infrastruktur memang memerlukan dana yang besar dan untuk itu perlu adanya optimalisasi koordinasi antar instansi pusat dan daerah, yaitu:
Dephub dan Depkimpraswil serta Pemda dalam penanganan wilayah perbatasan.
4.4. Bidang Ipoleksosbud
a. RPJMN 2010-2014 Kebijakan Pemerintah Pusat yang mengakomodasi harapan
masyarakat dipetakan berdasarkan Rapat Persiapan Penyusunan RPJMN 2010
‐ 2014 Program Pengembangan Wilayah Perbatasan
pada Notulen Rapat RJPM 2010-2014 di Jakarta, 27 November 2008 telah pula menempatkan pembangunan wilayah perbatasan
sebagai prioritas pertama dalam mengurangi disparitas pembangunan antarwilayah, dengan program-program antara lain :
Percepatan pembangunan prasarana dan sarana di wilayah perbatasan, pulau-pulau kecil terisolir melalui kegiatan : i
pengarusutamaan DAK untuk wilayah perbatasan, terkait dengan pendidikan, kesehatan, kelautan dan perikanan, irigasi, dan
transportasi, ii penerapan skim kewajiban layanan publik dan keperintisan untuk transportasi dan kewajiban layanan untuk
telekomunikasi serta listrik pedesaan; Pengembangan ekonomi di wilayah Perbatasan Negara. Peningkatan keamanan dan kelancaran
lalu lintas orang dan barang di wilayah perbatasan, melalui kegiatan: i penetapan garis batas negara dan garis batas administratif, ii
peningkatan penyediaan fasilitas kapabeanan, keimigrasian, karantina, komunikasi, informasi, dan pertahanan di wilayah
Perbatasan Negara CIQS; Peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah yang secara administratif terletak di wilayah
Perbatasan Negara dan terobosan pembangunan desa terpadu yang berada di kawasan perbatasan dan penempatan purnawirawan
ABRI di sepanjang garis tapal batas perbatasan darat di Kalimantan.
LAPORAN PENELITIAN IV - 4
b. Notulen Rapat Terbatas Menteri Terkait Tentang Kawasan Perbatasan
Kemudian dilanjutkan dengan Kebijakan Pemerintah Pusat untuk kawasan Perbatasan dihadapan Rapat Terbatas Menteri terkait,
tanggal 13 Juni 2009 berkaitan dengan kawasan perbatasan Presiden menyatakan: “Keamanan negara merupakan bagian dari
tanggung jawab seluruh elemen masyarakat, dimana pemerintah menjadi titik central dalam mengendalikannya. Saya sangat
mengkhawatirkan kondisi pembangunan di wilayah perbatasan terutama di wilayah perbatasan Kalimantan. Pemerintah sudah
saatnya memusatkan perhatian pada daerah perbatasan ini. Penempatan dan pembangunan pangkalan militer di wilayah
perbatasan sudah saatnya dipertimbangkan. Peranan KODAM Komando Daerah Militer sudah saatnya kembali di-efektif-kan
tentunya dengan format baru yang di era reformasi. Dimana lebih mengutamakan penegakan hukum internasional di wilayah
perbatasan”. c. Kebijakan Prioritas Mikro dan Makro
Kebijakan Ipoleksosbudhankamnas, kebijakan yang mengakomodasi masyarakat, yaitu: Pertama, Skala Mikro, Kedua,
Skala Makro sebagai percerpatan pembagunan kawasan perbatasan Indonesia dan Negara Tetangga Kal-Bar dan Serawak
Malaysia Timur. c.1. Kebijakan Skala Prioritas Mikro :
1. Peningkatan prasarana dan sarana SOSEKBUD wilayah Kecamatan dan desa-desa yang langsung diwilayah
perbatasan dengan negara tetangga, Kal-Bar 15 Kecamatan dan 55 Desa : Jalan, irgasi, listrik, air minum, gedung
sekolah, rumah guru, rumah sakit, puskesmas, olah raga, kesenian, industri rumah tangga, pelatihan tenaga kerja, dan
telekomunikasi.
LAPORAN PENELITIAN IV - 5
2. Peningkatan prasarana dan sarana Penegakan Hukum Kamtibmas: Pos-Pos Polisi, Koramil, Babinsa, Perumahan
Dinas Personil dan Perangkat Penegak Hukum yang mencukupi untuk dapat menangkal segala bentuk kejahatan
konvensional dan transnasional. c.2. Kebijakan Skala Prioritas Makro:
1. Menyelesaikan masalah Tata Batas wilayah darat dan laut yang belum disepakati tuntas dan atau penggantian Patok
Batas yang sudah hilang atau bergeser posisinya dilapangan sesuai kesepakatan antar negara hukum Internasional
dengan prioritas Perbatasan RI Malaysia. Kal-Bar- Serawak. 2. Merancang tata ruang wilayah kawasan perbatasan
berdimensi hutan lindung dan budidaya yang sesuai kondisi daerah setempat dan secara konkret diwujudkan serta
dipertahankan secara berkelanjutan. 3. Membangun infra struktur dan supra struktur kawasan
perbatasan untuk menopang pembangunan kawasan pertanian, perkebunan, kehutanan, pertambangan, industri,
perdagangan, pariwisata dan pertahanan keamanan. 4. Meningkatkan eksisten PLB-PLB tidak resmi menjadi PPLB
resmi agar mampu meningkatkan pendapatan negara, daerah dan masyarakat perbatasan, termasuk peningkatan layanan
kepabeanan, keimgrisaian, karantina dan keamanan CIQS dengan prioritas wilayah perbatasan Kalimantan Kal-Bar –
Serawak. 5. Memantabkan sistem pengelolaan PPLB yang sudah eksis
layanan Kepabeanan, keimgrasian, karantina dan keamanan dengan prioritas berbagai barang selundupan,
berupa, makan, minuman, daging, gula,TKI ilegal, dan mobil- mobil yang diselundupkan dan negeri tetangga.
6. Mengembangkan sistem kepolisian masyarakat Comunity policing yang setiap saat mampu melayani, mengayomi.
LAPORAN PENELITIAN IV - 6
Menjaga kamtibmas dan penegakan hukum berskala lokal, nasional maupun internasional terorisme
7. Membangun area-area pertahanan negara diwilayah darat, laut dan udara yang signifikan mampu menangkal segala
bentuk ancaman terhadap integritas dan kedaulatan wilayah negara Kesatuan Republik Indonesia
8. Pembantukan PERDA sebagai tindak lanjut pelaksanaan Undang-Undang No 43 Tahun 2008 Tentang Wilayah Negara
berdasarkan Pasal 18 ayat 2 . 9. Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Kawasan
Khusus sebagai diamanahkan Pasal 9 UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
10. Pengalokasian anggaran Pembangunan Daerah Perbatasan 5 dari APBN untuk mempercepat 15 Kecamatan dan 55
Desa di Kawasan Perbatasan, sesuai dengan pengertian kawasan perbatasan pada UU No 43 Tahun 2008: Pada
pasal 1 angka 6 UU No 43 Tahun 2008 menyatakan : “Kawasan Perbatasan adalah bagian dari Wilayah Negara
yang terletak pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain, dalam hal Batas Wilayah
Negara di darat, Kawasan Perbatasan berada di kecamatan”.
4.5. Bidang Hankam.