Asal usul dan Proses Adaptasi Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing Dusun Kuta Kendit

masyarakat kampung. Inilah yang menjadi keunikkan dan daya tarik dalam sebuah penelitian mengenai perkembangan suatu daerah tempat tinggal. Kegiatan ini termasuk dalam kajian sejarah pedesaan yang dilihat secara prosesual melewati kronologis kejadian di daerah tempat tinggal tersebut. Fasilitas-fasilitas yang ada di Masyarakat Kuta Kendit sebagai berikut : - Sekolah - Gereja terdiri dari Gereja Katolik, GBKP, GPDI - Mesjid - Jalan sudah dilakukan dalam sistem pengerasan, walaupun masih ada dalam keadaan berlobang.

3.2 Asal usul dan Proses Adaptasi Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing Dusun Kuta Kendit

Latar belakang awal pembentukan unit pemukiman transmigrasi di Kuta Kendit Kecamatan Mardingding, mempunyai jumlah penduduk dan persentase pembangunan infrastruktur dan pengelolaan sumber daya alam yang dibilang sangat kecil. Banyak sumber daya alam dan lahan yang sangat berpotensi tetapi belum dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan daerah karena didaerah ini mempunyai keahlian sangat memadai dan karena perkembangan perekonomian yang tidak maju-maju. Dan masih sangat kecil perekonomiannya karena daerahnnya yang masuk paling ujung dan di pedalaman hutan, dan sangat mudah melakukan kemudahan pembangunan pemukiman. Universitas Sumatera Utara Pemukiman Kuta Kendit jelasnya merupakan tempat transmigrasi dari daerah lain, pemukiman ini berada di daerah Liang Melas tanah karo. Pemukiman ini didirikan pada tahun 1981. Dalam perkembangan awal Kuta Kendit, penduduknya tidak terlepas dari budaya sebelumnya dari mana mereka datang. Tradisi-tradisi kehidupan bermasyarakat di kampung mulai dibentuk solidaritas hingga kebiasaan dalam menjalankan upacara-upacara adat di pemukiman Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing PKMT Kuta Kendit. Dalam pembangunan Kuta Kendit, Dinas Sosial sangat berperan, Dalam pernyataan ini Masri Singarimbun menceritakan isi dokumen Dapertemen Sosial yang dibaca dalam sebuah dokumen di Medan. “Bahwa di Kabupaten Karo ada proyek Pemukiman Kembali Masyarakat Terasing PKMT di Kuta Kendit, Kecamatan Mardingding, saya pun terkejut. Sebagai orang Karo, saya bertanya dalam hati: apakah ada masyarakat terasing dalam masyarakat kami? Lokasinya dekat Desa Kuta Pengkih. Di Medan, saya memperoleh dokumen mengenai hasil penelitian proyek PKMT Kuta Kendit. Ternyata orang setempat, seperti penduduk Desa Kuta Pengkih dan Cerumbu, heran bahwa mereka digolongkan sebagai masyarakat terasing. Memang jalan yang baik belum ada, tapi di Kuta Pengkih sudah ada dua jip Willys milik penduduk untuk mengangkut penumpang. Mereka masih melakukan ladang berpindah, dan mempunyai dangau di ladang. Tapi apakah itu cukup menjadi syarat untuk disebut sebagai masyarakat terasing? Penduduk Kuta Pengkih yang dianggap terasing tersebut sudah mempunyai SD enam kelas, puskesmas, pasar tiap Kamis, dua lapangan olahraga untuk sepak bola dan voli, dua unit meja bilyar, televisi dengan parabola di dua kedai kopi, dan ada generator listrik milik pribadi yang disalurkan kepada penduduk lainnya. Mereka tak merasa tertinggal jika dibandingkan dengan masyarakat Karo lainnya. Untuk pendidikan lanjutan, anak-anak mereka disekolahkan ke tempat lain, dan ada yang sudah lulusan perguruan tinggi. Bagaimanakah nasib PKMT Kuta Kendit? Karena penduduk setempat kurang tertarik untuk pindah ke situ, akhirnya mayoritas penghuninya adalah orang luar. Hanya lima keluarga yang merupakan penduduk setempat. Selebihnya orang luar yang berasal dari luar Kecamatan Mardingding, dan malah dari luar Kabupaten Binjai serta Medan Jadi, kecuali suku Karo, PKMT Kuta Kendit dihuni oleh suku Toba, Pakpak, Simalungun, dan Jawa. Untuk mendapatkan fasilitas, mereka memilih menjadi anggota masyarakat terasing. Maka terciptalah sebuah PKMT yang penuh dengan migran 33 33 .” http:books.google.nlbooks?id=MZSBAAAAMAAJq=Kuta+Pengkihdq=Kuta+Pengkihhl=nlsa=Xei =JXl5UomVJ_GM7Ab6y4GABAved=0CC0Q6AEwAA Dan Skripsi Ronald F. Barus tentang Studi asal usul Masyarakat Petani Kuta Pengkih, Jurusan Antropolgi USU, hal 24 Universitas Sumatera Utara Dalam pembangunan ini tujuan Dinas Sosial membangun pemukiman di Kuta Kendit,masih dipertanyakan, karena dalam bentuk pembangunan Dinas Sosial Kuta Kendit digolongkan sebagai Masyarakat Terasing. Dalam perkataan seperti ini banyak yang memprotes bahwa di Kabupaten Karo tidak ada lagi masyarakat Terasing. Seperti yang dijelaskan Masri Singarimbun di atas. Dalam bentuk pembangunan ini masyarakat yang didatangkan dari beberapa daerah yang sudah padat misalnya dari Pulau Jawa dan Samosir, dan ada juga datang karena dibawa keluarga yang tidak jauh menetap dari Kuta Kendit seperti desa Kuta Pengkih, Cerumbu dan Kuta Mbelin, bahkan ada juga yang melarikan diri dari Riau yang mengetahui mencuri karena takutnya terjerat hukum. Dari hasil penelitian penulis dijelaskan bahwa pada awalnya masyarakat desa Kuta Pengkih berencana membangun atau mengembangkan penduduk di sekitar yang letaknya sekarang di Kuta Kendit, pembangunan ini dilakukan atas persetujuan masyarakat desa Kuta Pengkih yang pada saat itu Kepala desa bernama Kobal Simarmata. Para pimpinan di desa Kuta Pengkih akhirnya meminta bantuan kepada Dinas Sosial, dalam masa pembangunan pihak Depsos membuat suatu pemukiman yang terasing 34 Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing ini diresmikan oleh Rakut Sembiring tahun 1981 dia adalah seorang kepala desa Kuta Pengkih. Dalam bentuk pemukiman di Kuta Kendit ini bersifat heterogen, masyarakat heterogen adalah masyarakat yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut pranata-pranata dasar atau primer yang bersumber pada kebudayaan-kebudayaan suku bangsa yang menjadi landasan bagi berbagai corak atau suasana kehidupan dalam masyarakat luas maupun dalam sejumlah suku bangsa telah diseragamkan oleh pemerintahan nasional yang penyeragamannya dilakukan dengan bersumber pada corak dan hakikat . 34 Opcit, wawancara dengan Mburak Ginting Universitas Sumatera Utara kebudayaan nasional tersebut dan Masyarakat hetoregen juga biasanya ditandai oleh adanya tingkat kemajuan yang tinggi dalam kehidupan ekonomi dan teknologinya, yang sebetulnya telah dimungkinkan berkembang melalui perkembangan pranata-pranata alternative tersebut. Karena latar belakang keadaan masyarakat yang beragam, bisa dilihat dari Suku yang mendiami di Kuta Kendit diantaranya ada Suku Jawa, Batak Toba, Simalungun. Dalam proses pembangunan ini orang-orang yang didatangkan dari luar mendapat satu rumah dan tempat perladangan sekitar dua hektar, akan tetapi perladangan yang diserah terimakan kepada penduduk pendatang tidak boleh diperjual belikan kepada pihak yang lain, karena dari pemberian itu masyarakat setempat memenuhi kebutuhan hidupnya melalui menanam tanaman padi untuk kelangsungan hidup mereka. Pembangunan permukiman Dapertemen Sosial di Kuta Kendit dilakukan dalam bentuk susunan rumah yang berbaris rapi saling berhadapan jalan desa berbentuk rumah panggung dengan kerangka balok kayu yang berukuran 6m x 12m, dengan satu kamar berlantai dan dinding papan, yang ditutup seluruhnya dengan atap seng. Orang Karo di Kuta Kendit sering membangun rumah lagi di belakang-belakang rumah-rumah bangunan Dapertemen Sosial, hal ini dilakukan untuk bisa menampung lagi keluarga mereka yang akan datang, dan yang tidak mendapat bagian rumah Depsos. Walaupun masyarakat Kuta Kendit mempunyai kampung, mereka juga lebih sering tinggal di ladang yang istilahnya Juma Medem yang artinya “Di ladang tidur” hal ini dilakukan karena letak ladang Kuta Kendit jauh dari kampung dan kadang-kadang menginap di situ sampai berhari-hari, seperti yang dijelaskan anak dari Nainggolan yang Universitas Sumatera Utara merupakan warga yang pertama kali mendiami penduduk Kuta Kendit berkata bahwa kadang lebih nyaman Juma Medem karena lebih efektif untuk mengerjakan ladangnya 35 Setelah diresmikannya proyek pemukiman masyarakat terasing PKMT tahun 1981. Masuklah PT Alwi ke Kuta Kendit pada tahun 1983, Pelaksana PT Alwi ini bernama Kusno dia bersuku Jawa dan pelaksananya adalah Samudin Sembiring. Dimana pada masa itu yang menjabat sebagai kepala desa adalah Kobal Simarmata yang berasal dari Cerumbu. Kobal Simarmata ini merupakan kepala desa tukur yang menjual tanah Kuta Kendit ke pihak PT Alwi, hal seperti ini dilakukan tanpa sepengetahuan masyarakat desa Kuta Pengkih terutama Simenteki Kuta dan Anak berunya . Pada awalnya ada sekitar 100 keluarga dipindahkan ke pemukiman Kuta Kendit ini,adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi para pendatang cukup membawa surat pindah dari kampung asalnya. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah seorang pengetua Adat bernama Mburak Ginting menjelaskan bahwa para-para pendatang ini mendapat bocoran dari Nainggolan yang merupakan salah seorang penghuni awal di Kuta Kendit, dan kebanyakan pendatang dari tanah Samosir yang masih bisa dibilang keluarga dekat dari Nainggolan.

3.3 Masuknya PT Alwi di Dusun Kuta Kendit Tahun 1983