Untuk melaksanakan TAP MPR No. IVMPR1999 dalam rangka mendukung keberadaan kawasan perbatasan sebagai beranda depan NKRI,
maka diperlukan political will Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang secara simultan saling mengisi dan melengkapi, sehingga mampu
menciptakan akselerasi pembangunan dan pengembangan kawasan perbatasan sebagaimana yang diinginkan oleh semua pihak, yaitu
terciptanya daya tahan sosial ekonomi masyarakat, meningkatnya peluang dan daya saing ekonomi masyarakat dan terakhir terciptanya ketertiban dan
keamanan di kawasan perbatasan. Adapun kebijakan pusat dan daerah tentang pengembangan kawasan perbatasan, antara lain sebagai berikut :
3.1. Bidang Ekonomi, Tranportasi, dan Perdagangan.
a. Bidang Ekonomi Kebijakan pusat di bidang ekonomi untuk mendukung keberadaan
kawasan perbatasan, antara lain : -
Dikembangkannya berbagai kegiatan kerjasama sub-regional, regional, bilateral dan multilateral. Untuk beberapa kerjasama
khusus perbatasan yang berada di Pulau Kalimantan dan sekitarnya, adalah kerjasama BIMP-EAGA Brunai Darussalam,
Indonesia, Malaysia, Philipina – East Asean Growth Area yang didalamnya secara spesifik bertujuan untuk mendorong kerjasama
pertumbuhan ekonomi antara negara di Kawasan Timur Asean. Beberapa bentuk kerjasama lain untuk tujuan yang sama namun
berlaku di beberapa sub regional antara lain kerjasama AFTA, IMS_GT, IMT-GT dan AIDA.
- Dibangunnya fasilitas pasar dan pertokoan oleh Deperindag Pusat
untuk menunjang aktivitas dan transaksi ekonomi masyarakat di perbatasan.
- Berlakunya transaksi ekonomi di kawasan perbatasan
menggunakan dua mata uang RP dan RM oleh masyarakat, -
Dikembangkannya Kawasan Andalan Ekonomi Terpadu KAPET, di wilayah Entikong oleh Pemerintah Pusat, yang diharapkan
LAPORAN PENELITIAN III - 2
mampu menjadi akselerator perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di kawasan perbatasan.
- Dialokasikannya anggaran dalam APBD Provinsi Kalimantan Barat
maupun APBD di kabupaten yang berbatasan langsung dengan negara tetangga guna mendukung pembangunan beberapa
sarana dan prasarana penunjang yang sangat diperlukan di kawasan perbatasan, seperti pembangunan sarana prasarana
pasar, terminal, perbankan yang berkaitan langsung dengan kegiatan di bidang ekonomi.
- Berlakunya kebijakan ekonomi lokal yang membenarkan
masyarakat di kawasan perbatasan untuk bepergian dengan hanya menggunakan SPLB dalam bekerja dan melakukan
transaksi ekonomi skala rumah tangga yang dibebaskan dari cukai dengan total tolerasi transaksi sebesar Rp 55.000,- perhari atau
setara dengan RM 20 perhari. -
Ditetapkannya beberapa daerah di kawasan perbatasan sebagai daerah pertumbuhan baru yang sengaja dirancang untuk
dikembangkan menjadi zona baru pertumbuhan ekonomi di kawasan perbatasan baik di sekitar perbatasan Entikong
Kabupaten Sanggau, Badau Kabupaten Kapuas Hulu, Jagoi Babang Kabupaten Bengkayang dan perbatasan Aruk Kabupaten
Sambas. -
Selain itu, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat telah mengakomodasi rencana pengembangan kawasan perbatasan
dalam RPJPD Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2005-2025 dan RPJMD Provinsi Kalimantan Barat 2008-2012 yang merupakan
wujud dan apresiasi serta political will Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat terhadap kawasan perbatasan.
b. Bidang Transportasi Kebijakan pusat yang mendukung keberadaan dan percepatan
pengembangan masyarakat di perbatasan, yaitu :
LAPORAN PENELITIAN III - 3
- Masyarakat di kawasan perbatasan dapat mengoperasikan kendaraan
berplat nomor negara tetangga dalam menunjang kegiatan ekonomi dan perdagangan di kawasan perbatasan, sehingga mampu
menunjang aktivitas transaksi perdagangan antara kedua negara. -
Dioperasikannya jalur bus antara negara yang berfungsi untuk memobiliasi penduduk antara kedua negara secara reguler, dari
terminal keberangkatan Pontianak menuju Kuching atau sebaliknya. Bahkan kini telah menambah jalur transportasi hingga ke Negara
Brunai Darussalam. -
Diizinkan dan adanya kemudahan masuk dan keluar kendaraan asing dan kendaraan Indonesia ke negara tetangga, dengan mengunakan
form exit permit kendaraan antara negara. -
Masyarakat di kawasan perbatasan hingga saat ini masih diberikan keleluasaan untuk menggunakan kendaraan berplat nomor negara
tetangga untuk beroperasi di sepanjang kawasan perbatasan dalam rangka menunjang aktivitas sosial ekonomi masyarakat di kawasan
tersebut. -
Pemerintah daerah bersama sektor swasta di daerah terus melakukan pembenahan dan penambahan jumlah armada angkutan darat yang
melayani rute melawati batas negara Indonesia – Malaysia – Brunai Darussalam, yang saat ini telah ada 6 perusahaan, yaitu :
1. SJS, Tujuan Malaysia dan Brunai Darussalam 2. Adau Tranportation, Tujuan Malaysia
3. Damri, Tujuan Malaysia dan Brunai Darussalam 4. Tabakang, Malaysia - Indonesia
5. Shaphire, Malaysia – Indonesia dan beberapa perusahaan lainnya
c. Bidang Perdagangan Pada bidang perdagangan, kebijakan pusat yang secara khusus
berkaitan dengan pengelolaan kawasan perbatasan yakni dibukanya Border Entikong sebagai salah satu border yang dapat dilalui oleh kendaraan niaga
oleh pedagang baik dari Indonesia untuk tujuan Malaysia atau sebaliknya,
LAPORAN PENELITIAN III - 4
guna membawa berbagai barang dagangan yang secara resmi dapat diperdagangkan antar kedua negara, seperti berbagai jenis makanan ringan
dan makanan olahan serta barang-barang jadi. Sedangkan berbagai jenis barang dagangan yang berasal dari Indonesia untuk tujuan pasar Malaysia,
umunya berupa barang-barang primer seperti ikan laut, ikan sungai, karet, biji kakao kering, lada, rotan dan hanya sedikit barang-barang olahan seperti
tikar lampit.
3.2. Bidang Ketenagakerjaan, Keimigrasian, dan SDM Kependudukan