Fungsi Instruktif. Fungsi Kepemimpinan

Pemimpin yang membuat keputusan dengan memperhatikan situasi sosial kelompok organisasinya, akan dirasakan sebagai keputusan bersama yang menjadi tanggung jawab bersama pula dalam melaksanakannya. Dengan demikian akan terbuaka peluang bagi para pemimpin untuk mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinannya sejalan dengan situasi sosial yang dikembangkannya. Oleh karena itu fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dengan interaksi antar individu di dalam situasi sosial suatu kelompok organisasi. Fungsi kepemimpinan ini memiliki dua dimensi sebagai berikut: 1. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan direction dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya. 2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan support atau keterlibatan orang- orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijaksanaan-kebijaksaaan pemimpin. Berdasarkan kedua dimensi itu, fungsi kepemimpinan terbagi lima antara lain:

1. Fungsi Instruktif.

Fungsi ini berlangsung ini berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerhatikan pelaksanaannya pada orang-orang yang dipimpin. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa isi perintah, bagaimana cara mengerjakan perintah, bilamana waktu memulai, melaksanakan, melaporkan hasilnya, dan dimana tempat mengerjakan perintah agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Fungsi orang yang dipimpin anggota kelompokorganisasi hanyalah melaksanakan perintah. Inisiatif tentang segala sesuatu yang ada kaitannya dengan perintah itu, sepenuhnya merupakan fungsi pemimpin. Universitas Sumatera Utara Fungsi itu berarti juga keputusan yang ditetapkan pimpinan tidak aka nada artinya tanpa kemampuan mewujudkan atau menterjemahkannya menjadi instruktif perintah. Selanjutnya perintah tidak aka nada artinya, jika tidak dilaksanakan. Oleh karena itu sejalan dengan pengertian kepemimpinan, intinya adalah kemampuan pimpinan menggerakkan orang lain agar melaksanakan perintah, yang bersumber dari keputusan yang telah ditetapkannya. Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan menggerakkan dan memotivasi orang lain agar melaksanakan perintah. Untuk itu perintah harus jelas, baik mengenai apa yang harus dikerjakan isi perintah maupun dari segi bahasa sesuai dengan tingkat kemampuan orang menerima dan harus melaksanakannya. Dalam kondisi tingkat kemampuan pelaksana dinilai rendah, maka harus jelas pula dalam menyampaikan cara melaksanakannya, waktu pelaksanaannya dan di mana tempat melaksanakan perintah tersebut. Perintah yang jelas dari segi kepemimpinan berarti juga sebagai perwujutan proses bimbingan dan pengarahan, yang dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan kelompok organisasi. Apabila terjadi kekeliruan atau kesalahan dalam pelaksanaanya, sebelum mencari sebab-sebabnya pada orang yang melaksanakan perintah, sebaiknya diteliti lebih dahulu dari sudut pemberian perintah tersebut. Kekeliruan atau kesalahan dalam pelaksanaannya, sebelum mencari sebab-sebabnya pada orang yang melaksanakan perintah, sebaliknya diteliti lebih dahulu dari sudut pemberian perintah tersebut. Kekeliruan atau kesalahan itu mungkin saja terjadi karena ketidakjelasan dalam menyampaikan apa, bagaimana, bilamana dan dimana perintah harus dilaksanakan.

2. Fungsi Konsultatif.