Gerakan Strategi Langsung Demo

63 Persatuan yang terjadi di antara warga desa juga disokong oleh penyebaran ide gerakan yang gencar dilakukan oleh para anggota gerakan. Penyebaran ide – ide perjuangan dilakukan melalui pertemuan desa, rembuk warga, serta pembicaraan informal lainnya. Penyebaran ide perjungan tidak hanya terbatas pada para petani penggarap, tetapi seluruh warga Desa Sei Litur Tasik. Strategi perjuangan yang digunakan pada massa terbentuknya panita pembebasan tanah memang lebih bersifat ke dalam desa. Penggunaan strategi guna memanfaatkan sumberdaya, individu, ataupun institusi di luar desa seperti penggunaan media massa, penguatan jaringan dengan aktivis mahasiswa dan LSM, serta audiensi dengan para pemangku kepentingan belum dilakukan secara maksimal.

4.6.1. Gerakan Strategi Langsung Demo

Sejak konflik tanah antara petani Sei Litur dan PTPN II ini berawal dari penyerobotan lahan milik petani oleh PTPN II secara paksa pada tahun 1977. Padahal jauh sebelum PTPN berdiri, yaitu sejak tahun 1953, lahan tersebut telah dimiliki dan dikelola oleh masyarakat sebagai sumber mata pencarian dengan menanaminya dengan tanaman pangan. Konflik mulai bergulir ketika pada tahun pada tahun 1963, lahan petani diambil paksa oleh perusahaan perkebunan bernama Boenes Areayang dipimpin oleh Tuan Besar Chris Wehh. Melalui perjuangan panjang, lahan tersebut dapat dikuasai kembali oleh masyarakat. Ketenangan masyarakat dalam mengolah lahan tersebut tidak berlangsung lama.sumber: Ketua Kelompok Petani Pada tahun 1975, Kepala Desa Sei Litur Tasik yang saat itu dipegang oleh Alm. Kasbun meminta secara paksa surat tanah yang dimiliki oleh masyarakat Universitas sumatera utara 64 dengan alasan akan diperbaharui, bagi yang tidak mau menyerahkan dianggap sebagai PKI. Tanpa sepengetahuan masyarakat, pada tahun 1977 lahan masyarakat telah beralih menjadi milik PTP II. Dengan kekuatan militer, PTP II mengklaim tanah tersebut merupakan tanah milik perusahaan. Berbagai hal dilakukan masyarakat untuk dapat kembali menguasai lahan mereka yang saat ini dikuasai oleh PTP II yang saat ini telah berubah nama menjadi PTPN II Kebun Sawit Sebrang.Sedangkan pada tahun 1975 masyarakat di intimidasi untuk menerima ganti rugi secara paksa oleh pihak kebun. Ada yang mendapat ganti rugi dan ada yang tidak. Selanjutnya tanah kebun ini dikelola PTPN II mulai tahun 1983 tapi tanpa adanya HGU, sedangkan selama ini ada dikeluarkan HGU atas tanah seluas 900ha tapi ini masih rekomendasi, dan rekomendasi ini dikeluarkan tahun 2009.sumber: Ketua Kelompok Petani Menurut pemaparannya perjuangan untuk merebut tanah rakyat itu dimulai tahun 2010 ini melalui organisasi SPI tapi secara meja ke meja di mulai tahun 2001 tapi tidak membuahkan hasil yang maksimal. Luas tanah yang sekarang menjadi perjuangan mereka ada sekitar kurang lebih 203 ha. Dimana sebenarnya tanah ini merupakan tanah rakyat. Rekomendasi ini pun masih dari Gubernur belum dari Mentri, hal inilah yang membuat masyarakat desa ini tetap mempertahankan tanah mereka karena mereka memiliki bukti yang otentik terhadap tanah ini. “Dengan menggunakan ikat kepala kuning, membawa golok, celurit, pentungan, dodos, kunci roda, tombak, mereka datang mengobrak-abrik lahan kami, karena jumlah kami yang terbatas, kami tak sanggup melawan”.wawancara 18 Maret 2014 Universitas sumatera utara 65 Wagimin, Ketua Badan Pelaksana Wilayah BPW SPI Sumatera Utara Sumut mengatakan pihaknya mengecam keras tindakan yang dilakukan oleh PTPN II Kebun Sawit Sebrang ini.

4.6.2. Gerakan Strategi menggunakan Media Massa