Faktor Sosial Perkembangan Pemerintahan Daerah Tingkat II Kabupaten Tapanuli Selatan (1950 – 1999)

Wahid R. 50 Ini bisa disebabkan karena adanya perebutan kekuasaan politik pada masa itu yang mana pada tahun tersebut sistem pemerintahannya bisa berjalan lambat karena sibuk dalam mengurusi perubahan kekuasaan tersebut yang berdampak pada perkembangan pemerintahan Tapanuli Selatan sendiri.

4.2 Faktor Sosial

Secara geografis Tapanuli Selatan berada pada jalur utama antar lintas propinsi dari Propinsi Sumatera Utara menuju Propinsi Sumatera Barat yang mana posisi Tapanuli Selatan masuk dalam batas daerah antara kedua propinsi tersebut. Dengan demikinan dapat dilihat bahwa bagaimana pembangunan jalan lintas antar propinsi tersebut telah memberikan pengaruh terhadap perkembangan Tapanuli Selatan. Dengan dibangunnya jalur transportasi antar setiap daerah tidak hanya memberikan keuntungan dalam hal ekonomi pada daerah ini, juga dengan semakin mudahnya akses jalan telah memberikan suatu kemudahan bagi masyarakat luar untuk datang ke Tapanuli Selatan. Yang mana dalam perkembangan masyarakat sosialnya telah banyak menghadapi perubahan baik dalam hal pendidikan, kesehatan maupun komunikasi dengan masyarakat di luar Tapanuli Selatan. Ketika Belanda menduduki wilayah Padang Sidimpuan datang dari arah MandailingAir Bangis, pasukan Belanda membangun jembatan Siborang dan jembatan Sigiringgiring yang mengakibatkan daerah Siborang menjadi sebuah persimpangan utama yang menghubungkan lalu lintas utara, selatan dan barat dari dan ke benteng Padang Sidimpuan. Sehubungan dengan pemindahan ibukota 50 Lihat lampiran III. Universitas Sumatera Utara Keresidenan Tapanuli dari Air Bangis daerah Pasaman, Sumatera Barat ke Padang Sidimpuan pada tahun 1884, wilayah ini sebelumnya adalah semacam tanah ulayat dari empat area komunitas marga Harahap: yang berada di arah utara adalah BatunaduaPargarutan, di arah selatan adalah Pijor Koling, di arah barat adalah HutaimbaruAngkola Julu; dan satu lagi dan merupakan inti komunitas marga Harahap yakni di arah tenggara adalah Sidangkal Simarpinggan. Penduduk asli marga Harahap di Sidangkal ini sudah sejak lama melakukan aktvitas berladang dan berburu di areal yang kini menjadi pusat Kota Padang Sidimpuan. 51 Perkembangan Tapanuli Selatan semakin maju dengan pembangunan kantor Pos yang bangunannya berada di kantor Pos yang sekarang. Bangunan lainnya yang muncul adalah kantor dagang dan bank Belanda serta losmen tempat penginapan bagi para saudagar. Pada masa peralihan Belanda ke RI, bangunan bank dan kantor dagang Belanda tersebut berubah menjadi BRI dan Bank Bumi Daya sekarang Bank Mandiri. Satu lagi bangunan yang secara evolutif tumbuh adalah bangunan Masjid Raya lama yang berada di samping Pajak Batu. Inisiatif dan keberadaan pembangunan masjid ini tipikal sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pusat perdagangan. Pada tahun 1960-an mesjid Raya Baru mulai dibangun untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin besar jumlahnya. 52 Tidak lama setelah usai perang paderi dalam fase perang dingin--sekitar 1850-an jalur ekonomi Panyabungan-Natal dibuka. Arus perdagangan dari 51 Akhir Matua Harahap, Sejarah Tata Ruang Padang Sidimpuan: Suatu Esai Sosial-Ekonomi Kota di Masa ‘Doeloe’ Menuju Kota Masa Depan, http:akhirmh.blogspot.com , diakses tanggal 09 Juli 2013. 52 Wawancara dengan pensiunan PNS, Darul Nafis pada tanggal 26 April 2013, 13.00 WIB, Padang Sidimpuan. Universitas Sumatera Utara Mandailing ke Pelabuhan Natal berkembang pesat. Di huta Tanobato tahun 1862 didirikan sekolah guru Kweekschool yang dikelola Willem Iskandar. Murid- muridnya selain penduduk MandailingNatal juga berasal dari semua penjuru utamanya AngkolaSipirok dan Padang BolakPadang Lawas. Alumni sekolah ini menjadi agen perubahan khususnya di Padang Sidimpuan yang menjadi pemimpin lokal, guru dan bahkan pengarang. Sebagian mereka alumni inilah yang menjadi guru-guru pendidikan ala barat di sekolah-sekolah rakyat di Padang Sidimpuan. Ini merupakan awal dimulainya perjalanan pendidikan di Tapanuli Selatan yang pada akhirnya telah mengeluarkan kaum-kaum intelektual yang berjuang demi perkembangan dan kemajuan Dati II Kabupaten Tapanuli Selatan sampai sekarang ini. Berakhirnya pemerintahan Belanda di Indonesia seiring dengan pendudukan Jepang, berbagai macam sekolah yang ada di Padang Sidimpuan, diseragamkan dengan membentuk konsep sekolah dasar 6 tahun yang disebut Sekolah Rendah SR. Sekolah-sekolah rendah ini bahasa pengantarnya Bahasa Indonesia tetapi dalam kurikulumnya diajarkan bahasa Jepang. Setelah Indonesia merdeka Sekolah Rakyat diambil alih pemerintah Indonesia. Namun pada masa awal kemerdekaan suasana tidak menentu dan banyak sekolah rakyat ditutup sampai akhirnya adanya pengakuan kedaulatan NKRI tahun 1950 yang selanjutnya bentuk-bentuk sekolah dasar menjadi satu kembali di bawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sumatera Utara. Selanjutnya, pembentukan sekolah dasar dan distribusinya mengikuti perkembangan Tapanuli Selatan, lebih spesifik mengikuti densitas penduduk Tapanuli Selatan dan arah perkembangan Tapanuli Selatan selanjutnya. pada tahun 1953 dibentuk SMA di Universitas Sumatera Utara Padang Sidimpuan. Lokasi SMA yang dibangun tersebut mengambil sebagian gedung Kweekschool Padang Sidimpuan yang menghadap jalan Merdeka yang kini menjadi SMA Negeri 1 Padang Sidimpuan. Selanjutnya di sudut lain kota direncanakan dan terbentuk area yang menjadi komplek pendidikan di Siadabuan sekarang menjadi Sadabuan. Komplek pendidikan Siadabuan ini seakan menggantikan komplek pendidikan sebelumnya di area Kweekschool yakni antara jalan Merdeka dengan jalan Tonga Ahmad Dahlan dan antara jalan Sutomo dengan jalan Ahmad Yani. Sekolah-sekolah yang sudah ada waktu itu di area ini adalah SMAN-1, SMAN-2, SPG, PGSLP, SMPN-3, SDN-2, SDN-10, SDN-14, SDN-16, SDN-23. Kemudian ada juga IKIP Cabang Medan yang pada tahun 1920 merupakan Hollanddsch Inlandscha School HIS yang kemudian di tahun 1980-an menjadi Perpustakaan Umum Daerah dan IKIP Cabang Medan dipindahkan dan dijadikan Universitas Graha Nusantara UGN. Juga, masih di seputar area ini sudah sejak lama berdiri lembaga-lembaga pendidikan seperti Sekolah Ibtidaiyah jalan Sutomo, Sekolah Taman Siswa jalan Sudirman dan Sekolah Muhammadiyah jalan MerdekaSigiringgiring. 53 Banyaknya perubahan sosial yang meliputi status sosial masyarakatnya yang telah terjadi di Tapanuli Selatan sudah sangat mempengaruhi terhadap perkembangan pemerintahannya, yang mana dalam perjalanan pemerintahan Dati II Kab. Tapanuli Selatan harus berjalan seiring dengan perkembangan sosialnya yang juga saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Pembangunan jalur transportasi, kantor- kantor administrasi, fasilitas kesehatan, pendidikan dan yang lain-lainnya merupakan 53 Ibid. Universitas Sumatera Utara kebijakan dari pemerintahannya dalam mendukung perkembangan kehidupan sosial masyarakatnya yang mana akan berdampak pada perkembangan daerah dan juga perkembangan pemerintahannya.

4.3 Faktor Ekonomi