Terapi Hipertensi PENELAAHAN PUSTAKA

mengenai hipertensi dipaparkan kepada responden di tingkat pendidikan pada saat sekolah, sehingga kesadaran terhadap hipertensi lebih tinggi pada usia tersebut. Rendahnya status sosio-ekonomi seperti penghasilan berkaitan dengan peningkatan prevalensi tekanan darah tinggi. Kesadaran terhadap pencegahan, pengendalian, aksesibilitas, dan kepatuhan terhadap pengobatan hipertensi lebih baik di antara kelompok-kelompok status sosial ekonomi yang lebih tinggi Grotto, 2008 . Berdasarkan data di beberapa negara, data yang tersedia menunjukkan bahwa hampir 80 dari kematian penyakit tidak menular terjadi di negara yang memiliki penghasilan rendah dan menengah. Sebanyak 27 kematian disebabkan karena penyakit tidak menular di negara berpenghasilan rendah dan menengah terjadi pada usia60 tahun. Hasil penelitian Ahn et al., 2013 menyebutkan bahwa ada hubungan antara tingkat penghasilan dengan kesadaran hipertensi yaitu responden dengan penghasilan tinggi lebih memiliki kesadaran terhadap hipertensi.

C. Terapi Hipertensi

Sejak 50 tahun diperkenalkannya diuretik thiazid sebagai obat untuk hipertensi, semakin banyak obat-obatan yang muncul dan sudah distandarisasi secara ketat untuk dapat digunakan sebagai obat antihipertensi.Diantaranya diuretik, β-blockerreceptor, angiotensin converting enzymeinhibitors, calcium channel blockers , dan angiotensin receptor blockers Aram, 2009. Mekanisme kerja dari angiotensin-converting enzyme inhibitor ACE inhibitor yaitu ACE memfasilitasi produksi angiotensin II yang memiliki peran besar dalam regulasi tekanan darah arteri. ACE inhibitor memblokir ACE, sehingga menghambat konversi angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II adalah vasokonstriktor yang merangsang sekresi aldosteron, menyebabkan peningkatan natrium dan reabsorpsi air. Penghambatan oleh ACE, vasodilatasi dan penurunan aldosteron terjadi. Vasodilatasi terjadi karena meningkatnya kadar agen vasodilator seperti bradikinin, dan merangsang sintesis zat vasodilatasi prostaglandin E2 dan prostasiklin dan karena berkurangnya vasokonstriktor seperti angiotensin II, noradrenalin, adrenalin dan vasopresin. Vasodilatasi menyebabkan tekanan darah sistemik turun, beban afterload jantung berkurang, aliran darah ke organ-organ penting seperti jantung dan ginjal meningkat Dipiro et al., 2008. Mekanisme ARB bekerja dengan menghambat angiotensin II melalui mekanisme yang berbeda dengan ACE inhibitors. ARB secara langsung memblok reseptor angiotensin II tipe 1 AT 1 yang memediasi efek angiotensin II pada manusia yaitu vasokonstriksi, pelepasan aldosteron, aktivasi saraf simpatik, pelepasan hormon antidiuretik, dan konstriksi arteriol efferent pada glomerulus. ARB tidak memblok reseptor angiotensin II tipe 2 AT 2 . Stimulasi reseptor AT 2 akan menyebabkan vasodilatasi, perbaikan jaringan, dan penghambatan pertumbuhan sel akan tetap terjadi ketika ARB digunakan Dipiro et al., 2008. Terapi yang termasuk dalam ACE inhibitor seperti kaptopril dan lisinopril. Mekanisme kerja dari calcium channel blocker CCB dengan menghambat influks ion kalsium pada sel otot polos pembuluh darah dan miokardium, sehinggapembuluh darah mengalami vasodilatasi Sassen, Maclaughun, 2008. Terapi non-farmakologi yang digunakan untuk menunjang terapi farmakologi yang diberikan, antara lain: mengurangi makanan yang mengandung lemak, bergajih, mengurangi penggunaan penambah rasa buatan, garam dan monosodium glutamate MSG, mengurangi mengkonsumsi makanan cepat saji, menghilangkan kebiasaan merokok dan minum alkohol, membiasakan diri untuk berolahraga rutin setiap hari, membiasakan mengkonsumsi makanan yang sehat buah-buahan, sayur-sayuran, dan melakukan pengecekan tekanan darah secara rutin setiap minggunya untuk melihat pengkuran tekanan darah telah mencapai nilai normal atau tidak Sacks, 2010.

D. Pengendalian Tekanan Darah

Dokumen yang terkait

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden yang berusia 40 tahun ke atas di Kecamatan Kalasan, Sleman, D.I.Y. (faktor usia dan merokok).

0 0 2

Prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY pada tahun 2015 (kajian faktor umur dan jenis kelamin).

0 1 113

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40 – 75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY (kajian faktor umur dan Body Mass Index (BMI)).

0 1 98

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Kabupaten Sleman, Yogyakarta (kajian faktor sosio-ekonomi).

0 1 96

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah pada responden berusia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman (kajian faktor usia dan tingkat pendidikan).

1 1 95

Prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden 40 tahun ke atas di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta (kajian faktor umur dan jenis pekerjaan).

0 0 93

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor gaya hidup sehat.

0 0 83

Prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta (kajian usia, jenis kelamin, bmi, dan risiko kardiovaskular).

0 0 83

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY (kajian faktor umur dan pengaturan diet).

5 38 107

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, di Yogyakarta (kajian faktor umur dan aktivitas fisik).

0 0 101