Informan Kunci Profil Informan

49 kayu rakyat, dan jual beli pohon dibawah tegakan kayu, mudah kita temui di Desa Sei Litur Tasik.

4.5. Profil Informan

Profil informan dalam penelitin ini terdidri dari informan kunci dan informan biasa dimana setiap informan mengetahui banyak hal yang ingin diungkapkan dalam penelitian ini. Para informan ini mempunyai pengetahuan dan keterlibatan langsung dalam memberi penjelasan tentang gerakan petani melawan PTPN II desa Sei Litur Tasik Kecamatan Sawit Seberang.

4.5.1. Informan Kunci

1. Nama : Saenan Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 56 tahun Agama : Islam Pendidikan Terakhir : SD Status : Menikah Alamat : Desa Sei Litur Tasik Pekerjaan : Petani Pak Saenan adalah salah satu warga desa Sei Litur Tasik. Terlepas dari petani Pak Saenan juga menjabat sebagai ketua dari organisasi SPI yang berada di Desa Sei Litur ini. Menurut penuturan pak saenan sejarah berdirinya SPI di desa sei litur Tasik ini adalah karena adanya keinginan masyarakat sei litur tasik untuk merebut lahan yang dulunya milik mereka telah dirampas oleh pihak PTPN 2 dari mereka. Keinginan mereka tersebut di wujudkan mulai tahun 2001 secara diplomat, dari meja ke meja, beliau sudah menjumpai bupati, surat sudah Universitas sumatera utara 50 dilayangkan ke Gubernur dan bahkan ke Presiden pun sudah tapi hasilnya tidak kunjung ada. Ada salah satu badan yang membantu sebagai kuasa hukum mereka yaitu kontras. Kontras ini lah yang kemudian mengarahkan masyarakat yang ikut berjuang untuk masuk dan membentuk suatu organisasi supaya perjuangan mereka lebih terorganisir. Menurut pak saenan peran dari SPI sendiri untuk desa sei litur tasik adalah memperjuangkan lahan untuk dikelola oleh petani sebagai alat produksi, menjalankan program petani berkelanjutan, dan meningkatkan martabat petani yang selama ini banyak petani yang tertindas, selain itu SPI juga memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang bertani yang baik mulai dari cara bercocok tanam sampai memanen. Anak dari bapak saenan sendiri menjadi salah satu yang dikirim ke bogor untuk mendapat pelatihan-pelatihan tentang petani berkelanjutan. Saenan menjelaskan PTPN II Kebun Sawit Sebrang menurunkan sekitar 1.500 orang untuk meratakan puluhan ribu tanaman yang terdiri dari Pisang, Karet, Kelapa, Mahoni, Coklat, Nenas, Manggis, Serai, Timun, Rosella, Ubi, serta bunga hias milik petani Sei Litur, Kabupaten Langkat. Selain itu bangunan Posko dan Mushalla yang dibangun di lahan seluas 200 Ha juga turut diratakan dengan tanah. Pak Saenan menambahkan bahwa tanah perjuangan ini tidak akan ditanam sawit karena itu merugikan, dimana sawit itu memakan air yang sangat banyak. Mereka lebih memilih menanan palawija dan padi, karena ketahanan pangan juga harus difikirkan. Pak Saenan menambahkan kemungkinana besar lahan persawahan akan dibuka kembali karena dulunya memang lahan itu adalah lahan Universitas sumatera utara 51 persawahan, dapat dilihat dari adanya irigasi yang terdapat di tengah-tengah kebun. Harapan warga semua sama hanya ingin tanah itu menjadi milik warga agar keadaan ekonomi warga dapat meningkat. Dituturkan Pak Saenan bahwa petani itu harus mempunyai 2ha lahan perladangan dan 0,5ha untuk lahan perumahan. Hal ini belum terpenuhi secara utuh di desa ini, sehingga mereka akan terus berjuang untuk mendapatkan hak mereka. Yang mendapat bagian seandainya tanah tersebut dikuasasi adalah orang-orang yang menjadi anggota SPI sendiri, dan yang bukan anggota dan tidak ikut berjuang tidak mendapatkan bagian apapun dari organisasi tersebut. 2. Nama : Nono Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 45 tahun Agama : Islam Pendidikan Terakhir : SMP Status : Menikah Alamat : Desa Sei Litur Tasik Pekerjaan : Petani Pak Nono adalah warga Sei Litur Tasik yang bekerja sebagai petani yang juga bekerja sebagai tukang bangunan. Menurut pandangan beliau terhadap tanah perjuangan itu, tanah yang menjadi sengketa yang mereka sering namakan tanah perjuangan dulunya memang tanah milik masyarakat serta dikelola oleh masyarakat, kemudian di ambil alih oleh pihak PTPN 2 pada tahun 1968 yang Universitas sumatera utara 52 dulunya lahan itu hanya sawah dengan ancaman oleh kepala desa daerah tersebut barang siapa yang tidak mau menjual dianggap sebagai PKI. Selanjutnya penuturan pak Nono adalah mereka kembali memperjuangkan tanah tersebut dari pihak PTPN itu tahun 2001, perjuangan yang mereka lalu dengan jalur diplomat yaitu meja ke meja, dia juga ikut ke kecamatan, ke pemkab dan bahkan ke kantor Gubernur pun dia ikut berjuang mempertahankan lahan itu, namum tidak ada hasil. Baru di tahun 2005 ada satu badan yang mereka namakan kontras yang menjadi bantuan hukum mereka yang ikut membantu para petani setempat dalam hal penguasaan lahan tersebut. Dengan ada kontras ini pun perjuangan mereka tidak menemui hasil bahkan lahan tersebut pun belum dapat diduduki. 3. Nama : Darman Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 57 tahun Agama : Islam Pendidikan Terakhir : SD Status : Menikah Alamat : Desa Sei Litur Tasik Pekerjaan : Petani Pak Darman adalah salah satu warga desa Sei Litur Tasik. Pak Darman tinggal di Sei Litur Tasik sejak Pak Darman kecil. Pak Darman juga terlibat di petani yang terlibat konflik, menurut Pak Darman keadaan desa Sei Litur Tasik sejak terjadinya konflik aman meskipun ada konflik antar petani dengan PTPN II. Perekonomian di Sei Litur Tasik juga tidak terlalu menurun karena sebagian besar Universitas sumatera utara 53 masyarakar Sei Litur Tasik adalah petani, petani karet, petani sawit dan ada juga yang berternak sapi ,kambing. Pak Darman sangat berharap agar pihak PTPN II melepaskan lahan yang sekarang di duduki oleh pihak PTPN II sawit seberang, Pak Darman sangat mengharapan agar pihak PT tidak lagi mengambil lahan mereka agar mereka bisa memajukan perekonomian dengan bercocok tanam seperti saat ini lahan yang sedang bersengketa itu di tanami oleh masyarakat dengan menanam pohon karet dan memanam ubi yang cepat panen. 4. Nama : Gayup Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 52 tahun Agama : Islam Pendidikan Terakhir : SD Status : Menikah Alamat : Desa Sei Litur Tasik Pekerjaan : Petani Gayup salah satu warga Sei Litur Tasik yang ikut serta dalam memperjuangkan hak kepemilikan tanah, Pak Gayup ini adalah putra daerah Sei Litur Tasik yang dari kecil sudah tinggal di sai litur tasik dan sampai sekarang ini pak gayup masih tinggal di sai litur tasik,pak gayup ini juga terlibat konflik tanah dengan pihak PTPN II. Pak Gayup ikut dalam meperjuangkan hak petani ini tanpa ada dorongan dari pihak mana pun ynag menyuruh pak gayup ikut serta dalam memperjuangkan lahan tersebut , Pak Gayup juga mengatakan ikut serta dalam memperjuangan lahan ini karna dia merasa lahan itu memang hak milik Sei Litur Tasik. Universitas sumatera utara 54 Pak Gayup juga menjelaskan sejak ada lahan untuk di tanami masyarakat Sei Litur Tasik banyak yang tidak lagi merantau ke luar daerah , kalau dulunya masyarakat Sei Litur Tasik ini banyak yang merantau karena tidak adanya lahan yang untuk mereka menyambung hidup. Pak gayup juga mengatakan kalau sesudah adanya konflik masyarakat lebih menjaga kekompakan walaupun sebelum adanya konlik ini sudah kompak masyarakat Sei Litur Tasik ini, sebelumnya pak gayup tidak mempunyai lahan yang untuk di tanami tapi semenjak adanya konlik pak gayup sudah ada untuk di tanami tanaman yang cepat panen agar bisa cepat mendapat hasil dari penenya tersebut, Pak Gayup menanami lahannya dengan tanaman seperti sayur mayur, ubi, jagung dan tanaman yang cepat panen. Harapan masyarakat Sei Litur Tasik khususnya Pak Gayup kepada pihak PT yakni agar menyerahkan lahan yang memang punya masyarakat Sei Litur Tasik . 5. Nama : Dariyanto Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 43 tahun Agama : Islam Pendidikan Terakhir : SMP Status : Menikah Alamat : Desa Sei Litur Tasik Pekerjaan : Petani Pak Darianto adalah salah satu warga Sei Litur Tasik yang mana Pak Darianto adalah putra daerah Sei Litur Tasik. Pak Darianto sejak kecil sudah di Sei Litur Tasik sampai sekarang umur Pak Darianto 43 tahun mempunyai anak 2 Universitas sumatera utara 55 sampai sekarang ini masih menetap di Sei Litur Tasik Kecamatan Sawit Sebrang Kabupaten Langkat. Pak Darianto adalah salah satu warga yang ikut serta memperjuangkan lahan yang sedang konflik dengan pihak PT. Menurut Pak Darianto “sebelum terjadinya konflik dengan PTPN II Sei Litur Tasik aman – aman saja, tetapi perekonomian masyarakat Sei Litur Tasik masih di bawah rata- rata pengakuan Pak Darianto”.wawancara 10 Maret 2014 Menurut Pak Darianto gerakan yang dilakukan oleh masnyarakat Sei Litur Tasik adalah gerakan memperkuat kekompakan agar tidak gampang terhasut oleh pihak manapun yang ini merusak kekompakan masyarakat Sei Litur Tasik, masyarakat juga berjaga – jaga di sekitar lahan yang sedang bermasalah dengan pihak PTPN II. Pak Darianto juga menjelaskan bahwa sebelum adanya lahan ini Pak Darianto tidak bercocok tanam hanya upahan dengan masyarakat yang mempunyai lahan yang perekonomianya cukup. Hanya itulah yang dilakukan masyarakat Sei Litur Tasik setiap harinya “sambil menatap langit”. Sepengetahuan Pak Darianto terjadinya konflik sejak akhir tahun 2009 sampai sekarang ini, motivasi pak Darianto memperjuangkan lahan tersebut agar bisa merebut lahan yang tak lain adalah lahan nenek moyang mereka yang direbut PT, Pak Darianto juga mengatakan memperjuangkan lahan tersebut agar bisa bercocok tanam agar bisa perekonomian Pak Darianto sedikit terbantu. Pendapat Pak Darianto hubungan sosial masyarakat Sei Litur Tasik sangat baik, contoh kecilnya “Apabila Ada Salah Satu Masyarakat Sei Litur Tasik Yang Kena Musibah Kami Masyarakat Saling Membantu” kendala yang diakui Pak Darianto saat ini yakni keterbatasan biaya untuk membeli racun untuk membersihkan lahan Universitas sumatera utara 56 yang sudah semak hingga tidak bisa di tanami tanaman yang menghasilkan, Pak Darianto juga mengatakan secara dampak ekonomi semenjak adanya lahan ini semua lapisan menikmati hasil yang dari lahan tersebut kecuali yang tidak ikut dalam memperjuangkan lahan ini. Harapan Pak Darianto kepada pihak PT biarkan kami menanami lahan kami kembali untuk menyambung hidup yang lebih baik. 6. Nama : Supriadi Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 48 tahun Agama : Islam Pendidikan Terakhir : SD Status : Menikah Alamat : Desa Sei Litur Tasik Pekerjaan : Petani Pak Supriadi adalah putra daerah Sei Litur Tasik.Pak Suprianto sudah menetap sejak tahun 1974 hingga sekarang ini.Pak Suprianto menjelaskan bahwa dia terlibat konflik lahan ini dengan PTPN II akibat lahan yang direbut oleh pihak PT adalah lahan milik ayah Pak Supriadi. “Dulu bapak saya cerita ini lahan dia, cuma kalau dulu kan masyarakat takut sekali sama pemerintahan, takut di bilang PKI jadi lahan ini diserahkan kepada pemerintahan dulu”.wawancara 10 Maret 2014 Pak Supriadi mengatakan keadaan desa ini sebelum terjadinya konflik ini baik – baik saja tidak pernah ada masalah yang sangat mencolok menguat gerakan yang dilakukan petani dengan cara menanami lahan yang sedang bersengketa. Pak Suprianto mengatakan Universitas sumatera utara 57 “pernah juga dulu tahun 2011 kami perang batu dengan pihak PT yang menyewa preman dan aparat Negara selama satu minggu lamanya tetapi kami tidak pernah lelah untuk memperjuangkan lahan ini”.wawancara 10 Maret 2014 Pak Supriadi sama dengan warga lain yang sebelumya tidak bercocok tanam karena tidak punya lahan hanya menderes getah karet. Pak Suprianto mengatakan konlik lahan ini terjadi pada akhir tahun 2009 hingga sekarang dan motivasi kami untuk memperjuangkan lahan ini agar kami kembali menduduki lahan yang seharusnya punya kami.Menurut Pak Suprianto hubungan sosial desa ini baik – baik saja tidak pernah ada masalah yang sangat mencolok bahkan hubungan sosial kami semangkin kompak, Pak Suprianto mengatakan kelemahan petani saat ini yakni ekonomi yang belum memadahi dan akses kepada pemerintahan yang kurang bahkan tidak ada.Harapan Pak Suprianto adalah agar pihak PT tidak menganggu masyarakat Sei Litur Tasik biarkan masyarakat menanami lahan yang menjadi hak masyarakat. 7. Nama : Ani Jenis Kelamin : perempuan Usia : 35 tahun Agama : Islam Pendidikan Terakhir : SMA Status : Menikah Alamat : Desa Sei Litur Tasik Pekerjaan : Petani Bu Ani adalah salah satu petani di desa Sei Litur Tasik, dia memiliki 2 orang anak tetapi suaminya sudah almarhum. Ibu ini salah satu petani yang ikut Universitas sumatera utara 58 berjuang dari kaum perempuan di desa Sei Litur Tasik. Menurut ibu ani dia sudah ikut berjuang mulai tahun 2001 dalam perebutan lahan itu, mulai dari demo-demo ke lembaga pemerintah dan bentrok dengan pihak PTPN. Menurut bu ani yang ikut berjuang dalam perebutan sengketa lahan itu bukan saja hanya laki-laki tetapi ibu-ibu ikut berjuang, malahan pada awal 2010 terjadi bentrok antara petani dengan pihak PTPN justru yang di depan yang pertama kali menghalangi preman-preman yang di sewa oleh PTPN yang ingin membongkar plang-plang yang telah di buat oleh petani di lahan sengketa adalah ibu-ibu, mereka sampai kena pijak-pijak dan kena dorong oleh preman-preman yang di sewa oleh pihak PTPN itu. Sampai sekarang pun lahan sengketa itu belum tuntas dan mereka memberi nama tanah perjuangan. Menurut pandangan Bu ani dengan organisasi SPI ini mereka sangat terbantu dalam memperebutkan lahan itu, dengan SPI mereka dapat menduduki lahan tersebut dan dikelola, bahkan hasil tanaman yang mereka tanam sudah panen juga. 8. Nama : Mulyana Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 35 tahun Agama : Islam Pendidikan Terakhir : SMA Status : Menikah Alamat : Desa Sei Litur Tasik Pekerjaan : Petani Bu Mulyana adalah salah satu petani di desa sei litur tasik, dia memiliki 3 orang anak. Ibu ini salah satu petani yang ikut berjuang dari kaum perempuan di Universitas sumatera utara 59 desa sei litur tasik. Menurut ibu mulyana dia sudah ikut berjuang mulai tahun 2001 dalam perebutan lahan itu, mulai dari demo-demo ke lembaga pemerintah dan bentrok dengan pihak PTPN. Ibu ini mau berjuang dalam perebutan lahan itu karena merasa memang lahan tersebut milik masyarakat bahkan nenek dan kakek dia dulunya punya dan sempat bersawah di lahan tersebut. Menurut Bu Mulyana yang ikut berjuang dalam perebutan sengketa lahan itu bukan saja hanya laki-laki tetapi ibu-ibu ikut berjuang, malahan pada awal 2010 terjadi bentrok antara petani dengan pihak PTPN justru yang di depan yang pertama kali menghalangi preman-preman yang di sewa oleh PTPN yang ingin membongkar plang-plang yang telah di buat oleh anggota SPI di lahan sengketa adalah ibu-ibu, mereka sampai kena pijak-pijak dan kena dorong oleh preman-preman yang di sewa oleh pihak PTPN itu. Sampai sekarang pun lahan sengketa itu belum tuntas dan mereka memberi nama tanah perjuangan.

4.5.2. Informan Biasa Pihak PTPN II Sawit Sebrang