peraturan-peraturan tersebut juga dibuat untuk tetap mengkordinir rangkaian- rangkaian, cabang-cabang, alat-alat perlengkapan pemerintah ataupun organisasi-
organisai yang berfungsi untuk menyelesaikan segala urusan-urusan yang terdapat di daerah agar tetap berjalan sesuai ketentuan dan tujuan yang diharapkan kedepannya.
3.2 Pemerintahan Dati II Kab. Tapanuli Selatan tahun 1950-1957.
3.2.1 Awal Pembentukan Pemerintahan 1950
Pada bab sebelumnya telah dijelaskan tentang bagaimana perjalanan pemerintahannya sejak masa Pemerintahan Tradisional sampai dengan masuknya
Belanda dan Jepang atau sebelum tahun 1950. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa suatu wilayah yang memiliki jumlah penduduk yang banyak perlu adanya suatu
rangkaian atau sistem yang mengatur dalam menjalankan kehidupannya. Contoh simpel saja, sebuah keluarga yang terdiri dari 5 orang, ayah, ibu dan 3 orang anak
saja perlu memiliki suatu sistem yang mengaturnya. Di mana dalam sistem tersebut harus memiliki seorang pemimpin yang berkewajiban untuk menentukan suatu
Keputusan dalam menjalankan kehidupannya. Perkembangan pemerintahan mengacu pada suatu sistem pemerintahan yang
diwarnai oleh perjalanan sejarah Republik Indonesia yang telah melalui berbagai tahapan dan Peraturan Perundang-undangan yang mengatur bentuk dan sistem
pemerintahan di daerah. Sesuai dengan adanya ketentuan yang berlaku, penyelenggaraan pemerintah di daerah Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai suatu
daerah otonom dilaksanakan berdasarkan azas Desentralisasi dan Dekonsentrasi
Universitas Sumatera Utara
secara bersama-sama,
32
Sebelumnya sudah dijelaskan tentang bagaimana perjalanan sejarah Republik Indonesia yang telah melalui berbagai tahapan dan Peraturan Perundang-undangan
yang mengatur bentuk dan sistem pemerintahan di daerah. Yang mana akan diproyeksikan terhadap perkembangan pemerintahan di Dati II Kabupaten Tapanuli
Selatan, bagaimana peraturan perundang-undangan tersebut telah memberi pengaruh yang besar terhadap perkembangan pemerintahan di Tapanuli Selatan.
dengan demikian dapat tercipta suatu hubungan fungsional yang baik antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah untuk menjaga
keutuhan negara kesatuan serta menjamin terlaksananya pemerintahan daerah.
Awal kemerdekaan dalam rapatnya tanggal 29 Agustus 1945, PPKI mengambil beberapa keputusan-keputusan penting, sebagai tindakan sementara yang
berhubungan dengan pemerintahan daerah, antara lain: 1.
Untuk sementara waktu wilayah Negara Indonesia dibagi dalam 8 propinsi yang masing-masing dikepalai oleh seorang Gubernur. Propinsi-propinsi
tersebut ialah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Borneo, Sulawesi, Maluku dan Sunda Kecil.
2. Daerah Propinsi dibagi lagi dalam Keresidenan-keresidenan yang dikepalai
oleh seorang Residen. 3.
Gubernur dan Residen masing-masing dibantu oleh sebuah Komite Nasional Daerah.
32
Desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintah dari pemerintah atau Daerah tingkat atasnya kepada Daerah menjadi urusan rumah tangganya; Dekonsentrasi adalah pelimpahan
wewenang dari Pemerintah atau Kepala Wilayah atau Kepala Instansi Vertikal tingkat atasnya kepada pejabat-pejabatnya di daerah.
Universitas Sumatera Utara
4. Untuk sementara waktu kedudukan kooti swapraja, kota gemeente
diteruskan seperti apa adanya. 5.
Penertiban pangreh-praja di bawah keresidenan akan diatur berdasar peraturan yang ada dan masih berlaku pada saat itu.
33
Dari konfigurasi tersebut terlihat bahwa struktur dan sistem pemerintahan daerah di Indonesia pada awal kemerdekaan masih sangat sederhana yaitu terdiri dari
Propinsi, Keresidenan, Kooti, dan Kota ditambah lembaga Komite Nasional Daerah. Dalam hal ini ada dua pihak dalam pemerintah yaitu Komite Nasional Daerah di satu
pihak dan alat-alat perlengkapan negara yang sehari-hari menjalankan pemerintahan di lain pihak, untuk menjaga agar tidak terjadi dualisme pemerintahan maka diambil
langkah memberikan tugas tertentu kepada Komite Nasional Daerah sebagai badan perwakilan rakyat daerah sebelum ada pemilihan umum. Maka dikeluarkanlah
Undang-undang No. 1 Tahun 1945 tentang Kedudukan Komite Nasional Daerah, mulai berlaku pada hari diumumkan, yaitu tanggal 23 Nopember 1945.
Sebagai pemberlakuan dari undang-undang tersebut maka pada saat itu di Tapanuli Selatan dibentuk tiga kabupaten sebagai pengganti dari istilah onder
afdeeling yang dipimpin Asisten ResidentCokan yang digunakan sebelumnya, hal tersebut terjadi setelah berakhirnya Agresi Militer Belanda. Istilah kabupaten
mengikuti sebutan yang sudah lama digunakan di Jawa yang setingkat dengan Onder afdeeling di Keresidenan Tapanuli. Ketiga kabupaten tersebut adalah Kabupaten
Angkola Sipirok, Kabupaten Padang Lawas dan Kabupaten Mandailing Natal. Selama masa perang pada masa agresi Belanda di Tapanuli Bagian Selatan
33
R. Joeniarto, op. cit., hal. 63-64.
Universitas Sumatera Utara
kedudukan pemerintahan kabupaten berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain yang lebih aman di luar jangkauan tentara kolonial Belanda.
Dalam hal ini belum terlihat jelas perkembangan yang menonjol dari pemerintahan daerah di Tapanuli Selatan. Karena UU No. 1 Tahun 1945 belum
memberikan landasan yang menyeluruh tentang pemerintahan daerah dan juga tentang tata cara penyelenggaraannya, maka pada tanggal 10 Juli 1948 ditetapkan
Undang-undang No. 22 Tahun 1948 Undang-undang Pokok tentang Pemerintahan Daerah. Menurut undang-undang ini, daerah Negara Republik Indonesia akan dibagi-
bagi dalam tiga tingkatan daerah yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri, yaitu daerah tingkat satu, disebut “Propinsi”; daerah tingkat dua:
“Kabupaten” dan “Kota Besar”, dan daerah tingkat tiga: “Desa” negeri, marga, dan sebagainya dan “Kota Kecil” [pasal 1]. Dalam Undang-undang tersebut baru
disebutkan tentang DPRD dan DPD sebagai alat perlengkapan daerah pengganti Komite Nasional Daerah.
3.2.2 Pembentukan Daerah Tingkat II Kabupaten Tapanuli Selatan dengan
Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956. Sejak Agresi Militer Belanda di Tapanuli Selatan dengan perubahan tiga
Onder Afdeeling menjadi tiga kabupaten persiapan pembentukan pemerintahan yang lebih efektif terus dilakukan. Setelah Republik Indonesia mendapatkan kedaulatan
penuh pada akhir tahun 1949, maka pembagian daerah administrasi pemerintahan mengalami perubahan dan terus dilakukan rencana pembentukan pemerintahannya
sejak awal tahun 1950 dengan Bupati pertama dipegang oleh Muda Siregar Gelar Sutan Doli 1950-1951 yang diangkat oleh Menteri Dalam Negeri. Kemudian dalam
Universitas Sumatera Utara
menjalankan pemerintahannya dibentuklah DPRD dan DPD di mana Bupati yang dipilih setelah itu sampai tahun 1956, yaitu:
34
1. Raja Junjungan Lubis 1951-1954
2. Abdul Azis Lubis 1954
3. Wahid R 1954
4. Abdul Azis Lubis 1954
5. Mhd. Nasib Nasution 1954-1955
6. Abdul Azis Lubis 1955-1956
Menurut UU No. 22 Tahun 1948 pasal 18 ayat 4 “Kepala Daerah dapat diberhentikan oleh yang berwajib atas usul Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
bersangkutan”. Dan belum ada dalam undang-undang tersebut ditentukan tentang berapa lama masa jabatan seorang Bupati KDH. Di atas dapat dilihat bahwa Bupati
KDH Abdul Azis Lubis diangkat dan diberhentikan sebanyak tiga kali, juga terjadi tiga kali pergantian Kepala Daerah selama satu tahun. Pada periode Bupati KDH
Kabupaten Tapanuli Selatan yang dijabat oleh Raja Junjungan Lubis terjadi penambahan enam kecamatan, yaitu:
35
1. Kecamatan Batang Angkola berasal dari sebagian Kecamatan Padang
Sidimpuan dengan ibukota di Pintu Padang. 2.
Kecamatan Siabu berasal dari sebagian Kecamatan Panyabungan dengan ibukota di Siabu.
3. Kecamatan Saipar Dolok Hole berasal dari sebagian Kecamatan Sipirok
dengan ibukota di Sipagimbar. 4.
Kecamatan Sosa berasal dari sebagian Kecamatan Barumun dengan ibukota di Pasar Ujung Batu.
34
Badan Pusat Statisyik, Tapanuli Selatan Dalam Angka 2012, op. cit., hal. liv.
35
Ibid., hal. 1
Universitas Sumatera Utara
5. Kecamatan Sosopan berasal dari sebagian Kecamatan Barumun dan Sosa
dengan ibukota di Sosopan. 6.
Kecamatan Barumun Tengah berasal dari sebagian Kecamatan Padang Bolak dengan ibukota di Binanga.
Dengan demikian, perkembangan wilayah Tapanuli Bagian Selatan yang disebut sebagai Kabupaten Tapanuli Selatan pada saat berikutnya akhirnya memiliki
18 kecamatan. Daftar lengkap kecamatan di Kabupaten Tapanuli Selatan adalah sebagai berikut:
1. Dolok
2. Barumun
3. Barumun Tengah
4. Batang Angkola
5. Batang Natal
6. Batang Toru
7. Kotanopan
8. Muarasipongi
9. Natal
10. Padang Bolak
11. Padang Sidimpuan
12. Panyabungan
13. Saipar Dolok Hole
14. Simangambat
15. Siabu
16. Sipirok
17. Sosa
18. Sosopan
Baru kemudian pada tahun 1956, Daerah Tapanuli Bagian Selatan resmi ditetapkan menjadi daerah otonom kabupaten dengan nama Kabupaten Tapanuli
Selatan sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten dalam
Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara Pasal 1 ayat 10, yang berbunyi: “Tapanuli Selatan, dengan nama Kabupaten Tapanuli Selatan,
dengan batas-batas yang meliputi wilayah afdeling Padang Sidimpuan dulu Staatsblad 1937 No. 563, sebagai dimaksud
dalam Ketetapan Gubernur Propinsi TapanuliSumatera Timur tanggal 18 Januari 1950 No. 19pndpdta50, sejak telah ditambah
Universitas Sumatera Utara
menurut ketetapan Gubernur Propinsi Sumatera Utara tanggal 19 Mei 1951 No. 20IPSU jo. keputusan Panitia Penyelenggara
Pembentukan Propinsi Sumatera Utara tanggal 19 Agustus 1950 No. 4D yang diperbaiki dengan ketetapan Gubernur Propinsi
Sumatera Utara tanggal 31 Januari 1952 tidak bernomor;”
Dengan pusat pemerintahan berkedudukan di Padang Sidimpuan sebagaimana yang disebutkan juga dalam Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 Pasal 2
ayat 1 dan anggota DPRD terdiri dari 27 orang [pasal 3 ayat 1]. UU tersebut dikeluarkan dikarenakan perkembangan ketatanegaraan pemerintahan Tapanuli
Selatan dan untuk melancarkan jalannya pemerintahan tersebut. Dan dengan dikeluarkannya UU tersebut, maka disepakati hari jadi Kabupaten Tapanuli Selatan
pada tahun 1950 jatuh pada tanggal 24 Nopember mengacu pada tanggal diundangkannya UU Darurat No. 7 Tahun 1956, dan kesemuanya itu dituangkan
dalam Perda. Kab. Tapanuli Selatan No. 8 Tahun 2008 tentang Hari Jati Kabupaten Tapanuli Selatan. Dan sesuai dengan Undang-undang No. 22 Tahun 1948 yang
berlaku pada saat itu Kabupaten Tapanuli Selatan disebut Daerah Tingkat II Kabupaten Tapanuli Selatan dengan Bupati KDH Muhammad Nurdin Nasution yang
memimpin dari tahun 1956-1961.
3.3 Perkembangan Pemerintahan Dati II Kab. Tapanuli Selatan tahun 1957- 1974.