Konsumsi Semen Ekspor dan Impor Semen

• Jenis P-K, digunakan untuk pembuatan beton dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi serta tahan sulfat dan panas hidrasi. 4. Semen Portland Campur adalah jenis semen hasil penggilingan semen Portland dan gips dengan bahan-bahan organik yang bersifat inert. Semen jenis ini dapat digunakan untuk semua tujuan dalam pembuatan adukan semen dan beton untuk konstruksi yang tidak memerlukan persyaratan khusus. 5. Semen Pemboran “oil well” digunakan khusus untuk pembangunan sumur pengeboran minyak dan gas. Jenis semen ini mempunyai ketahanan terhadap sulfat yang cukup tinggi dan biasanya digunakan untuk pengeboran minyak dengan kedalaman 2000 meter. 6. Semen adukan pasangan mansory cement, khusus digunakan sebagai penyambung mortar atau lantai namun tidak direkomendasikan untuk menahan beban yang berat. 7. Semen “fly ash” merupakan semen pozzolan yang komponen utamanya adalah fly ash yang diperoleh dari hasil pembakaran batubara. Pembuatan semen ini dimaksudkan untuk menyerap buangan atau limbah batubara. Batubara mengandung mineral silika dan alumina yang tidak terbakar.

4.4. Konsumsi Semen

Ketika perekonomian nasional mulai membaik, kebutuhan semen kembali normal seperti keadaan sebelum krisis moneter tahun 1997. Pada tahun 2002 dan 2003 kebutuhan semen dalam negeri sebesar 27.5 juta ton. Namun pada kondisi ini, utilitas kapasitas produksi masih sekitar 65 persen karena kebutuhan semen masih lebih rendah daripada kapasitas produksi sehingga pihak produsen cenderung melakukan ekspor semen untuk meningkatkan efisiensi pabrik. Kebutuhan semen secara nasional terus mengalami peningkatan baik dari sisi jumlah maupun konsumsi per kapita. Perkembangan konsumsi dan persentase pertumbuhan konsumsi semen tahun 2000-2005 dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Perkembangan Konsumsi Semen, tahun 1996-2005 Konsumsi Per Kapita Tahun Jumlah Konsumsi ton kgtahun Trend 1996 25,435,000 128 - 1997 27,447,000 141 10.15 1998 19,075,000 96 -31.91 1999 18,817,000 94 -2.08 2000 22,331,000 110 17.02 2001 25,744,000 125 13.63 2002 27,233,000 130 0.04 2003 27,539,000 130 - 2004 30,208,000 140 7.69 2005 31,487,000 144 2.85 Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, 2006 Tabel 4.4., menunjukkan bahwa produksi semen nasional tahun 2004 mencapai 33.23 juta ton sedangkan konsumsi mencapai 30.208 juta ton. Untuk kebutuhan tahun 2005 mencapai 31.487 juta ton, namun hal ini masih lebih rendah dari kapasitas produksi semen nasional yang mencapai 46.09 juta ton. Pada saat ini, untuk memenuhi kebutuhan semen dalam negeri dapat dilakukan dengan mengoptimalkan produksi sesuai dengan kapasitas. Industri semen berkomitmen untuk mengutamakan kebutuhan dalam negeri termasuk mengurangi volume ekspor.

4.5. Ekspor dan Impor Semen

Berdasarkan data statistik produksi semen dalam negeri, Indonesia telah mampu memenuhi sendiri kebutuhan dalam negeri sejak 1978 dan telah melakukan ekspor dengan jumlah ekspor semen disesuaikan dengan kemampuan produksi, perkembangan konsumsi semen dalam negeri dan adanya peluang ekspor semen. Volume ekspor semen dan klinker tahun 2000 sebesar 8.3 juta ton dengan negara tujuan ekspor lebih dari 49 negara antara lain Bangladesh, Srilangka, Singapura, Myanmar, Australia, Hongkong, Amerika Serikat, Amerika Latin, Eropa, Timur Tengah, Afrika dan negara-negara di kawasan Pasifik. Dimasa mendatang volume ekspor akan semakin meningkat sejalan dengan semakin besarnya akses produksi dan pabrik baru. Pemenuhan kebutuhan semen dalam negeri dilakukan dengan cara memasok dari produksi pabrik dalam negeri, tetapi ada juga yang berasal dari impor karena keterbatasan pasokan dari pabrik sendiri. Impor tersebut dilakukan oleh produsen dalam negeri dalam bentuk klinker yang berguna untuk mengoptimalkan kemampuan cement millnya. Impor semen yang dilakukan oleh produsen maupun perusahaan niaga atau importer umum juga berguna untuk pengamanan pengadaan semen nasional. Adapun produsen-produsen semen dunia yaitu Cina, India, Jepang, Korea Selatan, Thailand, Taiwan, Malaysia, Filiphina dan Pakistan. Pada masa pasar global sudah berlangsung, diperkirakan kegiatan ekspor dan impor semen serta klinker akan terjadi bersamaan tergantung pada keseimbangan supply demand, daya saing masing-masing pabrik, lokasi pabrik dan pengaruh keberadaan penguasaan asing sebagai peran utama bisnis semen di pasar internasional atas pabrik dalam negeri. Perkembangan ekspor impor semen Indonesia sejak tahun 2000 sampai tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Perkembangan Ekspor dan Impor Semen, tahun 1996-2005 Eks por Impor Tahun Ton Trend Ton Trend Rasio Ekspor Impor 1996 - - 1,402,000 - - 1997 771,000 - 1,410,000 0.57 0.547 1998 3,127,000 305.58 109,000 -92.27 28.688 1999 5,108,000 63.35 - -100 - 2000 4,903,000 -4.01 24,000 - 204.292 2001 5,750,000 17.27 44,000 83.33 - 2002 3,791,000 -34.06 60,000 36.36 63.183 2003 3,073,000 -18.94 11,000 -81.67 279.364 2004 2,946,000 -4.13 17,000 54.55 173.294 2005 3,289,000 11.64 1,055,000 6105.8 3.118 Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, 2006 Berdasarkan Tabel 4.5, volume ekspor semen sejak tahun 2000 sampai tahun 2005 cenderung fluktuatif. Pada tahun 2000 jumlah ekspor mencapai 4.903 juta ton dan meningkat sebesar 17.27 persen menjadi 5.750 juta ton pada tahun 2001. Namun terjadi penurunan sebesar 34.06 persen pada tahun 2002 menjadi 3.791 juta ton, kemudian menurun lagi sebesar 18.94 persen pada tahun 2003 menjadi 3.073 juta ton hingga tahun 2004 menurun sebesar 4.13 persen menjadi 2.946 juta ton. Penurunan volume ekspor semen nasional terjadi karena adanya pengendalian ekspor yang ditujukan untuk mengantisipasi kekurangan semen di dalam negeri. Pengendalian ekspor selama ini telah dilakukan oleh PT Semen Padang, PT Indocement Tunggal Prakarsa, PT Semen Cibinong dan PT Semen Gresik. Pada tahun 2005 terjadi peningkatan volume ekspor sebesar 11.64 persen menjadi 3.289 juta ton.

4.6. Tenaga Kerja Sektor Semen Di Indonesia