Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Penelitian-Penelitian Terdahulu

Memasarkan produk semen di luar negeri berbeda dengan memasarkan produk semen di dalam negeri. Pemasaran di luar negeri sangat kompetitif sehingga hanya industri yang memiliki pengusaha yang ulet dan mempunyai daya saing tinggi akan menang dalam persaingan internasional dan dapat merebut pasar. Daya saing yang tinggi dalam berbagai bidang merupakan salah satu faktor penting dalam perdagangan internasional. Daya saing komoditi semen dapat diukur atas dasar perbandingan pangsa pasar komoditi semen pada kondisi pasar yang tetap. Dari struktur industri pengolahan yang ada diketahui bahwa lebih dari 60 persen output industri bersifat industri padat karya sehingga tidak mudah untuk menciptakan peningkatan nilai tambah. Industri semen ini menyerap tenaga kerja sehingga peranannya dalam perekonomian Indonesia menjadi sangat penting. Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah : 1. Bagaimana daya saing industri semen Indonesia periode 1978-2005 ? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi daya saing industri semen Indonesia periode 1978-2005 ? 3. Bagaimana pengaruh daya saing industri semen terhadap penyerapan tenaga kerja periode 1978-2005 ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis daya saing industri semen Indonesia periode 1978-2005. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing industri semen Indonesia periode 1978-2005. 3. Menganalisis pengaruh daya saing industri semen terhadap penyerapan tenaga kerja periode 1978-2005.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1. Memberikan informasi tentang perkembangan daya saing industri semen, faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing industri semen serta pengaruh daya saing industri semen terhadap penyerapan tenaga kerja. 2. Memberikan saran bagi pemerintah Indonesia sebagai pembuat kebijakan dalam mengontrol kinerja industri semen di Indonesia. 3. Memberikan kesempatan belajar bagi penulis dan sebagai penerapan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya dilakukan pada industri semen di Indonesia untuk melihat daya saing industri tersebut dengan menggunakan beberapa variabel yang mungkin berpengaruh terhadap daya saing. Peneliti hanya menggunakan data dari tahun 1978 sampai tahun 2005. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan berskala besar dan sedang. Tidak semua variabel yang mempengaruhi daya saing pada industri tersebut diteliti, tetapi hanya variabel-variabel yang dianggap sangat dominan dan berpengaruh besar dalam perkembangan daya saing industri semen. Beberapa faktor-faktor lainnya dianggap konstan nilainya. Selain itu, dalam menganalisis daya saing industri semen Indonesia hanya dianalisis dengan pendekatan keunggulan komparatifnya saja. II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Teori Globalisasi

Globalisasi adalah kata yang paling sering digunakan dalam berbagai diskusi mengenai pembangunan, perdagangan dan ekonomi politik internasional. Seperti yang tersirat dalam kata itu sendiri, globalisasi merupakan proses yang menyatukan berbagai perekonomian dunia, menyebabkan terciptanya perekonomian global dan semakin banyaknya pembuatan keputusan ekonomi global, misalnya melalui berbagai lembaga internasional seperti World Trade Organization WTO . Tetapi dalam makna ekonomi, intinya globalisasi adalah semakin terbukanya perekonomian terhadap perdagangan internasional, aliran dana internasional dan penanaman modal asing langsung yang mempunyai dampak lebih besar pada masyarakat di negara-negara berkembang. Bagi sebagian kalangan, kata globalisasi berarti peluang bisnis yang menarik, pertumbuhan pengetahuan dan inovasi yang lebih cepat atau prospek sebuah dunia yang saling terkait. Namun bagi banyak orang, globalisasi menimbulkan keprihatinan yang besar yaitu bahwa ketimpangan dalam berbagai bentuk dapat lebih terasa didalam suatu negara dan antarnegara, bahwa kerusakan lingkungan dapat semakin parah, bahwa dominasi internasional oleh negara- negara kaya dapat lebih luas dan menjerat serta bahwa sebagian masyarakat dan kawasan dapat lebih jauh tertinggal. Karena itu, globalisasi mengandung manfaat dan peluang disamping biaya dan resiko Todaro, 2004.

2.1.2. Teori Pembangunan

Pembangunan adalah suatu usaha dalam jangka panjang, lajunya dipelihara dengan kebijakan-kebijakan yang sekaligus harus dituju kepada perubahan mendasar dan dapat dilaksanakan dalam jangka pendek. Todaro 2004 dalam buku Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga menjelaskan bahwa pembangunan ekonomi merupakan sebuah upaya yang dilakukan oleh suatu negara dengan tujuan untuk mengembangkan kegiatan ekonomi atau merupakan sebuah proses yang mendorong GNP per kapita, meningkatkan pendapatan masyarakat dalam periode waktu yang panjang. Selain itu, pembangunan ekonomi sebagai suatu upaya untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf kehidupan masyarakat merupakan satu masalah yang sangat kompleks, karena dalam pembangunan ekonomi banyak faktor yang mempengaruhinya. Unsur penting dari pembangunan ekonomi adalah : 1. Pembangunan ekonomi mengandung suatu proses perubahan yang terus- menerus. 2. Pembangunan ekonomi berupaya untuk meningkatkan pendapatan per kapita atau GNP per kapita masyarakat. 3. Upaya untuk meningkatkan pendapatan per kapita tersebut harus berlangsung dalam jangka waktu yang panjang.

2.1.3. Teori Perdagangan Internasional

Todaro 2004 Perdagangan internasional adalah kegiatan pertukaran antar penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain. Tidak berbeda dengan pertukaran antara dua orang disuatu negara. Perbedaannya adalah orang yang satu kebetulan berada di negara yang berbeda. Perdagangan internasional dalam ilmu ekonomi dapat diartikan sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Masing-masing pihak secara bebas menentukan untung dan rugi dari pertukaran tersebut. Perdagangan akan terjadi apabila tidak ada satu pihak yang memperoleh keuntungan atau manfaat dan tidak ada pihak lain yang merasa dirugikan. Perdagangan internasional memegang peranan penting dalam sejarah pembangunan negara sedang berkembang. Manfaat perdagangan internasional adalah : 1. Perdagangan merupakan penggerak pertumbuhan ekonomi yang penting, dapat memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan output dunia dan memberikan kemudahan untuk mendapatkan sumber daya yang langka dan pasar dunia bagi produk yang apabila tanpa pasar maka negara-negara miskin tidak dapat berkembang. 2. Perdagangan mendorong penyebaran keadilan internasional dan domestik secara lebih merata dengan menyamakan harga faktor produksi, meningkatkan pendapatan riil negara-negara yang berdagang dan menjadikan penggunaan sumberdaya dunia dan setiap negara lebih efisien meningkatkan upah relatif di negara-negara yang buruhnya berlimpah dan menurunkan upah itu di negara- negara yang kekurangan tenaga kerja. 3. Membantu berbagai negara untuk mencapai pembangunan dengan meningkatkan peranan sektor ekonomi yang mempunyai keunggulan komparatif baik karena efisiensi penggunaan tenaga kerja maupun faktor produksi. 4. Dalam perdagangan bebas, harga dan biaya poduksi internasional menentukan sampai seberapa jauh sebuah negara harus berdagang untuk mempertinggi kesejahteraan nasionalnya. Semua negara harus mengikuti petunjuk-petunjuk prinsip keunggulan komparatif dan tidak mencoba campur tangan dalam kebebasan pasar tersebut. 5. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan diperlukan adanya kebijaksanaan internasional yang berpandangan keluar. Dalam semua keadaan, kepercayaan pada kekuatan sendiri berdasarkan isolasi sebagian atau sepenuhnya secara ekonomis dianggap kurang baik dibandingkan dengan pemerataan dalam perdagangan bebas yang tidak terbatas. Menurut teori daya saing dari sisi industri, perdagangan internasional adalah suatu proses yang timbul sehubungan dengan pertukaran komoditi antara negara. Adam Smith dalam bukunya Ekonomi Internasional yang terbit pada tahun 1997 berpendapat bahwa perdagangan antara dua negara didasarkan pada keunggulan absolut absolute advantage. Jika sebuah negara lebih efisien daripada atau memiliki keunggulan absolut terhadap negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efisien dibanding atau memiliki kerugian absolut terhadap negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing- masing melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan menukarkannya dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut Salvatore, 1997. Di pasar internasional, besarnya ekspor suatu komoditi dalam perdagangan internasional akan sama dengan besarnya impor komoditas tersebut. Harga yang terjadi pada pasar internasional merupakan keseimbangan antara penawaran dan permintaan dunia. Perubahan dalam produksi dunia akan mempengaruhi penawaran dunia dan perubahan dalam konsumsi dunia akan mempengaruhi permintaan dunia. Kedua perubahan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi harga dunia Salvatore, 1997.

2.1.3.1. Teori Merkantilisme

Dalam melakukan perdagangan internasional, suatu negara harus lebih banyak melakukan ekspor daripada mengimpor barang. Surplus perdagangan yang dialami oleh suatu negara akan meningkatkan cadangan emas yang dimiliki negara tersebut. Pada masa itu alat tukar yang digunakan adalah logam mulia emas dan perak. Agar surplus perdagangan terjadi maka negara harus membatasi impor dan mendorong ekspor. Untuk menekan impor, setiap negara memberlakukan berbagai hambatan perdagangan yang dikenakan pada barang- barang dari luar negeri.

2.1.3.2. Teori Keunggulan Absolut Adam Smith

Kesejahteraan masyarakat suatu negara justru akan semakin meningkat jika perdagangan internasional dilakukan dalam pasar bebas dan intervensi pemerintah dilakukan seminimal mungkin. Dalam sistem perdagangan bebas, sumberdaya yang sudah ada digunakan secara lebih efisien sehingga kesejahteraan yang dicapai akan lebih optimal. Dalam keunggulan absolut, suatu negara akan mengekspor komoditi, dimana negara tersebut memiliki keunggulan absolut relatif terhadap negara mitra dagangnya. Dipihak lain, negara akan mengimpor komoditas yang memiliki ketidakunggulan absolut. Jadi, negara akan berspesialisasi memproduksi barang yang menjadi keunggulan absolut untuk ditukar dengan komoditi yang tidak memiliki keunggulan absolut. Dengan proses seperti itu, alokasi sumberdaya dapat dilakukan lebih efisien dan output yang dihasilkan kedua negara akan meningkat sehingga tingkat konsumsi masyarakat terhadap barang itu akan meningkat.

2.1.3.3. Teori Keunggulan Komparatif

David Ricardo dalam bukunya Principles of Political Economy and Taxation yang terbit pada tahun 1817 yang berisi penjelasan mengenai hukum keunggulan komparatif. Hukum ini merupakan salah satu hukum perdagangan internasional yang paling penting dan merupakan hukum ekonomi yang masih belum mendapat tantangan dari berbagai aplikasi dalam praktek. Menurut hukum keunggulan komparatif, “meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding atau memiliki kerugian absolut terhadap negara lain dalam memproduksi kedua komoditi, namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara pertama harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih kecil ini merupakan komoditi dengan keunggulan komparatif dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih besar komoditi ini memiliki kerugian komparatif” Salvatore, 1997. Hukum keunggulan komparatif dalam kasus tertentu mengalami satu pengecualian, misalkan dalam hal jika kerugian absolut yang dimiliki suatu negara pada kedua komoditi sama besarnya. Hal ini sangat jarang terjadi, kalaupun ada hanya kebetulan saja, maka dalam hal ini pernyataan hukum keunggulan komparatif kemudian sedikit mengalami perubahan sehingga berbunyi, “meskipun sebuah negara memiliki kerugian absolut terhadap negara lain dalam memproduksi kedua komoditi, masih terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak, kecuali jika kerugian absolut salah satu negara pada kedua komoditi tersebut memiliki proporsi yang sama” Salvatore, 1997.

2.1.3.4. Keunggulan Kompetitif

Atribut yang merupakan faktor penentu keunggulan bersaing industri nasional Porter, 2005 adalah : 1. Kondisi faktor input, yaitu posisi suatu negara berdasarkan sumberdaya yang dimiliki merupakan faktor produksi yang diperlukan untuk bersaing dalam industri tertentu. Faktor produksi tersebut adalah biaya tenaga kerja yang berlaku, biaya input produksi, jumlah tenaga kerja, etika kerja, mutu dan lokasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, sumberdaya modal dan sumberdaya infrastruktur. 2. Kondisi permintaan, yaitu sifat dan kondisi permintaan mutu permintaan domestik dan produktivitas dari negara asal bagi produk atau jasa industri sangat penting bagi keunggulan kompetitif. 3. Industri pendukung dan industri terkait, yaitu keberadaan atau ketiadaan industri pemasok dan terkait lainnya dinegara tersebut yang secara internasional bersifat kompetitif. 4. Persaingan, struktur dan strategi perusahaan, yaitu kondisi dalam negara yang mengatur perusahaan diciptakan, diatur dan dikelola serta terdapat sifat dari persaingan domestik yang mendorong perusahaan untuk melakukan inovasi, produktivitas, efisiensi, efektivitas dan kualitas. 5. Peran kesempatan, yaitu peristiwa yang terjadi diluar kendali industri biasanya kesempatan datang dari pemerintah. 6. Peran pemerintah.

2.1.4. Teori Daya Saing

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam kamus Bahasa Indonesia tahun 1995 berpendapat bahwa daya saing adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu atau bertindak untuk merebut pasar. Sedangkan Brataatmaja, 1994 mendefinisikan daya saing sebagai kekuatan, kemampuan atau kesanggupan untuk bersaing. Daya saing menurut Porter 1995 ditentukan oleh keunggulan bersaing suatu perusahaan, sangat tergantung pada tingkat sumberdaya relatif yang dimilikinya. Penelitian Porter tentang keunggulan bersaing negara-negara mencakup tersedianya peranan sumberdaya dan melihat lebih jauh kepada keadaan negara yang mempengaruhi daya saing perusahaan-perusahaan internasional pada industri yang berbeda Gonarsyah 1995, menyatakan bila berbicara mengenai daya saing berarti membicarakan mengenai keunggulan kompetitif competitive advantage. Suatu produk yang mempunyai comparative advantage belum menjamin memiliki keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif disamping ditentukan oleh comparative advantage biaya produksi juga ditentukan oleh biaya pemasaran dan biaya-biaya lainnya. Suatu produk yang mempunyai keunggulan kompetitif tapi terjadi kegagalan pasar baik karena struktur pasar maupun kebijakan regulasi pemerintah, maka produk tersebut dapat saja tidak memiliki keunggulan komparatif. World Economic Forum WEF yang bermarkas di Geneva Swiss, setiap tahun mengembangkan dan menerbitkan Global Competitiveness Index GCI. GCI ini tidak mengukur tingkat daya saing ekspor secara eksplisit, tetapi tingkat daya saing suatu ekonomi atau negara. GCI adalah suatu indeks gabungan dari sejumlah indikator ekonomi yang telah teruji secara empiris memiliki suatu korelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi PDB untuk jangka menengah dan panjang dan berarti secara teoritis atau hipotesis mempunyai suatu korelasi positif dengan kinerja atau tingkat daya saing ekspor.

2.1.5. Teori Industri

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan Dumairy, 1996. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang tapi juga dalam bentuk jasa www.googleindustri.co.id. www.googleindustri.co.id Industri dibagi berdasarkan tempat bahan baku, besar-kecil modal, klasifikasi atau penjenisan, jumlah tenaga kerja, pemilihan lokasi dan produktivitas perorangan. Jenis industri berdasarkan tempat bahan baku dibagi menjadi : 1. Industri ekstraktif : industri yang bahan baku diambil langsung dari alam sekitar. Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan dan pertambangan. 2. Industri non-ekstraktif : industri yang bahan baku didapat dari tempat lain selain alam sekitar. 3. Industri fasilitatif : industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya. Contoh : asuransi, perbankan, transportasi dan ekspedisi. Pembagian industri berdasarkan besar-kecil modal adalah : 1. Industri padat modal : industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya. 2. Industri padat karya : industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya. Jenis industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya berdasarkan SK Menteri Perindustrian No 19MI1986 adalah : 1. Industri kimia dasar : industri semen, obat-obatan, kertas dan pupuk. 2. Industri mesin dan logam dasar : industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil. 3. Industri kecil : industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es. 4. Aneka industri : industri pakaian, makanan dan minuman. Jenis industri berdasarkan jumlah tenaga kerja www.googleindustri.co.id terdiri dari : 1. Industri besar : lebih dari 100 orang. 2. Industri sedang : 20 – 99 orang. 3. Industri kecil : 5 – 19 orang. 4. Industri rumah tangga : 1 – 4 orang. Penggolongan industri berdasarkan pemilihan lokasi www.googleindustri.co.id terdiri dari : 1. Industri yang berorientasi pada pasar market oriented industry yaitu industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen, yang mendekati kantong-kantong dimana konsumen potensial berada. Semakin dekat ke pasar akan semakin menjadi lebih baik. 2. Industri yang berorientasi pada tenaga kerja labour oriented industry yaitu industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk karena biasanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja. 3. Industri yang berorientasi pada bahan baku supply oriented industy yaitu industri yang mendekati lokasi dimana bahan baku berada untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar. Pembagian industri berdasarkan produktifitas perorangan meliputi : 1. Industri primer yaitu industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu, seperti hasil produksi pertanian, pertenakan, perkebunan dan perikanan. 2. Industri sekunder yaitu industri yang mengolah bahan mentah menjadi barang- barang yang siap diolah kembali, seperti pemintalan benang sutra dan komponen elektronik. 3. Industri tersier yaitu industri yang produknya berupa layanan jasa, seperti telekomunikasi, transportasi dan perawatan kesehatan.

2.1.6. Analisis Keunggulan Komparatif RCA

Salah satu indikator yang dapat menunjukkan perubahan keunggulan komparatif atau tingkat daya saing suatu industri dari suatu negara adalah dengan pendekatan Revealed Comparative Advantage RCA. Konsep ini pertama kali dipergunakan oleh Ballasa pada tahun 1965, yang menganggap bahwa keunggulan komparatif suatu negara direfleksikan atau terungkap dalam ekspornya Tambunan, 2001. Metode RCA didasarkan pada suatu konsep bahwa perdagangan antar wilayah sebenarnya menunjukkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu wilayah. Variabel yang diukur adalah kinerja ekspor suatu produk terhadap total ekspor suatu wilayah yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai produk dalam perdagangan dunia. RCA dapat didefinisikan bahwa jika pangsa ekspor suatu komoditi di dalam total ekspor produk dari suatu negara lebih besar dibandingkan pangsa ekspor komoditi yang sama di dalam total ekspor produk dunia, diharapkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam produksi dan ekspor komoditi tersebut, yang berarti bahwa komoditi tersebut memiliki daya saing di pasar dunia. Secara matematis, RCA dapat dituliskan seperti persamaan 2.1. RCA ij = X ij X is ......................................................................... 2.1 W j W s Dimana : X ij = nilai ekspor produk j dari negara i tahun ke t X is = nilai total ekspor produk j dan lainnya negara i tahun ke t W j = nilai ekspor produk j didunia tahun ke t W s = nilai total ekspor produk dunia tahun ke t t = 1978, ...., 2005 Nilai daya saing dari suatu industri ada dua alternatif, yaitu : 1. Jika nilai RCA 1, berarti suatu negara memiliki keunggulan komparatif pada komoditi di atas rata-rata dunia sehingga suatu industri memiliki daya saing kuat. 2. Jika nilai RCA 1, berarti suatu negara memiliki keunggulan komparatif pada komoditi di bawah rata-rata dunia sehingga suatu industri memiliki daya saing kuat. Setiap metode tentu ada keunggulan dan kelemahannya. Keunggulan metode RCA adalah untuk mengurangi dampak pengaruh campur tangan pemerintah sehingga kita dapat melihat keunggulan komparatif dengan jelas suatu produk dari waktu ke waktu. Sedangkan kelemahannya yaitu : 1. Asumsi bahwa suatu negara dianggap mengekspor semua komoditi. 2. RCA dapat menjelaskan pola perdagangan yang telah dan sedang berlangsung, namun tidak dapat menjelaskan apakah pola tersebut sudah optimal. 3. Tidak dapat mendeteksi dan memprediksi produk-produk yang berpotensi dimasa yang akan datang. 4. Keunggulan komparatif yang tercermin dari hasil perhitungan ini bisa jadi bukan merupakan keunggulan komparatif yang sesungguhnya, namun bisa saja akibat adanya kebijakan pemerintah dibidang ekonomi dan perdagangan, seperti nilai tukar yang dibuat under valued, proteksi ekspor dan sebagainya.

2.1.7. Faktor-faktor Yang mempengaruhi Daya Saing Industri Semen

Indonesia Berdasarkan literatur Bank Indonesia 2006 dalam www.bi.go.id, faktor- faktor penentu daya saing suatu industri adalah : 1. Nilai tambah. Nilai tambah added value merupakan selisih antara nilai akhir harga jual suatu produk dengan nilai bahan bakunya. Nilai tambah sektoral suatu produk mencerminkan nilai tambah produk tersebut disektor yang bersangkutan Dumairy, 1996. Menurut Sanimah 2006, analisis nilai tambah dilakukan untuk mengetahui besarnya kemajuan pertumbuhan suatu industri. 2. Efisiensi. Vilfred Pareto dalam karya ekonom abad 19 berpendapat bahwa efisiensi dalam produksi terjadi jika tidak ada lagi alokasi ulang lebih lanjut yang akan memungkinkan peningkatan produksi salah satu barang tanpa mengurangi produksi barang lainnya Nicholson, 1999. Menurut Sanimah 2006, analisis efisiensi yang digunakan yaitu analisis efisiensi produksi dengan menggunakan harga yang berlaku, untuk mengetahui besarnya tingkat efisiensi dari input untuk menghasilkan output dalam jumlah tertentu. 3. Produktivitas tenaga kerja. Porter 1995, salah satu atribut yang merupakan faktor penentu keunggulan bersaing industri nasional atau dapat mempengaruhi daya saing industri nasional adalah kondisi faktor sumberdaya manusia yaitu produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja mencerminkan jumlah yang disumbangkan oleh pekerja kepada perusahaan atau industri tempat bekerja Dumairy, 1996. Semakin tinggi upah berarti semakin besar jumlah uang yang diterima para pekerja. Begitu pula semakin tinggi produktivitas tenaga kerja yang bisa diukur berdasarkan nilai keluaran atau nilai tambah berarti semakin besar jumlah yang disumbangkan oleh pekerja dan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Ada beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya daya saing komoditi suatu industri di Indonesia adalah www.googleindustri.co.id dalam Economic Review Journal No. 198, Dec 2004 : 1 : 1. Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing Nilai tukar atau kurs exchange rate adalah harga satuan mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri Salvatore, 1997. Nilai tukar antara dua negara adalah harga dimana penduduk kedua negara saling melakukan perdagangan Mankiw, 2000. Kurs efektif yang menguntungkan, dimana depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dapat meningkatkan daya saing suatu negara atau industri. 2. Produktivitas Porter 1995, daya saing suatu industri nasional identik dengan produktivitas. Produktivitas merupakan tingkat output yang dihasilkan untuk setiap unit input yang digunakan. 3. Ekspor Semen Indonesia. Ekspor barang dan jasa adalah mengeluarkan barang atau jasa dari dalam negeri keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku www.googleindustriekspor.co.id. Ekspor menggambarkan tingkat daya saing industri di pasar dunia yang dapat dilihat dengan besarnya pangsa pasar di dunia. 5. Jumlah Tenaga Kerja. Porter 1995, salah satu atribut yang merupakan faktor penentu keunggulan bersaing industri nasional atau dapat mempengaruhi daya saing industri nasional adalah kondisi faktor sumberdaya manusia yaitu jumlah tenaga kerja. 6. Krisis. Kestabilan kondisi suatu negara dapat mempengaruhi tingkat daya saing suatu industri. Ketika terjadi krisis disuatu negara yang berarti tinggi nya tingkat resiko, tingginya biaya input produksi yang akan menurunkan tingkat daya saing industri. Analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat daya saing dapat mengacu pada teori-teori mengenai terjadinya perdagangan internasional. Analisis ini dapat dikelompokkan dalam teori klasik, modern, alternatif dan paradigma baru mengenai persaingan internasional. Menurut teori klasik, suatu negara akan mengekspor suatu jenis barang jika negara tersebut dapat membuatnya lebih efisien dibandingkan negara lain. Penekanannya bahwa penggunaan input misal tenaga kerja di dalam proses produksi suatu barang sangat menentukan keunggulan komparatif atau tingkat daya saing dari barang tersebut. Dalam teori modern, dikenal dengan teori Hecksher dan Ohlin H-O sebagai teori proporsi faktor atau teori ketersediaan faktor. Dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa perdagangan internasional terjadi karena opportunity costs yang berbeda antarnegara. Perbedaan ongkos relatif tersebut dikarenakan adanya perbedaan dalam jumlah faktor produksi tenaga kerja, modal, tanah dan bahan baku yang dimiliki masing-masing negara. Jadi, menurut teori H-O, suatu negara akan berspesialisasi dalam produksi dan ekspor barang-barang yang jumlah input utamanya relatif banyak dinegara tersebut dan impor barang yang input utamanya tidak dimiliki oleh negara tersebut. Salvatore 1997 mencoba mengaplikasikan teori H-O secara impiris dengan menggunakan data sumber dari Bank Dunia mengenai besarnya faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh enam negara industri maju didunia. Selain itu ia juga mencoba menganalisis keunggulan komparatif negara sedang berkembang dan negara industri maju dengan membandingkan rasio stok kapital terhadap tenaga kerja antara kedua kelompok tersebut. Teori alternatif mengenai perdagangan internasional yang sering dibahas dalam teori adalah teori siklus produk dari Verno 1966 dan Hirsch 1967 dan dikembangkan antara lain oleh Williamson 1983 dalam disertasi Edizal 1998. Teori ini dapat dipakai untuk menerangkan dinamika dari keunggulan komparatif suatu produk atau industri. Dasar pemikiran teori ini adalah untuk mengikuti perubahan waktu, dimana setiap produk atau suatu industri akan memulai suatu proses yang dimulai dari tahap pengembangan inovasi hingga tahap kejenuhan maturity dan tahap penurunan produksi, selama kondisi-kondisi yang mempengaruhi proses produksi dan location requirements berubah terus secara sistematis.

2.1.8. Teori Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah jumlah penduduk suatu negara dalam usia kerja berusia 15–64 tahun yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut Mulyadi, 2003. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Penggolongan tenaga kerja : www.nakertrans.go.id berdasarkan kewarganegaraan adalah tenaga kerja asing warga negara asing pendatang pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia dan tenaga kerja Indonesia warga negara Indonesia pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah luar Indonesia. Berdasarkan upah, tenaga kerja dibedakan menjadi dua yaitu tenaga kerja dibayar dan tenaga kerja tidak dibayar. Tenaga kerja dibayar adalah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan ekonomi sebagai faktor produksi dan mereka mendapat upah dan gaji sebagai balas jasa bagi produksi yang mereka berikan, status tenaga kerja dibayar adalah buruh atau karyawan. Tenaga kerja tidak dibayar adalah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan ekonomi sebagai faktor produksi tetapi mereka sama sekali tidak memperoleh upah dan gaji sebagai balas jasa faktor produksi mereka. Tenaga kerja tidak dibayar berstatus bukan buruh atau pengusaha. Contoh tenaga kerja tidak dibayar adalah pekerja keluarga family workers dan self employed workers yaitu mereka yang tidak memperoleh upah dan gaji karena balas jasa bagi faktor produksi mereka sudah tercakup dalam surplus usaha keuntungan dari usaha yang mereka lakukan. Penggolongan tenaga kerja berdasarkan jenis pekerjaan terdiri dari tenaga kerja inti dan tenaga kerja kontrak. Tenaga kerja inti adalah tenaga kerja dengan kecakapan organisatoris tertentu dengan unsur-unsur keberhasilan yang tinggi dalam menjalankan pekerjaannya. Tenaga kerja kontrak adalah tenaga kerja yang diusahakan oleh suatu kontraktor dan tenaga kerja yang bekerja dengan jangka waktu tertentu atau berdasarkan perjanjian dalam kontrak kerja. Berdasarkan kualitas, tenaga kerja dibagi menjadi tenaga kerja terampil dan tenaga kerja tidak terampil. Tenaga kerja terampil adalah pekerja yang memiliki kecakapan kerja dalam penggunaan upaya fisik untuk melakukan pekerjaan. Sedangkan tenaga kerja tidak terampil adalah pekerja yang menjalankan pekerjaannya berdasarkan instruksi serta tidak menggunakan pertimbangan minimal selama bekerja. Jika suatu industri memiliki daya saing yang kuat, maka diharapkan mampu memberikan keuntungan bagi industri tersebut. Dari keuntungan yang diperoleh selanjutnya akan menambah jumlah tenaga kerja yang terserap, sehingga daya saing suatu industri memiliki hubungan yang positif terhadap penyerapan tenaga kerja.

2.2. Penelitian-Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Mahyana 2004 mengenai Analisis Dampak Kebijakan Privatisasi Terhadap Pangsa Pasar Industri Semen Di Indonesia, menunjukkan bahwa jumlah penjualan memiliki pengaruh negatif terhadap pangsa pasar dan nilainya secara statistik signifikan selama periode observasi. Hal ini disebabkan karena sebelum tahun 1998 pemerintah melakukan proteksi penuh pada industri semen baik dari segi penetapan harga maupun dalam pendistribusian. Penjualan hanya berpusat pada daerah-daerah tertentu saja tempat berproduksi. Kebijakan privatisasi memiliki hubungan yang positif terhadap penguasaan pangsa pasar. Dengan adanya kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah ini, produsen lebih efisien dalam menentukan tujuan perusahaan yaitu pencapaian keuntungan yang optimal sehingga pangsa pasar yang di dapat lebih besar. Secara deskriptif, kebijakan privatisasi yang dilakukan oleh pemerintah berindikasi pada perilaku perusahaan yang mengarah pada kartel. Penelitian yang dilakukan Juwita 2004 mengenai Analisis Ekonomi Industri Semen dan Undang-Undang Persaingan Usaha dengan Pendekatan Struktur-Perilaku-Kinerja, menunjukkan bahwa indeks Herfindahl, x-efisiensi dan pertumbuhan nilai barang yang dihasilkan secara signifikan mempengaruhi tingkat keuntungan dan hubungannya positif. Indeks Herfindahl yang memiliki koefisien positif berarti bahwa semakin tinggi tingkat konsentrasi perusahaan dalam pasar maka tingkat keuntungan yang diraih perusahaan akan semakin tinggi pula. Selain itu, semakin tinggi tingkat efisiensi perusahaan dengan kemampuan perusahaan menekan biaya input maka akan semakin meningkatkan keuntungan yang diperoleh. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien x-efisiensi yang bertanda positif. Kondisi perekonomian yang semakin membaik meningkatkan permintaan masyarakat akan semen sehingga dapat meningkatkan keuntungan perusahaan yang ditunjukkan oleh koefisien pertumbuhan nilai barang yang dihasilkan dan berhubungan positif dengan price cost margin. Penelitian yang dilakukan Sanimah 2006 mengenai Analisis Faktor- Faktor Yang mempengaruhi Output Industri Semen Di Indonesia Periode 1983- 2003 dengan Pendekatan Fungsi Produksi Cobb-Douglas, menunjukkan bahwa faktor produksi tenaga kerja, bahan baku dan energi memberikan pengaruh positif dan nyata terhadap peningkatan output pada industri semen di Indonesia pada taraf nyata satu persen. Tenaga kerja memiliki dugaan nilai elastisitas terbesar yaitu sebesar 0.792, artinya jika tenaga kerja meningkat sebesar satu persen maka output industri semen akan meningkat sebesar 0.792 persen, cateris paribus. Bahan baku memiliki dugaan nilai elastisitas terbesar yaitu sebesar 0.532, artinya jika ada penambahan bahan baku sebesar satu persen maka output industri semen akan meningkat sebesar 0.532 persen, cateris paribus. Energi memiliki dugaan nilai elastisitas terbesar yaitu sebesar 0.434, artinya setiap penambahan energi sebesar satu persen maka output industri semen akan meningkat sebesar 0.434 persen, cateris paribus. Peningkatan output riil industri semen dalam jumlah besar dapat dilakukan dengan penambahan terhadap faktor produksi tenaga kerja. Keputusan ini merupakan hal yang paling efisien karena tenaga kerja mempunyai nilai elastisitas yang paling tinggi sehingga dapat memberikan pengaruh yang paling besar daripada faktor produksi lainnya. Hasil penjumlahan dari nilai parameter peubah bebas pada fungsi Cobb- Douglas dapat menggambarkan skala usaha return to scale dari industri semen. Pada penelitian Sanimah 2006, industri semen berada pada kondisi increasing return to scale , artinya laju pertumbuhan output lebih besar dari laju pertumbuhan input. Laju pertumbuhan nilai tambah industri semen di Indonesia cenderung mengalami peningkatan selama periode penelitian 1983-2003 walaupun terdapat penurunan dalam beberapa tahun, tetapi secara keseluruhan mengalami peningkatan. Laju penurunan nilai tambah yang paling besar terjadi pada tahun 1997. Tingkat efisiensi industri semen di Indonesia paling tinggi terjadi pada tahun 2001 dimana rasio antara input per output mempunyai nilai yang paling kecil. Penelitian-penelitian sebelumnya belum ada yang menganalisis daya saing industri semen. Oleh karena itu pada penelitian ini akan dianalisis daya saing industri semen Indonesia dengan melihat variabel-variabel yang diperkirakan menjadi faktor yang mempengaruhi daya saing industri tersebut. Selain itu, pada penelitian ini juga menganalisa pengaruh daya saing industri semen Indonesia terhadap penyerapan tenaga kerja.

2.3. Kerangka Pemikiran