Terapi non-farmakologi yang digunakan untuk menunjang terapi farmakologi yang diberikan, antara lain: mengurangi makanan yang mengandung lemak, bergajih,
mengurangi penggunaan penambah rasa buatan, garam dan monosodium glutamate MSG, mengurangi mengkonsumsi makanan cepat saji, menghilangkan kebiasaan
merokok dan minum alkohol, membiasakan diri untuk berolahraga rutin setiap hari, membiasakan mengkonsumsi makanan yang sehat buah-buahan, sayur-sayuran, dan
melakukan pengecekan tekanan darah secara rutin setiap minggunya untuk melihat pengkuran tekanan darah telah mencapai nilai normal atau tidak Sacks, 2010.
D. Pengendalian Tekanan Darah
Pengendalian tekanan darah perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit kardiovaskular yang disebabkan karena tekanan darah yang berada diatas
normal yaitu 14090mmHg. Pengendalian tekanan darah dapat dilakukan dengan menggunakan terapi farmakologi secara rutin dengan pengukuran tekanan darah
secara berkala untuk melihat perubahan tekanan darah secara berkala. Pencegahan untuk melakukan pengendalian tekanan darah dengan mengurangi makanan
berlemak, mengurangi konsumsi garam, memperbanyak mengkonsumsi makanan berserat dan buah-buahan U.S. Department of Health and Human Service, 2006.
E. Faktor Risiko Hipertensi
Peningkatan tekanan darah dapat diakibatkan karena beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, body mass index BMI dan penghasilan. Menurut Gunawan
2007, peningkatan tekanan darah dapat dipengaruhi oleh usia. Semakin bertambahnya usia akan menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah. Seiring
bertambahnya usia seseorang, perlu diperhatikan pengukuran hasil tekanan darah. Sehingga dapat mengontrol tekanan darah agar tetap terkendali dalam rentang
normal, yakni kondisi tekanan sistolik 140mmHg dan tekanan diastolik 90mmHg. Pada usia 45tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan akibat adanya
penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan menjadisemakin menyempit dan menjadi kaku. Peningkatan umur akan menyebabkan
beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut 60 tahun terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pasien berusia 60tahun, 50-60 memiliki
tekanan darah ≥14090mmHg. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh degenerasi
yang terjadi pada seseorang seiring bertambahnya usia Kumar, Abbas, and Fausto, 2005.
Hasil penelitian Anggara, dan Prayitno 2013, dilakukan pengelompokan usia responden menjadi 2 kelompok yaitu 40tahun dan
≥40tahun yakni menunjukkan bahwa dari 75 responden sebanyak 19 responden 55,9 berusia
≥40tahun menderita hipertensi. Berdasarkan penelitian Rosjidi, dan Isro’in 2014, dilakukan
pada 100 responden yang mengalami penyakit kardiovaskuler dengan usia50tahun sebanyak 17orang dan
≥50tahun sebanyak 83orang. Prevalensi hipertensi semakinmeningkat dengan bertambahnya usia dan umumnya terjadi pada usia
≥40tahun. Hal ini dikarenakan adanya proses degeneratif Davey, 2005.
Beberapa penelitian mengenai prevalensi hipertensi umumnya, laki-laki memiliki tekanan darah yang lebih besar dibandingkan perempuan Gunawan, 2007.
Laki-laki dan perempuan perlu dilakukan pengukuran tekanan darah agar hasil pengukuran tetap berada pada nilai normal. Meminimalisir terjadinya suatu penyakit
kardiovaskular yang berhubungan dengan hipertensi. Prevalensi hipertensi lebih besar pada laki-laki sebab perempuan terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum
menopause. Perempuan yang belum menopause memiliki proteksi berupa hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadarHigh Density Lipoprotein HDL.
Kadar kolesterol HDL yang tinggi mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Pada premenopause, wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen.
Umumnya proses ini mulai terjadi pada wanita umur 45-55tahun Kumaret al., 2005. Nilaibody mass index BMI yang tinggi berhubungan langsung dengan
peningkatan tekanan darah dan prevalensi hipertensi.Sehingga obesitas merupakan salah satu faktor yang berisiko terhadap terjadinya hipertensi. BMI memiliki
berkolerasi langsung terhadap tekanan darah, terutama tekanan darah
sistolik.Berdasarkan penelitian Framingham Study dan The National Health and Nutrition Examination Survey
NHANES, menyatakan bahwa terdapat hubungan antara obesitas dengan hipertensi. Masyarakat yang obesitas akan lebih mudah
terkena hipertensi, dan kebanyakan penderita hipertensi juga mengalami obesitas Tiengo, and Avogaro, 2001. Mekanisme penyebab utama terjadinya hipertensi pada
obesitas berhubungan dengan kenaikan volume tubuh, peningkatan curah jantung, dan menurunnya resistensi vaskuler sistemik Atat, Aneja, and McFarlane, 2003.
Penelitian yang telah dilakukan di Semarang, Jawa Tengah dengan responden usia remaja ditemukan hubungan yang bermakna antara obesitas dengan kejadian
hipertensi. Remaja yang obesitas memiliki risiko 7,6kali untuk menderita hipertensi. Risiko hipertensi hipertensi 3 kali lebih besar pada remaja yang mengalami obesitas
dibandingkan remaja yang tidak obesitas. Status ekonomi penghasilan merupakan salah satu faktor risiko potensial
untuk penyakit hipertensi Lam, 2011. Penelitian yang dilakukan di desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah menyebutkan bahwa
terdapat pengaruh tingkat penghasilan terhadap risiko penyakit hipertensi Sigarlaki, 2006. Penelitian yang dilakukan oleh Mendes et al., 2013 terdapat hubungan antara
tingkat penghasilan dengan risiko hipertensi. Penelitian yang dilakukan Oliviera, Olivera, Ikejiri, Andraus, Galvao, and Silva 2014 memiliki perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mendes et al., 2013, yakni tidak terdapat hubungan antara tingkat penghasilan dengan risiko penyakit hipertensi.
F. Teori