Bidang Hankam. KEBIJAKAN PEMERINTAH PUSAT

Menjaga kamtibmas dan penegakan hukum berskala lokal, nasional maupun internasional terorisme 7. Membangun area-area pertahanan negara diwilayah darat, laut dan udara yang signifikan mampu menangkal segala bentuk ancaman terhadap integritas dan kedaulatan wilayah negara Kesatuan Republik Indonesia 8. Pembantukan PERDA sebagai tindak lanjut pelaksanaan Undang-Undang No 43 Tahun 2008 Tentang Wilayah Negara berdasarkan Pasal 18 ayat 2 . 9. Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Kawasan Khusus sebagai diamanahkan Pasal 9 UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. 10. Pengalokasian anggaran Pembangunan Daerah Perbatasan 5 dari APBN untuk mempercepat 15 Kecamatan dan 55 Desa di Kawasan Perbatasan, sesuai dengan pengertian kawasan perbatasan pada UU No 43 Tahun 2008: Pada pasal 1 angka 6 UU No 43 Tahun 2008 menyatakan : “Kawasan Perbatasan adalah bagian dari Wilayah Negara yang terletak pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain, dalam hal Batas Wilayah Negara di darat, Kawasan Perbatasan berada di kecamatan”.

4.5. Bidang Hankam.

a. Kebijakan Hankam yang mengakomodasi harapan masyarakat 1. Penegasan status hukum segmen-segmen batas darat dan laut Zona Ekonomi Eksklusif, Batas Laut, Teritorial dan Batas Landas Kontinen yang belum jelas dan belum disepakati melalui diplomasi perundingan. 2. Penataan tanda-tanda fisik dan patok perbatasan di wilayah perbetasan dengan prioritas wilayah pada titik kordinat RI Malaysia di Kal-Bar yang belum disepakati. LAPORAN PENELITIAN IV - 7 3. Peningkatan kerjasama bilateral bidang politik, ekonomi, sosial budaya, hukum dan keamanan melalui forum GBC Indonesia Malaysia. 4. Menyediakan pos lintas batas PLB baru pada jalur-jalur lintas batas tradisional dan peningkatan kualitas PLB yang telah ada diwilayah kawasan perbatasan. 5. Pembangunan fasilitas pos-pos permanen pengaman perbatasan dengan prioritas di kawasan perbatasan Kecamatan. 6. Penyusunan dan penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Perbatasan berbasiskan kehutanan hutan lindung. 7. Peningkatan dan penyediaan berbagai sarana perhubungan jalan, jembatan, pelabuhan, darmaga, terminal antar negara. 8. Penerapan skim layanan listrik perdesaan di kawasan perbatasan. 9. Pengikutsertaan forum masyarakat perbatasan dalam kebijakan pembangunan kawasan perbatasan, khususnya penyedian sarana pendidikan dan kesehatan serta infra struktur desa-desa di kecamatan perbatasan. 10. Penempatan para purnawirawan ABRI di tapal batas perbatasan sebagai jaringan intelejen nasional. b. Kebijakan Pemerintah Pusat bidang Pertahanan dan Keamanan yang mengakomodasi harapan masyarakat dari sisi pengaturan hukum 1. UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 19 menyatakan : Kawasan khusus adalah bagian wilayah dalam provinsi danatau kabupatenkota yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintahan yang bersifat khusus bagi kepentingan nasional 2. Pernyataan bagian wilayah dalam Provinsi memberikan indikasi tentang suatu wilayah yang spesifik, seperti kawasan perbatasan, hanya pada pasal 1 angka 3 ada pernyataan LAPORAN PENELITIAN IV - 8 normatif: “ditetapkan oleh Pemerintah untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintahan yang bersifat khusus bagi kepentingan nasional” Berdasarkan pernyataan itu, maka harus ada penetapan Beshiking pemerintah, bahwa kawasan perbatasan adalah kawasan khusus, hanya yang perlu dinormatifkan adalah kawasan khusus apa, ini harus menjadi kesepakatan lebih dahulu oleh pemerintah pusat, apakah kawasan ekonomi, kawasan budaya, kawasan keamanan. 3. UU No 32 Tahun 2004 lebih lanjut BAB II PEMBENTUKAN DAERAH DAN KAWASAN KHUSUS Bagian Kedua Kawasan Khusus, Pasal 19 ayat 1 Untuk menyelengarakan fungsi pemerintahan tertentu yang bersifat khusus bagi kepentingan nasional, Pemerintah dapat menetapkan kawasan khusus dalam wilayah provinsi danatau kabupatenkota.2Fungsi pemerintahan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat 1 untuk Perdagangan bebas danatau pelabuhan bebas ditetapkan dengan undang-undang. 3Fungsi pemerintahan tertentu selain sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diatur dengan Peraturan Pemerintah. 4Untuk membentuk kawasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3, Pemerintah mengikutsertakan daerah yang bersangkutan. 5 Daerah dapat mengusulkan pembentukan kawasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat 1 kepada Pemerintah. 6Tata cara penetapan kawasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4, dan ayat 5 diatur dalam Peraturan Pemerintah. 4. Berdasarkan Pasal 19 tersebut secara normatif ada tahapan khusus untuk menentukan kawasan perbatasan menjadi kawasan khusus, pertama, Pemerintah pusat menetapkan dahulu, bahwa kawasan perbatasan sebagai kawasan khusus dalam rangka menyelenggarakan fungsi pemerintahan tertentu., kedua, Fungsi pemerintahan tertentu harus ditetapkan apakah LAPORAN PENELITIAN IV - 9 sebagai kawasan untuk perdagangan bebas atau pelabuhan bebas atau lainnya dengan undang-undang. Ketiga, Untuk menentukan fungsi pemerintahan tertentu pemerintah mengatur dengan Peraturan Pemerintah, keempat, Untuk menentukan kawasan perbatasan sebagai kawasan khusus, maka pemerintah mengikut serta daerah yang memiliki kawasan perbatasan tersebut, kelima, Daerah secara inisiatif dapat mengusulkan pembentukan kawasan khusus kepada pemerintah pusat, ketujuh tata cara penetapan kawasan khusus diatur dengan Peraturan Pemerintah. 5. Jika kita mengacu secara sinkronisasi horizontal dengan UU No 43 Tahun 2008, maka pada konsideran huruf b menyatakan : “bahwa pengaturan mengenai wilayah negara meliputi wilayah daratan, perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial beserta dasar laut, dan tanah di bawahnya, serta ruang udara di atasnya, termasuk seluruh sumber kekayaan yang terkandung di dalamnya, kemudian pada konsideran hurub c menyatakan : bahwa pengaturan wilayah negara sebagaimana dimaksud dalam huruf b dilakukan untuk memberikan kepastian hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; Pada pasal 1 angka 6 UU No 43 Tahun 2008 menyatakan : “Kawasan Perbatasan adalah bagian dari Wilayah Negara yang terletak pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain, dalam hal Batas Wilayah Negara di darat, Kawasan Perbatasan berada di kecamatan. 6. Berdasarkan Pasal 1 angka 6 secara normative menyatakan secara juridis, bahwa kawasan perbatasan adalah wilayah negara pada sisi sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain dan berkaitan dengan batas wilayah darat, maka kawasan perbatasan berada pada di Kecamatan, dengan demikian pemberdayaan kebijakan pembangunan perbatasan harus ada juga terpaparkan di Pemerintahan Desa yang berada LAPORAN PENELITIAN IV - 10 di wilayah administrasi Kecamatan dan ini dibutuhkan tranparansi kebijakan dari Provinsi dan Kabupaten terhadap kecamatan yang berada pada kawasan perbatasan. 7. Jika kita menggunakan UU No 32 Tahun 2004 BAB XI DESA Bagian Pertama Umum Pasal 206 Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup: a. urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa; b. urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupatenkota yang diserahkan pengaturannya kepada desa; c. tugas pembantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, danatau pemerintah kabupatenkota; d urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-perundangan diserahkan kepada desa. 8. Berdasarkan Pasal 206 UU No 32 Tahun 2004, maka desa hanya mendapat kewenangan yang bersifat delegasi dari Pemerintah Kabupaten atau Pemerintah Provinsi dalam bentuk tugas pembantuan, hal ini berarti “prinsip Top Down Planing” atau menunggu kebijakan dari pemerintahan Provinsi atau Kabupaten hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan pembangunan kawasan perbatasan bagi desa-desa yang berada di wilayah perbatasan darat dengan mengacu pada UU no 43 Tahun 2008 yang menyatakan: “dalam hal Batas Wilayah Negara di darat, Kawasan Perbatasan berada di kecamatan Pasal 1 angka 6. 9. Bagaimana Pemerintah menjalankan tugas pembantuan tersebut di wilayah desa, apabila mengacu UU no 32 tahun 2004 pada Pasal 207 menyatakan: “Tugas pembantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, danatau pemerintah, kabupatenkota kepada desa disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia. Hanya bagaimana jika desa –desa yang dijadikan kebijakan pembangunan kawasan perbatasan” dan berdasarkan Pasal 214 1 Desa dapat LAPORAN PENELITIAN IV - 11 mengadakan kerja sama untuk kepentingan desa yang diatur dengan keputusan bersama dan dilaporkan kepada BupatiWalikota melalui camat.2Kerja sama antar desa dan desa dengan pihak ketiga, sebagaimana dimaksud pada ayat 1 melakukan sesuai dengan kewenangannya.3 Kerja sama desa dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dilakukan sesuai dengan peraturan perunndang-undangan. 4 Untuk pelaksanaan kerja sama, sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat, 2, dan ayat 3 dapat dibentuk badan kerja sama. Tetapi dengan tujuan yang sudah ditetapkan dalam UU No 32 Tahun 2004, yaitu sebagai diatur pada Pasal 215 ayat 1 Pembangunan kawasan perdesaan yang dilakukan oleh kabupatenkota dan atau pihak ketiga mengikutsertakan pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa. 2 Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan Perda, dengan memperhatikan: a. kepentingan masyarakat desa; b. kewenangan desa;c. kelancaran pelaksanaan investasi; d. kelestarian lingkungan hidup; d. keserasian kepentingan antar kawasan dan kepentingan umum. Pertanyaaan apakah desa berhak terhadap pengeloan keuangan daerah dari provinsi atau pemerintah Kabupaten, pada Pasal 212 UU No 32 Tahun 2004 ayat 3 menyatakan : Sumber pendapatan desa sebagaimana dimaksud pada ayat 2 terdiri atas: a. pendapatan asli desa; b. bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupatenkota; c. bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupatenkota; d. bantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupatenkota; e. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga. 10. Jika kawasan Perbatasan Kalimantan Barat akan menjadi kawasan khusus dengan nomenklaturnya salah satunya sebagai kawasan pertahanan keamanan, maka acuan hukumnya adalah LAPORAN PENELITIAN IV - 12 merujuk pada Undang Undang No. 34 tahun 2004 tentang TNI di Pasal 7 ayat 1 yang sangat jelas dinyatakan, bahwa tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Sebagai penegas, di ayat 2 pasal tersebut dinyatakan, tugas pokok sebagaimana dimaksud yakni dengan melakukan operasi militer untuk perang dan operasi militer selain perang. 11. Berdasarkan Pasal 1 ayat 2 ada acuan normatif yaitu operasi militer selain perang, hal ini bisa menjadi “Stressing Pemerintah Daerah baik Provinsi atau Kabupaten untuk melakukan loby kebijakan pembangunan kawasan perbatasan kepada Mabes ABRI untuk melakukan program terobosan ke wilayah perbatasan dengan program operasi militer selain perang, yaitu membangun wilayah desa-desa di kawasan perbatasan yang berada pada Kecamatan yang memiliki kawasan Perbatasan, misalnya penempatan para purnawirawan ABRI di desa-desa sepanjang garis perbatasan, tentu melalui fasilisasi negara. 12. Berdasarkan UU No 43 Tahun 2008 BAB V KEWENANGAN pada Pasal 9 meyatakan Pemerintah dan pemerintah daerah berwenang mengatur pengelolaan dan pemanfaatan Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan. Kewenangan dimaksud dinyatakan secara tegas pada Pasal 10 1 Dalam pengelolaan Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan, Pemerintah berwenang antara lain : a. menetapkan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan; b. mengadakan perundingan dengan negara lain mengenai penetapan Batas Wilayah Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan hukum internasional; dan j. menjaga keutuhan, kedaulatan, dan keamanan Wilayah Negara LAPORAN PENELITIAN IV - 13 serta Kawasan Perbatasan. 2 Dalam rangka melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Pemerintah berkewajiban menetapkan biaya pembangunan Kawasan Perbatasan. 3 Dalam rangka menjalankan kewenangannya, Pemerintah dapat menugasi pemerintah daerah untuk menjalankan kewenangannya dalam rangka tugas pembantuan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 13. Kemudian hal apa yang menjadi kewenangan provinsi terhadap Kawasan Perbatasan, apabila mengacu pada Pasal 11 UU No 43 Tahun 2008 menyatakan: ayat 1 Dalam pengelolaan Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan, Pemerintah Provinsi berwenang: a. melaksanakan kebijakan Pemerintah dan menetapkan kebijakan lainnya dalam rangka otonomi daerah dan tugas pembantuan; b. melakukan koordinasi pembangunan di Kawasan Perbatasan; c. melakukan pembangunan Kawasan Perbatasan antar-pemerintah daerah danatau antara pemerintah daerah dengan pihak ketiga; dan d. melakukan pengawasan pelaksanaan pembangunan Kawasan Perbatasan yang dilaksanakan Pemerintah KabupatenKota. ayat 2 Dalam rangka melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Pemerintah Provinsi berkewajiban menetapkan biaya pembangunan Kawasan Perbatasan. 14. Sedangkan kewenangan Kabupaten pada Pasal 12 ayat 1 Dalam pengelolaan Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan, Pemerintah KabupatenKota berwenang: a. melaksanakan kebijakan Pemerintah dan menetapkan kebijakan lainnya dalam rangka otonomi daerah dan tugas pembantuan; b. menjaga dan memelihara tanda batas; c. melakukan koordinasi dalam rangka pelaksanaan tugas pembangunan di Kawasan Perbatasan di wilayahnya; dan d. melakukan pembangunan Kawasan Perbatasan antar-pemerintah daerah danatau antara pemerintah daerah dengan pihak ketiga. 2 Dalam rangka melaksanakan LAPORAN PENELITIAN IV - 14 ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Pemerintah KabupatenKota berkewajiban menetapkan biaya pembangunan Kawasan Perbatasan. 15. Secara kelembagaan Pemerintah Daerah diberikan kewenangan untuk membentuk institusi yang menangani kawasan perbatasan, diatur pada Pasal 13 UU no 43 Tahun 2008: Pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Kemudian pada BAB VI KELEMBAGAAN Pasal 14 ayat 1 Untuk mengelola Batas Wilayah Negara dan mengelola Kawasan Perbatasan pada tingkat pusat dan daerah, Pemerintah dan pemerintah daerah membentuk Badan Pengelola nasional dan Badan Pengelola daerah. ayat 2 Badan Pengelola sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dipimpin oleh seorang kepala badan yang bertanggung jawab kepada Presiden atau kepala daerah sesuai dengan kewenangannya. ayat 3 Keanggotaan Badan Pengelola berasal dari unsur Pemerintah dan pemerintah daerah yang terkait dengan perbatasan Wilayah Negara. Pasal 15 ayat 1 Badan Pengelola bertugas: a. menetapkan kebijakan program pembangunan perbatasan; b. menetapkan rencana kebutuhan anggaran; c. mengoordinasikan pelaksanaan; dan d. melaksanakan evaluasi dan pengawasan. ayat 2 Pelaksana teknis pembangunan dilakukan oleh instansi teknis sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Pasal 16 Hubungan kerja antara Badan Pengelola nasional dan Badan Pengelola daerah merupakan hubungan koordinatif. Pasal 17 Dalam melaksanakan tugasnya, Badan Pengelola dibantu oleh sekretariat tetap yang berkedudukan di kementerian yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pemerintahan dalam negeri. Pasal 18 ayat 1 Ketentuan lebih lanjut mengenai kedudukan, tugas, fungsi, dan susunan organisasi, serta tata kerja Badan Pengelola dan sekretariat tetap di tingkat pusat diatur dengan LAPORAN PENELITIAN IV - 15 Peraturan Presiden. ayat 2 Ketentuan lebih lanjut mengenai kedudukan, tugas, fungsi, dan susunan organisasi, serta tata kerja Badan Pengelola di tingkat daerah diatur dengan peraturan daerah. 16. Berdasarkan konstruksi legal formal di atas, maka secara struktural, ”payung hukum” kawasan Perbatasan memiliki dasar hukum yang kuat baik di UU No 32 Tahun 2004 maupun pada UU No 43 Tahun 2008, hanya secara yuridis formal tetap terbentur dengan peraturan pelaksanaannya, yaitu: penentuan kawasan Perbatasan, sebagai kawasan khusus harus ditetapkan dengan UU, dan UU No 43 Tahun 2008 bisa menjadi dasar hukum pada masa transisi, hanya masalah tetap menunggu Peraturan Pemerintah yang memberikan acuan pelaksanaan kedua UU tersebut khususnya berkaitan dengan Kawasan Perbatasan sebagai Kawasan Khusus, walaupun pada sisi lain Pemerintah daerah bisa mengusulkan Kawasan Perbatasan menjadi kawasan khusus, tetapi hal itu mekanisme tetap diatur dengan Peraturan Pemerintah, yang bisa dilakukan saat ini adalah membentuk adalah membentuk Badan Pengelola Kawasan Perbatasan mengenai kedudukan, tugas, fungsi, dan susunan organisasi, serta tata kerja Badan Pengelola di tingkat daerah diatur dengan peraturan daerah, hal inipun harus ada yang menstressing percepatan perancangan Perda dan harus juga diperhatikan harus mengacu kepada Peraturan Presiden yang mengatur Badan Pengelola Nasional terhadap kawasan perbatasan. Jika menunggu adanya Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden dan PERDA jelas prosesnya terlalu lama dan membutuhkan birokrasi panjang, maka solusi kebijakan mempercepat pembangunan kawasan perbatasan adalah pemerintah pusat memberikan melalui berbagaikan kebijakan dalam bentuk special treatment kebijakan khusus perbidang LAPORAN PENELITIAN IV - 16 LAPORAN PENELITIAN IV - 17 pembangunan di kawasan perbatasan dan kebijakan khsusus ini akan memberikan multiplayer efek pada bidang pertahanan dan keamanan serta dapat mengakomodasi harapan masyarakat perbatasan saat ini.

BAB V KEWENANGAN , FUNGSI DAN PERAN BADAN PENGELOLAAN