Penelitian yang telah dilakukan di Semarang, Jawa Tengah dengan responden usia remaja ditemukan hubungan yang bermakna antara obesitas dengan kejadian
hipertensi. Remaja yang obesitas memiliki risiko 7,6kali untuk menderita hipertensi. Risiko hipertensi hipertensi 3 kali lebih besar pada remaja yang mengalami obesitas
dibandingkan remaja yang tidak obesitas. Status ekonomi penghasilan merupakan salah satu faktor risiko potensial
untuk penyakit hipertensi Lam, 2011. Penelitian yang dilakukan di desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah menyebutkan bahwa
terdapat pengaruh tingkat penghasilan terhadap risiko penyakit hipertensi Sigarlaki, 2006. Penelitian yang dilakukan oleh Mendes et al., 2013 terdapat hubungan antara
tingkat penghasilan dengan risiko hipertensi. Penelitian yang dilakukan Oliviera, Olivera, Ikejiri, Andraus, Galvao, and Silva 2014 memiliki perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mendes et al., 2013, yakni tidak terdapat hubungan antara tingkat penghasilan dengan risiko penyakit hipertensi.
F. Teori
“Rule of Halves”
Prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi ditunjukkan dengan teori “Rule of Halves” yaitu setengah responden
mengalami hipertensi, setengah dari responden hipertensi mendapatkan terapi, dan setengah dari responden hipertensi yang mendapatkan terapi merupakan responden
hipertensi terkontrol Danon et al., 2009.
“Rule of Halves ” pada hipertensi ditunjukkan dengan setengah dari pasien
hipertensi tidak mengetahui memiliki hipertensi.Setengah dari mereka diketahui hipertensi tetapi tidak menerima terapi dan setengah dari mereka yang menerima
terapi dan terkontrol Kutnikar, Basavegowda, Kokkada, and Ashok, 2014. Aturan sebagian dari teori rule of halves untuk hipertensi menyatakan bahwa
pada aturan pertama dinyatakan setengah responden tidak mengetahui memiliki tekanan darah tinggi, aturan kedua dinyatakan bahwa setengah dari responden
hipertensi tidak melakukan terapi hipertensi dan pada aturan ketiga dinyatakan setengah dari responden menerima terapi hipertensi memiliki tekanan darah yang
tidak terkontrol atau tidak terkendali Hooker, Cowap, and Freeman, 1999. Hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas tahun 2007, menunjukkan bahwa
pada usia ≥18 tahun prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7 di antara
responden yang mengalami hipertensi hanya 7,2 yang menyadari memiliki penyakit hipertensi dan yang menjalani terapi hipertensi hanya 0,4. Data Riskesdas terbaru
menunjukkan bahwa masih berlaku teori rule of halves untuk hipertensi di Australia.Teori ini artinya setengah dari orang dengan tekanan darah tinggi tidak
mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi, dan setengah dari mereka tidak mencapai target hipertensi Jennings, 2012.
G. Instrumen Pengukuran Tekanan Darah
Instrumen yang digunakan untuk mengukur tekanan darah ada beberapa jenis, antara lain:
sphygmomanometer merkuri,
sphygmomanometer aneroid,
dansphygmomanometer digital. Sphygmomanometer merkuri terdiri manometer merkuri, menset, dan bulb atau pompa dengan katup kontrol tekanan. Penggunaan
sphygmomanometer merkuri membutuhkan stetoskop untuk mendengarkan suara
Korotkoff, seperti sphygmomanometer merkuri. Sphygmomanometer aneroid manometer merkuri digantikan menjadi alat pengukur aneroid. Sphygmomanometer
digital menggunakan sensor tekanan dan layar elektronik yang menggantikan manometer merkuri MHRA, 2013.
Instrumen standar untuk mengukur tekanan darah menurut National Health and Nutrition Examination Survey
NHANES adalah sphygmomanometer merkuri. Tingkat kekhawatiran terhadap lingkungan dari hasil pembuangan limbah medis yang
terkontaminasi merkuri dan dapat berisiko untuk mengalami tumpahan dari sphygmomanometer
merkuri. Ditinjau dari pertimbangan ini, pengaturan klinis telah mulai dilakukan untuk pentahapan penggunaan instrumen pengukuran tekanan darah
selain perangkat merkuriOstchegaet al., 2012.
H. Profil Tempat Penelitian