lebih memiliki tingkat kesadaran akan kesehatan. Tingkat kesadaran terhadap hipertensi pada responden penelitian hipertensi sebesar 91 orang dari total
keseluruhan responden hipertensi. Responden hipertensi pada penelitian ini sebanyak 357 orang. Responden hipertensi yang sadar dan melakukan terapi hipertensi sebesar
45 orang, responden yang tidak melakukan terapi hipertensi sebanyak 46 orang. Keseluruhan responden yang melakukan terapi hipertensi yang memiliki tekanan
darah yang terkontrol hanya 4 responden.
B. Pengaruh Kajian Usia dan Penghasilan Terhadap Prevalensi, Kesadaran,
Terapi dan Pengendalian Tekanan Darah Responden Hipertensi di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta
Prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah pada responden usia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta ditinjau berdasarkan
kajian usia dan penghasilan. Wilayah Kecamatan Kalasan sebagian besar masyarakat bekerja di ladang sebagai petani, adapun yang bekerja sebagai PNS, karyawan pabrik
dan berdagang. Pekerjaan warga di Kecamatan Kalasan berpengaruh langsung terhadap tingkat penghasilan.
Tingkat penghasilan dapat mencerminkan warga tentang perilaku untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin seperti pengukuran tekanan darah di
puskesmas, rumah sakit, pemeriksaan tekanan darah di tempat bekerja yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, instansi kesehatan lainnya yang ada disekitar
Kecamatan tersebut. Akan tetapi, masih banyak warga di Kecamatan Kalasan yang tidak bekerja secara menetap sehingga untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah
hanya menunggu pemeriksaan gratis dari dinas kesehatan Kecamatan Kalasan yang dilakukan sekali setiap bulannya apabila pemeriksaan dilakukan secara rutin.
Analisis Ho pada analisis prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah dilakukan menggunakan Chi Square dengan tabel 2x2, apabila analisis
tersebut memiliki expected 5 maka analisis uji Fisher sebagai alternatif Dahlan, 2014. Analisis tersebut dapat digunakan untuk melihat nilai signifikansi nilai p
pada masing-masing variabel bebas kajian usia dan penghasilan dengan variabel tergantung prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah.
a. Prevalensi Hipertensi
Prevalensi hipertensi pada responden penelitian di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta dikelompokkan berdasarkan faktor usia dan penghasilan.
Responden hipertensi berdasarkan kajian usia dikatagorikan menjadi 2, yaitu kelompok responden usia 60-75 tahun dan kelompok responden pada usia
40-59 tahun. Kajian faktor penghasilan pada tabel VIII untuk prevalensi hipertensi dibagi menjadi 2, yaitu kelompok responden yang memiliki penghasilan
≤UMR dan kelompok responden yang berpenghasilan UMR. Pengelompokkan katagori usia
dan penghasilan dilakukan untuk melihat tingkat prevalensi hipertensi berdasarkan kedua kajian tersebut.
Tabel VIII. Pengaruh Faktor Usia dan Penghasilan Terhadap Prevalensi Tekanan Darah pada Responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan
Prevalensi Nilai p
OR 95 CI
≥14090mmHg 14090mmHg
N 100
n 100
Usia 60-75 tahun
40-59 tahun 143
241 40,1
59,9 89
367 19,5
80,5 0,01
2,75 2,01-3,77
Penghasilan
≤ UMR UMR
279 78
78,2 21,8
331 125
72,6 27,4
0,07 1,35
0,98-1,87 data berbeda bermakna p0,05
Pada usia 60-75 tahun dengan total responden pada kelompok usia tersebut sebesar 232, tingkat prevalensi hipertensi sebesar 143 40,1, sedangkan pada usia
40-59 tahun dengan total responden sejumlah 581 tingkat prevalensi hipertensidi Kecamatan Kalasan sebesar 241 59,9. Hasil dari nilai p, maka Ho dapat diterima.
Hal ini dikarenakan nilai p0,05 p0,01. Secara statistik, dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan prevalensi hipertensi pada responden 60-75 tahun dan 40-59
tahun. Prevalensi hipertensi pada kelompok responden usia 60-75 tahun lebih tinggi 2,75 kali dibandingkan kelompok responden usia 40-59 tahun.
Penghasilan responden di Kecamatan Kalasan sangat bervariasi.Penghasilan yang dimiliki responden yang tersebar di Kalasan berpengaruh langsung terhadap
tingkat prevalensi hipertensi di kecamatan tersebut. Tabel VIII menunjukkan pada kelompok responden berpenghasilan
≤UMR yang memiliki hipertensi sebanyak 279 78,2 sedangkan kelompok responden berpenghasilan UMR yang hipertensi
sebanyak 78 21,8. Kelompok responden yang berpenghasilan ≤UMR memiliki
tingkat prevalensi lebih tinggi dibandingkan kelompok responden berpenghasilan
UMR.Hasil dari nilai p, maka Ho ditolak. Hal ini dikarenakan nilai p0,05 p=0,07. Dilihat dari nilai p tersebut, secara statistik dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
perbedaan antara prevalensi hipertensi dan kelompok warga yang memiliki penghasilan rendah dengan kelompok warga yang berpenghasilan tinggi UMR
tidak terdapat pengaruh prevalensi hipertensi terhadap penghasilan di wilayah Kalasan.
b. Tingkat Kesadaran Terhadap Hipertensi
Hipertensi bersifat asimtomatik, peningkatan tekanan darah yang tidak menunjukkan gejala-gejala yang spesifik tanpa gejala. Tingkat kesadaran terhadap
hipertensi perlu ditanamkan untuk mengurangi risiko terjadinya komplikasi akibat dari hipertensi. Responden yang memiliki kesadaran akan melakukan pengecekan
tekanan darah secara berkala dan melakukan terapi hipertensi apabila tekanan darahnya
≥14090mmHg. Dilihat dari tingkat prevalensi hipertensi di Kecamatan Kalasan, tingkat
kesadaran masyarakat terhadap hipertensi menjadi sangat penting untuk ditanamkan. Hal ini sangat penting untuk mencegah terjadinya komplikasi yang dapat disebabkan
karena adanya hipertensi. Sebagian besar warga Kecamatan Kalasan memiliki tingkat kesadaran akan hipertensi. Kesadaran ini muncul karena warga telah mengetahui
pengaruh hipertensi dari tenaga kesehatan setempat ataupun brosur kesehatan yang didapatkan di pusat pelayanan kesehatan, seperti: di rumah sakit dan puskesmas.
Tabel IX. Pengaruh Faktor Usia dan Penghasilan Terhadap Tingkat Kesadaran akan Hipertensi pada Responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan
Tingkat Kesadaran Nilai p
OR 95 CI
Sadar Hipertensi Tidak Sadar
Hipertensi N
100 n
100 Usia
60-75 tahun 40-59 tahun
33 58
36,3 63,7
110 156
41,4 58,6
0,46 0,81
0,50-1,32
Penghasilan
≤ UMR UMR
80 11
87,9 12,1
224 42
84,2 15,8
0,02 0,55
0,32-0,94 data berbeda bermakna p0,05
Berdasarkan kajian usia, tingkat kesadaran terhadap hipertensi pada kelompok responden yang memiliki usia 60-75 tahun sebesar 33 36,3 dan responden yang
tidak sadar sebesar 110 41,4, sedangkan pada kelompok responden berusia 40-59 tahun memiliki kesadaran sebesar 58 63,7 dan responden yang tidak sadar akan
hipertensi sebesar 156 58,6. Dilihat dari nilai p, maka Ho ditolak. Ho ditolak karena nilai p0,05 p=0,46. Secara statistik, tidak terdapat perbedaan antara tingkat
kesadaran hipertensi terhadap usia 60-75 tahun dan 40-59 tahun dengan nilai odds ratio
0,81. Tingkat kesadaran terhadap hipertensi pada kelompok responden usia 60- 75 tahun 0,81 kali lebih rendah dibandingkan kelompok responden yang memiliki
usia 40-59 tahun. Tingkat kesadaran masyarakat di Kecamatan Kalasan apabila dilihat dari
kelompok responden berpenghasilan ≤UMR sebanyak 80 orang 87,9 sadar
terhadap hipertensi sedangkan 224 84,2 tidak sadar akan hipertensi. Berbeda dengan kelompok responden yang memilikipenghasilan UMR tingkat kesadaran
lebih sedikit dibandingkan warga yang berpenghasilan ≤UMR yaitu sebanyak
11 orang 12,1 sadar akan hipertensi, sedangkan 42 orang 15,8 tidak sadar akan hipertensi. Hasil dari nilai p, maka Ho diterima. Hal ini dikarenakan nilai p0,05
p=0,02. Secara statistik, terdapat perbedaan antara tingkat kesadaran akan hipertensi terhadap penghasilan warga di Kecamatan Kalasan. Tingkat kesadaran pada
kelompok responden yang memiliki penghasilan ≤UMR tahun lebih rendah 0,55 kali
dibandingkan kelompok responden yang berpenghasilan UMR.
c. Terapi Hipertensi
Tingkat kesadaran akan hipertensi berpengaruh langsung terhadap terapi hipertensi dari terapi yang dilakukan secara farmakologi maupun non farmakologi.
Terapi hipertensi penting dilakukan untuk pengobatan terhadap responden yang memiliki tekanan darah
≥14090mmHg. Terapi dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi penyakit kardiovaskular yang dapat ditimbulkan akibat tekanan
darah yang tidak terkendali. Terapi hipertensi menjadi penting dilakukan pada responden hipertensi untuk mengontrol atau mengendalikan tekanan darah. Hal ini
ditujukan untuk menstabilkan atau mengontrol tekanan darah pada responden hipertensi di Kecamatan Kalasan. Berdasarkan klasifikasi tekanan darah menurut
ESHESC Guidelines 2013, tekanan darah normal dapat dikatakan normal apabila memiliki nilai tekanan darah sistolik 140mmHg dan tekanan darah diastolik
90mmHg.
Tabel X. Pengaruh Faktor Usia dan Penghasilan Terhadap Terapi Hipertensi pada Responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan
Terapi Hipertensi Nilai p
OR 95 CI
Melakukan Terapi
Tidak Melakukan
Terapi n
100 n
100 Usia
60-75 tahun 40-59 tahun
12 33
26,7 73,3
21 25
45,7 54,3
0,08 0,43
0,18-1,04
Penghasilan
≤ UMR UMR
40 5
88,9 11,1
264 48
84,6 15,4
0,03 0,48
0,25-0,93 data berbeda bermakna p0,05
Berdasarkan tabel X. untuk kajian usia pada kelompok responden berusia 60- 75 tahun yang melakukan terapi sebesar 12 orang 26,7, sedangkan pada
responden 40-59 tahun sebanyak 33 orang 73,3. Dilihat dari nilai p, dapat dikatakan bahwa Ho ditolak. Hal ini dikarenakan nilai p0,05 p=0,08. Secara
statistik, tidak terdapat perbedaan terapi hipertensi pada responden usia 60-75 tahun dengan responden 40-59 tahun.
Terapi hipertensi pada tabel X. yang dilakukan oleh kelompok responden dengan penghasilan
≤UMR sebanyak 40 88,9 sedangkan yang tidak melakukan terapi hipertensi sebanyak 5 11,1. Terapi hipertensi lebih banyak dilakukan oleh
responden berpenghasilan ≤UMR. Dilihat dari nilai p, maka Ho dapat diterima. Hal
ini dikarenakan nilai p0,05 p=0,03. Secara statistika, terdapat pengaruh terapi hipertensi yang dilakukan terhadap penghasilan warga di Kecamatan Kalasan.
Tingkat terapi hipertensi pada kelompok responden dengan penghasilan ≤UMR lebih
rendah 0,48 kali dibandingkan kelompok responden yang memiliki penghasilan UMR.
Tabel XI. Frekuensi Terapi Hipertensi secara Farmakologi dan Non Farmakologi oleh Responden Hipertensi di Kecamatan Kalasan
Terapi Farmakologi Frekuensi
Amlodipin 10
Kaptopril 24
Lisinopril 1
Valsartan 1
Lupa 8
Non farmakologi 1
Terapi hipertensi yang dilakukan oleh warga di Kecamatan Kalasan dengan menggunakan terapi baik farmakologi maupun non farmakologi. Terapi farmakologi
yang dilakukan seperti menggunakan kaptopril, amlodipin, lisinopril, valsartan yang dapat dilihat pada tabel XI. Frekuensi terapi hipertensi secara farmakologi digunakan
untuk melihat terapi yang dominan digunakan pada masyarakat di wilayah Kalasan yaitu kaptopril digunakan pada 24 responden. Kaptopril merupakan golongan ACE
inhibitor yang bekerja dengan mencegah angiotensin I berubah menjadi angiotensin II sehingga menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah Saseen, and
Maclaughun, 2008.
d. Pengendalian Tekanan Darah
Terapi hipertensi dilakukan oleh responden hipertensi di Kecamatan Kalasan untuk mengendalikan atau mengontrol tekanan darah. Pengendalian tekanan darah
responden dapat dilakukan dengan terapi secara farmakologi maupun non- farmakologi.
Tabel XII. Pengaruh Faktor Usia dan Penghasilan Terhadap Pengendalian Tekanan Darah pada Responden 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan
Terapi Hipertensi Nilai p
OR 95 CI
Melakukan Terapi
Tidak Melakukan
Terapi n
100 n
100 Usia
60-75 tahun 40-59 tahun
4 100,0
12 29
29,3 70,7
0,56 Tidak dapat
dihitung
Penghasilan
≤ UMR UMR
3 1
75,0 25,0
37 4
90,2 9,8
0,18 0,32
0,03-3,90 data berbeda bermakna p0,05
Pada responden hipertensi di Kecamatan Kalasan, pada kelompok responden yang memiliki usia 60-75 tahun tidak terdapat responden yang memiliki tekanan
darah yang terkendali. Kelompok responden pada usia 60-75 tahun sebesar 0 0. Dilihat dari nilai p, maka Ho ditolak. Hal ini dikarenakan nilai p0,05 p=0,56.
Secara statistik, tidak terdapat perbedaan pengendalian tekanan darah pada kelompok responden usia 60-75 tahun dibandingkan dengan kelompok responden yang
memiliki usia 40-59 tahun. Nilai odds ratio OR pada pengendalian tekanan darah tidak dapat dihitung, hal ini dikarenakan pada kelompok responden yang memiliki
usia 40-59 tahun, tekanan darah yang terkendali sebanyak 0 0. Analisis dengan menggunakan Chi square crosstab 2x2 apabila pada tabel terdapat data yang memiliki
nilai 0 maka ketika akan dilakukan analisis lebih lanjut tidak dapat menghitung nilai odds ratio
untuk pengendalian tekanan darah terhadap faktor usia. Tekanan darah yang terkendali pada responden hipertensi di Kecamatan
Kalasan pada kelompok responden berpenghasilan ≤UMR sebanyak 3 75,0 dan
kelompok responden yang memiliki penghasilan UMR yang terkendali hanya 1 25,0, sedangkan tekanan darah responden yang tidak terkendali sebanyak 26
86,7 untuk responden hipertensi berpenghasilan ≤UMR
. Responden yang dikatagorikan tekanan darahnya terkendali apabila tekanan darahnya telah mencapai
batas normal 14090mmHg.Dilihat dari nilai p, maka Ho ditolak. Hal ini dikarenakan nilai p0,05 p=0,18. Secara statistika, tidak terdapat pengaruh
pengendalian tekanan darah terhadap penghasilan warga di Kecamatan Kalasan. Pengendalian tekanan darah pada kelompok responden berpenghasilan
≤UMR 0,32 kali lebih rendah dibandingkan kelompok responden yang memiliki penghasilan
UMR.
59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN