Analisis daya saing industri semen Indonesia periode 1978 - 2005

(1)

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI SEMEN INDONESIA

PERIODE 1978 - 2005

OLEH

PRISTIA WIDAYUNITA H14103090

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(2)

PRISTIA WIDAYUNITA. Analisis Daya Saing Industri Semen Indonesia Periode 1978-2005 (dibimbing oleh SRI MULATSIH).

Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak pada sangat ketatnya persaingan dan cepat terjadinya perubahan lingkungan usaha. Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara termasuk Indonesia, sehingga fokus strategi pembangunan industri di masa depan adalah membangun daya saing sektor industri yang berkelanjutan di pasar domestik dan internasional. Industri semen merupakan salah satu industri pengolahan non migas yang strategis diproduksi di Indonesia karena merupakan faktor penting dalam pembangunan fisik nasional. Komoditas semen merupakan komoditas yang menguasai hajat hidup orang banyak dan belum ada substitusinya. Pengembangan industri semen sebagai industri pengolahan strategis harus memiliki perencanaan pengembangan untuk jangka menengah dan jangka panjang serta memiliki tingkat daya saing yang kuat di pasar domestik dan dipasar internasional. Kemajuan industri semen telah menjadi penyumbang terbesar terhadap pendapatan nasional dan menjadi andalan dalam penciptaan kesempatan kerja.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing industri semen Indonesia, faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing industri semen dan pengaruh daya saing tersebut terhadap penyerapan tenaga kerja selama periode 1978-2005. Metode yang digunakan untuk menganalisis daya saing industri semen Indonesia adalah metode Revealed Comparative Advantage (RCA). Sedangkan metode yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing industri semen Indonesia dan pengaruh daya saing terhadap penyerapan tenaga kerja adalah metode analisis Two Stage Least Square (2SLS) dengan menggunakan perangkat lunak (software) Eviews 4.1 dan Microsoft Excel 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri semen Indonesia memiliki tingkat daya saing yang kuat di pasar internasional. Daya saing industri semen Indonesia dipengaruhi secara positif oleh produktivitas, efisiensi, ekspor semen Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, jumlah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja dan dipengaruhi secara negatif oleh dummy krisis. Daya saing industri semen Indonesia berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja.


(3)

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI SEMEN INDONESIA

PERIODE 1978 - 2005

Oleh

PRISTIA WIDAYUNITA H14103090

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(4)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Pristia Widayunita

Nomor Registrasi Pokok : H14103090 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Daya Saing Industri Semen Indonesia Periode 1978 - 2005

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Sri Mulatsih, M.Sc NIP. 131 849 397

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Ir. Rina Oktaviani MS, Ph.D NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan :


(5)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Mei 2007

Pristia Widayunita H14103090


(6)

Penulis bernama Pristia Widayunita lahir pada tanggal 13 September 1986 di Jakarta. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan H. Puwanto, ST dan Hj. Niesma Roeswinarsih, SH. Jenjang penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan pendidikan pada TK Islam Flamboyan pada tahun 1991, kemudian melanjutkan ke SD Negeri Karang Tengah 2 dan lulus pada tahun 1997. Pada tahun yang sama penulis diterima di SLTP Negeri 3 Tangerang dan lulus pada tahun 2000 kemudian melanjutkan ke SMU Yadika 5 Jakarta Barat dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 2003, penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif di organisasi seperti HIPOTESA FEM IPB periode 2004-2005 dan aktif sebagai tim kepanitiaan dalam berbagai acara di IPB. Selain itu, penulis aktif sebagai Tim Volunteer dalam berbagai kegiatan di Kantor Jasa Ketenagakerjaan (KJK) IPB tahun 2006.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Daya Saing Industri Semen Indonesia Periode 1978-2005”. Daya saing merupakan topik yang sangat menarik karena menunjukkan perkembangan suatu industri dalam menjalankan perekonomian di pasar domestik dan di pasar internasional yang diharapkan berdampak positif terhadap pembangunan ekonomi jangka panjang serta menyerap tenaga kerja. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Orang tua tercinta penulis yaitu H. Purwanto, ST dan Hj. Niesma Roeswinarsih, SH, kakak tersayang Mas Dayu, adik tersayang Dek Annisa beserta keluarga besar atas doa, bimbingan, kesabaran, dukungan dan pengorbanannya.

2. Dr. Sri Mulatsih, M.Sc selaku dosen pembimbing atas waktu, kesabaran, masukan, arahan, motivasi selama bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 3. M. P Hutagaol, Ph.D selaku dosen penguji utama yang telah bersedia menguji

dan memberikan masukan serta kritik yang sangat bermanfaat untuk penyempurnaan skripsi ini.

4. Jaenal Effendi, MA selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan masukan dalam perbaikan tata bahasa untuk penyempurnaan skripsi ini.

5. Ka Granson dan Ka Selly yang telah memberikan masukan, arahan dan motivasi dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.


(8)

6. Tim TU Departemen IE Mba Atik, Mas Anto, Mas Dede, Mas Anwar, Mas Ryan, Pak Cecep dan TU Fakultas Ekonomi dan Manajemen Pak Yadi atas dukungan dan bantuan selama proses persiapan seminar dan sidang.

7. Pak Ircham di Asosiasi Semen Indonesia, bapak-ibu di Badan Pusat Statistik atas dukungan dan bantuan selama proses pengambilan data.

8. My Best Friends Aji, Heri, Bunda, Weni, Ratih, Wiwit, Mimi, Yogi, dan Suma atas doa, dukungan dan bantuan selama proses pembuatan skripsi.

9. Teman-teman IE 40 Beby, Onye, Suma, Berry, Rama dan teman-teman seperjuangan yang tidak disebutkan satu persatu atas doa, dukungan dan bantuan selama proses pembuatan skripsi.

10. Jejaka tampan di Kalingga Decky, Ope dan wanita Tiamo Astri, Indah, Puspi dan teman-teman di IPB non departemen Ilmu Ekonomi yang tidak disebutkan satu persatu atas doa dukungan dan bantuan selama proses pembuatan skripsi.

11. Tim KJK IPB Mba Sarah, Mba Tari, Mba Tanti, Mas Wahyu, Mas Pipip dan teman-teman Tim Volunter KJK IPB atas doa, dukungan dan bantuan selama proses pembuatan skripsi.

Akhirnya penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Segala kesalahan yang terjadi dalam penelitian menjadi tanggung jawab penulis. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Mei 2007

Pristia Widayunita H14103090


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 10

2.1. Tinjauan Teori ... 10

2.1.1. Teori Globalisasi ... 10

2.1.2. Teori Pembangunan ... 11

2.1.3. Teori Perdagangan Internasional ... 11

2.1.3.1. Teori Merkantilisme ... 14

2.1.3.2. Teori Keunggulan Absolut (Adam Smith) ... 14

2.1.3.3. Teori Keunggulan Komparatif ... 15

2.1.3.4. Teori Keunggulan Kompetitif ... 16

2.1.4. Teori Daya Saing ... 17

2.1.5. Teori Industri ... 18

2.1.6. Analisis Keunggulan Komparatif (RCA) ... 21

2.1.7. Faktor-faktor penduga yang mempengaruhi Daya Saing Industri Semen Indonesia ... 23

2.1.8. Teori Tenaga Kerja ... 27

2.2. Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 28

2.3. Kerangka Pemikiran ... 31


(10)

III. METODE PENELITIAN ... 35

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 35

3.2. Metode Pengumpulan Data ... 36

3.3. Metode Analisis Data ... 36

3.3.1. Analisis Daya Saing (RCA) ... 36

3.3.2. Analisis Persamaan Simultan ... 38

3.3.3. Identifikasi Model ... 40

3.4. Metode Pengolahan Data ... 43

3.4.1. Uji Kriteria Ekonomi dan Statistik ... 45

3.4.1.1. Uji Koefisien Determinasi ... 45

3.4.1.2. Uji t ... 45

3.4.1.3. Uji F ... 46

3.4.2. Uji Ekonometrika ... 47

3.4.2.1. Heteroskedastisitas ... 47

3.4.2.2. Autokorelasi ... 48

3.4.2.3. Normalitas Error Term ... 49

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI SEMEN ... 50

4.1. Perkembangan Industri Semen Dalam Negeri ... 50

4.2. Kapasitas Produksi Semen ... 52

4.3. Produksi Semen ... 53

4.4. Konsumsi Semen ... 56

4.5. Ekspor dan Impor Semen ... 58

4.6. Tenaga Kerja Sektor Industri Semen Indonesia ... 60

4.7. Kebijakan-kebijakan Pemerintah Pada Industri Semen ... 61

4.7.1. Kebijakan Harga ... 61

4.7.2. Kebijakan Ekspor – Impor ... 64

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 65

5.1. Daya Saing Industri Semen Indonesia ... 65

5.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing Industri Semen Indonesia ... 77


(11)

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI SEMEN INDONESIA

PERIODE 1978 - 2005

OLEH

PRISTIA WIDAYUNITA H14103090

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(12)

PRISTIA WIDAYUNITA. Analisis Daya Saing Industri Semen Indonesia Periode 1978-2005 (dibimbing oleh SRI MULATSIH).

Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak pada sangat ketatnya persaingan dan cepat terjadinya perubahan lingkungan usaha. Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara termasuk Indonesia, sehingga fokus strategi pembangunan industri di masa depan adalah membangun daya saing sektor industri yang berkelanjutan di pasar domestik dan internasional. Industri semen merupakan salah satu industri pengolahan non migas yang strategis diproduksi di Indonesia karena merupakan faktor penting dalam pembangunan fisik nasional. Komoditas semen merupakan komoditas yang menguasai hajat hidup orang banyak dan belum ada substitusinya. Pengembangan industri semen sebagai industri pengolahan strategis harus memiliki perencanaan pengembangan untuk jangka menengah dan jangka panjang serta memiliki tingkat daya saing yang kuat di pasar domestik dan dipasar internasional. Kemajuan industri semen telah menjadi penyumbang terbesar terhadap pendapatan nasional dan menjadi andalan dalam penciptaan kesempatan kerja.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing industri semen Indonesia, faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing industri semen dan pengaruh daya saing tersebut terhadap penyerapan tenaga kerja selama periode 1978-2005. Metode yang digunakan untuk menganalisis daya saing industri semen Indonesia adalah metode Revealed Comparative Advantage (RCA). Sedangkan metode yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing industri semen Indonesia dan pengaruh daya saing terhadap penyerapan tenaga kerja adalah metode analisis Two Stage Least Square (2SLS) dengan menggunakan perangkat lunak (software) Eviews 4.1 dan Microsoft Excel 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri semen Indonesia memiliki tingkat daya saing yang kuat di pasar internasional. Daya saing industri semen Indonesia dipengaruhi secara positif oleh produktivitas, efisiensi, ekspor semen Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, jumlah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja dan dipengaruhi secara negatif oleh dummy krisis. Daya saing industri semen Indonesia berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja.


(13)

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI SEMEN INDONESIA

PERIODE 1978 - 2005

Oleh

PRISTIA WIDAYUNITA H14103090

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(14)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Pristia Widayunita

Nomor Registrasi Pokok : H14103090 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Daya Saing Industri Semen Indonesia Periode 1978 - 2005

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Sri Mulatsih, M.Sc NIP. 131 849 397

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Ir. Rina Oktaviani MS, Ph.D NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan :


(15)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Mei 2007

Pristia Widayunita H14103090


(16)

Penulis bernama Pristia Widayunita lahir pada tanggal 13 September 1986 di Jakarta. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan H. Puwanto, ST dan Hj. Niesma Roeswinarsih, SH. Jenjang penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan pendidikan pada TK Islam Flamboyan pada tahun 1991, kemudian melanjutkan ke SD Negeri Karang Tengah 2 dan lulus pada tahun 1997. Pada tahun yang sama penulis diterima di SLTP Negeri 3 Tangerang dan lulus pada tahun 2000 kemudian melanjutkan ke SMU Yadika 5 Jakarta Barat dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 2003, penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif di organisasi seperti HIPOTESA FEM IPB periode 2004-2005 dan aktif sebagai tim kepanitiaan dalam berbagai acara di IPB. Selain itu, penulis aktif sebagai Tim Volunteer dalam berbagai kegiatan di Kantor Jasa Ketenagakerjaan (KJK) IPB tahun 2006.


(17)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Daya Saing Industri Semen Indonesia Periode 1978-2005”. Daya saing merupakan topik yang sangat menarik karena menunjukkan perkembangan suatu industri dalam menjalankan perekonomian di pasar domestik dan di pasar internasional yang diharapkan berdampak positif terhadap pembangunan ekonomi jangka panjang serta menyerap tenaga kerja. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Orang tua tercinta penulis yaitu H. Purwanto, ST dan Hj. Niesma Roeswinarsih, SH, kakak tersayang Mas Dayu, adik tersayang Dek Annisa beserta keluarga besar atas doa, bimbingan, kesabaran, dukungan dan pengorbanannya.

2. Dr. Sri Mulatsih, M.Sc selaku dosen pembimbing atas waktu, kesabaran, masukan, arahan, motivasi selama bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 3. M. P Hutagaol, Ph.D selaku dosen penguji utama yang telah bersedia menguji

dan memberikan masukan serta kritik yang sangat bermanfaat untuk penyempurnaan skripsi ini.

4. Jaenal Effendi, MA selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan masukan dalam perbaikan tata bahasa untuk penyempurnaan skripsi ini.

5. Ka Granson dan Ka Selly yang telah memberikan masukan, arahan dan motivasi dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.


(18)

6. Tim TU Departemen IE Mba Atik, Mas Anto, Mas Dede, Mas Anwar, Mas Ryan, Pak Cecep dan TU Fakultas Ekonomi dan Manajemen Pak Yadi atas dukungan dan bantuan selama proses persiapan seminar dan sidang.

7. Pak Ircham di Asosiasi Semen Indonesia, bapak-ibu di Badan Pusat Statistik atas dukungan dan bantuan selama proses pengambilan data.

8. My Best Friends Aji, Heri, Bunda, Weni, Ratih, Wiwit, Mimi, Yogi, dan Suma atas doa, dukungan dan bantuan selama proses pembuatan skripsi.

9. Teman-teman IE 40 Beby, Onye, Suma, Berry, Rama dan teman-teman seperjuangan yang tidak disebutkan satu persatu atas doa, dukungan dan bantuan selama proses pembuatan skripsi.

10. Jejaka tampan di Kalingga Decky, Ope dan wanita Tiamo Astri, Indah, Puspi dan teman-teman di IPB non departemen Ilmu Ekonomi yang tidak disebutkan satu persatu atas doa dukungan dan bantuan selama proses pembuatan skripsi.

11. Tim KJK IPB Mba Sarah, Mba Tari, Mba Tanti, Mas Wahyu, Mas Pipip dan teman-teman Tim Volunter KJK IPB atas doa, dukungan dan bantuan selama proses pembuatan skripsi.

Akhirnya penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Segala kesalahan yang terjadi dalam penelitian menjadi tanggung jawab penulis. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Mei 2007

Pristia Widayunita H14103090


(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 10

2.1. Tinjauan Teori ... 10

2.1.1. Teori Globalisasi ... 10

2.1.2. Teori Pembangunan ... 11

2.1.3. Teori Perdagangan Internasional ... 11

2.1.3.1. Teori Merkantilisme ... 14

2.1.3.2. Teori Keunggulan Absolut (Adam Smith) ... 14

2.1.3.3. Teori Keunggulan Komparatif ... 15

2.1.3.4. Teori Keunggulan Kompetitif ... 16

2.1.4. Teori Daya Saing ... 17

2.1.5. Teori Industri ... 18

2.1.6. Analisis Keunggulan Komparatif (RCA) ... 21

2.1.7. Faktor-faktor penduga yang mempengaruhi Daya Saing Industri Semen Indonesia ... 23

2.1.8. Teori Tenaga Kerja ... 27

2.2. Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 28

2.3. Kerangka Pemikiran ... 31


(20)

III. METODE PENELITIAN ... 35

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 35

3.2. Metode Pengumpulan Data ... 36

3.3. Metode Analisis Data ... 36

3.3.1. Analisis Daya Saing (RCA) ... 36

3.3.2. Analisis Persamaan Simultan ... 38

3.3.3. Identifikasi Model ... 40

3.4. Metode Pengolahan Data ... 43

3.4.1. Uji Kriteria Ekonomi dan Statistik ... 45

3.4.1.1. Uji Koefisien Determinasi ... 45

3.4.1.2. Uji t ... 45

3.4.1.3. Uji F ... 46

3.4.2. Uji Ekonometrika ... 47

3.4.2.1. Heteroskedastisitas ... 47

3.4.2.2. Autokorelasi ... 48

3.4.2.3. Normalitas Error Term ... 49

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI SEMEN ... 50

4.1. Perkembangan Industri Semen Dalam Negeri ... 50

4.2. Kapasitas Produksi Semen ... 52

4.3. Produksi Semen ... 53

4.4. Konsumsi Semen ... 56

4.5. Ekspor dan Impor Semen ... 58

4.6. Tenaga Kerja Sektor Industri Semen Indonesia ... 60

4.7. Kebijakan-kebijakan Pemerintah Pada Industri Semen ... 61

4.7.1. Kebijakan Harga ... 61

4.7.2. Kebijakan Ekspor – Impor ... 64

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 65

5.1. Daya Saing Industri Semen Indonesia ... 65

5.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing Industri Semen Indonesia ... 77


(21)

v

5.2.2. Estimasi Model ... 78

5.3. Pengaruh Daya Saing Industri Semen Indonesia Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 85

5.3.1. Uji Ekonometrika ... 85

5.3.2. Estimasi Model ... 86

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 92

6.1 Kesimpulan ... 92

6.2 Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 95


(22)

Tabel Halaman 1.1. PDB Atas Dasar Harga Berlaku menurut lapangan usaha ... 3 1.2. Perkembangan Produksi dan Ekspor Semen Indonesia ... 5 3.1. Pengujian Order ... 42 3.2. Pengujian Rank ... 43 4.1. Produsen Semen Nasional ... 52 4.2. Perkembangan Kapasitas Semen, tahun 2000-2005 ... 53 4.3. Perkembangan Produksi Semen, tahun 2000-2005 ... 54 4.4. Perkembangan Konsumsi Semen, tahun 1996-2005 ... 57 4.5. Perkembangan Ekspor dan Impor Semen, tahun 1996-2005 ... 59 4.6. Jumlah Tenaga Kerja Industri Semen, tahun 1998-2003 ... 60 5.1. Daya Saing Industri Semen Indonesia, tahun 1978-2005 ... 66 5.2. Hasil Perhitungan Indeks RCA Pada Industri Semen Indonesia ... 73 5.3. Parameter Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing Industri

Semen Indonesia ... 79 5.4. Parameter Pengaruh Daya Saing Industri Semen Indonesia Terhadap


(23)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 32 2.2. Kurva Produksi ... 89


(24)

Lampiran Halaman 1. Hasil Perhitungan Analisis Daya Saing Industri Semen Indonesia

dengan Menggunakan RCA ... 97 2. Hasil Perhitungan Indeks RCA Pada Industri Semen Indonesia di Pasar

Dunia ... 98 3. Data Nominal Periode 1978-2005 ... 99 4. Data Riil Periode 1978-2005 ... 100 5. Data Determinan Daya Saing Industri Semen Indonesia dan Pengaruh

Daya Saing Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 101 6. Hasil Estimasi Parameter Model Struktural Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Daya Saing Industri Semen Indonesia ... 103 7. Uji Autokorelasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing

Industri Semen Indonesia ... 103 8. Uji Heteroskedastisitas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya

Saing Industri Semen Indonesia ... 103 9. Uji Normalitas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing Industri Semen Indonesia ... 104 10. Hasil Estimasi Parameter Model Struktural Pengaruh Daya Saing

Industri Semen Indonesia Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 104 11. Uji Autokorelasi Pengaruh Daya Saing Industri Semen Indonesia

Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 105 12. Uji Heteroskedastisitas Pengaruh Daya Saing Industri Semen Indonesia Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 105 13. Uji Normalitas Pengaruh Daya Saing Industri Semen Indonesia


(25)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi menduduki peran yang sangat penting bagi negara-negara di seluruh dunia, dimana dalam periode jangka panjang akan membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi negara tersebut. Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara, pembangunan ekonomi jangka panjang mempunyai sasaran untuk mencapai keseimbangan antara bidang pertanian dan industri. Pembangunan jangka panjang tersebut diarahkan untuk menciptakan struktur ekonomi yang kokoh dan seimbang pada industri maju dan pertanian yang tangguh.

Pembangunan ekonomi juga dilakukan sebagai suatu upaya untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan perbaikan taraf kehidupan masyarakat. Proses pembangunan ekonomi merupakan satu masalah kompleks karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Menyadari akan hal ini, pembangunan di segala bidang sangat penting dan harus terus dilakukan.

Pembangunan industri merupakan jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam tingkat hidup yang lebih maju dan berkualitas. Pembangunan industri di Indonesia diarahkan untuk mampu memecahkan masalah-masalah sosial ekonomi yang mendasar khususnya dalam memperluas kesempatan kerja, memenuhi kebutuhan dasar rakyat, memeratakan pendapatan masyarakat dan mengurangi jumlah kemiskinan. Oleh karena itu, pembangunannya harus dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan serta


(26)

pertumbuhannya harus mampu menjadi penggerak bagi pertumbuhan sektor ekonomi lainnya.

Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam memajukan sebuah perekonomian. Produk-produk industri selalu memiliki “dasar tukar” (terms of trade) yang tinggi atau menguntungkan serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan produk-produk sektor lain. Hal ini disebabkan sektor industri memiliki variasi produk yang sangat beragam dan mampu memberikan manfaat marjinal yang tinggi kepada pemakainya. Pelaku bisnis (produsen, penyalur, pedagang dan investor) lebih suka berkecimpung dalam bidang industri karena sektor ini memberikan marjin keuntungan yang lebih menarik. Berusaha dalam bidang industri dan berniaga hasil-hasil industri juga lebih diminati karena proses produksi serta penanganan produknya lebih bisa dikendalikan oleh manusia, tidak terlalu bergantung pada alam semisal musim atau keadaan cuaca.

Sejalan dengan proses industrialisasi, pembangunan disegala bidang dengan kerangka landasan pembangunan industri yang kuat, maka industri dapat tumbuh dan berkembang dengan pesat. Berbagai jenis industri baik industri kecil, menengah dan besar terus meningkat dalam kuantitas dan kualitas dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, industri mempunyai arti yang sangat penting bagi suatu negara karena merupakan bagian dari kekuatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Industri merupakan salah satu sumber dan sarana yang efektif bagi pemerintah untuk menjalankan kebijakan pemerataan pendapatan nasional.


(27)

3

Sektor industri juga mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya kontribusi sektor industri terhadap negara melalui PDB dibandingkan dengan kontribusi sektor lainnya dan menggeser sektor pertanian (Tabel 1.1).

Tabel 1.1 Produk Domestik Bruto atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha, tahun 2000, 2004-2005 (Persen)

No Lapangan Usaha 2000 2004 2005 Trend Rata-Rata 1 Pertanian, Peternakan,

Kehutanan 17.23 (-) 14.59 (-15.32) 13.39

(-8.22) -11.7 2 Pertambangan dan

Penggalian 13.86 (-) 8.63 (-37.73) 10.44

(20.97) -8.38 3 Industri Pengolahan 24.90

(-)

28.14 (13.01)

28.06

(-0.28) 6.37 4 Listrik, Gas dan Air Minum 1.31

(-)

0.97 (-25.29)

0.92

(-5.15) -15.22

5 Bangunan 6.05

(-)

6.29 (3.97)

6.35

(0.95) 2.46 6 Perdagangan, Hotel dan

Restoran 15.74 (-) 16.25 (3.24) 15.75

(-3.07) 0.09 7 Pengangkutan dan

Komunikasi 4.93 (-) 6.26 (26.98) 6.63

(5.91) 16.44 8 Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan 6.36 (-) 8.55 (34.43) 8.36

(-2.22) 16.10

9 Jasa-jasa 9.63

(-)

10.32 (7.17)

10.10

(-2.13) 2.52 PDB

PDB Non Migas

100 85.49 (-) 100 91.15 (6.62) 100 88.93

(-2.44) 2.09 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005.

* angka dalam ( ) merupakan trend.

Pasca krisis ekonomi, PDB di Indonesia ditopang oleh sektor industri pengolahan, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Industri pengolahan merupakan sektor tumpuan penyerapan tenaga kerja. Industri semen merupakan salah satu industri pengolahan non migas dan termasuk dalam kelompok industri primer. Komoditas


(28)

semen merupakan komoditas yang strategis dalam pembangunan dan merupakan komoditas yang menguasai hajat hidup orang banyak. Selain itu, industri ini merupakan salah satu industri strategis yang diproduksi di Indonesia karena merupakan faktor penting dalam pembangunan nasional dalam bentuk fisik. Oleh karena itu, peran serta campur tangan pemerintah sangat besar terhadap komoditas semen.

Industri semen di Indonesia diperkirakan akan mengalami pertumbuhan pada tahun 2007 dari sisi produksi dan mampu memenuhi kebutuhan nasional. Hal ini disebabkan sejak tahun 2005, proyek infrastruktur mulai berjalan, rehabilitasi dan rekonstruksi di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatra Utara, menyusul rekonstruksi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) serta pembangunan properti di wilayah lain. Oleh karena itu pengadaan semen yang berkesinambungan mutlak diperlukan agar pembangunan sektor konstruksi dapat berlanjut karena komoditi semen ini belum ada substitusinya.

Ekspor semen akan menurun jika biaya transportasi ekspor sangat mahal dibandingkan dengan memasarkan di dalam negeri sehingga produsen lebih memilih memasarkan di dalam negeri dengan pertimbangan keuntungan yang lebih besar dibandingkan ekspor. Bagi industri ini, pengaruh krisis ekonomi tahun 1997 lalu menyebabkan biaya produksi semen melonjak dan menaikkan harga bahan baku yang disebabkan karena adanya peningkatan tarif dasar listrik dan harga bahan bakar. Namun ditengah kecemasan para produsen, pemerintah tetap optimis bahwa ekspor semen akan terus meningkat. Hal ini terbukti sejak tahun 2004, ekspor semen mulai meningkat kembali (Tabel 1.2).


(29)

5

Tabel 1.2 Perkembangan Produksi dan Ekspor Industri Semen di Indonesia, tahun 1996-2005

Tahun Produksi (‘000 ton) Trend (%) Ekspor (‘000 ton) Trend (%)

1996 24,646 - - -

1997 27,505 11.6 771 -

1998 22,341 -18.8 3,127 305.5

1999 23,925 7.1 5,108 63.4

2000 27,789 16.1 4,903 -4

2001 31,099 11.9 5,750 17.3

2002 30,720 -1.2 3,791 -34.1

2003 30,647 -0.2 3,073 -18.9

2004 33,230 8.4 2,946 -11.1

2005 33,917 2.1 3,289 11.6

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, 2006

Peningkatan ekspor semen pada tahun 2005 sebesar 11.6 persen harus dapat dipertahankan dimasa mendatang bahkan ditingkatkan agar industri ini tetap memiliki daya saing di pasar internasional. Daya saing sektor industri ditentukan oleh besarnya pangsa pasar suatu perusahaan satu dengan perusahaan lain. Selain itu, daya saing dapat dilihat dari total ekspor komoditi suatu industri dari tahun ke tahun. Daya saing industri digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan industri tersebut dibandingkan dengan industri pesaing dan industri lain yang ada di suatu negara.

Kemajuan sektor industri telah menjadi penyumbang terbesar terhadap pendapatan nasional, namun masih belum diiringi dengan kemampuan untuk menjadi andalan dalam penciptaan kesempatan kerja. Berbeda dengan sektor lainnya, sektor industri pengolahan mulai mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak. Pada industri semen, sejak tahun 1998 sampai tahun 2003 telah mampu menyerap tenaga kerja hingga 27 persen.


(30)

1.2. Perumusan Masalah

Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak pada sangat ketatnya persaingan dan cepat terjadinya perubahan lingkungan usaha. Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara termasuk Indonesia, sehingga fokus strategi pembangunan industri di masa depan adalah membangun daya saing sektor industri yang berkelanjutan di pasar domestik dan internasional. Untuk membangun daya saing yang berkelanjutan, upaya pemanfaatan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki bangsa dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada di luar negeri maupun didalam negeri harus dilakukan secara optimal. Pembangunan industri yang diharapkan menjadi motor penggerak utama perekonomian nasional di masa yang akan datang dan menjadi tulang punggung ketahanan perekonomian nasional di masa yang akan datang harus memiliki daya saing yang berkelanjutan dan tangguh di pasar internasional.

Indonesia merupakan salah satu produsen semen terbesar di ASEAN dan industri semen nasional mempunyai peluang yang besar untuk menguasai pasar ekspor karena selain memiliki mutu bagus, penawaran harga semen Indonesia cukup kompetitif dibandingkan dengan negara lain. Pengembangan industri semen sebagai industri pengolahan strategis yang diproduksi di Indonesia harus memiliki perencanaan pengembangan untuk jangka menengah dan jangka panjang karena merupakan faktor penting dalam pembangunan dan perekonomian terutama pembangunan nasional dalam bentuk fisik sehingga industri semen mempunyai daya saing di pasar internasional.


(31)

7

Memasarkan produk semen di luar negeri berbeda dengan memasarkan produk semen di dalam negeri. Pemasaran di luar negeri sangat kompetitif sehingga hanya industri yang memiliki pengusaha yang ulet dan mempunyai daya saing tinggi akan menang dalam persaingan internasional dan dapat merebut pasar. Daya saing yang tinggi dalam berbagai bidang merupakan salah satu faktor penting dalam perdagangan internasional. Daya saing komoditi semen dapat diukur atas dasar perbandingan pangsa pasar komoditi semen pada kondisi pasar yang tetap.

Dari struktur industri pengolahan yang ada diketahui bahwa lebih dari 60 persen output industri bersifat industri padat karya sehingga tidak mudah untuk menciptakan peningkatan nilai tambah. Industri semen ini menyerap tenaga kerja sehingga peranannya dalam perekonomian Indonesia menjadi sangat penting.

Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah :

1. Bagaimana daya saing industri semen Indonesia periode 1978-2005 ? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi daya saing industri semen

Indonesia periode 1978-2005 ?

3. Bagaimana pengaruh daya saing industri semen terhadap penyerapan tenaga kerja periode 1978-2005 ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :


(32)

1. Menganalisis daya saing industri semen Indonesia periode 1978-2005. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing industri semen

Indonesia periode 1978-2005.

3. Menganalisis pengaruh daya saing industri semen terhadap penyerapan tenaga kerja periode 1978-2005.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Memberikan informasi tentang perkembangan daya saing industri semen, faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing industri semen serta pengaruh daya saing industri semen terhadap penyerapan tenaga kerja. 2. Memberikan saran bagi pemerintah Indonesia sebagai pembuat kebijakan

dalam mengontrol kinerja industri semen di Indonesia.

3. Memberikan kesempatan belajar bagi penulis dan sebagai penerapan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya dilakukan pada industri semen di Indonesia untuk melihat daya saing industri tersebut dengan menggunakan beberapa variabel yang mungkin berpengaruh terhadap daya saing. Peneliti hanya menggunakan data dari tahun 1978 sampai tahun 2005. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan berskala besar dan sedang. Tidak semua variabel yang mempengaruhi daya saing pada industri tersebut diteliti, tetapi hanya variabel-variabel yang dianggap sangat


(33)

9

dominan dan berpengaruh besar dalam perkembangan daya saing industri semen. Beberapa faktor-faktor lainnya dianggap konstan nilainya. Selain itu, dalam menganalisis daya saing industri semen Indonesia hanya dianalisis dengan pendekatan keunggulan komparatifnya saja.


(34)

2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Teori Globalisasi

Globalisasi adalah kata yang paling sering digunakan dalam berbagai diskusi mengenai pembangunan, perdagangan dan ekonomi politik internasional. Seperti yang tersirat dalam kata itu sendiri, globalisasi merupakan proses yang menyatukan berbagai perekonomian dunia, menyebabkan terciptanya perekonomian global dan semakin banyaknya pembuatan keputusan ekonomi global, misalnya melalui berbagai lembaga internasional seperti World Trade Organization (WTO). Tetapi dalam makna ekonomi, intinya globalisasi adalah semakin terbukanya perekonomian terhadap perdagangan internasional, aliran dana internasional dan penanaman modal asing langsung yang mempunyai dampak lebih besar pada masyarakat di negara-negara berkembang.

Bagi sebagian kalangan, kata globalisasi berarti peluang bisnis yang menarik, pertumbuhan pengetahuan dan inovasi yang lebih cepat atau prospek sebuah dunia yang saling terkait. Namun bagi banyak orang, globalisasi menimbulkan keprihatinan yang besar yaitu bahwa ketimpangan dalam berbagai bentuk dapat lebih terasa didalam suatu negara dan antarnegara, bahwa kerusakan lingkungan dapat semakin parah, bahwa dominasi internasional oleh negara-negara kaya dapat lebih luas dan menjerat serta bahwa sebagian masyarakat dan kawasan dapat lebih jauh tertinggal. Karena itu, globalisasi mengandung manfaat dan peluang disamping biaya dan resiko (Todaro, 2004).


(35)

11

2.1.2. Teori Pembangunan

Pembangunan adalah suatu usaha dalam jangka panjang, lajunya dipelihara dengan kebijakan-kebijakan yang sekaligus harus dituju kepada perubahan mendasar dan dapat dilaksanakan dalam jangka pendek. Todaro (2004) dalam buku Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga menjelaskan bahwa pembangunan ekonomi merupakan sebuah upaya yang dilakukan oleh suatu negara dengan tujuan untuk mengembangkan kegiatan ekonomi atau merupakan sebuah proses yang mendorong GNP per kapita, meningkatkan pendapatan masyarakat dalam periode waktu yang panjang. Selain itu, pembangunan ekonomi sebagai suatu upaya untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf kehidupan masyarakat merupakan satu masalah yang sangat kompleks, karena dalam pembangunan ekonomi banyak faktor yang mempengaruhinya. Unsur penting dari pembangunan ekonomi adalah :

1. Pembangunan ekonomi mengandung suatu proses perubahan yang terus-menerus.

2. Pembangunan ekonomi berupaya untuk meningkatkan pendapatan per kapita atau GNP per kapita masyarakat.

3. Upaya untuk meningkatkan pendapatan per kapita tersebut harus berlangsung dalam jangka waktu yang panjang.

2.1.3. Teori Perdagangan Internasional

Todaro (2004) Perdagangan internasional adalah kegiatan pertukaran antar penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain. Tidak berbeda dengan pertukaran antara dua orang disuatu negara. Perbedaannya adalah orang yang satu


(36)

kebetulan berada di negara yang berbeda. Perdagangan internasional dalam ilmu ekonomi dapat diartikan sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Masing-masing pihak secara bebas menentukan untung dan rugi dari pertukaran tersebut. Perdagangan akan terjadi apabila tidak ada satu pihak yang memperoleh keuntungan atau manfaat dan tidak ada pihak lain yang merasa dirugikan. Perdagangan internasional memegang peranan penting dalam sejarah pembangunan negara sedang berkembang. Manfaat perdagangan internasional adalah :

1. Perdagangan merupakan penggerak pertumbuhan ekonomi yang penting, dapat memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan output dunia dan memberikan kemudahan untuk mendapatkan sumber daya yang langka dan pasar dunia bagi produk yang apabila tanpa pasar maka negara-negara miskin tidak dapat berkembang.

2. Perdagangan mendorong penyebaran keadilan internasional dan domestik secara lebih merata dengan menyamakan harga faktor produksi, meningkatkan pendapatan riil negara-negara yang berdagang dan menjadikan penggunaan sumberdaya dunia dan setiap negara lebih efisien (meningkatkan upah relatif di negara yang buruhnya berlimpah dan menurunkan upah itu di negara-negara yang kekurangan tenaga kerja).

3. Membantu berbagai negara untuk mencapai pembangunan dengan meningkatkan peranan sektor ekonomi yang mempunyai keunggulan komparatif baik karena efisiensi penggunaan tenaga kerja maupun faktor produksi.


(37)

13

4. Dalam perdagangan bebas, harga dan biaya poduksi internasional menentukan sampai seberapa jauh sebuah negara harus berdagang untuk mempertinggi kesejahteraan nasionalnya. Semua negara harus mengikuti petunjuk-petunjuk prinsip keunggulan komparatif dan tidak mencoba campur tangan dalam kebebasan pasar tersebut.

5. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan diperlukan adanya kebijaksanaan internasional yang berpandangan keluar. Dalam semua keadaan, kepercayaan pada kekuatan sendiri berdasarkan isolasi sebagian atau sepenuhnya secara ekonomis dianggap kurang baik dibandingkan dengan pemerataan dalam perdagangan bebas yang tidak terbatas.

Menurut teori daya saing dari sisi industri, perdagangan internasional adalah suatu proses yang timbul sehubungan dengan pertukaran komoditi antara negara. Adam Smith dalam bukunya Ekonomi Internasional yang terbit pada tahun 1997 berpendapat bahwa perdagangan antara dua negara didasarkan pada keunggulan absolut (absolute advantage). Jika sebuah negara lebih efisien daripada (atau memiliki keunggulan absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efisien dibanding (atau memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan menukarkannya dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut (Salvatore, 1997).


(38)

Di pasar internasional, besarnya ekspor suatu komoditi dalam perdagangan internasional akan sama dengan besarnya impor komoditas tersebut. Harga yang terjadi pada pasar internasional merupakan keseimbangan antara penawaran dan permintaan dunia. Perubahan dalam produksi dunia akan mempengaruhi penawaran dunia dan perubahan dalam konsumsi dunia akan mempengaruhi permintaan dunia. Kedua perubahan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi harga dunia (Salvatore, 1997).

2.1.3.1. Teori Merkantilisme

Dalam melakukan perdagangan internasional, suatu negara harus lebih banyak melakukan ekspor daripada mengimpor barang. Surplus perdagangan yang dialami oleh suatu negara akan meningkatkan cadangan emas yang dimiliki negara tersebut. Pada masa itu alat tukar yang digunakan adalah logam mulia (emas dan perak). Agar surplus perdagangan terjadi maka negara harus membatasi impor dan mendorong ekspor. Untuk menekan impor, setiap negara memberlakukan berbagai hambatan perdagangan yang dikenakan pada barang-barang dari luar negeri.

2.1.3.2. Teori Keunggulan Absolut (Adam Smith)

Kesejahteraan masyarakat suatu negara justru akan semakin meningkat jika perdagangan internasional dilakukan dalam pasar bebas dan intervensi pemerintah dilakukan seminimal mungkin. Dalam sistem perdagangan bebas, sumberdaya yang sudah ada digunakan secara lebih efisien sehingga kesejahteraan yang dicapai akan lebih optimal. Dalam keunggulan absolut, suatu negara akan mengekspor komoditi, dimana negara tersebut memiliki keunggulan absolut relatif


(39)

15

terhadap negara mitra dagangnya. Dipihak lain, negara akan mengimpor komoditas yang memiliki ketidakunggulan absolut. Jadi, negara akan berspesialisasi memproduksi barang yang menjadi keunggulan absolut untuk ditukar dengan komoditi yang tidak memiliki keunggulan absolut. Dengan proses seperti itu, alokasi sumberdaya dapat dilakukan lebih efisien dan output yang dihasilkan kedua negara akan meningkat sehingga tingkat konsumsi masyarakat terhadap barang itu akan meningkat.

2.1.3.3. Teori Keunggulan Komparatif

David Ricardo dalam bukunya Principles of Political Economy and Taxation yang terbit pada tahun 1817 yang berisi penjelasan mengenai hukum keunggulan komparatif. Hukum ini merupakan salah satu hukum perdagangan internasional yang paling penting dan merupakan hukum ekonomi yang masih belum mendapat tantangan dari berbagai aplikasi dalam praktek. Menurut hukum keunggulan komparatif, “meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding (atau memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi kedua komoditi, namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara pertama harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih kecil (ini merupakan komoditi dengan keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih besar (komoditi ini memiliki kerugian komparatif)” (Salvatore, 1997).

Hukum keunggulan komparatif dalam kasus tertentu mengalami satu pengecualian, misalkan dalam hal jika kerugian absolut yang dimiliki suatu negara


(40)

pada kedua komoditi sama besarnya. Hal ini sangat jarang terjadi, kalaupun ada hanya kebetulan saja, maka dalam hal ini pernyataan hukum keunggulan komparatif kemudian sedikit mengalami perubahan sehingga berbunyi, “meskipun sebuah negara memiliki kerugian absolut terhadap negara lain dalam memproduksi kedua komoditi, masih terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak, kecuali jika kerugian absolut (salah satu negara) pada kedua komoditi tersebut memiliki proporsi yang sama” (Salvatore, 1997).

2.1.3.4. Keunggulan Kompetitif

Atribut yang merupakan faktor penentu keunggulan bersaing industri nasional (Porter, 2005) adalah :

1. Kondisi faktor input, yaitu posisi suatu negara berdasarkan sumberdaya yang dimiliki merupakan faktor produksi yang diperlukan untuk bersaing dalam industri tertentu. Faktor produksi tersebut adalah biaya tenaga kerja yang berlaku, biaya input produksi, jumlah tenaga kerja, etika kerja, mutu dan lokasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, sumberdaya modal dan sumberdaya infrastruktur.

2. Kondisi permintaan, yaitu sifat dan kondisi permintaan (mutu permintaan domestik dan produktivitas) dari negara asal bagi produk atau jasa industri sangat penting bagi keunggulan kompetitif.

3. Industri pendukung dan industri terkait, yaitu keberadaan atau ketiadaan industri pemasok dan terkait lainnya dinegara tersebut yang secara internasional bersifat kompetitif.


(41)

17

4. Persaingan, struktur dan strategi perusahaan, yaitu kondisi dalam negara yang mengatur perusahaan diciptakan, diatur dan dikelola serta terdapat sifat dari persaingan domestik yang mendorong perusahaan untuk melakukan inovasi, produktivitas, efisiensi, efektivitas dan kualitas.

5. Peran kesempatan, yaitu peristiwa yang terjadi diluar kendali industri biasanya kesempatan datang dari pemerintah.

6. Peran pemerintah. 2.1.4. Teori Daya Saing

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam kamus Bahasa Indonesia tahun 1995 berpendapat bahwa daya saing adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu atau bertindak untuk merebut pasar. Sedangkan (Brataatmaja, 1994) mendefinisikan daya saing sebagai kekuatan, kemampuan atau kesanggupan untuk bersaing.

Daya saing menurut Porter (1995) ditentukan oleh keunggulan bersaing suatu perusahaan, sangat tergantung pada tingkat sumberdaya relatif yang dimilikinya. Penelitian Porter tentang keunggulan bersaing negara-negara mencakup tersedianya peranan sumberdaya dan melihat lebih jauh kepada keadaan negara yang mempengaruhi daya saing perusahaan-perusahaan internasional pada industri yang berbeda

Gonarsyah (1995), menyatakan bila berbicara mengenai daya saing berarti membicarakan mengenai keunggulan kompetitif (competitive advantage). Suatu produk yang mempunyai comparative advantage belum menjamin memiliki keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif disamping ditentukan oleh


(42)

comparative advantage (biaya produksi) juga ditentukan oleh biaya pemasaran dan biaya-biaya lainnya. Suatu produk yang mempunyai keunggulan kompetitif tapi terjadi kegagalan pasar baik karena struktur pasar maupun kebijakan regulasi pemerintah, maka produk tersebut dapat saja tidak memiliki keunggulan komparatif.

World Economic Forum (WEF) yang bermarkas di Geneva (Swiss), setiap tahun mengembangkan dan menerbitkan Global Competitiveness Index (GCI). GCI ini tidak mengukur tingkat daya saing ekspor secara eksplisit, tetapi tingkat daya saing suatu ekonomi atau negara. GCI adalah suatu indeks gabungan dari sejumlah indikator ekonomi yang telah teruji secara empiris memiliki suatu korelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi (PDB) untuk jangka menengah dan panjang dan berarti secara teoritis atau hipotesis mempunyai suatu korelasi positif dengan kinerja atau tingkat daya saing ekspor.

2.1.5. Teori Industri

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan (Dumairy, 1996). Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang tapi juga dalam bentuk jasa (www.google/industri.co.id).

(www.google/industri.co.id) Industri dibagi berdasarkan tempat bahan baku, besar-kecil modal, klasifikasi atau penjenisan, jumlah tenaga kerja, pemilihan lokasi dan produktivitas perorangan. Jenis industri berdasarkan tempat bahan baku dibagi menjadi :


(43)

19

1. Industri ekstraktif : industri yang bahan baku diambil langsung dari alam sekitar. Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan dan pertambangan.

2. Industri non-ekstraktif : industri yang bahan baku didapat dari tempat lain selain alam sekitar.

3. Industri fasilitatif : industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya. Contoh : asuransi, perbankan, transportasi dan ekspedisi.

Pembagian industri berdasarkan besar-kecil modal adalah :

1. Industri padat modal : industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya.

2. Industri padat karya : industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.

Jenis industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya (berdasarkan SK Menteri Perindustrian No 19/M/I/1986 adalah :

1. Industri kimia dasar : industri semen, obat-obatan, kertas dan pupuk.

2. Industri mesin dan logam dasar : industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil.

3. Industri kecil : industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es. 4. Aneka industri : industri pakaian, makanan dan minuman.

Jenis industri berdasarkan jumlah tenaga kerja (www.google/industri.co.id) terdiri dari :


(44)

2. Industri sedang : 20 – 99 orang. 3. Industri kecil : 5 – 19 orang. 4. Industri rumah tangga : 1 – 4 orang.

Penggolongan industri berdasarkan pemilihan lokasi (www.google/industri.co.id) terdiri dari :

1. Industri yang berorientasi pada pasar (market oriented industry) yaitu industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen, yang mendekati kantong-kantong dimana konsumen potensial berada. Semakin dekat ke pasar akan semakin menjadi lebih baik.

2. Industri yang berorientasi pada tenaga kerja (labour oriented industry) yaitu industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk karena biasanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja.

3. Industri yang berorientasi pada bahan baku (supply oriented industy) yaitu industri yang mendekati lokasi dimana bahan baku berada untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.

Pembagian industri berdasarkan produktifitas perorangan meliputi :

1. Industri primer yaitu industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu, seperti hasil produksi pertanian, pertenakan, perkebunan dan perikanan.

2. Industri sekunder yaitu industri yang mengolah bahan mentah menjadi barang-barang yang siap diolah kembali, seperti pemintalan benang sutra dan komponen elektronik.


(45)

21

3. Industri tersier yaitu industri yang produknya berupa layanan jasa, seperti telekomunikasi, transportasi dan perawatan kesehatan.

2.1.6. Analisis Keunggulan Komparatif (RCA)

Salah satu indikator yang dapat menunjukkan perubahan keunggulan komparatif atau tingkat daya saing suatu industri dari suatu negara adalah dengan pendekatan Revealed Comparative Advantage (RCA). Konsep ini pertama kali dipergunakan oleh Ballasa pada tahun 1965, yang menganggap bahwa keunggulan komparatif suatu negara direfleksikan atau terungkap dalam ekspornya (Tambunan, 2001). Metode RCA didasarkan pada suatu konsep bahwa perdagangan antar wilayah sebenarnya menunjukkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu wilayah. Variabel yang diukur adalah kinerja ekspor suatu produk terhadap total ekspor suatu wilayah yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai produk dalam perdagangan dunia.

RCA dapat didefinisikan bahwa jika pangsa ekspor suatu komoditi di dalam total ekspor produk dari suatu negara lebih besar dibandingkan pangsa ekspor komoditi yang sama di dalam total ekspor produk dunia, diharapkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam produksi dan ekspor komoditi tersebut, yang berarti bahwa komoditi tersebut memiliki daya saing di pasar dunia. Secara matematis, RCA dapat dituliskan seperti persamaan 2.1.

RCAij = Xij / Xis ... (2.1) Wj / Ws

Dimana :

Xij = nilai ekspor produk j dari negara i tahun ke t


(46)

Wj = nilai ekspor produk j didunia tahun ke t Ws = nilai total ekspor produk dunia tahun ke t t = 1978, ...., 2005

Nilai daya saing dari suatu industri ada dua alternatif, yaitu :

1. Jika nilai RCA > 1, berarti suatu negara memiliki keunggulan komparatif pada komoditi (di atas rata-rata dunia) sehingga suatu industri memiliki daya saing kuat.

2. Jika nilai RCA < 1, berarti suatu negara memiliki keunggulan komparatif pada komoditi (di bawah rata-rata dunia) sehingga suatu industri memiliki daya saing kuat.

Setiap metode tentu ada keunggulan dan kelemahannya. Keunggulan metode RCA adalah untuk mengurangi dampak pengaruh campur tangan pemerintah sehingga kita dapat melihat keunggulan komparatif dengan jelas suatu produk dari waktu ke waktu. Sedangkan kelemahannya yaitu :

1. Asumsi bahwa suatu negara dianggap mengekspor semua komoditi.

2. RCA dapat menjelaskan pola perdagangan yang telah dan sedang berlangsung, namun tidak dapat menjelaskan apakah pola tersebut sudah optimal.

3. Tidak dapat mendeteksi dan memprediksi produk-produk yang berpotensi dimasa yang akan datang.

4. Keunggulan komparatif yang tercermin dari hasil perhitungan ini bisa jadi bukan merupakan keunggulan komparatif yang sesungguhnya, namun bisa saja akibat adanya kebijakan pemerintah dibidang ekonomi dan perdagangan, seperti nilai tukar yang dibuat under valued, proteksi ekspor dan sebagainya.


(47)

23

2.1.7. Faktor-faktor Yang mempengaruhi Daya Saing Industri Semen Indonesia

Berdasarkan literatur Bank Indonesia (2006) dalam (www.bi.go.id), faktor-faktor penentu daya saing suatu industri adalah :

1. Nilai tambah.

Nilai tambah (added value) merupakan selisih antara nilai akhir (harga jual) suatu produk dengan nilai bahan bakunya. Nilai tambah sektoral suatu produk mencerminkan nilai tambah produk tersebut disektor yang bersangkutan (Dumairy, 1996). Menurut Sanimah (2006), analisis nilai tambah dilakukan untuk mengetahui besarnya kemajuan pertumbuhan suatu industri.

2. Efisiensi.

Vilfred Pareto dalam karya ekonom abad 19 berpendapat bahwa efisiensi dalam produksi terjadi jika tidak ada lagi alokasi ulang lebih lanjut yang akan memungkinkan peningkatan produksi salah satu barang tanpa mengurangi produksi barang lainnya (Nicholson, 1999). Menurut Sanimah (2006), analisis efisiensi yang digunakan yaitu analisis efisiensi produksi dengan menggunakan harga yang berlaku, untuk mengetahui besarnya tingkat efisiensi dari input untuk menghasilkan output dalam jumlah tertentu.

3. Produktivitas tenaga kerja.

Porter (1995), salah satu atribut yang merupakan faktor penentu keunggulan bersaing industri nasional atau dapat mempengaruhi daya saing industri nasional adalah kondisi faktor sumberdaya manusia yaitu produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja mencerminkan jumlah yang


(48)

disumbangkan oleh pekerja kepada perusahaan atau industri tempat bekerja (Dumairy, 1996). Semakin tinggi upah berarti semakin besar jumlah uang yang diterima para pekerja. Begitu pula semakin tinggi produktivitas tenaga kerja (yang bisa diukur berdasarkan nilai keluaran atau nilai tambah) berarti semakin besar jumlah yang disumbangkan oleh pekerja dan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya daya saing komoditi suatu industri di Indonesia adalah (www.google/industri.co.id dalam Economic Review Journal No. 198, Dec 2004 : 1) :

1. Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

Nilai tukar atau kurs (exchange rate) adalah harga satuan mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri (Salvatore, 1997). Nilai tukar antara dua negara adalah harga dimana penduduk kedua negara saling melakukan perdagangan (Mankiw, 2000). Kurs efektif yang menguntungkan, dimana depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dapat meningkatkan daya saing suatu negara atau industri.

2. Produktivitas

Porter (1995), daya saing suatu industri nasional identik dengan produktivitas. Produktivitas merupakan tingkat output yang dihasilkan untuk setiap unit input yang digunakan.

3. Ekspor Semen Indonesia.

Ekspor barang dan jasa adalah mengeluarkan barang atau jasa dari dalam negeri keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan peraturan


(49)

25

perundang-undangan yang berlaku (www.google/industri/ekspor.co.id). Ekspor menggambarkan tingkat daya saing industri di pasar dunia yang dapat dilihat dengan besarnya pangsa pasar di dunia.

5. Jumlah Tenaga Kerja.

Porter (1995), salah satu atribut yang merupakan faktor penentu keunggulan bersaing industri nasional atau dapat mempengaruhi daya saing industri nasional adalah kondisi faktor sumberdaya manusia yaitu jumlah tenaga kerja. 6. Krisis.

Kestabilan kondisi suatu negara dapat mempengaruhi tingkat daya saing suatu industri. Ketika terjadi krisis disuatu negara yang berarti tinggi nya tingkat resiko, tingginya biaya input produksi yang akan menurunkan tingkat daya saing industri.

Analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat daya saing dapat mengacu pada teori-teori mengenai terjadinya perdagangan internasional. Analisis ini dapat dikelompokkan dalam teori klasik, modern, alternatif dan paradigma baru mengenai persaingan internasional. Menurut teori klasik, suatu negara akan mengekspor suatu jenis barang jika negara tersebut dapat membuatnya lebih efisien dibandingkan negara lain. Penekanannya bahwa penggunaan input (misal tenaga kerja) di dalam proses produksi suatu barang sangat menentukan keunggulan komparatif atau tingkat daya saing dari barang tersebut.

Dalam teori modern, dikenal dengan teori Hecksher dan Ohlin (H-O) sebagai teori proporsi faktor atau teori ketersediaan faktor. Dasar pemikiran dari


(50)

teori ini adalah bahwa perdagangan internasional terjadi karena opportunity costs yang berbeda antarnegara. Perbedaan ongkos relatif tersebut dikarenakan adanya perbedaan dalam jumlah faktor produksi (tenaga kerja, modal, tanah dan bahan baku) yang dimiliki masing-masing negara. Jadi, menurut teori H-O, suatu negara akan berspesialisasi dalam produksi dan ekspor barang-barang yang jumlah input utamanya relatif banyak dinegara tersebut dan impor barang yang input utamanya tidak dimiliki oleh negara tersebut. Salvatore (1997) mencoba mengaplikasikan teori H-O secara impiris dengan menggunakan data (sumber dari Bank Dunia) mengenai besarnya faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh enam negara industri maju didunia. Selain itu ia juga mencoba menganalisis keunggulan komparatif negara sedang berkembang dan negara industri maju dengan membandingkan rasio stok kapital terhadap tenaga kerja antara kedua kelompok tersebut.

Teori alternatif mengenai perdagangan internasional yang sering dibahas dalam teori adalah teori siklus produk dari Verno (1966) dan Hirsch (1967) dan dikembangkan antara lain oleh Williamson (1983) dalam disertasi Edizal (1998). Teori ini dapat dipakai untuk menerangkan dinamika dari keunggulan komparatif suatu produk atau industri. Dasar pemikiran teori ini adalah untuk mengikuti perubahan waktu, dimana setiap produk atau suatu industri akan memulai suatu proses yang dimulai dari tahap pengembangan (inovasi) hingga tahap kejenuhan (maturity) dan tahap penurunan produksi, selama kondisi-kondisi yang mempengaruhi proses produksi dan location requirements berubah terus secara sistematis.


(51)

27

2.1.8. Teori Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah jumlah penduduk suatu negara dalam usia kerja (berusia 15–64 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut (Mulyadi, 2003). Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat (UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan).

Penggolongan tenaga kerja : (www.nakertrans.go.id) berdasarkan kewarganegaraan adalah tenaga kerja asing (warga negara asing pendatang pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia) dan tenaga kerja Indonesia (warga negara Indonesia pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah luar Indonesia). Berdasarkan upah, tenaga kerja dibedakan menjadi dua yaitu tenaga kerja dibayar dan tenaga kerja tidak dibayar. Tenaga kerja dibayar adalah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan ekonomi sebagai faktor produksi dan mereka mendapat upah dan gaji sebagai balas jasa bagi produksi yang mereka berikan, status tenaga kerja dibayar adalah buruh atau karyawan. Tenaga kerja tidak dibayar adalah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan ekonomi sebagai faktor produksi tetapi mereka sama sekali tidak memperoleh upah dan gaji sebagai balas jasa faktor produksi mereka. Tenaga kerja tidak dibayar berstatus bukan buruh atau pengusaha. Contoh tenaga kerja tidak dibayar adalah pekerja keluarga (family workers) dan self employed workers yaitumereka yang tidak memperoleh


(52)

upah dan gaji karena balas jasa bagi faktor produksi mereka sudah tercakup dalam surplus usaha (keuntungan) dari usaha yang mereka lakukan.

Penggolongan tenaga kerja berdasarkan jenis pekerjaan terdiri dari tenaga kerja inti dan tenaga kerja kontrak. Tenaga kerja inti adalah tenaga kerja dengan kecakapan organisatoris tertentu dengan unsur-unsur keberhasilan yang tinggi dalam menjalankan pekerjaannya. Tenaga kerja kontrak adalah tenaga kerja yang diusahakan oleh suatu kontraktor dan tenaga kerja yang bekerja dengan jangka waktu tertentu atau berdasarkan perjanjian dalam kontrak kerja.

Berdasarkan kualitas, tenaga kerja dibagi menjadi tenaga kerja terampil dan tenaga kerja tidak terampil. Tenaga kerja terampil adalah pekerja yang memiliki kecakapan kerja dalam penggunaan upaya fisik untuk melakukan pekerjaan. Sedangkan tenaga kerja tidak terampil adalah pekerja yang menjalankan pekerjaannya berdasarkan instruksi serta tidak menggunakan pertimbangan minimal selama bekerja.

Jika suatu industri memiliki daya saing yang kuat, maka diharapkan mampu memberikan keuntungan bagi industri tersebut. Dari keuntungan yang diperoleh selanjutnya akan menambah jumlah tenaga kerja yang terserap, sehingga daya saing suatu industri memiliki hubungan yang positif terhadap penyerapan tenaga kerja.

2.2. Penelitian-Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Mahyana (2004) mengenai Analisis Dampak Kebijakan Privatisasi Terhadap Pangsa Pasar Industri Semen Di Indonesia,


(53)

29

menunjukkan bahwa jumlah penjualan memiliki pengaruh negatif terhadap pangsa pasar dan nilainya secara statistik signifikan selama periode observasi. Hal ini disebabkan karena sebelum tahun 1998 pemerintah melakukan proteksi penuh pada industri semen baik dari segi penetapan harga maupun dalam pendistribusian. Penjualan hanya berpusat pada daerah-daerah tertentu saja (tempat berproduksi). Kebijakan privatisasi memiliki hubungan yang positif terhadap penguasaan pangsa pasar. Dengan adanya kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah ini, produsen lebih efisien dalam menentukan tujuan perusahaan yaitu pencapaian keuntungan yang optimal sehingga pangsa pasar yang di dapat lebih besar. Secara deskriptif, kebijakan privatisasi yang dilakukan oleh pemerintah berindikasi pada perilaku perusahaan yang mengarah pada kartel.

Penelitian yang dilakukan Juwita (2004) mengenai Analisis Ekonomi Industri Semen dan Undang-Undang Persaingan Usaha dengan Pendekatan Struktur-Perilaku-Kinerja, menunjukkan bahwa indeks Herfindahl, x-efisiensi dan pertumbuhan nilai barang yang dihasilkan secara signifikan mempengaruhi tingkat keuntungan dan hubungannya positif. Indeks Herfindahl yang memiliki koefisien positif berarti bahwa semakin tinggi tingkat konsentrasi perusahaan dalam pasar maka tingkat keuntungan yang diraih perusahaan akan semakin tinggi pula. Selain itu, semakin tinggi tingkat efisiensi perusahaan dengan kemampuan perusahaan menekan biaya input maka akan semakin meningkatkan keuntungan yang diperoleh. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien x-efisiensi yang bertanda positif. Kondisi perekonomian yang semakin membaik meningkatkan permintaan masyarakat akan semen sehingga dapat meningkatkan keuntungan perusahaan


(54)

yang ditunjukkan oleh koefisien pertumbuhan nilai barang yang dihasilkan dan berhubungan positif dengan price cost margin.

Penelitian yang dilakukan Sanimah (2006) mengenai Analisis Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Output Industri Semen Di Indonesia Periode 1983-2003 dengan Pendekatan Fungsi Produksi Cobb-Douglas, menunjukkan bahwa faktor produksi tenaga kerja, bahan baku dan energi memberikan pengaruh positif dan nyata terhadap peningkatan output pada industri semen di Indonesia pada taraf nyata satu persen. Tenaga kerja memiliki dugaan nilai elastisitas terbesar yaitu sebesar 0.792, artinya jika tenaga kerja meningkat sebesar satu persen maka output industri semen akan meningkat sebesar 0.792 persen, cateris paribus. Bahan baku memiliki dugaan nilai elastisitas terbesar yaitu sebesar 0.532, artinya jika ada penambahan bahan baku sebesar satu persen maka output industri semen akan meningkat sebesar 0.532 persen, cateris paribus. Energi memiliki dugaan nilai elastisitas terbesar yaitu sebesar 0.434, artinya setiap penambahan energi sebesar satu persen maka output industri semen akan meningkat sebesar 0.434 persen, cateris paribus. Peningkatan output riil industri semen dalam jumlah besar dapat dilakukan dengan penambahan terhadap faktor produksi tenaga kerja. Keputusan ini merupakan hal yang paling efisien karena tenaga kerja mempunyai nilai elastisitas yang paling tinggi sehingga dapat memberikan pengaruh yang paling besar daripada faktor produksi lainnya.

Hasil penjumlahan dari nilai parameter peubah bebas pada fungsi Cobb-Douglas dapat menggambarkan skala usaha (return to scale) dari industri semen. Pada penelitian Sanimah (2006), industri semen berada pada kondisi increasing


(55)

31

return to scale, artinya laju pertumbuhan output lebih besar dari laju pertumbuhan input. Laju pertumbuhan nilai tambah industri semen di Indonesia cenderung mengalami peningkatan selama periode penelitian (1983-2003) walaupun terdapat penurunan dalam beberapa tahun, tetapi secara keseluruhan mengalami peningkatan. Laju penurunan nilai tambah yang paling besar terjadi pada tahun 1997. Tingkat efisiensi industri semen di Indonesia paling tinggi terjadi pada tahun 2001 dimana rasio antara input per output mempunyai nilai yang paling kecil.

Penelitian-penelitian sebelumnya belum ada yang menganalisis daya saing industri semen. Oleh karena itu pada penelitian ini akan dianalisis daya saing industri semen Indonesia dengan melihat variabel-variabel yang diperkirakan menjadi faktor yang mempengaruhi daya saing industri tersebut. Selain itu, pada penelitian ini juga menganalisa pengaruh daya saing industri semen Indonesia terhadap penyerapan tenaga kerja.

2.3. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh era globalisasi ekonomi yang kini terjadi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi yang menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan usaha dan berdampak pada sangat ketatnya persaingan global. Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara termasuk Indonesia, sehingga fokus strategi pembangunan industri dimasa depan adalah membangun daya saing sektor industri yang berkelanjutan di pasar domestik dan internasional. Pengembangan industri semen, sebagai industri


(56)

pengolahan strategis yang diproduksi di Indonesia juga harus dilakukan agar industri ini mempunyai daya saing di pasar domestik dan di pasar internasional.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis melakukan penelitian untuk melihat kondisi daya saing industri semen Indonesia dengan metode RCA. Selain itu penulis menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing tersebut dan pengaruh daya saing terhadap penyerapan tenaga kerja. Daya saing dianalisis dengan melihat produktivitas, efisiensi, ekspor semen Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, jumlah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja dan krisis serta melihat kaitan antara daya saing dengan penyerapan tenaga kerja.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Konseptual

METODE RCA PENYERAPAN TENAGA KERJA Industri Semen Industri Pengolahan Di Indonesia Faktor-Faktor Penduga Berpengaruh 1. Produktivitas 2. Efisiensi 3. Ekspor Semen

Indonesia 4. Nilai Tukar

Rupiah Terhadap Mata Uang Asing 5. Jumlah tenaga

kerja 6. Produktivitas Tenaga Kerja 7. Krisis METODE 2SLS METODE 2SLS Globalisasi Ekonomi Daya Saing Industri Semen Indonesia Persaingan Global


(57)

33

2.4. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Industri semen Indonesia memiliki daya saing yang tinggi.

2. Semua variabel bebas yang yang digunakan (produktivitas, tingkat efisiensi, ekspor semen Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, jumlah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja dan krisis) memiliki pengaruh terhadap variabel tidak bebas (daya saing industri semen Indonesia).

Æ Produktivitas memiliki koefisien yang positif terhadap daya saing industri semen Indonesia, dimana semakin tinggi produktivitas maka semakin tinggi daya saing industri semen Indonesia.

Æ Tingkat efisiensi memiliki koefisien yang positif terhadap daya saing industri semen Indonesia, dimana semakin tinggi efisiensi maka semakin tinggi daya saing industri semen Indonesia.

Æ Ekspor semen Indonesia memiliki koefisien yang positif terhadap daya saing industri semen Indonesia, dimana semakin tinggi ekspor semen Indonesia maka semakin tinggi daya saing industri semen Indonesia.

Æ Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing memiliki koefisien yang positif terhadap daya saing industri semen Indonesia, dimana ketika terjadi depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dapat meningkatkan daya saing industri semen Indonesia.

Æ Jumlah tenaga kerja memiliki koefisien yang positif terhadap daya saing industri semen Indonesia, dimana semakin banyak jumlah tenaga kerja maka semakin tinggi daya saing industri semen Indonesia.


(58)

Æ Produktivitas tenaga kerja memiliki koefisien yang positif terhadap daya saing industri semen Indonesia, dimana semakin tinggi produktivitas tenaga kerja maka semakin tinggi daya saing industri semen Indonesia.

Æ Dummy krisis memiliki koefisian yang negatif terhadap daya saing industri semen Indonesia, dimana ketika terjadi krisis maka akan menurunkan daya saing industri semen Indonesia.

3. Daya saing industri semen berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja.


(59)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data deret waktu (time series). Data time series adalah data mengenai fakta-fakta yang terjadi pada waktu yang berbeda-beda yang dikumpulkan dari kategori sumber yang sama. Selain itu penulisan ini juga menggunakan jenis data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berupa nilai dan angka yang disajikan dalam bentuk ringkas yang didapatkan dari beberapa hasil pengamatan yang dimanfaatkan sebagai bahan argumentasi. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan diperoleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan penelitian ini, seperti : Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Perindustrian, Asosiasi Semen Indonesia (ASI) dan website UN Comtrade.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahunan periode 1978-2005 dari produktivitas, efisiensi, ekspor semen Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, jumlah tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja, ekspor semen dunia, total ekspor Indonesia, total ekspor dunia, Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) dan Indeks Harga Konsumen (IHK). Adapun data tahunan periode 1996-2005 yang digunakan adalah data kapasitas produksi, produksi, konsumsi, ekspor dan impor semen.


(60)

3.2. Metode Pengumpulan Data

Penulisan ini menggunakan data dari berbagai sumber, baik instansi nasional maupun internasional. Karena itu metode pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka (desk study) yaitu mengumpulkan data dari sumber pustaka yang sudah dipublikasikan oleh berbagai instansi dan organisasi penelitian. Biasanya berbagai instansi lokal, nasional maupun internasional telah melakukan penyimpanan data (data base) secara komputerisasi. Pengumpulan data juga dilakukan dengan mengambil dari literatur lain yang relevan dan berhubungan dengan penelitian ini seperti perpustakaan Institut Pertanian Bogor (IPB), perpustakaan Departemen Perindustrian dan internet.

3.3. Metode Analisis Data

Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif untuk menjelaskan perkembangan industri semen, sedangkan analisis kuantitatif untuk mengetahui daya saing industri semen Indonesia, variabel-variabel yang mempengaruhi daya saingnya serta dampak daya saing industri tersebut terhadap penyerapan kesempatan kerja.

3.3.1. Analisis Daya Saing (RCA)

Salah satu indikator yang dapat menunjukkan perubahan keunggulan komparatif atau tingkat daya saing suatu industri dari suatu negara adalah dengan

pendekatan Revealed Comparative Advantage (RCA). Metode RCA didasarkan

pada suatu konsep bahwa perdagangan antar wilayah sebenarnya menunjukkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu wilayah. Variabel yang diukur


(1)

Lampiran 9. Uji Normalitas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Saing Industri Semen Indonesia

0 1 2 3 4 5 6 7

-1 0 1 2

Series: Residuals Sample 1978 2005 Observations 28

Mean -2.85E-16 Median 0.018057 Maximum 1.898049 Minimum -1.029906 Std. Dev. 0.731530 Skewness 0.635130 Kurtosis 3.150702 Jarque-Bera 1.908986 Probability 0.385007

Lampiran 10. Hasil Estimasi Parameter Model Struktural Pengaruh Daya Saing Industri Semen Indonesia Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Dependent Variable: LNTK Method: Two-Stage Least Squares Date: 04/25/07 Time: 17:39 Sample: 1978 2005

Included observations: 28

Instrument list: DS LNBTK PTK EF DKR

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 3.021257 0.571516 5.286389 0.0000

DS 0.025166 0.011190 2.249017 0.0349

LNBTK 0.415608 0.039382 10.55337 0.0000

PTK 0.025686 0.006987 3.676034 0.0013

EF 0.802852 0.211308 3.799443 0.0010

DKR 0.026847 0.063103 0.425449 0.6746

R-squared 0.941407 Mean dependent var 9.499136

Adjusted R-squared 0.928091 S.D. dependent var 0.331793 S.E. of regression 0.088973 Sum squared resid 0.174157 F-statistic 70.69463 Durbin-Watson stat 2.039190


(2)

Lampiran 11. Uji Autokorelasi Pengaruh Daya Saing Industri Semen Indonesia Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

Obs*R-squared 5.762653 Probability 0.673798

Lampiran 12. Uji Heteroskedastisitas Pengaruh Daya Saing Industri Semen Indonesia Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 1.308500 Probability 0.298818

Obs*R-squared 11.07390 Probability 0.270678

Lampiran 13. Uji Normalitas Pengaruh Daya Saing Industri Semen Indonesia Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

0 1 2 3 4 5 6

-0.1 0.0 0.1 0.2

Series: Residuals Sample 1978 2005 Observations 28

Mean -1.23E-15 Median -0.000669 Maximum 0.207459 Minimum -0.133705 Std. Dev. 0.080314 Skewness 0.390209 Kurtosis 3.016108 Jarque-Bera 0.710862 Probability 0.700871


(3)

Lampiran 3. Data Nominal Periode 1978-2005

TAHUN DS TK NO BI NT BTK ERR

1978 0.08595484 6485 95536153 28770273 66765880 6078318 632

1979 0.934821635 7228 133479630 55351352 78128278 8499497 630

1980 0.744960551 7868 187220290 82539885 104680405 10280407 632

1981 0.538519708 8645 208460697 75392420 133068277 15548478 655

1982 0.210719041 8553 251135559 132818520 118317039 19546249 697

1983 0.215944144 9974 352129287 216921332 135207955 23472558 998

1984 0.46632128 10046 388589876 233066291 155523585 28841827 1075

1985 1.077613528 13713 605165864 421504501 183661363 34325434 1130

1986 2.953909596 10367 654792895 470802669 183990226 34960648 1649

1987 3.967578163 12934 735741865 490635416 245106449 41268818 1655

1988 5.313021342 13345 795625101 525303155 270321946 48707516 1737

1989 7.380049734 14005 951722711 679429385 272293326 46975448 1805

1990 4.452957214 13611 1209373367 758974931 450398436 57480027 1905

1991 1.691589481 13288 1410096482 852400627 557695855 73045424 1997

1992 3.612380559 13173 1507080586 938091766 568988820 128187466 2074

1993 1.976335869 14169 1884739058 1129118831 755620227 172472862 2118

1994 0.784421237 15144 2153616650 1183450564 970166086 214266235 2205

1995 0.204454308 15634 2498704025 1510594826 988109199 256928590 2305

1996 0.39415266 15672 2814808415 1680652339 1134156076 294542942 2385

1997 0.705322694 16165 3718478 1933231 1785247 397150990 5700

1998 2.223780171 16087 4066196648 2748253325 1317943323 343973134 8100

1999 3.572704662 17199 5301260772 3189269220 2111991552 480615994 8632

2000 3.419761378 17781 7848745095 4921517004 2927228091 676657597 8534

2001 4.012031137 20311 11903021024 4687503479 7215517545 846964223 10400

2002 3.437463947 20875 11776161883 4920698309 6855463574 924955697 8940

2003 2.219204674 20320 12765372283 5005252586 7760119697 971876179 8465

2004 2.30409083 20037 19587830647 9058814571 10529016076 563131961 9290

2005 1.96113804 20125 13029435210 5097546447 7931888763 891407359 9830


(4)

Lampiran 4. Data Riil Periode 1978-2005

TAHUN IHPB '93 DS TK NO BI NT EF PRO IHK '1993 ERR

1978 17.25 0.08595484 6485 5538327.71 1667841.913 3870485.797 0.3011454 3.320655073 26.1 2421.455939 1979 21.72 0.934821635 7228 6145470.994 2548404.788 3597066.206 0.414680143 2.411497193 31.77 1983.002833 1980 26.36 0.744960551 7868 7102438.923 3131255.121 3971183.801 0.440870405 2.268240257 36.82 1716.458446 1981 29.29 0.538519708 8645 7117128.61 2573998.634 4543129.976 0.361662515 2.765008697 39.42 1661.5931 1982 33.25 0.210719041 8553 7552949.143 3994541.955 3558407.188 0.528871819 1.890817327 43.23 1612.306269 1983 43.43 0.215944144 9974 8107973.452 4994734.792 3113238.66 0.616027522 1.623304097 48.18 2071.398921 1984 48.97 0.46632128 10046 7935263.958 4759368.818 3175895.14 0.59977448 1.667293345 52.42 2050.743991 1985 51.45 1.077613528 13713 11762213.1 8192507.308 3569705.792 0.696510702 1.435728118 54.66 2067.325284 1986 53.05 2.953909596 10367 12342938.64 8874696.871 3468241.772 0.719010045 1.390801153 59.47 2772.826635 1987 56.65 3.967578163 12934 12987499.82 8660819.347 4326680.477 0.666858092 1.499569418 64.78 2554.800864 1988 59.32 5.313021342 13345 13412425.84 8855413.941 4557011.902 0.660239545 1.514601794 68.3 2543.191801 1989 67.97 7.380049734 14005 14002099.62 9996018.611 4006081.006 0.713894265 1.400767662 72.36 2494.472084 1990 82.49 4.452957214 13611 14660848.19 9200811.383 5460036.804 0.627577018 1.593429924 79.27 2403.179008 1991 90.8 1.691589481 13288 15529696.94 9387672.104 6142024.835 0.604498088 1.654264952 86.82 2300.161253 1992 93.48 3.612380559 13173 16121957.49 10035213.59 6086743.902 0.622456274 1.606538551 91.1 2276.6191 1993 100 1.976335869 14169 18847390.58 11291188.31 7556202.27 0.599084964 1.669212315 100 2118 1994 107.02 0.784421237 15144 20123497.01 11058218.69 9065278.322 0.549517744 1.81977745 109.26 2018.121911 1995 120.11 0.204454308 15634 20803463.7 12576761.52 8226702.181 0.604551324 1.654119279 118.7 1941.870261 1996 134.46 0.39415266 15672 20934169.38 12499273.68 8434895.701 0.597075215 1.674830868 126.39 1887.016378 1997 140.28 0.705322694 16165 26507.54206 13781.2304 12726.31166 0.519898464 1.9234525 140.35 4061.275383 1998 187.49 2.223780171 16087 21687538.79 14658132.83 7029405.958 0.675878115 1.47955671 249.29 3249.227807 1999 226.09 3.572704662 17199 23447568.54 14106193.2 9341375.346 0.601605799 1.662218021 254.31 3394.282569 2000 241.01 3.419761378 17781 32566055.74 20420385.06 12145670.68 0.627045081 1.594781668 278.1 3068.680331 2001 259.97 4.012031137 20311 45786133.11 18030940.03 27755193.08 0.39380788 2.539309267 324.25 3207.401696 2002 281.84 3.437463947 20875 41783146.05 17459190.71 24323955.34 0.417852468 2.393189166 356.77 2505.816072 2003 297.32 2.219204674 20320 42934791.75 16834564.06 26100227.69 0.392096092 2.550395223 380.27 2226.049912 2004 301.62 2.30409083 20037 64942081.58 30033865.7 34908215.89 0.462471559 2.162295132 403.31 2303.439042 2005 342.93 1.96113804 20125 37994445.54 14864685.06 23129760.48 0.391233109 2.556020891 445.48 2206.608602 Sumber : Badan Pusat Statistik, 1978-2005 ; diolah oleh peneliti.


(5)

Lampiran 5. Data Determinan Daya Saing Industri Semen Indonesia dan Pengaruh Daya Saing Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja, Periode 1978-2005

TAHUN DS PRO EF XSI ERR TK PTK BTK DKR

1978 0.08595484 3.320655073 0.3011454 1651500 2421.455939 6485 10.984269 352366.2609 0

1979 0.934821635 2.411497193 0.414680143 21988340 1983.002833 7228 9.192106074 391321.2247 0 1980 0.744960551 2.268240257 0.440870405 21941388 1716.458446 7868 10.18251563 390000.2656 0 1981 0.538519708 2.765008697 0.361662515 19153068 1661.5931 8645 8.558283132 530845.9543 0 1982 0.210719041 1.890817327 0.528871819 8421618 1612.306269 8553 6.053183862 587857.1128 0 1983 0.215944144 1.623304097 0.616027522 7201485 2071.398921 9974 5.760256509 540468.7543 0 1984 0.46632128 1.667293345 0.59977448 12465912 2050.743991 10046 5.39229311 588969.3077 0 1985 1.077613528 1.435728118 0.696510702 21476564 2067.325284 13713 5.350591139 667161.0107 0 1986 2.953909596 1.390801153 0.719010045 39803432 2772.826635 10367 5.26278077 659013.1574 0 1987 3.967578163 1.499569418 0.666858092 56072928 2554.800864 12934 5.939265064 728487.5199 0 1988 5.313021342 1.514601794 0.660239545 75606208 2543.191801 13345 5.549902114 821097.7073 0 1989 7.380049734 1.400767662 0.713894265 128252000 2494.472084 14005 5.796503016 691120.3178 0 1990 4.452957214 1.593429924 0.627577018 96803896 2403.179008 13611 7.835738073 696812.0621 0 1991 1.691589481 1.654264952 0.604498088 43072336 2300.161253 13288 7.634918445 804465.022 0 1992 3.612380559 1.606538551 0.622456274 107125232 2276.6191 13173 4.438724298 1371282.264 0 1993 1.976335869 1.669212315 0.599084964 65094460 2118 14169 4.381096355 1724728.62 0 1994 0.784421237 1.81977745 0.549517744 29839124 2018.121911 15144 4.527853332 2002113.951 0 1995 0.204454308 1.654119279 0.604551324 8439440 1941.870261 15634 3.845851483 2139110.732 0 1996 0.39415266 1.674830868 0.597075215 18827640 1887.016378 15672 3.850562734 2190561.818 0 1997 0.705322694 1.9234525 0.519898464 33592872 4061.275383 16165 0.004495134 2831130.525 1 1998 2.223780171 1.47955671 0.675878115 84739136 3249.227807 16087 3.831529828 1834621.228 1 1999 3.572704662 1.662218021 0.601605799 136611673 3394.282569 17199 4.394343048 2125772.896 1 2000 3.419761378 1.594781668 0.627045081 142756746 3068.680331 17781 4.326010827 2807591.374 1 2001 4.012031137 2.539309267 0.39380788 161068608 3207.401696 20311 8.519270766 3257930.619 1 2002 3.437463947 2.393189166 0.417852468 136611673 2505.816072 20875 7.411666955 3281846.782 1 2003 2.219204674 2.550395223 0.392096092 89296631 2226.049912 20320 7.984679391 3268788.44 1 2004 2.30409083 2.162295132 0.462471559 102623238 2303.439042 20037 18.6972447 1867024.604 1 2005 1.96113804 2.556020891 0.391233109 115871821 2206.608602 20125 8.898163879 2599385.761 1 Sumber : Badan Pusat Statistik, 1978-2005 ; diolah oleh peneliti.


(6)

Keterangan :

DSt = Daya Saing (%) NO = Nilai Output (Rp)

PROt = Produktivitas (%) BI = Biaya Input Produksi (Rp)

EFt = Efisiensi (%) NT = Nilai Tambah (Rp)

XSIt = Ekspor Semen Indonesia (US$)

ERRt = Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (Rp/US$)

TKt = Tenaga Kerja (orang)

PTKt = Produktivitas Tenaga Kerja (%)

BTKt = Biaya Tenaga Kerja (Rp)

D1 = Dummy krisis ekonomi (1 untuk sesudah krisis; 0 untuk sebelum krisis) Rumus :

1. Efisiensi = Biaya Input x 100 % Nilai Output

2. Produktivitas = Nilai Output x 100 % Biaya Input

4. Produktivitas Tenaga Kerja = Nilai Tambah x 100 % Biaya Tenaga Kerja