Di pasar internasional, besarnya ekspor suatu komoditi dalam perdagangan internasional akan sama dengan besarnya impor komoditas tersebut. Harga yang
terjadi pada pasar internasional merupakan keseimbangan antara penawaran dan permintaan dunia. Perubahan dalam produksi dunia akan mempengaruhi
penawaran dunia dan perubahan dalam konsumsi dunia akan mempengaruhi permintaan dunia. Kedua perubahan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi
harga dunia Salvatore, 1997.
2.1.3.1. Teori Merkantilisme
Dalam melakukan perdagangan internasional, suatu negara harus lebih banyak melakukan ekspor daripada mengimpor barang. Surplus perdagangan yang
dialami oleh suatu negara akan meningkatkan cadangan emas yang dimiliki negara tersebut. Pada masa itu alat tukar yang digunakan adalah logam mulia
emas dan perak. Agar surplus perdagangan terjadi maka negara harus membatasi impor dan mendorong ekspor. Untuk menekan impor, setiap negara
memberlakukan berbagai hambatan perdagangan yang dikenakan pada barang- barang dari luar negeri.
2.1.3.2. Teori Keunggulan Absolut Adam Smith
Kesejahteraan masyarakat suatu negara justru akan semakin meningkat jika perdagangan internasional dilakukan dalam pasar bebas dan intervensi
pemerintah dilakukan seminimal mungkin. Dalam sistem perdagangan bebas, sumberdaya yang sudah ada digunakan secara lebih efisien sehingga kesejahteraan
yang dicapai akan lebih optimal. Dalam keunggulan absolut, suatu negara akan mengekspor komoditi, dimana negara tersebut memiliki keunggulan absolut relatif
terhadap negara mitra dagangnya. Dipihak lain, negara akan mengimpor komoditas yang memiliki ketidakunggulan absolut. Jadi, negara akan
berspesialisasi memproduksi barang yang menjadi keunggulan absolut untuk ditukar dengan komoditi yang tidak memiliki keunggulan absolut. Dengan proses
seperti itu, alokasi sumberdaya dapat dilakukan lebih efisien dan output yang dihasilkan kedua negara akan meningkat sehingga tingkat konsumsi masyarakat
terhadap barang itu akan meningkat.
2.1.3.3. Teori Keunggulan Komparatif
David Ricardo dalam bukunya Principles of Political Economy and Taxation
yang terbit pada tahun 1817 yang berisi penjelasan mengenai hukum keunggulan komparatif. Hukum ini merupakan salah satu hukum perdagangan
internasional yang paling penting dan merupakan hukum ekonomi yang masih belum mendapat tantangan dari berbagai aplikasi dalam praktek. Menurut hukum
keunggulan komparatif, “meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding atau memiliki kerugian absolut terhadap negara lain dalam memproduksi kedua
komoditi, namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara pertama harus melakukan spesialisasi
dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih kecil ini merupakan komoditi dengan keunggulan komparatif dan
mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih besar komoditi ini memiliki kerugian komparatif”
Salvatore, 1997. Hukum keunggulan komparatif dalam kasus tertentu mengalami satu
pengecualian, misalkan dalam hal jika kerugian absolut yang dimiliki suatu negara
pada kedua komoditi sama besarnya. Hal ini sangat jarang terjadi, kalaupun ada hanya kebetulan saja, maka dalam hal ini pernyataan hukum keunggulan
komparatif kemudian sedikit mengalami perubahan sehingga berbunyi, “meskipun sebuah negara memiliki kerugian absolut terhadap negara lain dalam
memproduksi kedua komoditi, masih terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak, kecuali jika kerugian
absolut salah satu negara pada kedua komoditi tersebut memiliki proporsi yang sama”
Salvatore, 1997.
2.1.3.4. Keunggulan Kompetitif