Faktor-faktor Yang mempengaruhi Daya Saing Industri Semen

2.1.7. Faktor-faktor Yang mempengaruhi Daya Saing Industri Semen

Indonesia Berdasarkan literatur Bank Indonesia 2006 dalam www.bi.go.id, faktor- faktor penentu daya saing suatu industri adalah : 1. Nilai tambah. Nilai tambah added value merupakan selisih antara nilai akhir harga jual suatu produk dengan nilai bahan bakunya. Nilai tambah sektoral suatu produk mencerminkan nilai tambah produk tersebut disektor yang bersangkutan Dumairy, 1996. Menurut Sanimah 2006, analisis nilai tambah dilakukan untuk mengetahui besarnya kemajuan pertumbuhan suatu industri. 2. Efisiensi. Vilfred Pareto dalam karya ekonom abad 19 berpendapat bahwa efisiensi dalam produksi terjadi jika tidak ada lagi alokasi ulang lebih lanjut yang akan memungkinkan peningkatan produksi salah satu barang tanpa mengurangi produksi barang lainnya Nicholson, 1999. Menurut Sanimah 2006, analisis efisiensi yang digunakan yaitu analisis efisiensi produksi dengan menggunakan harga yang berlaku, untuk mengetahui besarnya tingkat efisiensi dari input untuk menghasilkan output dalam jumlah tertentu. 3. Produktivitas tenaga kerja. Porter 1995, salah satu atribut yang merupakan faktor penentu keunggulan bersaing industri nasional atau dapat mempengaruhi daya saing industri nasional adalah kondisi faktor sumberdaya manusia yaitu produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja mencerminkan jumlah yang disumbangkan oleh pekerja kepada perusahaan atau industri tempat bekerja Dumairy, 1996. Semakin tinggi upah berarti semakin besar jumlah uang yang diterima para pekerja. Begitu pula semakin tinggi produktivitas tenaga kerja yang bisa diukur berdasarkan nilai keluaran atau nilai tambah berarti semakin besar jumlah yang disumbangkan oleh pekerja dan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Ada beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya daya saing komoditi suatu industri di Indonesia adalah www.googleindustri.co.id dalam Economic Review Journal No. 198, Dec 2004 : 1 : 1. Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing Nilai tukar atau kurs exchange rate adalah harga satuan mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri Salvatore, 1997. Nilai tukar antara dua negara adalah harga dimana penduduk kedua negara saling melakukan perdagangan Mankiw, 2000. Kurs efektif yang menguntungkan, dimana depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dapat meningkatkan daya saing suatu negara atau industri. 2. Produktivitas Porter 1995, daya saing suatu industri nasional identik dengan produktivitas. Produktivitas merupakan tingkat output yang dihasilkan untuk setiap unit input yang digunakan. 3. Ekspor Semen Indonesia. Ekspor barang dan jasa adalah mengeluarkan barang atau jasa dari dalam negeri keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku www.googleindustriekspor.co.id. Ekspor menggambarkan tingkat daya saing industri di pasar dunia yang dapat dilihat dengan besarnya pangsa pasar di dunia. 5. Jumlah Tenaga Kerja. Porter 1995, salah satu atribut yang merupakan faktor penentu keunggulan bersaing industri nasional atau dapat mempengaruhi daya saing industri nasional adalah kondisi faktor sumberdaya manusia yaitu jumlah tenaga kerja. 6. Krisis. Kestabilan kondisi suatu negara dapat mempengaruhi tingkat daya saing suatu industri. Ketika terjadi krisis disuatu negara yang berarti tinggi nya tingkat resiko, tingginya biaya input produksi yang akan menurunkan tingkat daya saing industri. Analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat daya saing dapat mengacu pada teori-teori mengenai terjadinya perdagangan internasional. Analisis ini dapat dikelompokkan dalam teori klasik, modern, alternatif dan paradigma baru mengenai persaingan internasional. Menurut teori klasik, suatu negara akan mengekspor suatu jenis barang jika negara tersebut dapat membuatnya lebih efisien dibandingkan negara lain. Penekanannya bahwa penggunaan input misal tenaga kerja di dalam proses produksi suatu barang sangat menentukan keunggulan komparatif atau tingkat daya saing dari barang tersebut. Dalam teori modern, dikenal dengan teori Hecksher dan Ohlin H-O sebagai teori proporsi faktor atau teori ketersediaan faktor. Dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa perdagangan internasional terjadi karena opportunity costs yang berbeda antarnegara. Perbedaan ongkos relatif tersebut dikarenakan adanya perbedaan dalam jumlah faktor produksi tenaga kerja, modal, tanah dan bahan baku yang dimiliki masing-masing negara. Jadi, menurut teori H-O, suatu negara akan berspesialisasi dalam produksi dan ekspor barang-barang yang jumlah input utamanya relatif banyak dinegara tersebut dan impor barang yang input utamanya tidak dimiliki oleh negara tersebut. Salvatore 1997 mencoba mengaplikasikan teori H-O secara impiris dengan menggunakan data sumber dari Bank Dunia mengenai besarnya faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh enam negara industri maju didunia. Selain itu ia juga mencoba menganalisis keunggulan komparatif negara sedang berkembang dan negara industri maju dengan membandingkan rasio stok kapital terhadap tenaga kerja antara kedua kelompok tersebut. Teori alternatif mengenai perdagangan internasional yang sering dibahas dalam teori adalah teori siklus produk dari Verno 1966 dan Hirsch 1967 dan dikembangkan antara lain oleh Williamson 1983 dalam disertasi Edizal 1998. Teori ini dapat dipakai untuk menerangkan dinamika dari keunggulan komparatif suatu produk atau industri. Dasar pemikiran teori ini adalah untuk mengikuti perubahan waktu, dimana setiap produk atau suatu industri akan memulai suatu proses yang dimulai dari tahap pengembangan inovasi hingga tahap kejenuhan maturity dan tahap penurunan produksi, selama kondisi-kondisi yang mempengaruhi proses produksi dan location requirements berubah terus secara sistematis.

2.1.8. Teori Tenaga Kerja