2.1.7 Suku Bunga
Suku bunga merupakan persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa bunga dalam satu periode tertentu. Menurut Karl dan Fair
2001, suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman dalam bentuk persentase, dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima
tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman. Bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku
bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai persentase dari jumlah yang dipinjamkan. Dengan kata lain, orang harus
membayar kesempatan untuk meminjam uang. Biaya peminjaman uang, diukur dalam dolar per tahun, per dolar yang dipinjam adalah suku bunga. Samuelson
dan Nordhaus, 2004 Pembayaran ke atas modal yang dipinjam dari pihak lain, yang dinyatakan
dalam persentase dari modal dinamakan suku bunga Sukirno, 2005. Pada umumnya persentase yang dinyatakan menunjukkan suku bunga dari sejumlah
modal di dalam satu tahun. Dengan demikian jika dinyatakan suku bunga adalah 15 persen, maka artinya modal yang dipinjamkan memperoleh suku bunga
sebanyak 15 persen setahun.
2.1.8 Kurs
Kurs exchange rate antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Kurs
dapat dibedakan menjadi kurs nominal dan kurs riil. Mankiw, 2007
Universitas Sumatera Utara
Pertukaran suatu mata uang dengan mata uang lainnya disebut transaksi valas, foreign exchange transaction Kuncoro, 1996. Harga suatu mata uang
terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau nilai tukar mata uang exchange rate. Salvatore, 1997
Mankiw 2007 menambahkan, kurs nominal nominal exchange rate adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Kurs riil real exchange rate
adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara. Dalam sistem kurs bebas nilai kurs yang mengalami depresiasi atau
apresiasi akan mendorong terjadinya arus perubahan ekspor dan impor barang dan jasa dari suatu negara ke negara lainnya sehingga akan tercapai keseimbangan
nilai kurs dimana nilai ekspor sama dengan nilai impornya. Yuliadi, 2008 Perubahan nilai tukar dianggap penting, karena dapat berdampak pada
harga komoditas ekspor dan impor, upah tenaga kerja relatif, suku bunga, jumlah pengangguran, dan tingkat produksi Saeed et al, 2012, sehingga perlu adanya
upaya menstabilkan nilai tukar di suatu negara. Secara umum menunjukkan bahwa determinasi nilai tukar ditentukan oleh variabel-variabel makroekonomi,
seperti supply uang diferensial, suku bunga diferensial, PDB riil diferensial, dan inflasi diferensial.
Oleh karena penentuan nilai tukar mata uang dalam sistem mengambang bebas ditentukan oleh mekanisme pasar, maka hal tersebut akan sangat
bergantung pada kekuatan faktor-faktor ekonomi yang diduga dapat mempengaruhi kondisi permintaan dan penawaran valuta asing di pasar valuta
asing Madura, 2000. Faktor-faktor tersebut, antara lain adalah: 1. Perbedaan tingkat inflasi tingkat harga umum antara kedua negara.
Universitas Sumatera Utara
2. Perbedaan tingkat suku bunga antara kedua negara. 3. Perbedaan tingkat pendapatan nasional Gross Domestik Product, GDP
antara kedua negara.
2.2 Landasan Penelitian Terdahulu
Pratowo 2009 meneliti tentang seberapa besar variabel Belanja Daerah, Gini Rasio, Pengeluaran Non Makanan, dan Rasio Ketergantungan berpengaruh
terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Propinsi Jawa Tengah. Penelitian ini menganalisis dengan data sekunder maka di dapat hasil penelitian tersebut bahwa
Belanja Daerah dan Pengeluaran non Makanan secara signifikan berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia, sedangkan Gini Rasio dan Rasio
Ketergantungan secara signifikan berpengaruh negatif terhadap Indeks Pembangunan Manusia.
Setiawan dan Hakim 2013 meneliti tentang Indeks Pembangunan Manusia Indonesia dengan variabel yang digunakan Produk Domestik Bruto
PDB, Pajak Pendapatan PPN, Dummy Desentralisasi DD, dan Dummy Krisis Ekonomi DK. Data yang digunakan adalah data sekunder. Hasil penelitian
tersebut adalah Produk Domestik Bruto PDB secara signifikan berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia sedangkan Pajak Pendapatan
PPN secara signifikan berpengaruh negatif terhadap Indeks Pembangunan Manusia.
Saddewisasi dan Ariefiantoro 2011 meneliti tentang Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia IPM Di Kota
Semarang. Penelitian ini menggunakan data sekunder, hasil penelitiannya adalah
Universitas Sumatera Utara