ada 5 C 4 P itu kan lebih dikenal secara umum. Untuk bantuan BL juga gitu, hibanhnya setelah di survei dapetnya 10 yah 10 gak ada direktur mempengaruhi
atau orang lain yang mempengaruhi, kita independent, fairness, jadi kita ber GCG“.
Pernyataan Senior
Manajer PKBL
Dari kutipan – kutipan tersebut dapat mengindikasikan betapa pentingnya proses reporting sebagai suatu proses dari kegiatan CSR, dan kepentingan akan
informasi pengakomodasian aktifitas sosial yang sudah menggeser paradigma ke arah triple bottom line profit, planet, people.
5.2.2. Penyusun Laporan CSR
Mengacu pada Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor : PER- 05MBU2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha kecil dan
Program Bina Lingkungan. disebutkan kewajiban BUMN Pembina yang berhubungan dengan pembukuan dan pelaporan sebagai berikut : 1 Melakukan
pembukuan atas Program Kemitraan dan Program BL [Pasal 5 huruf h] 2 Menyampaikan laporan pelaksanaan Program Kemitraan dan Program BL yang
meliputi laporan berkala baik triwulan maupun tahunan kepada Menteri dengan tembusan kepada Koordinator Pembina wilayah masing – masing [Pasal 5 huruf
i]. Peneliti dalam hal ini melihat dari segi faktor – faktor yang sebenarnya menjadi bukti belum sempurnanya sistem yang ada pada seksi administrasi dan
keuangan PKBL sebagai penghasil laporan keuangan. Tergambar dari kutipan wawancara dengan Pernyataan Senior Manajer PKBL sebagai berikut :
“ Jadi kita kekurangan SDM, baik itu SDM nya kuang maupun tenaga ahli, tenaga ahli yang dibidang pembukuan, jumlahnya sedikit kualitasnya juga
kurang, kuantitas kurang kualitas juga kurang”.
Pernyataan Senior
Manajer PKBL
Masalah keterbatasan SDM yang terjadi adalah masalah yang sedang muncul dalam internal PKBL, bahwa masing – masing seksi SDM sudah
tercukupi, tapi berdasarkan keterangan Pak Bill L. Yuller diatas di dapatkan alur bahwa yang dipermasalahkan di sini adalah belum siapnya PKBL dalam
melakukan spesialisasi. Padahal jika dilihat dari pelaksanaan aktifitas PKBL, spesialisasi tugas tersebut merupakan suatu kebutuhan yang mendesak.
Implikasi dari adanya permasalahan tersebut pada tahap reporting adalah menyangkut kredibilitas fungsi seksi administrasi dan pelaporan dalam menyusun
laporan PKBL. Jika dilihat dari sistem yang seharusnya, maka kondisi seperti ini adalah kondisi yang tidak bisa dianggap benar. Tetapi dengan pertimbangan demi
terlaksananya program CSR membuktikan kondisi seperti itu sedang berlangsung.
5.2.3. Bentuk Pelaporan CSR
Bentuk pelaporan aktifitas CSR PT. Pelabuhan Indonesia III mengalami perubahan dari bentuk dan konteks dalam pelaporan sesuai dengan kebutuhan
maupun regulasi yang lebih tinggi yaitu kebijakan pemerintah. Dalam Wibisono
2007 : 154 disebutkan bahwa perusahaan bebas menentukan bentuk atau format reporting yang dibuatnya. Karena memang belum ada standart baku yang
diberlakukan. Misalnya, perusahaan dapat membuat laporan ini sebagai bagian tersendiri dalam annual report. Tidak perlu berlebihan yang terpenting adalah
kecukupan informasi tentang apa yang telah dilakukan perusahaan atas tanggung jawab sosialnya.
“ Kita kan ada surat dari menteri, misalnya ada perubahan, paling perubahannya itu kita harus menyesuaikan aplikasinya, nda ada perubahan yah tetep, tiap tahun
yah tetep seperti itu “. Pernyataan Asisten Manajer Adm. Pelaporan PKBL
Pernyataan tersebut menekankan pada adanya modifikasi dalam standart pelaporan sesuai dengan PER-05MBU2007 dan SE-04MBU.S2007.
Modifikasi yang dilakukan dalam bentuk detail – detail tentang kegiatan PKBL yang dilakukan, walaupun tidak mengungkap keseluruhan, namun bentuk
modifikasi tersebut berusaha menjawab kebutuhan informasi tentang aktifitas CSR PT. Pelabuhan Indonesia III
5.2.4. Keterkaitan Pelaporan Dengan Tahapan Evaluasi