Studi Tentang Penerapan Dan Pelaporan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero).
i
Bismillahirromanirrohim. Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas karunia dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Studi Tentang Penerapan dan
Pelaporan Corporate Social Responsibility pada PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero).”
Penyusunan skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Dalam penulisan skripsi ini, kemungkinan masih terdapat kekurangan yang tidak disengaja, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Penulisan skripsi ini terselesaikan berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini dengan segala rendah hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir Teguh Sudarto MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin N, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur.
3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, Msi, selaku Ketua Program Studi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur.
(2)
ii
koreksi yang sangat berharga dalam penyusunan Skripsi ini hingga terselesaikan.
5. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur, khususnya Jurusan Akuntansi yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak Budiarso dan Ibu Harhenik tercinta atas kasih sayang, do’a, semangat, bimbingan, nasehat, dan dukungan yang tiada habisnya.
7. Adik – adikku tersayang Hendy Sugiarto dan Retno Ayu Arisandi yang telah memberikan semangat, persahabatan, persaudaraan, dan kebersamaan selama ini.
8. Denny Rizkyka Pranata yang senantiasa menemani dalam suka maupun duka, atas kasih yang diberikan saya ucapkan terima kasih.
9. Bagian PKBL PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero). Khususnya, Pak Bill L. Yuller, Pak Djohan Hudoyo,Bu Anastianti Ratih K. D., Mas Nugroho, Mbak Diani terima kasih atas ilmu, wacana, wawasan dan pengalaman yang bermanfaat.
10. Bapak Agus Harianto yang memberikan wacana berfikir dan motivasi yang sangat berguna.
11. Seluruh pihak atau pribadi yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini saya menghaturkan terima kasih.
(3)
iii
Surabaya, Juni 2010
(4)
iv
KATA PENGANTAR……… i
DAFTAR ISI………... iv
DAFTAR TABEL……….. viii
DAFTAR GAMBAR………. ix
DAFTAR LAMPIRAN………. x
ABSTRAK……….. xi
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang……….... 1
1. 2. Rumusan Masalah……… 10
1. 3. Tujuan Penelitian………... 10
1. 4. Manfaat Penelitian………. 10
BAB II LANDASAN TEORI 2. 1. Review Penelitian Terdahulu……….. 12
2. 2. Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR)………... 19
2. 2. 1. Alasan pentingnya CSR………... 20
(5)
v
2. 4. 1. Prinsip dasar pelaksanaan CSR……… 29
2. 4. 2. Konsep Triple Bottom Line……….. 33
2. 5. Ruang ingkup CSR……….. 35
2. 6. Bentuk Penerapan CSR……….. 36
2. 6. 1. Klasifikasi bentuk penerapan CSR……….. 36
2. 6. 2. Tahap penerapan CSR perusahaan………. 38
2. 7. Perkembangan Model CSR di Indonesia………. 40
2. 7. 1. Penilaian PROPER……….. 41
2. 8. Pengungkapan (Reporting) CSR……….. 42
2. 8. 1. Definisi pengungkapan kinerja CSR……… 42
2. 8. 2. Alasan pengukuran dan pelaporan kinerja CSR………….. 43
2. 8. 3. Pro kontra mengenai pelaporan kinerja CSR……… 46
2. 9. Kerangka Konseptual……… 47
BAB III METODE PENELITIAN 3. 1. Jenis Penelitian………. 49
3. 2. Lokasi Penelitian……….. 50
3. 3. Tahap – Tahap Penelitian………. 52
3. 4. Penentuan Informan……….. 53
(6)
vi
BAB IV DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
4. 1. Sejarah PT. Pelabuhan Indonesia III ( Persero)……….. 62
4. 2. Visi Dan Misi PT. Pelabuhan Indonesia III ( Persero)……….. 64
4. 2. 1. Visi PT. Pelabuhan Indonesia III ( Persero)……….. 64
4. 2. 2. Misi PT. Pelabuhan Indonesia III ( Persero)……….. 64
4. 3. CSR (Corporate Social Responsibility) di PT. Pelabuhan Indonesia III ( Persero)……….. 64
4. 3. 1. Struktur Organisasi PT. Pelabuhan Indonesia III ( Persero)... 66
4. 4. Sejarah Bagian Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan……… 67
4. 5. Struktur Organisasi Bagian PKBL PT. Pelabuhan Indonesia III ( Persero)……… 68
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENERAPAN PELAPORAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 5. 1. Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada PT. Pelabuhan Indonesia III ( Persero)……… 69
5. 1. 1. Regulasi dalam penerapan kegiatan Corporate Social Responsibility pada PT. Pelabuhan Indonesia III ( Persero)... 69
(7)
vii
PT. Pelabuhan Indonesia III ( Persero)………. 78
5. 1. 3. 1. Tahap perancanaan program CSR………. 78
5. 1. 3. 2. Pelaksanaan program CSR………. 79
5. 1. 3. 2. 1. Penetapan dana……….. 79
5. 1. 3. 2. 2. Pelaksanaan program kemitraan…………. 83
5. 1. 3. 2. 3. Pelaksanaan program bina lingkungan…… 86
5. 1. 3. 3. Evaluasi program CSR……… 87
5. 2. Pelaporan Program CSR………... 91
5. 2. 1. Arti pentingnya pelaporan CSR……….. 91
5. 2. 2. Penyusunan laporan CSR……….……... 93
5. 2. 3. Bentuk pelaporan CSR………... 94
5. 2. 4. Keterkaitan pelaporan dengan tahap evaluasi……….... 95
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6. 1. Kesimpulan……….. 97
6. 2. Saran……….... 99
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(8)
viii
Tabel 1. Pelaksanaan CSR Perusahaan……….. 4
Tabel 2. Jumlah Mitra Binaan……… 9
Tabel 3. Kebijakan Penerapan CSR……….. 73
Tabel 4. Bentuk Laporan PKBL PT. Pelabuhan Indonesia III………. 74
Tabel 5. Realisasi Anggaran Program Kemitraan………. 80
(9)
ix
Gambar 1. Konsep Triple Bottom Line... 33 Gambar 2. Struktur Organisasi PT. Pelabuhan Indonesia III ( Persero)………. 66 Gambar 3. Struktur Organisasi PKBL PT. Pelabuhan Indonesia III ( Persero)……. 68
(10)
x
Lampiran I Surat Ijin Penelitian dari PT. Pelabuhan Indonesia III Lampiran II Reduksi Dari Wawancara
(11)
xi
Hardi Segaranto Abstrak
Perusahaan sebagai entitas bisnis yang hidup dan berkembang ditengah masyarakat, tidak bisa lepas dari tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Filosofi pelaksanaan tanggung jawab sosial yang bersifat sukarela bertolak belakang dengan pelaksanaannya di perusahaan BUMN disebabkan adanya unsur mandatori berupa kebijakan pemerintah. PT. Pelabuhan Indonesia III adalah BUMN yang bergerak di bidang jasa inti kepelabuhanan dan jasa-jasa terkait lainnya tentu mempunyai motivasi tersendiri dalam penerapan Corporate Social Responsibility (CSR). PT. Pelabuhan Indonesia III tidak dapat mengelak untuk melakukan reporting aktifitas CSR sebagai wujud pelaksanaan transparansi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dipilih sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak menggambarkan dan menguraikan penerapan serta pelaporan CSR pada suatu perusahaan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan apa adanya. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh langsung dari informan serta dokumen – dokumen yang mendukung. Tahap penelitian dibagi menjadi 4 tahap yang bersifat cyclical.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Pelabuhan Indonesia III dalam menerapkan CSR mengacu pada PER-05/MBU/2007 dan SE-04/MBU.S/2007. Motif yang dilakukan kendati secara normatif berasal dari kesadaran tapi tidak lepas dari kebutuhan akan eksistensi dan corporate image. Tahapan evaluasi belum bisa mengakomodir secara data perkembangan mitra binaan dikarenakan keterbatasan SDM. Pelaporan yang dilakukan sangat penting karena menyangkut prinsip transparansi dan penyusun pelaporan adalah bagian administasi dan pelaporan PKBL yang juga terdapat permasalahan berupa belum adanya staf ahli. Secara bentuk pelaporan mengacu pada peraturan menteri BUMN.
Keywords : Corporate Social Responsibility, Penerapan, Reporting, Akuntansi Sosial, Kualitatif
(12)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perusahaan tidak hanya memiliki sisi tanggung jawab ekonomis kepada para shareholders seperti bagaimana memperoleh profit dan menaikkan harga saham atau tanggung jawab legal kepada pemerintah. Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya akan berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung dengan lingkungannya. Interaksi ini karena sumber-sumber ekonomi yang digunakan oleh perusahaan secara keseluruhan berasal dari lingkungan dan pada akhirnya dikonsumsi juga oleh lingkungan. Seperti pandangan Dr. David C. Kortens tentang dunia bisnis dalam bukunya when Corporations Rule the World, melukiskan bahwa dunia bisnis selama setengah abad terakhir, telah menjelma menjadi institusi paling berkuasa di atas planet ini. “Institusi yang dominan di masyarakat manapun, harus mengambil tanggung jawab untuk kepentingan bersama. Setiap keputusan yang dibuat, setiap tindakan yang diambil, haruslah dilihat dalam kerangka tanggung jawab tersebut” (SWA : 2005). Kekuasaan yang terpusat di tangan korporasi bisnis modern semakin memperlihatkan bahwa setiap tindakan yang diambil korporasi membawa dampak yang nyata terhadap kualitas hidup masyarakat. Hal ini menyebabkan
(13)
perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial yang sangat besar terhadap lingkungannya.
Berbagai alasan digunakan untuk mendukung pengakomodasian tanggung jawab sosial seperti yang diungkapkan oleh Belkaoui (2000 : 230) bahwa secara implisit diasumsikan bahwa organisasi seharusnya bertindak untuk memaksimalkan kesejahteraan sosial, jika terjadi kontrak antara organisasi dengan masyarakat. Dengan demikian, organisasi memperoleh sejenis legitimasi dari masyarakat. Berbagai hukum kemasyarakatan memberikan persetujuan agar kontrak menjadi lebih eksplisit. Sementara kontrak sosial diasumsikan implisit. Hukum ini berisi aturan main yang harus dipilih organisasi yang akan menjadi kontrak sosial. Melalui hukum – hukum yang implisit dan eksplisit ini, masyarakat mendefinisi aturan – aturan pertanggungjawaban bagi organisasi.
Di Indonesia pengakomodasian unsur tanggung jawab sosial belum dijalankan dengan baik dan wajar dalam proses penilaian dampak sosial maupun dalam pelaporan. Ini dibuktikan dengan begitu banyak timbul berbagai konflik dan masalah pada perusahaan seperti demonstrasi dan protes yang menyiratkan ketidakpuasan beberapa elemen stakeholders pada manajemen perusahaan. Fenomena tersebut memberikan pemahaman untuk memberikan guideline bahwa tanggung jawab perusahaan bukan lain sebagai entitas yang mementingkan diri sendiri sehingga alienasi atau eksklusifitas dari lingkungan masyarakat, melainkan sebuah entitas yang wajib melakukan adaptasi kultural dari lingkungan sosialnya.
(14)
Tanggung jawab sosial perusahaan bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi (menciptakan profit demi kelangsungan usaha) melainkan juga tanggung jawab terhadap sosial dan lingkungan. Dunia usaha tidak lagi diharadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line. Yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya. (Wibisono, 2007).
Majalah SWA, dalam satu riset (berlangsung Juni-November 2005) terhadap 45 Perusahaan tentang pelaksanaan CSR, menemukan fakta – fakta menarik. Dengan memfokuskan pada tiga komponen yakni sosial, ekonomi, dan lingkungan. Perusahaan – perusahaan tersebut memberi sejumlah jawaban untuk program, aspek sosial masih mendominasi aktivitas CSR perusahaan, 49,53%. Dalam aktivitas sosial itu sendiri, kesehatan, pendidikan, dan renovasi sekolah menempati tiga besar. Sementara itu, pembinaan UKM menempati peringkat pertama aktivitas ekonomi. Adapun dalam aktivitas lingkungan, pembinaan dan kampanye lingkungan hidup menjadi kegiatan yang paling banyak dilakukan perusahaan.
(15)
Tabel 1. Pelaksanaan CSR Perusahaan
Program yang Dijalankan Perusahaan Sosial Lingkungan Ekonomi 49,53% 25,70% 24,76%
Program Sosial yang Dijalankan Perusahaan Pelayanan dan kampanye kesehatan
Beasiswa pendidikan
Pembangunan dan renovasi sarana fisik sekolah Pembangunan dan renovasi sarana fisik non sekolah Sumbangan sosial untuk bencana alam
Sekolah binaan
Pendidikan dan pelayanan TI Lainnya 17.92% 12.26% 9.43% 8.49% 8.49% 4.72% 3.77% 34.90%
Program Ekonomi yang Dijalankan Perusahaan Pemberdayaan dan Pembinaan UKM dan pengusaha Kemitraan dalam penyediaan keb dan bhn baku prod Kredit pembiayaan & bantuan modal untuk peng usaha Pengembangan agrobisnis
Pemberdayaan dan pengembangan tenaga kerja lokal Lainnya 37.74% 24.53% 13.21% 7.55% 5.66% 11.32%
Program Lingkungan yang Dijalankan Perusahaan Pembinaan dan kampanye lingkungan hidup
Pengelolaan ligkungan fisik agar terlihat asri Pengelolaan limbah
Pembangunan sarana air bersih Penanaman pohon/penghijauan Pertanian anorganik Lainnya 18.18% 16.36% 10.91% 10.91% 9.09% 7.27% 27.27%
(16)
Di samping itu, beberapa peristiwa yang terjadi belakangan ini juga ikut menyadarkan akan arti penting penerapan CSR. Sebagai contoh yang masih sangat segar adalah kasus PT Freeport Indonesia di Papua, kasus TPST bojong di Bogor, kasus PT Newmont di teluk Buyat, atau bahkan yang lebih fenomenal yaitu kasus lumpur panas di ladang migas PT. Lapindo Brantas di Sidoarjo. Pada kasus – kasus tersebut mengakibatkan perusahaan mengeluarkan anggaran yang tidak kecil bahkan terhenti operasionalnya akibat adanya komplain masyarakat (www.sinarharapan.co.id).
CSR dapat dijalankan melalui tiga pilar yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan. Kegiatan yang dilakukan dalam berupa Community Development yang kemudian dikembangkan untuk mencapai citra yang baik di mata para stakeholders perusahaan. Adanya beberapa pihak yang masih memandang pelaksanaan CSR dalam konteks profitabilitas perusahaan merupakan tantangan tersendiri, karena seyogyanya perusahaan juga harus memperhatikan orang dan lingkungan sekitarnya. Di sini kemitraan antara perusahaan dengan pemerintah dan masyarakat sipil merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan CSR (Pambudi, 2006).
Perusahaan yang mengedepankan konsep community development lebih menekankan pembangunan sosial dan pembangunan kapasitas masyarakat sehingga dapat menggali potensi masyarakat lokal yang menjadi modal sosial perusahaan untuk maju dan berkembang. Selain dapat menciptakan peluang – peluang sosial ekonomi masyarakat, menyerap tenaga kerja dengan kualifikasi yang diinginkan.
(17)
Selain itu akan tumbuh trust (rasa percaya) dan sense of belonging (rasa memiliki) akan terbentuk dari masyarakat sehingga masyarakat merasakan adanya manfaat atas kehadiran perusahaan.
Deskripsi lingkungan tempat akuntansi beroperasi secara tidak langsung akan menunjukkan hubungan antara prinsip atau standart akuntansi dengan fenomena dunia nyata. Apabila lingkungan berubah, maka akuntansi harus mengikuti perubahan tersebut agar akuntansi tetap mempunyai peran serta bermanfaat bagi lingkungannya. Akuntansi berurusan dengan perusahaan, yang merupakan kelompok sosial; akuntansi berkaitan dengan transaksi dan peristiwa ekonomik lain yang memiliki konsekuensi sosial dan mempengaruhi hubungan sosial; akuntansi menghasilkan pengetahuan yang berguna dan bermakna bagi manusia yang terlibat dalam aktivitas yang memiliki implikasi sosial; akuntansi terutama bersifat mental. Atas dasar pedoman yang tersedia tersebut, akuntansi adalah sebuah sains sosial. (Belkaoui, 2000)
Akuntansi sebagai bagian tak terpisahkan dari perusahaan, berupaya mengakomodasi perubahan kecenderungan tersebut dengan melahirkan akuntansi sosioekonomi sebagai wujud kepentingan terhadap pertukaran perusahaan dengan lingkungan sosialnya. Menurut Belkaoui (1986:339) akuntansi sosioekonomi didefinisikan sebagai proses pengurutan, pengukuran, dan pengungkapan pengaruh yang kuat dari pertukaran antara suatu perusahaan dan lingkungan sosialnya. Akuntansi sosioekonomi adalah suatu ekspresi tanggungjawab sosial suatu perseroan. Pertukaran antara perusahaan dan masyarakat, pada dasarnya
(18)
terdiri dari penggunaan sumber – sumber sosial. Apabila aktifitas perusahaan menyebabkan habisnya sumber sosial, maka hasilnya adalah berupa biaya sosial, apabila aktifitas perusahaan menyebabkan bertambahnya sumber sosial, maka hasilnya adalah berupa faedah sosial.
Untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi yang tinggi, perusahaan perlu mengungkapkan kinerja CSR dalam “laporan CSR” atau “laporan keberlanjutan” (sustainability report). Melalui laporan ini akan terungkap apakah tingkat keterbukaan perusahaan sudah satu level dengan harapan masyarakat. (Darwin, 2006). Hal tersebut sesuai dengan asumsi bahwa terdapat kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat, maka sudah seharusnya perusahaan mengungkapkan kinerja sosialnya kepada pihak eksternal sebagai informasi dalam pengambilan keputusan, khususnya dalam hal prospek perusahaan.
Idealnya, perusahaan yang menggelar program CSR melakukan serangkaian proses sejak desain atau perencanaan program, implementasi program, monitoring program, evaluasi program hingga membuat pelaporan atau reporting (Wibisono,2007). Sehingga dapat dikatakan bahwa proses terakhir dari penerapan program CSR adalah reporting, dan dari seluruh proses yang terjadi merupakan langkah – langkah yang berkesinambungan.
Perseroan tidak dapat mengelak dari keterkaitanya dengan problematika sosial dan lingkungan yang terjadi. Pengakomodasian tanggung jawab sosial perusahaan PT. Pelabuhan Indonesia III yang bersifat imperatif, bertolak belakang dengan filosofi aktifitas sosial itu sendiri yang bersifat sukarela,
(19)
sehingga untuk mengkaji motif penerapan CSR, pengelolaan dana, evaluasi program sampai ke pelaporan merupakan persoalan yang menarik.
Wujud penerapan CSR di PT. Pelabuhan Indonesia III yang didasari regulasi pemerintah dituangkan dalam aktifitas Program Kemitraaan dan Bina Lingkungan. Unit PKBL sebagai pelaksana program CSR PT. Pelabuhan Indonesia III mempunyai kewenangan dalam pengelolaan dan pelaporan aktifitas sosial, sehingga PKBL mempunyai kedudukan yang mandiri dan berkewajiban untuk menyajikan laporan keuangan secara terpisah dengan laporan keuangan perusahaan serta bertanggung jawab atas aktifitas ekonomi dan pengendalian administrasinya.
Tahap – tahap yang dilakukan PKBL dalam melaksanakan aktifitas sosial merupakan proses yang linier dan berkesinambungan mulai perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan reporting. Berdasarkan fenomena di lapangan, terdapat kendala pada tahap evaluasi yang merupakan bentuk evaluasi terhadap keberhasilan PT. Pelabuhan Indonesia III dalam melakukan pembinaan mitra. Evaluasi (monitoring) yang dilakukan belum bisa mengakomodasi data perkembangan mitra binaan seperti data omset, tenaga kerja, dan aset. Hasil evaluasi yang dilakukan sangat diperlukan untuk tahapan pelaporan, diharapkan dari point pelaporan tersebut dapat diketahui efektif atau tidaknya program yang dijalankan mengingat jumlah mitra binaan yang selalu meningkat dari tahun ke tahun.
(20)
Tabel 2. Jumlah Mitra Binaan
Jumlah mitra binaan
Keterangan Tahun
2009
Tahun 2008
Tahun 2007 Jumlah Mitra Binaan Awal
Mitra Binaan Tahun Berjalan
5.790 642
5.138 652
4.639 499
Jumlah Mitra Binaan 6.432 5.790 5.138
Sumber : Laporan PKBL PT. Pelabuhan Indonesia III
Berbagai permasalahan yang muncul dalam penerapan CSR mengimplikasikan pada tahap penyusunan laporan (Reporting) sebagai salah satu unsur transparansi dalam penerapan CSR. dimana diharapkan dari laporan tersebut dapat menjadi evaluasi terhadap pengakomodasian unsur tanggung jawab sosial di PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero).
Agar kedepannya terjadi penyempurnaan secara berkesinambungan bagi penerapan CSR mengingat betapa pentingnya jika perusahaan menanamkan CSR menjadi satu dengan jiwa korporasi dengan selalu berkontribusi kepada lingkungan dan masyarakat, secara umum penelitian ini tertuju pada studi tentang penerapan dan pelaporan kegiatan CSR pada PT. Pelabuhan Indonesia III (persero).
Berdasar penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :
“Studi Tentang Penerapan Dan Pelaporan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada PT. Pelabuhan Indonesia III (persero)”.
(21)
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah antara lain sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT. Pelabuhan Indonesia III?
2. Bagaimana PT. Pelabuhan Indonesia III melaporkan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR)?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk menjelaskan penerapan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT. Pelabuhan Indonesia III
2. Untuk memberi gambaran mengenai pelaporan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT. Pelabuhan Indonesia III
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi PT Pelabuhan Indonesia III
Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajemen mengenai keefektifan penerapan CSR, manfaat dan kontribusi yang riil dirasakan oleh masyarakat sekitar pada khususnya dan stakeholder pada umumnya.
2. Bagi masyarakat
Untuk memberikan wawasan tentang penerapan Tanggung jawab sosial suatu perusahaan untuk kemudian dijadikan tolak ukur kinerja suatu perusahaan dalam rangka mewujudkan bisnis yang “ramah lingkungan”.
(22)
3. Bagi Peneliti dan Peneliti lain
Memberikan kontribusi untuk memperkaya wacana dan referensi seputar CSR. Dan diharapkan dapat menjadi sarana untuk mendulang inspirasi positif dan kreatif yang kemudian berdampak pada peningkatan implementasi CSR dalam ilmu pengetahuan.
(23)
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Review Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian tentang Corporate Social Responsibility (CSR) telah dilakukan juga oleh para peneliti terdahulu. Salah satunya yang dilakukan oleh Mirfazli dan Nurdiono (2007) sebagai berikut, pengakomodasian unsur tanggung jawab sosial belum dijalankan oleh perusahaan dengan baik dan wajar dalam proses penilaian dampak sosial maupun dalam pelaporan. Ini dibuktikan dengan begitu banyak timbul berbagai konflik dan masalah pada industrial seperti demonstrasi dan protes yang menyiratkan ketidakpuasan beberapa elemen stakeholders pada manajemen perusahaan. Oleh sebab itu penelitian ini menilai praktik tanggung jawab sosial perusahaan berdasarkan dampak sosial perusahaan yang bergantung pada karakteristik operasi perusahaan. Karakteristik operasi perusahaan yang menghasilkan dampak sosial yang tinggi akan menuntut pemenuhan tanggung jawab sosial yang lebih tinggi pula. Pelaksanaan tanggungjawab sosial akan disosialisasikan kepada publik melalui pengungkapan sosial dalam laporan tahunan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan jumlah penyajian pengungkapan informasi CSR antara perusahaan dalam
(24)
kelompok aneka industri dasar yang tergolong industri High-Profile dan Low Profile. Sehingga dapat diketahui apakah semakin besar perusahaan tersebut maka semakin besar pula tanggung jawab sosial dalam pelaksanaan dan pelaporannya.
Alat analisa yang digunakan berbentuk deskriptif kualitatif, yaitu metode yang mengambarkan dan menjelaskan karakteristik daya agar hasil penelitian dapat memberikan gambaran yang jelas. dan kuantitatif dengan metode content analysis. Berupa pengolahan data meliputi pengecekan dan perhitungan item – item pengungkapan sosial yang ada dalam laporan tahunan.
Dari hasil penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan dalam penyajian jumlah pengungkapan sosial seluruh tema antara perusahaan dalam kelompok high-profile dengan perusahaan dalam kelompok aneka industri low-profile. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya dampak sosial yang muncul pada sebagian perusahaan dalam dua kelompok di atas yang termasuk dalam tipe high-profile yang mendorong mereka untuk melakukan dan mengungkapkan pertanggungjawaban sosial perusahaan.
Penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Mardiyah dan Widyastuti (2007) memposisikan penelitian ini pada penjelasan tentang variable –variabel yang memperngaruhi menerapan CSR berdasarkan persepsi manajer perusahaan, kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan dilaporkan kepada stakeholders. Dan stakeholders perusahaan terdiri dari berbagai macam pihak. Ada pemegang saham, pemerintah, dan masyarakat umum. Pemerintah berkeinginan agar perusahaan mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sementara
(25)
masyarakat mengharapkan perusahaan mampu menjadi tempat pencari nafkah, selain itu perusahaan dituntut untuk memproduksi barang yang ramah lingkungan.
Sehingga penelitian ini akan merumuskan permasalahan apakah regulasi pemerintah, tekanan masyarakat, tekanan organisasi lingkungan, tekanan media massa, serta tekanan investor dan kreditor berpengaruh terhadap penerapan CSR.
Tujuan penelitian ini adalah utuk menguji secara empiris pengaruh antara elemen – elemen stakeholders dengan penerapan CSR dan untuk menguji pengaruh CSR terhadap akuntansi sosial. Yang diharapkan dapat berkontribusi memberikan dorongan terhadap suatu sikap tentang tanggung jawab sosial yang besar pada perusahaan yang berperan dalam menghadapi masalah – masalah lingkungan, juga pemerintah dan masyarakat sebagai alternative referensi untuk mengevaluasi kenerja perusahaan.
Penelitian ini bersifat menggunakan kuesioner atau wawancara. Subyek yang menjadi target penelitian adalah seluruh perusahaan manufaktur mempublik (go public) yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Sampel penelitian sebanyak 20 perusahaan. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pada regulasi pemerintah, tekanan media massa dan tekanan investor atau kreditor. Hal tersebut membuktikan bahwa penerapan CSR sangat dipengaruhi oleh elemen – elemen stakeholders tersebut. Dan elemen – elemen stakeholders yang lain, yaitu : tekanan masyarakat dan tekanan organisasi lingkungan kurang berpengaruh terhadap penerapan CSR, dan juga terdapat pengaruh tanggung jawab sosial perusahaan terhadap akuntansi sosial. Dengan demikian secara garis besar dapat
(26)
disimpulkan bahwa regulasi pemerintah, tekanan masyarakat, tekanan organisasi, tekanan media massa dan tekanan investor atau kreditor berpengaruh terhadap penerapan CSR.
Penelitian tentang CSR juga dilakukan oleh Sukarno dan Anggraini (2007) dalam konteks corporate image. Penelitian ini menyatakan bahwa kinerja sosial perusahaan merupakan hal yang cukup penting bagi corporate image. Terutama dalam jangka panjang perusahaan yang dapat memberikan kontribusi cukup berarti dalam pengembangan berkelanjutan bagi perusahaan. Dengan demikian kinerja sosial perusahaan dalam hal ini CSR dapat menjadi salah satu ukuran bagi citra atau reputasi perusahaan. Citra atau reputasi perusahaan sendiri merupakan salah satu asset yang sangat berharga. Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah PTPN X yang dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap salah satu kebutuhan pokok serta bertanggung jawab kepada kegiatan yang sifatnya tidak hanya mengutamakn aspek profitabilitas saja namun juga perlu dipikirkan dampak sosialnya. Aktifitas operasional pabrik gula tersebut sangat berdampak serius jika tidak ditangani dengan tepat seperti masalah pembungan limbah gula dan tetes.
Tujuan dari penelitian ini adalah menilai apakah kinerja sosial merupakan hal yang penting bagi Corporate Image sejalan dengan bagaimana perusahaan sadar dan kemudian tanggap terhadap isu sosial dan bagaimana perusahaan dalam aktifitas operasinya mempertimbangkan aspek CSR.
Teknik analisis yang digunakan adalah model persamaan struktural (Structural Equation Modeling). Paling tidak ada 2 (dua) alasan mengapa
(27)
menggunakan SEM, pertama terdapat variable latent/faktor, dan yang kedua bertujuan mengkonfirmasi model. Data yang dikumpulkan dari responden masih bersifat kualitatif. Untuk memperoleh gambaran yang memberikan profil Corporate Social Responsibility dan Corporate Reputation dilakukan pentabulasian yang selanjutnya diuji reliabilitas dan validitasnya.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa faktor Corporate Social Responsibility berpengaruh positif dan signifikan terhadap faktor stakeholders dan faktor Corporate Function, sedangkan faktor CSR berpengaruh tidak signifikan terhadap faktor manajemen, faktor stakeholders berpengaruh positif dan signifikan terhadap faktor Corporate reputation dan faktor Corporate Function berpengaruh signifikan dan negatif terhadap faktor Corporate Reputation. Dengan demikian dapat digaris bawahi dari penelitian ini bahwa dalam pengakomodasian unsur tanggung jawab sosial perusahaan stakeholders memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan Corporate Image.
Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Nursahid, Fajar (2006) sebagai berikut, penelitian ini mengambil obyek perusahaan BUMN besar di Indonesia. Praktik kedermawanan sosial BUMN yang bersifat imperatif tentu bertolak belakang dengan filosofi kedermawanan itu sendiri yang bersifat sukarela. Oleh sebab itu, sangat mungkin terdapat kompleksitas masalah baik dalam pengalangan, pengelolaan, maupun penyaluran dana / program sosial yang ditujukan ke masyarakat. Selain itu, motivasi berderma dan keberlanjutan praktik kedermawanan sosial tersebut juga menjadi persoalan tersendiri bagi BUMN.
(28)
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan diatas. Pertanyaan – pertanyaan pokok diajukan, meliputi : (1) bagaimana pola kedermawanan sosial BUMN dilakukan menyangkut penggalangan, pengelolaan, dan penyaluran dana bantuan atau program sosial yang ditujukan ke masyarakat; (2) motif yang melatarbelakangi praktek kedermawanan sosial tersebut; (3) visi kebijakan sosial perusahaan; (4) persepsi stakeholder (terutama masyarakat penerima bantuan); dan (5) kemungkinan untuk melakukan transformasi praktik kedermawanan atau alternatif model dari sifatnya yang imperatif (affirmative action) ke arah kesukarelaan (volunteerism) dan memperhatikan aspek keberlanjutan (sustainability).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan porposif sampel dengan mengambil sampel 3 dari 162 BUMN di Indonesia : PT. Krakatau Steel, PT. Pertamina dan PT. Telekomunikasi Indonesia. Mereka terpilih sebagai bagian besar BUMN yang menerapkan strategi industri dan filantropi yang besar dan sebagian perusahaan tersebut berada di kota yang berbeda cilegon, jakarta dan bandung. Sehingga memungkinkan adanya variasi dalam donasi yang terkait dengan permintaan dan kebutuhan dari masyarakat sekitar perusahaan. Data telah selesai dikumpulkan pada Maret – Juni 2005 meliputi eksplorasi dari dokumen, observasi dan wawancara.
Dalam prakteknya penyelenggaraan program – program sosial oleh PT. Krakatau Steel, PT. Pertamina dan PT. Telekomunikasi Indonesia menemui sejumlah kendala pokok terkait dengan ketentuan makro yang menjadi dasar pelaksanaan program sosial BUMN, Kepmen No. Kep-236/MBU/2003 dinilai
(29)
kurang fleksibel terutama menyangkut alokasi bidang bantuan. Pembatasan terhadap lima obyek bantuan (pendidikan, kesehatan, sarana umum, sarana ibadah dan bencana alam) seringkali tidak dapat mengakomodir kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Selain itu, skema bantuan Program Bina Lingkungan yang mengharuskan penyaluran bantuan secara langsung oleh BUMN yang bersangkutan juga tidak memungkinkan adanya institusi pendamping sebagaimana dikenal dalam konsep pengembangan masyarakat. Makanya jarang sekali program – program sosial BUMN dikerjasamakan dengan LSM atau organisasi masyarakat sipil lainnya sehingga terjadi penguatan kapasitas kelembagaan (capacity building) bagi lembaga pelaksana tersebut.
Secara umum dari penelitian yang dilakukan terhadap praktik kedermawanan sosial oleh ketiga BUMN dapat disampaikan sejumlah kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebagian besar derma atau bantuan sosial yang diberikan oleh ketiga perusahaan BUMN ke masyarakat masih bersifat karitas ketimbang filantropis
2. Kendati secara normatif penyelenggaraan program sosial ini didorong oleh kesadaran untuk bertanggngjawab secara sosial pada umumnya kepentingan untuk membentuk citra positif perusahaan melalui bantuan terasa lebih menonjol
3. Perusahaan belum memiliki cetak-biru (blueprint) terkait dengan penyelenggaraan derma sosial, salah satu penyebanya adalah karena sifat program yang imperatif berasal dari menteri BUMN
(30)
4. Pada umumnya stakeholder mempunyai persepsi positif terhadap perusahaan terkait dengan penyelenggaraan bantuan. Namun demikian ada sejumlah pandangan kritis, misalnya pemihakan secara jelas antara perusahaan dan kelompok marjinal, keberlanjutan pembinaan pasca bantuan, terutama menyangkut program peningkatan SDM masyarakat sekitar.
5. Dilihat dari bentuk kontribusi , motivasi, pengelolaan, dan pengorganisasian program, praktik derma yang dilakukan oleh perusahaan masih dikategorikan sebagai karitas dan ini sebenarnya merupakan bentuk yang paling tradisional dari penyelenggaraan derma
6. Belum ada satupun perusahaan yang menerapkan mekanisme voluntari dalam penyelenggaraan program. Meskipun gagasan mengenai voluntari ini dapat diterima, dipandang relevan, dan mungkin akan diterapkan dalam pengelolaan derma sosial BUMN kedepan
2.2. Latar Belakang Tanggung Jawab Sosial perusahaan (CSR)
Teknologi suatu sistem perekonomian meletakkan suatu struktur pada masyarakatnya yang tidak hanya menentukan akivitas ekonominya tetapi juga mempengaruhi hubungan sosialnya dan kesejahteraannya. Oleh karenanya suatu pengukuran yang terbatas pada konsekuensi ekonomi saja tidaklah memadai sebagai suatu penaksiran hubungan sebab – akibat sistem semesta pengukuran ini mengabaikan pengaruh sosial (Belkaoui:1986)
Setiap perusahaan selayaknya memahami bahwa setiap perusahaan yang hadir di tengah komunitas tertentu, akan menjadi bagian dari lingkungan sosial
(31)
tertentu tersebut. Dalam kondisi seperti itu, perusahaan tidak bisa cuek terhadap manusia – manusia di sekelilingnya. Itulah sebabnya, perusahan seharusnya menyadari dan tidak hanya cukup mengetahui bahwa lingkungan sosial harus dijaga, dengan cara mengusahakan kurangnya dampak atau imbas psikologis, ekonomi dan budaya terhadap orang – orang disekelilingnya. Perhatian terhadap manusia di sekeliling perusahaan harus semakin ditingkatkan kalau perusahaan menyandang nama sebagai industri dengan skala besar. Karena perusahaan mengusung teknologi tinggi dengan resiko yang tinggi pula. Sebelum perusahaan atau pabrik menimbulkan masalah fisik, kehadirannya sendiri telah menimbulkan situasi yang menyebabkan manusia di sekelilingnya menjadi terpencil, terlebih jika mereka tidak mampu memahami teknologi yang diterapkan dalam perusahaan. Untuk mengatasi kesenjangan sosial yang demikian, perusahaan menyelenggarakan kegiatan kontribusi bagi penduduk yang tinggal di sekitar (Soemanto,2007).
2.2.1. Alasan pentingnya Penerapan CSR
Setidaknya ada 3 alasan penting mengapa kalangan dunia usaha mesti merespon dan mengembangkan isu tanggung jawab sosial sejalan dengan operasi usahanya (Wibisono, 2007) :
1. Perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. Perusahaan mesti menyadari bahwa mereka beroperasi dalam suatu tatanan lingkungan masyarakat. Kegiatan sosial ini berfungsi sebagai kompensasi atau upaya
(32)
timbal balik atas penguasaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi oleh perusahaan yang kadang bersifat ekspansif dan eksploratif, di samping sebagai kompensasi sosial karena timbulnya ketidaknyamanan (Discomfort) pada masyarakat.
2. Kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosa mutualisme. Untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat, setidaknya Licence to operate, wajar bila perusahaan juga dituntut untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat, sehingga bisa tercipta harmonisasi hubungan bahkan pendongkrakan citra dan performa perusahaan. 3. Kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk meredam
atau bahkan menghindari konflik sosial. Potensi konflik itu bias berasal akibat dampak operasional perusahaan ataupun akibat kesenjanganstruktural dan ekonomis yang timbul antara masyarakat dengan komponen perusahaan.
Penyebab lain timbulnya tanggung jawab sosial perusahaan adalah dengan adanya kecenderungan beralihnya perhatian pada kesejahteraan individu kearah kesejahteraan sosial, yang bergerak dari kegiatan mencari keuntungan sebesar besarnya tanpa melihat efek sampingnya kearah mencari laba yang berwawasan lingkungan. Hal itu menimbulkan berbagai berbagai pemikiran tentang tanggung jawab sosial perusahaan menurut (Harahap, 2003) sebagai berikut :
(33)
1. Kecenderungan terhadap Kesejahteraan Sosial
Sejarah menunjukkan bahwa kelangsungan hidup manusia, kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya hanya dapat lahir dari sikap kerjasama antar unit – unit masyarakat itu sendiri. Negara tidak bisa hidup sendiri tanpa partisipasi rakyatnya, perusahaan juga tidak akan maju tanpa dukungan langganannya maupun lingkungan sosialnya. Kenyataan ini semakin disadari dan semakin dibutuhkan pertanggungjawabannya.
2. Kecenderungan terhadap kesadaran lingkungan
Dalam literatur, paradigma ini dikenal dengan the human exceptionalism paradigm menuju the new environtment paradigm paradigma yang pertama menganggap bahwa manusia adalah makhluk unik di bumi yang memiliki kebutuhan sendiri yang tidak dapat dibatasi oleh kebutuhan makhluk lain. Sebaliknya paradigma yang terakhir menganggap bahwa manusia adalah makhluk di antara bermacam – macam makhluk yang mendiami bumi, saling mempunyai keterikatan, sebab akibat dan dibatasi oleh sifat keterbatasan itu sendiri baik sosial, ekonomi atau politik.
3. Perspektif ekosistem
Orientasi yang terdahulu lebih diarahkan kepada pembangunan ekonomi, efisiensi, profit maximation sehingga, menimbulkan krisis ekosistem.
4. Ekonomisasi vs Sosialisasi
Ekonomisasi hanya mengarahkan kepuasan individual sebagai suatu unit yang selalu mempertimbangkan cost dan benefit tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat. Sebaliknya sosialisasi menekankan perhatiannya
(34)
terhadap kepentingan sosial dan selalu mempertimbangkan efek sosial yang ditimbulkan oleh kegiatannya.
Walaupun sosialisasi belum tampak nyata. Namun pengaruh pemerintah dan tekanan sosial cenderung menguntungkan kepedulian sosial. Akhirnya diperlukan suatu alat untuk mengukur sejauh mana pengaruh perusahaan terhadap masyarakat.
2.2.2. Latar Belakang Perkembangan CSR
CSR adalah konsep yang berliku – liku, pada awalnya filantropi atau kedermawanan dianggap sebagai sinonim tanggung jawab sosial perusahaan. Secara garis besar latar belakang perkembangan CSR dapat digambarkan sebagai berikut (Noke Kiroyan, 2006) :
1. Didorong akal sehat di kalangan yang beranggapan dukungan masyarakat mutlak bagi kelangsungan perusahaan (Risk Mitigation).
2. Pada mulanya kadangkala dianggap sebagai sinonim filantropi atau kedermawanan perusahaan
3. Di Indonesia banyak yang menganggapnya indentik dengan Community Development.
4. Di industry sumber daya alam tekanan masyarakat dan LSM mempercepat pemahaman perlunya CSR (cenderung defensive)
5. Merupakan konsep yang hidup serta berkembang dan sedang terus mengalami evolusi
(35)
6. Pandangan mainstream saat ini mengaitkan dengan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan Triple Bottom Line.
Secara philosophy, konsep CSR dapat dikategorikan dalam tiga paradigma (Hartanti:2006) :
1. Pristine Capitalist.
Pandangan yang merupakan perwakilan system ekonomi liberal dan kapitalis, dengan Milton friedman sebagai tokohnya. Menurut pandangan ini, satu satunya tanggung jawab sosial bagi sebuah bisnis adalah menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham, untuk tumbuh, berkembang dan melaksanakan efisiensi ekonomi dengan penggunaan sumberdaya sedemikian rupa selama tetap menaati peraturan, yaitu tidak berlaku curang dalam sebuah system kompetisi bebas dan terbuka. Sehingga semua konotasi tanggung jawab sosial diluar definisi diatas dianggap sebagai penyalahgunaan dana pemegang saham.
2. Enlightened Self-Interest
Menurut pandangan ini stabilitas dan kemakmuran ekonomi jangka panjang hanya akan dapat dicapai jika perusahaan juga memasukkan unsur tanggung jawab sosial kepada masyarakat paling tidak dalam tingkat yang minimal. 3. Social Contract
Berpendapat bahwa sebuah perusahaan dapat berusaha dalam perekonomian karena adanya kontrak sosial (Social Contract) dengan masyarakat dan oleh karenanya bertanggung jawab atau terikat dengan keinginan masyarakat tersebut, sehingga perusahaan bertindak sebagai agen moral (moral agent).
(36)
Dan konsekuensinya perusahaan harus memaksimumkan manfaat/keuntungan sosial bagi masyarakat.
2.3. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)
Perubahan sosial ekonomi masyarakat dan kompetisi bisnis saat ini menuntut adanya inovasi pengelolaan perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Perusahaan tidak lagi cukup hanya berorientasi pada keuntungan (single bottom line) semata, melainkan juga pada kontribusinya terhadap pembangunan masyarakat. Aktivitas perusahaan untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan masyarakat inilah yang sekarang dikenal sebagai tanggung jawab sosial perusahaan atau sering disebut Corporate Social Responsibility (CSR) (Soemanto:2007)
Ada beberapa definisi yang mengambarkan bentuk Tanggung jawab sosial perusahaan diantaranya :
Untung (2007) mendefinisikan Corporate Social Responsibility sebagai komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitik beratkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan.
World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) in Fox yaitu asosiasi global yang terdiri dari sekitar 200 perusahaan yang secara khusus bergerak dibidang pembangunan berkelanjutan, mendefinisikan CSR sebagai
(37)
suatu komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut masyarakat setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.
CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan (Nuryana, 2005).
2.3.1. Argumentasi Mengenai CSR
CSR adalah sebuah konsep yang berkembang dengan cepat, sehingga definisinya pun juga bisa berubah – ubah menyesuaikan dengan perkembangannya. Namun demikian, kendatipun tidak memiliki definisi tunggal, konsep ini menawarkan sebuah kesamaan, yaitu keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis dan perhatian terhadap aspek sosial serta lingkungan.
Beberapa argumentasi yang telah dikemukakan oleh William B, Wether Jr dan David Chandler (Kiroyan:2006) :
1. Argumentasi moral
CSR mewakili keterkaitan antara sebuah perusahaan dengan prinsip – prinsip yang diharapkan masyarakat luas dimana perusahaan yang bersangkutan melakukan kegiatannya. Diasumsikan bisnis mengakui bahwa keberadaannya mencari laba tidak di tengah suatu ruang hampa dan keberhasilannya
(38)
ditentukan oleh kegiatan – keiatan yang selaras dengan nilai – nilai yang hidup di masyarakat maupun oleh faktor – faktor intern.
2. Argumentasi rasional
CSR merupakan argumentasi rasional bagi bisnis yang berupaya memaksimalkan kinerjanya dengan meminimalkan pembatasan terhadap operasinya. Dalam dunia yang makin mengglobal dimana perorangan maupun organisasi aktivis merasa diberdayakan untuk menggerakkan perubahan. CSR merupakan suatu cara untuk mengantisipasi dan mengejawantahkan kehendak masyarakat untuk mengenakan pembatasan operasional dan keuangan terhadap bisnis.
3. Argumentasi ekonomis
CSR merupakan argumentasi tentang kepentingan diri sendiri bisnis. CSR memberikan nilai tambah karena mencerminkan kebutuhan dan keprihatinan berbagai kelompok pemangku kepentingan. Dengan melaksanakan CSR, suatu perusahaan akan lebih besar kemungkinannya memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka panjang. Secara sederhana, CSR merupakan jalan untuk menyelaraskan operasi perusahan dengan norma – norma yang berkembang di masyarakat di saat parameter – parameter ini dapat mengalami perubahan sangat cepat.
Pandangan tentang seberapa jauh tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan dari waktu ke waktu terus meningkat seiring dengan perkembangan jaman. Pandangan mengenai tanggung jawab sosial menurut (Harahap, 2003) adalah sebagai berikut :
(39)
1. Pandangan klasik
Pandangan ini menjelaskan bahwa tujuan perusahaan semata – mata adalah memenuhi permintaan pasar modal. Kriteria keberhasilan perusahaan diukur oleh daya guna dan pertumbuhan. Menurut pandangan ini perusahaan tidak perlu memikirkan efek sosial yang ditimbulkan perusahaan dan upaya untuk memperbaiki penyakit sosial tersebut.
2. Pandangan Manajerial
Pandangan ini menganggap perusahaan sebagai lembaga permanen yang hidup dan mempunyai tujuan tersendiri. Dengan demikian manajer sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup perusahaan terpaksa memilih kebijakan yang harus mempertimbangkan tanggung jawab sosial perusahaan mengingat ketergantungannya dengan pihak lain yang juga mempunyai andil dalam pencapaian tujuan perusahaan yang tidak hanya memikirkan setoran pada pemilik modal.
3. Pandangan sosial
Pandangan ini menekankan bahwa perusahaan menyadari kekuasaan ekonomi dan politik yang dimilikinya mempunyai hubungan dengan kepentingan (bersumber) dari lingkungan sosial dan bukan semata dari pasar sesuai dengan teori model klasik. Konsekuensinya perusahaan harus berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan penyakit sosial yang berada di lingkungannya seperti sistem pendidikan yang tidak bermutu, pengangguran, polusi, perumahan kumuh, transportasi yang tidak teratur, keamanan dan lain – lain.
(40)
2.4. Dasar Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR)
Untuk mempertahankan legitimasinya perusahaan harus berusaha menyelaraskan nilai – nilai, tujuan, serta strateginya dengan nilai – nilai dan norma yang berlaku di masyarakat tempat perusahaan berada dengan selalu berusaha selaras dengan masyarakat sekitar, maka masyarakat pun akan menganggap perusaaan sebagai bagian dari mereka sehingga legitimasi perusahaan menjadi semakin kuat.
2.4.1. Prinsip Penerapan CSR
Dalam sejumlah institusi Internasional telah merilis prinsip – prinsip dasar yang dapat digunakan sebagai dasar penerapan CSR. Diantaranya adalah prinsip – prinsip dasar yang diajukan oleh Prof. Alyson Warhurst (1998) dari university of Bath Inggris yang dikutip dari (Wibisono, 2007) :
1. Prioritas korporat
Mengakui tanggung jawab sosial sebagai prioritas tertinggi korporat dan penentu utama pembangunan berkelanjutan. Dengan begitu korporat bisa membuat kebijakan, program dan praktek dalam menjalankan operasi bisnisnya dengan cara yang bertanggung jawab secara sosial.
2. Manajemen terpadu
Mengintegrasikan kebijakan, program dan praktek ke dalam setiap kegiatan bisnis sebagai satu unsur manajemen dalam semua fungsi manajemen.
(41)
3. Proses perbaikan
Secara berkesinambungan memperbaiki kabijakan, program dan kinerja sosial korporat, berdasar temuan riset mutakhir dan memahami kebutuhan sosial serta menerapkan kriteria sosial tersebut secara internasional.
4. Pendidikan karyawan
Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta memotivasi karyawan. 5. Pengkajian
Melakukan kajian dampak sosial sebelum memulai kegiatan atau proyek baru dan sebelum menutup satu fasilitas atau meninggalkan lokasi pabrik.
6. Produk dan jasa
Mengembangkan produk dan jasa yang tak berdampak negatif. 7. Informasi Publik
Memberi informasi dan (Bila perlu) mendidik pelanggan, distributor dan public tentang penggunaan yang aman, transportasi, penyimpanan dan pembuangan produk, dan begitu pula dengan jasa.
8. Fasilitas dan operasi
Mengembangkan, merancang dan mengoperasikan fasilitas serta menjalankan kegiatan yang mempertimbangkan temuan kajian dampak sosial
9. Penelitian
Melakukan atau mendukung penelitian dampak sosial bahan baku, produk, proses, emisi dan limbah yang terkait dengan kegiatan usaha dan penelitian yang menjadi sarana untuk mengurangi dampak negatif.
(42)
10. Kontraktor dan pemasok
Mendorong penggunaan prinsip – prinsip tanggung jawab sosial korporat yang dijalankan kalangan kontraktor dan pemasok, di samping itu bila diperlukan mensyaratkan perbaikan dalam praktik bisnis yang dilakukan kontraktor dan pemasok.
11. Siaga menghadapi darurat.
Menyusun dan merumuskan rencana menghadapi keadaan darurat. Dan bila terjadi keadaan berbahaya bekerja sama dengan layanan gawat darurat, instansi berwenang dan komunitas lokal. Sekaligus mengenali potensi berbahaya yang muncul.
12. Transfer bast practice.
Berkontribusi pada pengembangan dan transfer praktik bisnis yang bertangungjawab secara sosial pada semua industri dan sektor publik.
13. Memberi sumbangan.
Sumbangan untuk usaha bersama, pengembangan kebijakan publik dan bisnis, lembaga pemerintah serta lembaga pendidikan yang akan meningkatkan kesadaran tentang tanggung jawab sosial.
14. Keterbukaan.
Munumbuhkembangkan keterbukaan dan dialog dengan pekerja dan publik, mengantisipasi dan memberi respons terhadap potencial hazard, dan dampak operasi, produk, limbah atau jasa.
(43)
15. Pancapaian dan pelaporan.
Mengevaluasi kinerja sosial, melaksanakan audit sosial secara berkala dan mengkaji pecapaian berdasarkan kriteria korporat dan peraturan perundang – undangan dan menyampaikan informasi tersebut pada dewan direksi, pemegang saham, pekerja dan publik.
Seperti yang dikutip oleh Soemanto (2007) bahwa Hess dan Siciliano memberikan penjelasan mengenai Corporate Social Responsibility (CSR) dengan melalui dua pendekatan :
1. Pendekatan The Classical Economy Approach melihat bahwa CSR dilakukan dengan mematuhi peraturan dan kode etik yang berlaku dalam masyarakat, yaitu tidak menyebabkan kerugian konsumen, pekerja, atau lingkungan sekitar, dengan tetap mengupayakan keuntungan perusahaan.
Dukungan terhadap program sosial dilakukan seminimal mungkin sejauh kegiatan tersebut menguntungkan perusahaan. Dengan kata lain, hal pertama dan paling utama dari program CSR adalah menumbuhkan keuntungan bagi pemilik perusahaan.
2. Pendekatan Activist Approach melihat perusahaan memiliki tanggung jawab tidak hanya kepada semua pihak yang memiliki kepentingan atas perusahaan. Perusahaan sebagai bagian dari masyarakat memiliki kewajiban merespon semua elemen masyarakat, sejalan dengan usaha perusahaan dalam mencari keuntungan.
(44)
2.4.2. Konsep Triple Bottom Line
Pendekatan di atas merupakan bentuk yang mensyaratkan bahwa perusahaan tidak hanya dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan yang hanya direfleksikan dalam kondisi keuangan saja, tetapi juga harus berpijak pada tiga prinsip yang dikenal sebagai Trilple Botom Line yang merupakan kepedulian perusahaan yaitu profit, people, dan planet.
Gambar 1 : Konsep Triple Bottom Line
Sumber : Suharto,2007 1. Profit (keuntungan)
Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap kegiatan usaha. Tak heran bila fokus utama dari setiap kegiatan dalam perusahaan adalah mengejar profit atau mendongkrak harga saham setinggi – tingginya, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Inilah bentuk tanggung jawab sosial ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang saham.
People (Sosial)
(45)
2. People (Masyarakat Pemengku Kepentingan)
Menyadari bahwa masyarakat merupakan stakeholder penting bagi perusahaan, karena dukungan mereka, terutama masyarakat sekitar, sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup, dan perkembangan perusahaan, maka sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat lingkungan, perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar – besarnya kepada mereka.
Selain itu juga perlu disadari bahwa operasi perusahaan berpotensi memberikan dampak kepada masyarakat. Karenanya pula perusahaan perlu untuk melakukan berbagai kegiatan yang menyentuh kebutuhan masyarakat, intinya, jika ingin eksis dan akseptabel, perusahaan harus menyertakan pula tanggung jawab sosial.
3. Planet (Lingkungan)
Unsur ketiga yang mesti diperhatikan juga adalah panet atau lingkungan. Jika perusahaan ingin eksis dan akseptabel maka harus disertakan pula tanggung jawab kepada lingkungan. Lingkungan adalah sesuatu yang terkait sengan seluruh bidang kehidupan kita.
Semua kegiatan yang kita lakukan mulai kita bangun tidur di pagi hari hingga kita terlelap di malam hari berhubungan dengan lingkungan.
Air yang kita minum, udara yang kita hirup, seluruh peralatan yang kita gunakan, semuanya berasal dari lingkungan. Lingkungan dapat menjadi teman atau musuh kita, tergantung bagaimana memperlakukan.
(46)
2.5. Ruang Lingkup Tanggung jawab Sosial Perusahaan.
Meskipun isu utamanya akan berbeda baik antara sektor jasa maupun antar perusahaan, namun secara umum isu CSR mencakup 5 (lima) komponen pokok. (Darwin, 2006) :
1. Hak Azasi Manusia (HAM)
Bagaimana perusahaan menyingkapi masalah HAM dan strategi serta kebijakan apa yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghindari terjadinya pelanggaran HAM di perusahaan yang bersangkutan.
2. Tenaga Kerja (Buruh)
Bagaimana kondisi tenaga kerja di supply chain atau di pabrik milik sendiri mulai dari soal system panggajian, kesejahteraan hari tua dan keselamatan kerja, peningkatan keterampilan dan profesionalisme karyawan, sampai pada soal penggunaan tenaga kerja di bawah umur.
3. Lingkungan hidup
Bagaimana strategi dan kebijakan yang berhubungan dangan masalah lingkungan hidup. Bagaimana perusahaan mengatasi dampak lingkungan atas produk atau jasa mulai dari pengadaan bahan baku sampai pada masalah buangan limbah, serta dampak lingkungan yang diakibatkan oleh proses produksi dan distribusi produk.
4. Sosial – masyarakat
Bagaimana strategi dan kebijakan dalam bidang sosial dan pengembangan masyarakat setempat (Community development), serta dampak operasi perusahaan terhadap kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat.
(47)
5. Dampak produk dan jasa terhadap pelanggan.
Apa saja yang dilakukan oleh perusahaan untuk memastikan bahwa produk dan jasa bebas dari dampak negatif seperti; mengganggu kesehatan, mengancam keamanan. Dan produk terlarang.
2.6. Bentuk Penerapan Tanggung Jawab Sosial 2.6.1. Klasifikasi Bentuk Penerapan CSR
Corporate Social Responsibility (CSR) yang kini marak diimplementasikan banyak perusahaan, mengalami evolusi dan metamorphosis dalam rentang waktu yang cukup panjang. Merupakan hal yang patut disayangkan bila perusahaan hanya sekedar mengikuti tren tanpa memahami esensi dan manfaat dari CSR.
Karena bila hal itu terjadi, maka konsep dan sistem yang bagus itu tidak akan well implemented. Sehingga bentuk penerapan CSR perlu dikaji ulang untuk mendapatkan bentuk utuh dari CSR dan mendapatkan manfaat yang berkelanjutan. Sebagai bentuk perusahaan dalam mengakomodasi unsur tanggung jawab sosial (CSR) dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kategori (Wibisono, 2007) :
1. Sekedar basa – basi dan keterpaksaan artinya, CSR dipraktekkan lebih karena faktor eksternal (eksternal driven). Tanggung jawab PT Lapindo Brantas kepada korban lumpur panas merupakan contoh konkret adanya indikasi ini. Jadi bersifat social driven, disamping juga environtmental driven. Pemenuhan tanggung jawab lebih karena keterpaksaan akibat tuntutan ketimbang
(48)
kesukarelaan. Berikutnya karena reputation driven, motivasi pelaksanaan CSR adalah ntuk mendongkrak citra perusahaan.
2. Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance). CSR diimplementasikan karena memang ada regulasi, hokum, dan aturan yang memaksanya. Yaitu market driven kesadaran tentang pentingnya penerapan CSR ini menjadi tren seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produk – produk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah – kaidah sosial.
Selain itu driven lain yaitu adanya penghargaan – penghargaan (reward) yang diberikan oleh segenap institusi atau lembaga.
3. Bukan lagi sekedar compliance tapi beyond compliance. CSR diimplementasikan karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam (internal driven). Perusahaan telah menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Dasar pemikirannya, mengantungkan semata – mata pada kesehatan finansial saja, tidak akan menjamin perusahaan bisa tumbuh secara berkelanjutan.
(49)
2.6.2. Tahap Penerapan CSR
Umumnya perusahaan – perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan CSR menggunakan pertahapan sebagai berikut (Wibisono,2007) : 1. Tahap perencanaan
Perencanaan terdiri atas tiga langkah utama yaitu :
- Awareness Building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen.
Upaya ini dapat dilakukan.
- CSR Assesment merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidetifikasi aspek – aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah – langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif.
- CSR Manual. Hasil assessment merupakan dasar untuk penyusunan manual atau pedoman implementasi CSR. Upaya yang mesti dilakukan antara lain melalui benchmarking. menggali dari referensi atau bagi perusahaan yang menginginkan langkah instant, penyusunan manual ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan.
2. Tahap Implementasi
Perencanaan sebaik apapun tidak akan berarti dan tidak akan berdampak apapun bila tidak diimplementasikan dengan baik. Dalam memulai implementasi pada dasarnya ada tiga pertanyaan yang mesti dijawab.
(50)
Siapa orang yang akan menjalankan, apa yang mesti dilakukan, serta bagaimana cara melakukan sekaligus alat apa yang diperlukan. Dalam istilah manajemen popular
- Pengorganisasian (organizing) sumber daya yang diperlukan
- Penyusunan (staffing) untuk menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas atau pekerjaan yang harus dilakukan.
- Pengarahan (directing) yang terkait dengan bagaimana cara melakukan tindakan.
- Pengawasan dan koreksi (controlling) terhadap pelaksanaan. - Pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana.
- Penilaian (evaluating) untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan.
Tahap implementasi ini terdiri dari tiga langkah utama yakni, sosialisasi, pelaksanaan, dan internalisasi. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada dasarnya harus sesuai dengan pedoman yang ada. Sedang internalisasi mencakup upaya untuk memperkenalkan CSR didalam seluruh proses bisnis perusahaan.
3. Tahap evaluasi
Setelah program CSR diimplementasikan, langkah berikutnya adalah evaluasi program. Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektifitas penerapan CSR. Evaluasi bukan tindakan untuk mencari – cari kesalahan atau mencari kambing hitam. Evaluasi justru dilakukan untuk pengambilan keputusan.
(51)
Evaluasi juga bisa dilakukan dengan meminta pihak independen untuk melakukan audit implementasi atas praktik CSR yang telah dilakukan.
4. Pelaporan
Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Jadi selain berfungsi untuk keperluan stakeholder lainnya yang memerlukan.
2.7. Perkembangan dan Model Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia
Sebagai salah satu pendekatan sukarela yang berada pada tingkat beyond compliance, penerapan CSR saat ini berkembang pesat termasuk di Indonesia. Sebagai respon dunia usaha yang melihat aspek lingkungan dan sosial sebagai peluang untuk meningkatkan daya saing serta sebagai bagian dari pengelolaan resiko, menuju sustainability (berkelanjutan) dari kegiatan usahanya. Penerapan kegiatan dengan definisi CSR di Indonesia baru mulai pada awal tahun 2000, walaupun kegiatan dengan esensi dasar yang sama telah berjalan sejak tahun 1970-an, dengan tingkat yang bervariasi, mulai dari yang paling sederhana seperti donasi sampai kepada yang komprehensif seperti integrasi ke dalam tata cara perusahaan mengoperasikan usahanya.
(52)
2.7.1. Penilaian PROPER
Perilaku para pangusaha pun beragam dari kelompok yang sama sekali tidak melaksanakan sampai ke kelompok yang telah menjadikan CSR sebagai nilai inti (core value) dalam menjalankan usaha. Terkait dengan praktik CSR, pengusaha dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok (Untung, 2007):
1. Kelompok Hitam
Adalah mereka yang tidak melakukan praktek CSR sama sekali. Mereka adalah pengusaha yang menjalankan bisnis semata – mata untuk kepentingan sendiri. Kelompok ini sama sekali tidak peduli pada aspek lingkungan dan sosial sekelilingnya dalam menjalankan usaha, bahkan tidak memperhatikan kesejahteraan karyawannya.
2. Kelompok merah
Adalah meraka yang mulai melaksanakan praktik CSR, tetapi memandangnya hanya sebagai komponen biaya yang akan mengurangi keuntungannya. Aspek lingkungan dan sosial mulai dipertimbangkan, tetapi dengan keterpaksaan yang biasanya dilakukan setelah mendapat tekanan dari pihak lain.
3. Kelompok Biru
Perusahaan yang menilai praktik CSR akan memberi dampak positif terhadap usahanya karena merupakan investasi, bukan biaya.
4. Kelompok Hijau
Perusahaan yang sudah menempatkan CSR pada strategi inti dan jantung bisnisnya, CSR tidak hanya dianggap sebagai keharusan, tetapi kebutuhan yang merupakan modal sosial.
(53)
2.8. Pengungkapan (Reporting) CSR
Sebagai tahap akhir dari penerapan CSR adalah pengungkapan (Reporting) yang akan mengungkap sejaun mana pelaksanaan CSR dan merupakan pertanggungjawaban terhadap stakeholders secara luas. Pada dasarnya perusahaan yang sukses dalam menjalankan CSR memiliki tiga nilai dasar (Core Values) yang ditanam secara mengakar dalam perusahaan, yaitu (Darwin Ali, 2006)
1. Ketangguhan Ekonomi 2. Tanggung jawab lingkungan 3. Akuntanbilitas sosial
Jika kinerja keuangan suatu perusahaan tercermin dalam laporan keuangan, maka kinerja CSR akan dapat disimak melalui sebuah laporan yang disebut “Laporan Keberlanjutan” (Sustainability Report). Dalam prakteknya, ada yang menggunakan nama lain untuk mengungkapkan kinerja CSR. Laporan CSR atau laporan keberlanjutan pada hakekatnya memuat tiga aspek pokok yaitu; ekonomi, lingkungan, dan sosial.
2.8.1 Definisi Pengungkapan Kinerja CSR
Secara umum pengungkapan kinerja CSR merupakan produk dari Social Responsibiliy Accounting sehingga menurut Belkaoui (2000:229) akuntansi sosial dapat didefinisi dengan tepat sebagai “Proses seleksi variable – variable kinerja sosial tingkat perusahaan, ukuran dan prosedur pengukuran yang secara sistematis mengembangkan informasi yang bermanfaat untuk mengevaluasi
(54)
kinerja sosial perusahaan, dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada kelompok sosial yang tertarik, baik di dalam maupun di luar perusahaan”.
Menurut Belkaoui (2000:230) tentang siapa yang menekankan untuk membuat laporan sosial perusahaan adalah :
1. Mengasumsikan bahwa tujuan CSR adalah untuk meningkatkan citra perusahaan dan memegang asumsi, biasanya secara implisit, bahwa perilaku perusahaan baik secara asasi
2. Mengasumsikan bahwa tujuan CSR adalah untuk menghentikan pertanggungjawaban organisasi dengan asumsi bahwa kontrak sosial terjadi antara organisasi dengan masyarakat. Keberasaan kontrak sosial ini membutuhkan berhentinya pertanggungjawaban sosial.
3. Tampaknya mengasumsikan bahwa CSR secara efektif memperluas pelaporan keuangan tradisional dan tujuanya adalah untuk memberi informasi bagi investor.
2.8.2. Alasan Pengukuran dan Pelaporan Kinerja CSR
Berbagai alasan yang digunakan untuk pengukuran dan pengungkapan kinerja Corporate Social Responsibility (CSR) melahirkan berbagai argumen sebagai berikut (Belkaoui,2000 ):
1. Argumen pertama adalah yang terkait dengan kontrak sosial secara implisit diasumsikan bahwa organisasi seharusnya bertindak untuk memaksimalkan kesejahteraan sosial, jika terjadi kontrak antara organisasi dengan masyarakat. Dengan demikian, organisasi memperoleh sejenis legitimasi dari masyarakat
(55)
berbagai hukum kemasyarakatan memberikan persetujuan agar kontrak menjadi lebih eksplisit. Sementara kontrak sosial diasumsikan implicit. Hukum ini berisi aturan main yang harus dipilih organisasi yang akan menjadi kontrak sosial.
2. Teori keadilan Rawis, yang disajikan dalam bukunya A Theory of Justice berisi prinsip – prinsip untuk mngevaluasi hukum dan kebiasaan dari sudut pandang moral, dan menjelaskan konsep kejujuran yang bermanfaat bagi akuntansi sosial.
3. Argumen ketiga adalah kebutuhan pengguna. Pada dasarnya, pengguna laporan keuangan membutuhkan informasi sosial untuk membuat keputusan alokasi dananya. Argumen yang dibuat oleh beberapa orang menyatakan bahwa pemegang saham itu konservatif dan hanya peduli terhadap deviden. Kenyataanya, sesuai dengan survey yang dilakukan pada pemegang saham, mereka menginginkan perusahaan menggunakan sumber dayanya agar lingkungan bersih, menghentikan polusi lingkungan, dan membuat produk yang aman. Berikut ini agar mengelola pengeluaran dengan memperhatikan keadaan sosial :
Mengintegerasikan masalah kesadaran sosial perusahaan, etika dan lingkungan pada pembuat keputusan perusahaan, dan meyakinkan bahwa kesadaran tersebut telah dimiliki oleh dewan direksi.
Mengembangkan metode untuk mengevaluasi dan melaporkan dampak sosial dan lingkungan akibat aktivitas perusahaan
(56)
Memodifikasi struktur perusahaan untuk membuat mekanisme yang sesuai untuk menghadapai krisis sosial, lingkungan dan etika.
Sehingga perusahaan menjadi organisasi yang siap krisis, bukan organisasi yang Crisis-prone. Prusahaan yang tidak menyiapkan diri untuk keadaan, kritis tidak mudah untuk bertahan.
Membuat insentif bagi prilaku yang sesuai dengan etika. Lingkungan dan sosial dan mengintegrasikan insentif tersebut menjadi bagian dari sistem penilaian kinerja dan budaya organisasi dan tidak mempunyai pengaruh, maka perubahan permanen tidak pernah terjadi.
Mengakui jika lingkunganya bersih, maka perusahaan tersebut dapat menjadi pemimpin dalam mengurangi polusi dan bijaksana dalam mengunakan sumberdaya alam
4. Argumen keempat adalah Investasi Sosial. Pada dasarnya, diasumsikan bahwa saat ini kelompok investor yang etis tergantung pada informasi yang disediakan laporan tahunan untuk membuat keputusan investasi.
Sehingga pengungkapan informasi sosial menjadi penting jika investor mempertimbangkan dampak negatif dengan tepat pengeluaran kesadaran sosial pada laba per lembar saham, sepanjang kompensasi dampak positifnya dapat mengurangi resiko atau timbulnya ketertarikan yang lebih besar dari kelompok investor.
(57)
2.8.3. Pro Kontra Mengenai Pelaporan Kinerja CSR
Dalam pelaksanaan tahap akhir dari pelaksanaan CSR yang berupa Reporting terdapat pro dan kontra tentang pelaksanaanya. Di samping ada yang mendukung penerapan pelaporan akuntansi sosial yang memuat informasi tentang dampak positif dan negatif perusahaan, ada juga yang mengkritik. Adapun kritikannya adalah sebagai berikut (Harahap,2007) :
1. Informasi pertanggungjawaban sosial itu hanya menambah biaya saja dan tidak dibutuhkan oleh pemegang saham atau investor lainnya.
2. Ukuran dampak sosial perusahaan dalam satuan moneter secara teknis tidak dapat dilakukan karena sangat kompleks dan merupakan estimasi saja.
3. Faktor – faktor di luar perusahaan bukan merupakan tanggung jawab perusahaan dan tidak dapat mengendalikannya.
4. Faktor – faktor di luar perusahaan bukan merupakan tanggung jawab perusahaan dan ia tidak mengendalikannya.
5. Belum ada kesepakatan umum tentang konsep, tujuan, pengukuran, maupun pelaporannya.
6. Informasi tentang akuntansi sosial akan dapat mengalihkan perhatian pada indikator bisnis intinya sehingga dapat menyulitkan para pengambil keputusan.
(58)
Untuk melaporkan aspek kinerja CSR yang diakibatkan perusahaan ada beberapa tekhnik pelaporan CSR yaitu sebagai berikut (Diller,1970) dalam (Harahap,2007) :
1. Pengungkapan dalam surat kepada pemegang saham baik dalam laporan tahunan atau bentuk laporan lainnya.
2. Pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan.
3. Dibuat dalam perkiraan tambahan misalnya melalui perkiraan (akun) penyisihan kerusakan lokasi, biaya pemeliharaan lingkungan, dan sebagainya.
2. 9. Kerangka Konseptual
Atas dasar Peraturan Menteri Negara BUMN No. 5 tahun 2007 tentang Perusahaan BUMN yang wajib melaksanakan tanggung jawab sosial melalui Program Pemerintah; Surat Edaran Menteri BUMN No. 4 tahun 2007 tentang penerapan pedoman akuntansi program kemitraan dan bina lingkungan; Surat Keputusan Direksi No. 23 tahun 2005 tentang pedoman pengelolaan program kemitraan dan bina lingkungan; Surat Keputusan Direktur No. 22 tahun 2005 tentang pedoman akuntansi keuangan program kemitraan dan bina lingkungan, maka PT. Pelabuhan Indonesia III selaku salah satu perusahaan BUMN yang akan diteliti juga wajib mematuhi dan melaksanakannya. Ada tiga komponen penting yang mendukung peneliti melakukan penelitian, yaitu Penerapan Program Pemerintah, Pelaksanaan Program Pemerintah dan Perkembangan Program Pemerintah pada PT. Pelabuhan Indonesia III. Dimana tiga komponen
(59)
tersebut berhubungan dengan Unit PKBL selaku pelaksana di dalamnya dan berkaitan erat dengan Unit Usaha Kecil (UKM) yang dibina atau yang akan dibina oleh PT. Pelabuhan Indonesia III serta lingkungan sekitar wilayahnya. Antara Unit PKBL dan UKM serta lingkungan sekitar terjadi hubungan timbal balik, dimana Unit PKBL sebagai pihak pelaksana dan UKM serta Lingkungan sekitar sebagai pihak yang menerima.
Berdasarkan penjelasan singkat di atas, peneliti mencoba membuat sebuah kerangka konseptual untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian, yaitu: Peraturan Menteri BUMN PER-05/MBU/2007 Surat Edaran Menteri BUMN SE-04/MBU.S/2007 Surat Keputusan Direksi Kep.22/KU.04/P.II I-2005 Surat Keputusan Direksi Kep.23/KU.04/P.II I-2005
Unit PKBL (PT. Pelabuhan Indonesia III)
Penerapan Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan
Pelaporan Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan
UKM atau Mitra Binaan
(60)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Dalam kehidupan sekarang ini, manusia selalu dijastifikasi kebenarannya dengan alat pembenaran berupa hasil penelitian. Tanpa hasil penelitian, pernyataan dan ungkapan hanya akan dijadikan sebagai bahan yang tanpa mempunyai signifikansi nilai. Telah disadari bahwa sains akuntansi merupakan bagian dari ilmu sosial yang wajib menjelaskan fenomena akuntansi dalam kompleksitas kehidupan sosial. Kompleksitas tersebut terangkai dalam multidimensi sosial sebagai akibat bahwa akuntansi dapat hadir dalam dimensi sosial dari yang terkecil (individu) sampai dengan kelompok super besar (multinational companies dan negara), bahkan pula dari masa lampau, terkini dan masa depan (Sukoharsono, 2006).
Metode dipergunakan untuk menunjang ilmu dan memiliki fungsi sebagai alat pengumpul data serta alat untuk menguji kebenaran atas suatu penelitian dengan demikian suatu ilmu harus selalu diikuti dengan metode, dimana apabila kedua hal tersebut tidak saling terkait atau terikat, akan mengakibatkan berkurangnya kadar keilmiahan dari kedua unsur tersebut. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif dipilih sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak menggambarkan
(61)
dan menguraikan penerapan CSR pada suatu perusahaan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan apa adanya. Dengan demikian akan diperoleh gambaran penerapan CSR, tahapan – tahapan yang dilakukan dan kemudian dilakukan fokus pada pelaporan yang dilakukan oleh PT. Pelabuhan Indonesia III, sesuai dengan realita sosial yang terjadi pada obyek penelitian.
Berdasarkan paparan dari Moleong (2002:3), yang juga mengutip pendapat dari Bogdan dan Taylor, metodologi kualitatif dapat didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang dapat diamati. Dari referensi tersebut maka penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai suatu penelitian atau penggambaran atau penguraian secara panjang lebar mengenai segala hal terhadap obyek yang diteliti sebenar – benarnya dan sesuai dengan kenyataan yang ada. Lebih lanjut lagi, Efferin (2004:9) menyatakan penelitian desktiptif (descriptive research) bertujuan memberikan gambaran tentang detail – detail sebuah situasi, lingkungan sosial, atau hubungan.
3.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah PT. Pelabuhan Indonesia III di kota Surabaya, Jawa Timur.
Penelitian ini akan menggambarkan penerapan Corporate Social Responsibility pada PT. Pelabuhan Indonesia III. Lokasi ini dipilih karena :
1. PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero), adalah salah satu BUMN yang bergerak di bidang jasa inti kepelabuhanan dan jasa-jasa terkait lainnya,
(62)
perseroan tidak dapat mengelak dari keterkaitanya dengan Corporate Social Responsibility (CSR). Hal ini dikarenakan PT. Pelabuhan Indonesia III tidak dapat mengelak dari keterkaitanya dengan problematika sosial dan lingkungan yang terjadi.
2. Kedudukan PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) sebagai BUMN mempunyai faktor pembeda dibandingkan dengan perusahaan non-BUMN yang secara normatif mendukung kegiatan kedermawanan sosial. Faktor pembeda tersebut adalah terdapatnya kebijakan pemerintah yang mengatur aktifitas sosial perusahaan berupa Keputusan / Peraturan Menteri BUMN.
Sebagai objek yang dipilih adalah pada bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT. Pelabuhan Indonesia III sebagai pelaksana program Corporate Social Responsibility. Pelaksanaan program Corporate Social Responsibility dibatasi pada program yang ditujukan untuk eksternal perusahaan yaitu masyarakat dan lingkungan.
Berdasarkan asumsi dasar bahwa setiap unit PKBL dianggap sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan, maka unit PKBL memiliki fungsi sebagai unit ekonomi yang bertanggungjawab atas aktivitas ekonomi dan pengendalian administrasinya. Dengan demikian maka reporting yang dilakukan oleh bagian PKBL menyiratkan kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT. Pelabuhan Indonesia III.
(63)
3.3. Tahap – Tahap Penelitian
Tahap penelitian kualitatif ketika berada dilapangan menjadi 4 tahapan umum yang bersifat cyclical, tidak linear, artinya tahap – tahap itu senantiasa diulangi sementara suatu tahap ditangani. Keempat tahap tersebut adalah :
pendekatan kepada obyek dan perijinan, tahap eksplorasi informasi umum, tahap eksplorasi terfokus, kemudian analisis data lapangan dan penyusunan laporan.
Tahap pertama dilakukan untuk mendapat akses ke dalam obyek dengan mengajukan ijin untuk melakukan penelitian. Proposal penelitian dan surat pengantar dari Universitas diserahkan kepada PT. Pelabuhan Indonesia III sekaligus memberikan penjelasan tentang tujuan peneliti, sehingga dapat ditentukan unit kerja yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Tahap kedua adalah tahap eksplorasi informasi umum, dilakukan setelah memperoleh ijin penelitian di bagian PKBL PT. Pelabuhan Indonesia III. Penelitian di mulai dengan menggali informasi umum tentang unit analisis yang diteliti. Pertanyaan dan diskusi diarahkan untuk memperoleh gambaran umum obyek penelitian meliputi : akfititas, situasi, kondisi dan siapa yang berkompeten dijadikan informan secara mendalam.
Tahap ketiga, penelitian dilakukan dengan wawancara langsung dengan pejabat dan staf bagian PKBL dan meminta dokumen – dokumen yang terkait dengan topik pembicaraan.
Tahap terakhir yaitu analisis data lapangan dan penulisan laporan dilakukan dengan mereduksi data yang diperoleh dari lapangan kemudian dilakukan analisis data yang terkumpul. Pada tahap ini dilakukan konfirmasi
(64)
tentang penjelasan yang disampaikan dengan triangulasi, yaitu membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang terkait ataupun dengan pernyataan infoman lain.
3.4. Penentuan Informan
Jumlah informan ditetapkan dengan menggunakan teknik snowball sampling. Menurut Sumarsono (2004:52) snowball sampling adalah teknik penarikan sampel yang pada awalnya responden dipilih secara random dengan menggunakan metode non-probabilitas yang selanjutnya responden yang telah terpilih tersebut diminta untuk memberikan informasi mengenai responden-responden lainnya sehingga diperoleh tambahan responden-responden. Semakin lama kelompok responden tersebut semakin besar, ibarat bola salju yang jika menggelinding semakin lama semakin besar.
Informan kunci yang dipilih adalah Ibu Anastianti Ratih K. D. (Asisten Manajer Administrasi dan Pelaporan PKBL) sebagai pelaksana dan pelaporan CSR, selain itu adalah Bapak Bill L. Yuller (Senior Manajer PKBL) yang mengerti situasi dan kondisi penerapan CSR PT. Pelabuhan Indonesia III. Selanjutnya diteruskan kepada informan-informan lain yang direkomendasikan oleh informan kunci serta informan yang oleh peneliti dianggap berhubungan langsung dalam proses penerapan CSR pada PT. Pelabuhan Indonesia III.
Mitra Binaan sebagai penerima bantuan juga menjadi informan sesuai dengan sisi obyektifitas yang harus diciptakan dalam menganalisis data. Mitra binaan yang menjadi informan adalah Bapak Agus Harianto pemilik Citra Karya
(65)
Mandiri, sesuai dengan filosofi penelitian kualitatif dalam memaknai keadaan yang terjadi secara natural setting dan cara pandang yang non value free sehingga satu mitra binaan yang menjadi informan dilakukan secara mendalam.
3.5. Sumber Data dan Jenis Data
Data yang diperoleh adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau nara sumber. Menurut Bungin (2005:122), data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan pegawai PT. Pelabuhan Indonesia III Bagian PKBL.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Ada 3 (tiga) teknik yang akan digunakan dalam pengumpulan data. Yaitu wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes, pengambilan foto atau film. Ketiga teknik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Wawancara mendalam
Wawancara jenis ini tidak dilaksanakan dengan struktur ketat, tetapi dengan pertanyaan yang semakin memfokus pada permasalahan sehingga informasi yang dikumpulkan cukup mendalam. Kelonggaran semacam ini mampu mengorek kejujuran informan untuk memberikan informasi yang sebenarnya, terutama yang berkenaan dengan pelaporan kegiatan corporate social
(1)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan serta pelaporan aktifitas Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT. Pelabuhan Indonesia III dan berdasarkan pembahasan serta data – data yang diuraikan pada bab – bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. PT. Pelabuhan Indonesia III dalam melakukan aktifitas CSR mengacu pada regulasi yang lebih tinggi sesuai konteks kedudukan PT. Pelabuhan Indonesia III sebagai BUMN, regulasi tersebut adalah : PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), dan SE-04/MBU.S/2007 tentang Pedoman Akuntansi PKBL 2. Aktifitas sosial yang dilakukan PT. Pelabuhan Indonesia III kepada
masyarakat kendati terdapat unsur kemanusiaan yang dilakukan perusahaan dengan berupaya memberikan timbal balik perusahaan kepada masyarakat, karena masyarakat sudah banyak berkorban untuk perusahaan. Namun, kepentingan akan terbangunnya citra perusahaan yang akan berpengaruh terhadap kelancaran bisnis perusahaan dalam jangka panjang tidak dapat dipungkiri
(2)
3. Evaluasi yang seharusnya menjadi sarana tolak ukur keberhasilan mitra binaan yang dibina ternyata belum bisa mengakomodir secara data perkembangan mitra binaan yang menyangkut efektifitas bantuan yang disalurkan. Permasalahan tersebut terjadi karena keterbatasan SDM yang dimiliki
4. PKBL mempunyai posisi sebagai unit kerja yang mandiri dan mempunyai kewenangan atas pengelolaan dana, sumberdaya dan pelaporan aktifitas CSR secara terpisah dengan perusahaan induk
5. Kegiatan evaluasi yang belum bisa mengakomodir data keefektifan program CSR yang dirasakan masyarakat, berdampak pada pelaporan perkembangan mitra binaan
6. Pada umumnya informasi yang diungkap dalam laporan PKBL adalah mengenai isu ekonomi, sosial dan lingkungan. Isu ekonomi melalui laporan aktifitas program kemitraan sementara sosial lingkungan melalui laporan aktifitas bina lingkungan
7. Masih belum adanya spesialisasi tugas yang disebabkan karena kurangnya SDM berdampak pada kegiatan pelaksanaan monitoring atas aktifitas PKBL yang dilakukan PT. Pelabuhan Indonesia III terhadap mitra binaan 8. Prosedur untuk PKBL di Pelabuhan Indonesia III sudah ada namun dalam
pelaksanaannya hanya diberikan di sekitar, orang dekat dan menyebar dari mulut – kemulut.
(3)
6.2. Saran
1. Bagi PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero).
a. PT. Pelabuhan Indonesia III diharapkan merealisasi penambahan SDM yang ahli di bidangnya di Bagian PKBL sehubungan dengan kendala – kendala yang terjadi dalam melaksanakan aktifitas CSR. b. Evaluasi program CSR diharapkan dapat terlaksana sesuai dengan
fungsinya yang bisa memantau keefektifan dan permasalahan yang terjadi dalam penyaluran bantuan. Sehubungan dengan pentingnya aktifias evaluasi bagi kesinambungan program CSR
c. Pelaporan aktifitas CSR PT. Pelabuhan Indonesia III diharapkan dapat mengakomodasi informasi tentang perkembangan – perkembangan yang dialami oleh penerima bantuan sesuai konteks bantuan yang diberikan sehingga bisa diketahui keefektifan program CSR dirasakan masyarakat.
d. Untuk info kepada publik tentang PKBL supaya dilakukan kiat – kiat melalaui workshop, melakukan promosi melalui webside, kerjasama dengan UKM, serta malakukan kerjasama dengan perguruan tinggi.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat menambah kajian lain dari sisi stakeholders (khususnya masyarakat) sebagai penerima bantuan. Yaitu mengenai efektifitas bantuan yang diperoleh, mencakup bagaimana persepsi penerima bantuan mengenai program CSR perusahaan dan bagaimana
(4)
program tersebut dapat mengakomodir kepentingan masyarakat sesuai dengan dampak yang dirasakan masyarakat dengan berdirinya korporasi. Karena program CSR harus mempuyai sifat kesinambungan dan melibatkan seluruh elemen yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Belkaoui, Ahmed, 2000, Teori Akuntansi, Salemba Empat, Jakarta. Belkaoui, Ahmed, 1986, Teori Akuntansi, AK Group, Yogyakarta
Bogdan dan Taylor, 1993, Kualitatif Dasar-dasar Penelitian, Usaha Nasional, Surabaya
Efferin Sudjoko, Darmadji Hadi Stevanus dan Tan Yuliawati, 2004, Metode Penelitian Untuk Akuntansi, Bayumedia Publishing, Malang
Harahap, Syafri Sofyan, 2007, Teori Akuntansi, Rajagrafindo Persada, Jakarta Ikhsan dan Ishak, 2007, Akuntansi Keprilakuan, Salemba Empat, Jakarta Keputusan Menteri BUMN Nomor: 236/MBU/2003, Mengenai Penyelenggaraan
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.
Surat Edaran Menteri BUMN Nomor : SE-04/MBU.S/2007, Mengenai Pedoman Akuntansi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
Satori, Djam’an dan Aan Komariah, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung
Mardiyah dan Widyastuti, 2007, Pengaruh Stakeholder Terhadap Tanggung Jawab Sosial Dan Akuntansi Sosial, Simposium Riset Ekonomi III, Universitas PETRA Surabaya, hal 1-23
Miles dan Huberman, 1992, Analisis Data Kualitatif, UI Press, Jakarta Mirfazli dan Nurdiono 2007, Evaluasi Pengungkapan Informasi Pertanggung Jawaban Sosial Pada Laporan Tahunan Perusahaan Dalam Kolompok Aneka Industri Yang Go Publik di BEJ, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12 No.1, januari 2007, hal 1-11.
Moleong, Lexy J.2002. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Mulyana, Deddy, 2001, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung
(6)
Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER– 05/MBU/2007 Tentang Program kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan
Sukarno dan Anggraini, 2007, Corporate Reputation Melalui Pendekatan Corporate Social Responsibility di Lingkungan PT. Perkebunan Nusantara X, Simposium Riset Ekonomi III, Universitas PETRA Surabaya, Hal 1- 11.
Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi : Beserta Contoh Interpretasi Hasil Pengolahan Data. Edisi Revisi, Surabaya.
Sukoharsono, Eko Ganis, 2006, Alternatif Riset Kualitatif Sains Akuntansi : Biografi, Phenomologi, Grounded Theory, Critical Ethnografi, dan Case Study. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang
SWA. Edisi 26/XXI/19 Desember 2005 – 11 Januari
Untung, Hendrik Budi, 2008, Corporate Social Responsibility, Sinar Grafika, Jakarta
Wibisono, Yusuf, 2007, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility), Fascho Publishing, Gresik