reparasi yang biasanya terjadi karena kegiatan perawatan pencegahan tidak dilaksanakan sama sekali atau karena fasilitas tersebut tetap mengalami kerusakan meskipun kegiatan perawatan pencegahan telah dilaksanakan. Perawatan korektif juga termasuk dalam cara perawatan yang direncanakan untuk perbaikan. Dalam perawatan ini dapat mengadakan peningkatan- peningkatan sedemikian rupa seperti melakukan perubahan rancangan peralatan agar lebih baik. 3.2.2.2.Perawatan Tak Terencana Unplanned Maintenance Pada perawatan tak terencana unplanned maintenance dapat dilakukan dengan melakukan perawatan tanpa direncanakan sebelumnya karena terjadinya kerusakan yang tidak diduga pada saat melakukan proses produksi. Contoh perawatan tak terencana ini adalah perawatan darurat yaitu perawatan yang perlu segera dilakukan untuk mencegah akibat yang serius. Universitas Sumatera Utara Bentuk perawatan yang lainnya dapat dibagi lagi dalam beberapa kelompok berikut ini, yaitu: 1. Perawatan Berjalan Running Maintenance Perawatan berjalan running maintenance merupakan perawatan yang dapat dilakukan selama mesin dipakai. Perawatan dalam kondisi berjalan diterapkan pada mesin-mesin yang harus beroperasi secara terus-menerus dalam proses produksi. Dan diharapkan perawatan berjalan ini dapat memberikan hasil perbaikan yang dilakukan secara cepat ini dapat menjamin kondisi proses produksi tanpa adanya mesin yang mengalami kerusakan. 2. Perawatan Setelah Terjadi Kerusakan Breakdown Maintenance Perawatan ini dilakukan setelah mesin mengalami kerusakan, dan untuk memperbaikinya harus disiapkan suku cadang, material, alat-alat dan tenaga kerjanya. Beberapa peralatan pabrik yang beroperasi pada unit tersendiri atau terpisah dari proses yang lainnya, tidak akan langsung mempengaruhi seluruh proses produksi apabila terjadi kerusakan.Dalam kondisi ini mesin dibiarkan beroperasi sampai terjadi kerusakan, sehingga waktu untuk produksi tidak berkurang. Penerapan perawatan ini dilakukan pada mesin-mesin industri yang ringan, apabila terjadi kerusakan dapat diperbaiki dengan cepat. 3. Perawatan Berhenti Shut Down Maintenance Perawatan berhenti shut down maintenance dilakukan untuk mengetahui terjadinya perubahan dalam kondisi fisik maupun fungsi dari sistem peralatan. Perawatan ini dilakukan setelah terjadi kerusakan, dan untuk memperbaikinya harus disiapkan suku cadang, material, alat-alat dan tenaga kerja lainnya. Universitas Sumatera Utara Berikut ini merupakan hubungan masing-masing perawatan yang diterapkan pada Gambar 3.1. Perawatan Perawatan Korektif Perawatan Pencegahan Perawatan Terencana Perawatan Tak Terencana Perawatan Darurat Running Maintenance Shut-Down Maintencance Breakdown Maintenance Gambar 3.1. Hubungan Masing-Masing Perawatan

3.2.3. Tugas dan Kegiatan Perawatan

Menurut Assauri 2004, semua tugas dan kegiatan perawatan dapat digolongkan ke dalam salah satu dari lima tugas pokok 5 Menurut Walley 1987, kegiatan perawatan sulit untuk diukur, ini dikarenakan oleh beberapa faktor, antara lain: , yaitu inspeksi inspection, kegiatan teknik engineering, kegiatan produksi production, kegiatan administrasi clerical work, dan perawatan bangunan house keeping. 1. Beranekaragamannya keterampilan yang digunakan, di bagian-bagian pabrik yang berbeda, dan pekerjaannya juga tidak sama 2. Pekerjaannya tampak berulang 5 Iswanto, Apri Heri. 2008. Manajemen Pemeliharaan Mesin-Mesin Produksi. Jakarta. Hal 15 Universitas Sumatera Utara 3. Banyak tugas terdapat di tempat-tempat dan posisi yang jauh dan ideal. Kerja luar sering digunakan. Tugas perbaikan di tempat ini biasa berurusan dengan soal kebisingan dan kotor 4. Penyeliaan langsung sering merupakan masalah. Banyak pekerjaan dilaksanakan pada waktu yang sama di berbagai bagian yang berbeda dalam pabrik, sehingga penyeliaan pun sulit dilaksanakan 5. Tugas cenderung mempunyai kadar pekerjaan yang tidak menentu.

3.2.4. Biaya Perawatan

Biasanya makin tinggi nilai pabrik, makin tinggi pula biaya perawatannya. Umur pabrik, keterampilan para operatornya, perlunya terus menjalankan pabrik tersebut memiliki peranan yang besar dalam menentukan pentingnya perawatan dan biaya yang dapat dibenarkan. Biaya perawatan pencegahan preventive maintenance terdiri atas biaya- biaya yang timbul dari kegiatan pemeriksaan dan penyesuaian peralatan, penggantian atau perbaikan komponen-komponen, dan kehilangan waktu produksi yang diakibatkan kegiatan-kegiatan tersebut. Sedangkan biaya perawatan korektif adalah biaya-biaya yang timbul bila peralatan rusak atau tidak dapat beroperasi, yang meliputi kehilangan waktu produksi, biaya pelaksanaan pemeliharaan, ataupun biaya penggantian peralatan. Universitas Sumatera Utara

3.2.5. Elemen Perawatan

Dalam kebijakan perawatan terdapat beberapa pengertian mengenai waktu perawatan, yaitu: 1. Waktu operasi, yaitu waktu yang digunakan oleh sistem untuk melakukan kegiatan 2. Waktu delay, yaitu waktu dimana sistem dalam keadaan menganggur tetapi sistem tidak dalam keadaan rusak 3. Down time, yaitu total waktu dimana sistem tidak mungkin dioperasikan. Down time dapat terjadi apabila sistem mengalami kerusakan, dalam keadaan perbaikan, atau dalam tindakan perawatan lainnya. Down time dapat berupa waktu memeriksa kerusakan, waktu menunggu perbaikan, waktu menunggu datangnya sparepart, dan waktu pemasangan sparepart.

3.2.6. Tujuan Rancangan Perawatan Mesin

Setiap tahun di perusahaan seluruh dunia hampir bermiliaran pengeluaran dihabiskan untuk melakukan perawatan pada mesin 6 6 Dhillon, B.S. 2006. Maintanability, Maintenance, and Reliability for Engineers. New York : Taylor Francis Group, LLC. Hal 135 Dan pada saat ini pelatihan- pelatihan dalam melakukan perawatan merupakan suatu pasar dorong, khususnya pada industri manufaktur, penyedia layanan, dan lain sebagainya. Karena hal ini maka ada suatu tindakan yang nyata untuk keefektifan aset manajemen dan pelatiha-pelatihan perawatan yang dapat mempengaruhi secara positif faktor- faktor seperti harga, keuntungan, kualitas, pengiriman yang tepat, keamanan, dan kecepatan dalam melakukan inovasi. Universitas Sumatera Utara Tujuan utama perawatan adalah sebagai berikut: 1. Untuk memperpanjang usia kegunaan fasilitas produksi yaitu setiap bagian dari suatu tempat kerja, bangunan, dan isinya, terutama bagi fasilitas yang memiliki kesulitan untuk mendapatkan komponen 2. Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi atau jasa dan mendapatkan laba investasi Return of Investment maksimum yang mungkin 3. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu, misalnya unit cadangan, unit pemadam kebakaran dan penyelamat, dan sebagainya 4. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.

3.3. Modularity Design

Desain secara modular dilakukan dengan cara memecah-belah suatu masalah yang rumit yang akan diprogramkan kedalam beberapa elemen yang nantinya akan diintegrasikan kembali menjadi satu kesatuan untuk memenuhi kebutuhan sistem. Tiap-tiap elemen inilah yang disebut modul module 7 Dalam menyusun produk yang modular digunakan pembandingan antara component tree dan process graph dari sebuah produk dan memastikan pada . 7 A. Ziya Aktas. 1987. Structured Analysis Design of Information System. New York. Prentice Hall. Hal. 118 Universitas Sumatera Utara setiap detail level, atribut produk bersifat independence dan atribut lainnya selama memungkinkan untuk setiap detail level dari life cycle process 8 Untuk meningkatkan independence dan similiarity, sebuah produk didesain dengan segi modularity berikut: . 1. Attribute Independence Mengijinkan terjadinya desain ulang dari modul dengan meminimalisasi efek dari berhentinya sebuah produk. 2. Process Independence Setiap kegiatan dari setiap life cycle process dari tiap-tiap komponen dalam modul mempunyai sedikit dependencies dalam proses dari komponen external. Hal ini berarti proses dari modul selama life cycle-nya bersifat independen dari proses yang dijalani external modul. Setiap dependencies yang terjadi berusaha untuk meminimalkan baik jumlah maupun kekritisannya. Proses independence dapat mengakibatkan pengurangan biaya dalam setiap life cycle process dan desain ulang dari modul jika proses harus berubah. 3. Process similarity Pengelompokan komponen dan subassembly yang menjalani life cycle process yang sama ke dalam satu modul. Process similarity meminimalkan jumlah dari external komponen yang menjalani poses yang sama, menciptakan pembedaan jelas diantara modul, mengurangi proses yang berulang, dan mengurangi biaya proses. Process similarity juga menghemat 8 Linawati. Preventive Maintenance System dengan Modularity Design Sebagai Solusi Penurunan Biaya Maintenance. Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Petra. Jurnal Teknik Industri vol. 7 no. 1 Juni 2005. Universitas Sumatera Utara usaha desain ulang dengan memastikan bahwa perubahan pada life cycle process secara individu hanya mempengaruhi satu modul dari produk.

3.3.1. Keuntungan Modularity

Modularity memberikan desainer fleksibel untuk melakukan perubahan dalam proses. Keuntungan dari modularity adalah mengurangi biaya life cycle dengan mengurangi jumlah proses dan mengurangi proses yang berulang. Beberapa keuntungan lain dari modularity adalah: 1. Kemudahan dalam melakukan update produk 2. Meningkatkan variasi dari produk 3. Menurunkan order lead time 4. Memudahkan dalam desai dan pengujiannya Pengukuran modularitas digunakan untuk membandingkan modularity relative dari 2 produk yang sejenis. Tiga langkah pengukuran untuk memahami bentuk fisik dan hubungan dalam proses di antara komponen- komponen yaitu: 1. Membangun component tree Sebuah component tree memberikan gambaran detail mengenai hubungan fisik diantara komponen-komponen pada level abstraksi. Untuk membangun component tree, produk dibagi dalam modul-modul dan komponen-komponen. Lebih lanjut modul-modul tersebut akan diklasifikasikan ke dalam subassemblies, kemudian menjadi individual Universitas Sumatera Utara komponen, dan terakhir atribut produk yang menjelaskan komponen tersebut. 2. Membangun process graph Untuk setiap proses, process graph harus menggambarkan detail dari tiap tahap dari life cycle, setiap proses dalam tiap tahapan dan setiap kegiatan dan sub tugas dalam setiap proses. Komponen-komponen dikelompokkan bersama berdasarkan proses manufacturing yang dijalani dan setiap proses manufacturing diperluas yang meliputi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dan sub tugas dari setiap proses. 3. Membangun matriks Menggunakan component tree dan process graph, dua modularity evaluation matriks dibangun, satu untuk menyimpan data similarity dan satu untuk menyimpan dependencies.

3.4. Keandalan

Reliability 3.4.1. Definisi Keandalan Reliability Keandalan reliability adalah probabilitas bahwa sebuah item akan menampilkan tugas yang telah ditetapkan dengan memuaskan untuk periode waktu yang ditentukan dan yang digunakan berdasarkan kondisi tertentu. Terminologi item yang dipakai pada definisi keandalan di atas dapat mewakili sembarang komponen, subsistem, atau sistem yang dapat dianggap sebagai satu kesatuan. Universitas Sumatera Utara

3.4.2. Fungsi dan Parameter Keandalan Reliability

Tingkat keandalan sebuah sistem berarti probabilitas sebuah sistem untuk dapat menjalankan fungsinya pada periode waktu tertentu. Artinya adalah karena nilai dari keandalan ini dalam bentuk probabilitas maka nilainya berkisar antara 0 sampai dengan 1. Parameter dari keandalan reliability dapat dilihat dengan menggambarkan hubungan keandalan dalam model matematika, yaitu dengan memisalkan T sebagai waktu kegagalan dari sebuah sistem atau komponen, dimana T 0. Maka keandalan reliability dapat dinyatakan sebagai berikut: Rt = Pr ; 0 Rt 1 Dimana Rt 0, R0 = 1, dan Dengan memasukkan nilai t, dan Rt adalah probabilitas waktu kegagalan, maka: Rt = 1 – P r Rt = 1 – Ft Ft merupakan fungsi distribusi kumulatif yang mana juga menyatakan probabilitas kegagalan yang terjadi sebelum waktu t. Rt adalah fungsi keandalan dan Ft adalah fungsi distribusi kumulatif. Selain itu juga ada fungsi kepadatan probabilitas dari sistem, dimana fungsi ini menyatakan bentuk dari distribusi kegagalan sistem. Fungsi ini dapat dinyatakan sebagai berikut: ft = d Ftdt ft = -d Rtdt Universitas Sumatera Utara Dimana ft 0 dan = 1

3.4.3. Fungsi Keandalan Distribusi Kerusakan

Agar dapat mencegah terjadinya kerusakan pada mesin, maka terdapat berbagai jenis bentuk distribusi kerusakan yang dapat digunakan untuk merawat mesin. Distribusi kerusakan yang sering digunakan adalah distribusi normal, distribusi lognormal, distribusi eksponensial, dan distribusi Weibull. 3.4.3.1.Distribusi Normal Distribusi normal merupakan bentuk distribusi kerusakan yang kontinu dan memiliki bentuk kurva ke atas yang mirip seperti lonceng. Dua parameter yang digunakan dalam distribusi ini adalah yang disebut sebagai parameter rata- rata dan yang disebut sebagai parameter standar deviasi. Fungsi distribusi kerusakan ini merupakan yang paling banyak digunakan terutama untuk menunjukkan laju kerusakan yang terus meningkat. Fungsi yang digunakan dalam distribusi normal adalah: 1. Fungsi kepadatan probabilitas Probability density function Rumusnya adalah sebagai berikut: ft = exp 2. Fungsi kepadatan kumulatif Cummulative density function Rumusnya adalah sebagai berikut: Ft = 3. Fungsi reliabilitas Reliability function Universitas Sumatera Utara Rumusnya adalah sebagai berikut: Rt = 1 – 4. Fungsi kerusakan Hazard rate function Rumusnya adalah sebagai berikut: t = 3.4.3.2.Distribusi Lognormal Distribusi lognormal merupakan bentuk distribusi kerusakan untuk situasi yang bervariasi. Distribusi ini merupakan penjabaran dari distribusi normal karena yang berdistribusi normal bukan nilai x, tetapi logaritma dari nilai x. Fungsi yang digunakan dalam distribusi lognormal adalah: 1. Fungsi kepadatan probabilitas Probability density function Rumusnya adalah sebagai berikut: ft = exp 2. Fungsi kepadatan kumulatif Cummulative density function Rumusnya adalah sebagai berikut: Ft = 3. Fungsi reliabilitas Reliability function Rumusnya adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Rt = 1 – 4. Fungsi kerusakan Hazard rate function Rumusnya adalah sebagai berikut: t = 5. Variansi Rumusnya adalah sebagai berikut: 2 = exp 3.4.3.3.Distribusi Eksponensial Distribusi eksponensial merupakan bentuk distribusi kerusakan yang dapat digunakan dalam kebijakan perawatan dan juga memiliki laju yang tetap terhadap waktu. Hal ini berarti kemungkinan terjadinya kerusakan tidak tergantung pada umur suatu peralatan. Parameter yang sering digunakan dalam distribusi ini adalah yaitu rata-rata kedatangan kerusakan yang terjadi. Fungsi yang digunakan dalam distribusi eksponensial adalah: 1. Fungsi kepadatan probabilitas Probability density function Rumusnya adalah sebagai berikut: ft = 2. Fungsi kepadatan kumulatif Cummulative density function Rumusnya adalah sebagai berikut: Ft = 1 - 3. Fungsi reliabilitas Reliability function Universitas Sumatera Utara Rumusnya adalah sebagai berikut: Rt = 4. Fungsi kerusakan Hazard rate function Rumusnya adalah sebagai berikut: t = 5. Variansi Rumusnya adalah sebagai berikut: 2 = 6. Standar deviasi Rumusnya adalah sebagai berikut: 2 = dimana t 3.4.3.4.Distribusi Weibull Distribusi Weibull merupakan bentuk distribusi kerusakan yang dapat digunakan dalam kebijakan perawatan dan juga sering digunakan pada perhitungan keandalan dan menentukan tingkat kegagalan. Dengan adanya parameter-parameter dalam distribusi Weibull, maka bentuk perilaku kerusakan dapat lebih mudah dimodelkan. Distribusi ini dapat digunakan untuk laju kerusakan meningkat maupun laju kerusakan yang menurun. Dua parameter yang digunakan dalam distribusi ini adalah yang disebut sebagai parameter skala dan yang disebut sebagai parameter bentuk. Universitas Sumatera Utara Fungsi yang digunakan dalam distribusi Weibull adalah: 1. Fungsi kepadatan probabilitas Probability density function Rumusnya adalah sebagai berikut: ft = 2. Fungsi kepadatan kumulatif Cummulative density function Rumusnya adalah sebagai berikut: Ft = 1 - 3. Fungsi reliabilitas Reliability function Rumusnya adalah sebagai berikut: Rt = 4. Fungsi kerusakan Hazard rate function Rumusnya adalah sebagai berikut: t = 5. Variansi Rumusnya adalah sebagai berikut: 2 = 2 Dimana 0, 0, x 0, t 0 Yang menentukan tingkat kegagalan dalam distribusi Weibull dalam hal ini adalah nilai parameter yang berkaitan dengan laju kerusakan yang terjadi. Bila parameter bentuk mempengaruhi bentuk kurva laju kerusakan naik turun, maka parameter skala mempengaruhi nilai tengah dan sebaran dari Universitas Sumatera Utara distribusi tersebut. Dengan bertambahnya maka nilai keandalan pada waktu tertentu juga akan meningkat yang berarti menurunnya laju kerusakan. Dalam hal ini, merupakan parameter bentuk yang menggambarkan bentuk distribusi kerusakan, sedangkan merupakan parameter skala yang menggambarkan umur karakteristik dari komponen atau peralatan.

3.5. Mean Time To Failure MTTF

Mean Time To Failure merupakan nilai rata-rata waktu kegagalan dari sebuah sistem komponen. MTTF dapat dirumuskan sebagai berikut: MTTF = ET = = Dimana: ft = Probability density function t = Waktu Rt = Reliability function Fungsi dan parameter keandalan untuk masing-masing distribusi berbeda antara satu dengan yang lainnya. Di bawah ini akan diberikan fungsi keandalan untuk distribusi nornal, lognormal, Weibull, dan eksponensial. 1. Distribusi Normal Fungsi keandalan: Rt = 1 - MTTF = Universitas Sumatera Utara 2. Distribusi Lognormal Fungsi keandalan: Rt = 1 - MTTF = exp Dimana: = = 3. Distribusi Weibull Fungsi keandalan: Rt = MTTF = 4. Distribusi Eksponensial Fungsi keandalan: Rt = exp- MTTF =

3.6. Model Perhitungan Uji Penentuan Distribusi Data

Model perhitungan uji penentuan distribusi data dapat dilakukan dengan dua tahap yaitu identifikasi awal dan estimasi parameter. Identifikasi awal dapat dilakukan dengan metode least square curve fitting. Pada metode ini, distribusi yang terpilih adalah distribusi yang memiliki koefisien korelasi terbesar Index of Fit. Universitas Sumatera Utara Rumus mencari Index of Fit adalah sebagai berikut: r = Tujuan dari korelasi ini adalah untuk mencari hubungan antara variabel yang kemudian dari hasil penentuan distribusi ini lewat proses korelasi akan dihitung parameter distribusinya sesuai dengan jenis distribusi yang terpilih. Cara perhitungan mencari Index Of Fit untuk masing-masing distribusi kerusakan adalah sebagai berikut: 1. Distribusi Normal x i = t i , dimana t i adalah data ke i y i = z i = [Ft i ] = Parameter = dan = -a 2. Distribusi Lognormal x i = t i , dimana t i adalah data ke i y i = z i = [Ft i ] = Parameter = dan = ’ = ’ = = ’ = -a. ’ 3. Distribusi Eksponensial x i = t i , dimana t i adalah data ke i Universitas Sumatera Utara y i = ln 1 – Ft i Parameter = b = 4. Distribusi Weibull x i = t i , dimana t i adalah data ke i y i = ln {-ln 1 – Ft i } Parameter = b dan = =

3.7. Pengukuran Waktu Kerja