B . Pola Kuta Kendit Kuta kendit ini bentuk rumahnya sangat tersusun rapi, rumah saling berhadapan dan
terdiri dari empat jalur.
2. 3.Transportasi dan Komunikasi
Perbedaan kelancaran komunikasi dan transportasi suatu daerah adalah salah satu penyebab berbedanya laju pembangunan daerah bersangkutan. Di Kuta Kendit kelancaran
komunikasi adalah hambatan pokok yang perlu dipecahkan secara bertahap dan berencana sesuai dengan kondisi dan ekologi daerah setempat. Hubungan yang lancar pada umumnya hanya
terdapat di sekitar perbukitan misalnya di penatapen
15
No. Dusun Kuta Kendit
. Di Kuta Kendit sungai tidak berfungsi sebagai alat transportasi. Saran angkutan utama
adalah kenderaan roda dua dan kenderaan roda empat, serta prasarana jalan setapak. Jika ditinjau pula kelancaran hubungan dusun ini dengan daerah-daerah lain baik secara regional maupun
nasional, jelas sangat berbeda satu sama lain.
2.4 Potensi Alam 2.4.1 Tata guna tanah
Penggunaan tanah di Kuta Kendit ini tidak boleh dilakukan dengan semberangan oleh masyarakat pendatang, karena jauh sebelum dibentuk pemukiman ini sudah ditentukan dua
hektar per rumah tangga. Berikut merupakan gambaran luas tanah di Kuta Kendit : Tabel menunjukkan luas tanah di Kuta Kendit
Luas
Perladangan 200 hektar
Perumahan dan Pekarangan 50 hektar
15
Penatapen merupakan tempat tinggi yang bisa memandang keseluruhan Kuta Pengkih
Universitas Sumatera Utara
Bangunan 5 hektar
Penambahan perladangan 50 hektar
Sumber Kepala Desa Kuta Pengkih Sebenarnya luas Keseluruhan Kuta Kendit ini adalah dua ribu hektar,akan tetapi wilayah
yang belum dimasukkan dalam tabel di atas adalah tanah yang penuh dengan pepohonan yang masih rindang dan selain itu masih dipergunakan desa Kuta Pengkih sebagai lahan pertanian
16
16
Ibid Data Kepala Desa Kuta Pengkih
. Berdasarkan tabel diatas perkembangan masyarakat memanfaatkan tanah pada awalnya,
para warga Kuta Kendit memanfaatkan tanah sebagai lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari. Tanaman pangan seperti halnya padi dan tanaman lainnya
untuk mencukupi ekonomi keluarga selain itu tanah bagi warga berfungsi juga sebagai kebutuhan awal untuk bertempat tinggal dan bermukim. Dalam penggarapan tanah yang di
lakukan masyarakat Kuta Kendit masih menggunakan teknologi tradisional yang telah dikenal secara turun temurun oleh warga Kuta Kendit. Akan tetapi kebutuhan masyarakat Kuta Kendit
semakin meningkat terutama dalam hal untuk mencapai kesejahteraan hidup. Tanah-tanah yang dijadikan sebagai lahan pertanian oleh masyarakat Kuta Kendit tersebut tergolong produktif
karena kandungan humusnya cukup tinggi hal ini tidak terlepas dari keberadaan Kuta Kendit di kelilingi oleh bukit-bukit serta bekas pelapukan tumbuh-tumbuhan yang dirambah ketika
penduduk generasi pertama menetap di Kuta Kendit, selain itu bukit-bukit tersebut memiliki cadangan air sehingga membuat Kuta Kendit di aliri oleh sungai-sungai meski tergolong kecil
akan tetapi sungai-sungai tersebut cukup memenuhi irigasi pertanian dan kebutuhan akan air minum masyarakat Kuta Kendit.
Universitas Sumatera Utara
Di Kuta Kendit masih banyak terdapat hutan tropis sebagai sumber kekayaan alam dan tersedianya flora dan fauna mengelilingi daerah ini awalnya sebagian besar daerah ini ditumbuhi
berbagai jenis pepohonan dan semak belukar. Maka seiring dengan aktivitas kehidupan penduduk, belantara tersebut menjadi ternoda ditandai dengan perambahan hutan yang dijadikan
sebagai lahan pertanian sehingga warga pendatang menebangi hutan tersebut. Hal ini tentunya melanggar peraturan bagi para pendatang di Kuta Kendit.
2.4.2 Keadaan Iklim
Curah hujan merupakan salah satu indikator wilayah untuk mengetahui kondisi tanah dalam suatu wilayah. Keadaan cuaca ini banyak mempengaruhi semua kegiatan pembangunan,
baik yang berhubungan langsung dengan kegiatan yang bersangkutan dengan wadah pembangunan itu sendiri yang berupa tanah.
Di Kuta Kendit berada 800-980 M DPL dari permukaan laut. Suhu udara di Kuta Kendit berkisar antara 30º sd 33º derejat celcius dengan kelembapan udaranya rata-rata 30º
17
17
Data dari Kantor Kepala Desa Kuta Pengkih
. Ada dua musim yang terdapat di Kuta Kendit yaitu musim Hujan dan Kemarau. Musim hujan
pertama terjadi antara bulan Oktober sampai bulan Januari, dan musim kemarau terjadi pada bulan Maret sampai bulan Juli. Hal ini disebabkan karena arah angin yang berhembus di Kuta
Kendit terbagi atas dua yaitu pada musim hujan, angin berhembus dari arah barat sedangkan pada musim kemarau angin Timur Tenggara berhembus dari arah Timur.
Desa Kuta Pengkih terbagi atas tiga wilayah hukum adat hal ini terjadi karena berkaitan dengan perkembangan desa yang tidak lepas dari para pemuka desa Kuta Pengkih tersebut.
Adapun ketiga wilayah tersebut adalah Kuta Kendit, Cerumbu, Barisen.
Universitas Sumatera Utara
Kepala desa yang tradisional biasanya disebut Penghulu, yang kedudukan diwariskan secara turun temurun menurut garis anak laki-laki yang tertua. Bersama anak beru-Nya dan
seorang Seninanya, dan Penghulu menjalankan pemerintahan desa. Menurut adat karo sebuah desa tidak dapat didirikan oleh satu orang atau satu kelompok patrilineal saja tetapi harus
bersama-sama anak berunya dan seninanya daripada orang atau kelompok orang itu. Anak beru juga demikian turut mendirikan kampung yang disebut juga dengan anak beru tua yaitu
pengambilan dara yang tradisional. Yang dimaksud dengan senina ialah orang atau kelompok patrilineal yang tergolong kedalam satu klen tetapi berbeda sub klen dengan seseorang. Ketiga
kedudukan tersebut yaitu Penghulu, anak beru dan senina adalah turun temurun. Dan setelah Indonesia Merdeka Pada tahun 1945 maka Penghulu digantikan dengan
kepala Kampung dan kemudian diganti menjadi Kepala desa, akan tetapi Kuta Kendit dikepalai
oleh Kepala Lorong.
Untuk dapat mengakses ke Kuta Kendit maka terlebih dahulu dari Tigabinanga dengan jarak sekitar 39 km hingga ke Kuta Kendit. Sepanjang jarak tersebut dapat ditempuh dengan
kenderaan mobil gerdang dua selama dua jam apabila tidak datang hujan, akan tetapi jika cuaca lagi musim penghujan waktu untuk ditempuh ke tempat ini membutuhkan waktu berjam-jam
bahkan lebih dari lima jam, karena jalan menuju Kuta Kendit banyak jalan yang berlubang- lubang bahkan banyak tergenangi oleh lumpur dan jembatan yang sangat memprihatinkan
diantara adalah jembatan Lau Sugi, Lau Mbelen, Lau Riman, Napal dan Lau Tenggiang bahkan kadang mobil gerdang dua tidak bisa keluar dari lumpuran jalan. Diantara beberapa jembatan,
jembatan yang paling parah jembatan Lau Tenggiang karena jalan masih rusak total bahkan
Universitas Sumatera Utara
mobil gerdang dua membutuhkan waktu yang lama untuk melewati jembatan ini, dalam istilah karo Ngerker
18
Selain itu Kuta Kendit bisa juga ditempuh dari Desa Buluh Pancur tembus ke Cerumbu, melewati hutan lindung yang dibutuhkan waktu satu hari perjalanan
.
19
Dari desa Kuta Pengkih ke Kuta Kendit berjarak 7 km dari semua desa-desa yang dilajui, jalan paling rusak adalah perjalanan dari desa Kuta Pengkih ke Kuta Kendit yang paling
mengerikan karena jalan terjal atau pajeknenangkengi, bahkan mobil gerdang dua tidak dapat melewati jalan tersebut karena banyak lumpur dan berlubang, jadi alat transportasi yang
digunakan dari desa Kuta Pengkih ke dusun Kuta Kendit ini mempergunakan tarikan ‘’gereta kerbo atau tarikan kerbau’
. Kuta Kendit tentunya sulit untuk diketahui oleh masyarakat luar, hal ini disebabkan karena sangat minimnya sarana
dan prasarana transportasi dengan ditandai akses jalan yang seadanya untuk menuju ke Kuta Kendit disebabkan kondisi alam yang sulit untuk dijangkau dan letak kampung ini sangat
tersembunyi di antara hutan belantara. Dalam perjalanan ke Kuta Kendit ada beberapa desa yang harus dilewati mulai dari Desa
Kuta Bangun, sehabis dari desa ini akan memasuki daerah Liang Melas yang dimana pada saat ini jalannya masih rusak total. Desa-desa yang akan dilewati jika perjalanan ke Kuta Kendit
diantara adalah Desa Suka Julu, Desa Kuta Mbaru Punti, Desa Kuta Mbelin, Samperaya, Barisen, Desa Kuta Pengkih.
20
18
Ngerker merupakan bahasa yang sudah jarang sekali didengar, akan tetapi di masyarakat dusun Kuta Kendit pada musim Penghujan hampir setiap hari dipergunakan oleh masyarakat setempat, karena dalam istilah
ngerker ini mobil yang masuk ke lumpuran becek, dan sangat susah dikeluarkan dan biasanya orang setempat mengeluarkan mobil ini dari lumpuran menggunakan kulit padi yang sudah digiling
19
Wawancara dengan Nemani Kembaren, Kuta pengkih 27 April 2014 pukul 21.00 WIB
20
Tarikan Kerbau merukan alat transportasi pada musim penghujan di masyarakat Kuta Kendit, biasanya tarikan seperti ini kebanyakan disewa oleh para-para pedagang karena barang jualan yang dibawa dari pekan tidak
bisa dilewati oleh mobil gerdang dua,dan hanya bisa dibantu dengan tarikan Kerbau yang seadanya.
’.
Universitas Sumatera Utara
Hal seperti ini sangat memperhatinkan bagi masyarakat yang tinggal di Kuta Kendit , bahkan setelah kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 65 baru diterangi oleh listrik,
penerangan listrik pun dilakukan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA. Sebelum masuknya Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA Kuta Kendit hanya melakukan
penerangan dengan “Lampu Teplok’’. Dan tempat pemandian di kampung ini hanya ke mata air bahkan satu tempat pemandian sama laki-laki. Di waktu sore hari untuk mandi saja dilakukan
secara bergantian dengan perempuan. Untuk membuang air harus ke semak belukar, karena belum ada kamar mandi umum yang disediakan di dusun ini.
Terutama dalam memenuhi sebagian kebutuhan yang mencakup akan sandang, pangan, dan papan maka akan mencarinya ke hutan yang ada di sekitar pemukiman. Kegiatan mencari
binatang buruan dengan membawa anjing dan perangkap, menebangi pohon dengan kampak guna mendirikan gubuk untuk bermukim menjadi ciri khas yang diwariskan secara turun-
temurun sehingga kemudian daerah Kuta Kendit nampak semakin terang dengan berkurangnya pepohonan. Maka kondisi tersebut kemudian memungkinkan untuk memulai bercocok tanam di
daerah ini.
2.5 Komposisi Penduduk