6
Sejak Oktober 2009, masyarakat menghimpun kekuatan dan bergabung dalam keanggotaan SPI Basis Sei Litur dan berjuang untuk merebut tanah yang
dikuasai oleh PTPN. Oleh karena itu, kami mendesak Badan Pertanahan Nasional BPN Kanwil Sumut agar tidak menerbitkan Sertifikat HGU
berdasarkan SK kepala BPN RI no. 119HGU BPN RI2009, karena terdapat silang sengketa diatas areal lahan tersebut, .
1.2. Perumusan Masalah
Rumusan Masalah adalah penjelasan mengenai alasan mengapa masalah yang dikemukakan dalam penelitian itu menarik, penting, dan perlu untuk diteliti.
Rumusan masalah biasanya berisi pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dan untuk mencari jalan pemecahannya. Berdasarkan latar belakang yang di paparkan,
maka peneliti mencoba menarik suatu permasalahan yang lebih mengarah pada fokus penelitian yang akan dilakukan. Adapun yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana strategi petani dalam mempertahankan kepemilikan tanah bekas perkebunan sengketa tanah tersebut?
2. Mengapa masih terjadi sengketa tanah dan belum bisa terselesaikan
dari tahun 1963 sampai dengan sekarang di Desa Sei Litur Tasik?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dari permasalahan di atas adalah: 1.
Untuk mengetahui bagaimana strategi gerakan petani dalam memperjuangkan hak kepemilikan tanah.
Universitas sumatera utara
7
2. Untuk mengetahui apa saja upaya-upaya dan aktivitas gerakan petani
dalam membantu masyarakat petani agar sengketa tanah bisa terselesaikan di Desa Sei Litur Tasik.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan agar dapat memberi konribusi bagi pengembangan bidang ilmu sosial pedesaan dan kajian tentang konflik sosial..
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Petani di Desa Sei Litur Tasik, Aparat di Desa Sei Litur Tasik, Pemerintah Daerah dan Daerah Pemerintah
Kabupaten. Dalam memahami persoalan sengketa tanah dan solusi
pemecahannya.
1.5. Defenisi Konsep
a. Gerakan sosial adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan
individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. b.
Kepemilikan lahan adalah kekuasaan yang didukung secara sosial untuk memegang kontrol terhadap sesuatu yang dimiliki secara
ekslusif dan menggunakannya untuk tujuan pribadi. c.
Gerakan Petani: suatu bentuk perlawanan yang sengaja dilakukan oleh
sekelompok petani yang terorganisir untuk menciptakan terjadinya
Universitas sumatera utara
8
perubahan dalam pola interaksi keadilan untuk petani di dalam masyarakat. Dalam gerakan tersebut diharapkan mempunyai ciri-ciri
seperti halnya gerakan sosial yaitu:
1. Memiliki pengorganisasian internal yang rapi,
2. Berlangsung lebih lama,
3. Gerakan sengaja bertujuan melakukan reorganisasi kehidupan
masyarakat internal maupun eksternal. d.
Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan
untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman seperti padi, bunga, buah dan lain-lain dengan harapan untuk memperoleh hasil dari
tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain.
e.
Makna Tanah Bagi Petani: intepretasi yang timbul dari ikatan – ikatan
yang ada antara petani dengan tanah, dapat bersifat ekonomi, sakral, ataupun kultural.
f.
Sejarah Penguasaan Tanah: catatan – catatan histografis atau dokumen
sejarah yang berkisah tentang tanah, baik itu pembahasan soal kepemilikan, penyawaan, perebutan, ataupun alih fungsi tanah serta
kaitannya dengan orang atau sekolompok orang disekitar tanah. Seringkali catatan histografis berbentuk sejarah lisan oral history.
Universitas sumatera utara
9
g. Strategi Gerakan: cara atau media yang digunakan gerakan petani
guna mencapai suatu tujuan, dapat berupa aksi boikot, pemogokan, demonstrasi atau aksi massa, dsb.
h. Organisasi Gerakan: bentuk formal dari pengorganisiran petani, yang
didalamnya terdapat struktur hierarki organisasi, memiliki tujuan yang jelas, dan adanya unsur kepemimpinan.
i. Pemimpin Gerakan: orang atau sekelompok orang yang bertugas
untuk memimpin suatu gerakan, pemimpin merupakan tokoh sentral atau motor penggerak pada sebuah gerakan petani.
j. Pola Pertanian: tata cara bercocok tanah yang dipergunakan oleh
sekelompok orang atau masyarakat didalam suatu luasan lahan. Pola ini dapat berupa system kebun, perkebunan, ataupun persawahan
k. Konflik sosial adalah sikap saling mempertahankan diri sekurang-
kurangnya diantara dua kelompok yang memiliki tujuan dan pandangan berbeda dalam upaya mencapai satu tujuan sehingga
mereka berada dalam posisi,oposisi, bukan kerjasama. l.
Lembaga sosial adalah salah satu jenis lembaga
yang mengatur rangkaian
tata cara dan prosedur dalam melakukan hubungan antar
manusia saat mereka menjalani kehidupan ber
masyarakat dengan
tujuan mendapatkan keteraturan hidup
.
Universitas sumatera utara
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada negara-negara agraris seperti Indonesia, tanah merupakan faktor produksi sangat penting karena menentukan kesejahteraan hidup penduduk negara
bersangkutan.Paling sedikit ada tiga kebutuhan dasar manusia yang tergantung pada tanah.Pertama, tanah sebagai sumber ekonomi guna menunjang
kehidupan.Kedua, tanah sebagai tempat mendirikan rumah untuk tempat tinggal.Ketiga, tanah sebagai kuburan.Boedi, 1994
Walapun tanah di negara-negara agraris merupakan kebutuhan dasar, tetapi struktur kepemilikan tanah di negara agraris biasanya sangat timpang. Di
satu pihak ada individu atau kelompok manusia yang memiliki dan menguasai tanah secara berlebihan namun di lain pihak ada kelompok manusia yang sama
sekali tidak mempunyai tanah. Kepincangan atas pemilikan tanah inilah yang membuat seringnya permasalahan tanah di negara-negara agraris menjadi salah
satu sumber utama destabilisasi politik. Tanah dan pola pemilikannya bagi masyarakat pedesaan merupakan faktor
penting bagi perkembangan kehidupan sosial, ekonomi dan politik masyarakat pedesaan di samping kehidupan sosial, ekonomi, dan politik masing-masing
warga desa itu sendiri. Negara agraris yang mengalami pola pemilikan tanahnya pincang dapat dipastikan mengalami proses pembangunan yang lamban, terjadi
proses pemelaratan yang berat, terjadi krisis motivasi dan kepercayaan diri untuk membangun diri mereka sendiri.Boedi, 1994
Pada bagian lain, ketimpangan pemilikan tanah yang memperlihatkan secara kontras kehidupan makmur sebagian kecil penduduk pedesaan pemilik
lahan yang luas dengan mayoritas penduduk desa yang miskin merupakan potensi
Universitas sumatera utara
11
konflik yang tinggi karena tingginya kadar kecemburuan sosial dalam masyarakat itu. Hal tersebut sukar dihindarkan karena tanah selain merupakan aset ekonomi
bagi pemiliknya juga merupakan aset politik bagi si pemilik untuk dapat aktif dalam proses pengambilan keputusan pada tingkat desa. Bagi mereka yang tidak
memiliki tanah akan mengalami dua jenis kemiskinan sekaligus, yakni kemiskinan ekonomi dan kemiskinan politik.
Selain itu, memahami karakter konflik agraria di Indonesia, maka proses- proses hukum yang selama ini digunakan untuk menyelesaikan konflik tidak
memadai untuk menyelesaikannya.Dibutuhkan lembaga khusus penyelesaian konflik agraria.Karena pada dasarnya yang disebut dengan penyelesaian konflik
agraria, bukan hanya pembuktian hukum formal dari tanah yang dikonflikkan.Melainkan pemenuhan rasa keadilan pada korban konflik
agraria.Selama ini pihak rakyatlah yang selalu jadi korban konflik agraria. Proses penggusuran tanah-tanah rakyat yang diikuti tindakan kekerasan bukanlah
insiden, melainkan sebagai akibat dari kebijakan yang dilahirkan di masa lalu. Berbagai hal strategis yang bisa dicapai dari lembaga penyelesaian konflik
agraria ini adalah: 1
Memungkinkan rakyat mengadukan tanahnya yang dirampas 2
Menguatkan posisi rakyat dalam hal pemilikan tanah, 3
Memungkinkan rakyat mendapatkan keadilan melalui pemulihan, penggantian terhadap kerugian dan hak-haknya
yang dirampas oleh proses masa lalu, dan
Universitas sumatera utara
12
4 Memungkinkan satu terobosan hukum yang menjadi pintu
masuk mendekontruksi atas sistem hukum yang tidak memenuhi rasa keadilan rakyat.
2.1 Masyarakat Petani