Motif Penerapan Corporate Social Responsibility CSR pada PT. Pelabuhan Indonesia III.

5.1.2. Motif Penerapan Corporate Social Responsibility CSR pada PT. Pelabuhan Indonesia III.

PT. Pelabuhan Indonesia III tidak bisa mengelak dari kepeduliannya kepada masyarakat sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan atas berdirinya korporasi. Fenomena sosial yang dialami oleh masyarakat merupakan sesuatu yang jelas tergambar dengan didirikannya PT. Pelabuhan Indonesia III, sehingga perusahaan mengakomodasi fenomena tersebut dengan menerapkan CSR. Seperti yang diungkapkan oleh Pak Bill L. Yuller selaku Senior Manajer PKBL dalam kutipan wawancara adalah sebagai berikut : ” Mereka berterima kasih lah, kita membantu lingkungan, dengan keberadaan kita ini rata – rata keuntungan yang diterima pelabuhan tidak dinikmati oleh pelabuhan sendiri, jadi dikembalikan lagi ke masyarakat baik berupa kemitraan maupun berupa program lingkungan. Laba yang dihasilkan dipakai untuk pembangunan daerah, terutama masyarakat yang ada dilingkungan kerja kita bantu baik dia mau usaha untuk jadi mandiri, tangguh, dan profesional. Untuk yang bina lingkungan, prasarana jalan ke kampung – kampung yang rusak kita bantu, juga misalnya ada penyakit DBD kita bantu, mereka nyaman dengan adanya program kita, istilahnya yah simbiosis mutualisme, saling menguntungkan ”. Pernyataan Senior Manajer PKBL Dampak yang dirasakan oleh masyarakat dengan didirikannya perusahaan merupakan suatu pengorbanan yang diberikan masyarakat kepada perusahaan. oleh karena itu wujud timbal balik yang dilakukan perusahaan adalah merupakan suatu hal yang wajar, atau bahkan bisa dikatakan tanggung jawab besar yang harus diemban oleh perusahaan. Sehingga pengakomodasian atas dampak yang ditimbulkan tersebut merupakan kewajiban perusahaan, dalam hal ini dilakukannya pemberdayaan ekonomi dan bantuan sosial. “ Artinya komitmen kepada stakeholder, mereka kan stakeholder, kepada masyarakat memperhatikan keberadaan masyarakat, yaitu berlaku selektif dalam kegiatan kemasyarakatan di lingkungan pelabuhan melalui PKBL, kalau dalam arah pengembangan perusahaan kedepan itu melakukan prinsip – prinsip bisnis yang sehat serta kepedulian terhadap lingkungan, MOA kita gak akan jalan sendiri, maju sendiri tanpa memperhatikan lingkungan atau stakeholder kita tadi, masyarakat sekitar, kita maju bersama “ Pernyataan Senior Manajer PKBL Meningkatnya kualitas hidup masyarakat sekitar merupakan langkah menuju target berupa timbulnya hubungan yang harmonis antara masyarakat dengan perusahaan, yang disebut dengan MOA Minimize, Operational dan Assets yaitu tolak ukur keberhasilan CSR. Minimize merupakan hasil yang diharapkan berupa minimnya konflik yang terjadi,operational yakni terjaganya aktifitas perusahaan dari pemblokiran masyarakat uraian tersebut dapat menggambarkan bahwa berbagai program sosial yang dilakukan perusahaan diharapkan dapat mendongkrak citra perusahaan dan dalam jangka panjang dapat mempengaruhi kelancaran aktifitas perusahaan, dan Assets adalah dimana aset perusahaan dapat terjaga seluruhnya. Masyarakat sekitar perusahaan mendapatkan prioritas sesuai dengan target utama agar masyarakat sekitar menerima keberadaan perusahaan eksistensi dan aktifitas operasional maupun aset perusahaan dapat terjaga. Sehingga Corporate Image yang terbangun melalui program pemberdayaan ekonomi ataupun bantuan sosial merupakan hasil dari tercapainya hubungan yang harmonis antara perusahaan dan masyarakat. Pada dasarnya aktifitas sosial yang dilakukan perusahaan bukan dilakukan dengan tanpa pamrih, didalamnya terdapat kepentingan perusahaan yang melatar belakangi. Kutipan wawancara diatas menyiratkan bahwa aktifitas sosial perusahaan kepada masyarakat diharapkan dapat mendongkrak citra perusahaan dan dalam jangka panjang dapat berpengaruh terhadap kelancaran bisnis perusahaan itu sendiri. Namun demikian, diluar kepentingan tersebut terdapat juga unsur etis yang dilakukan perusahaan yang berupaya memberikan timbal balik perusahaan kepada masyarakat, karena kondisi lingkungan tidak bisa dikembalikan sebagaimana asalnya, maka perusahaan harus mambangun kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar operasi perusahaan. Perusahaan harus maju dan tumbuh bersama masyarakat sehingga keberadaan perusahaan harus memberikan manfaat dan menciptakan kesejahteraan. 5.1.3. Tahapan Penerapan Corporate Social Responsibility CSR pada PT. Pelabuhan Indonesia III Persero.

5.1.3.1. Tahap Perencanaan Program CSR

Perancanaan yang dilakukan dapat dilihat dari bagaimana PT. Pelabuhan Indonesia III memformulasikan visi dalam kalimat “Mengelola sebagai operator pelabuhan atau mengelola operasional pelabuhan yang nantinya akan mampu menjadi pelabuhan kelas dunia yang dapat menempatkan dirinya dalam jaringan kerjanetwork Internasional”. Yang membuktikan PT. Pelabuhan Indonesia III berkomitmen untuk bukan hanya bertanggung jawab secara single bottom line tetapi ke arah triple bottom line dengan bertanggung jawab kepada stakeholders secara luas yang juga meliputi masyarakat, pemerintah, LSM, dan pemangku kepentingan yang lain. Sebagai wujud pelaksanaan visi tertuang dalam misi “Memberi kontribusi kepada negara secara umum dan pendapatan khususnya”. Dalam kutipan wawancara dengan Pak Bill L. Yuller dapat tergambar perencanaan yang dilakukan oleh PT. Pelabuhan Indonesia III, adalah sebagai berikut : ” Tiap tahun kita buat, kita belum ada rencana jangka panjang 5 tahunan tapi rencana jangka kita udah punya setahun – setahun, kita buat tiap tahun, jadi kita nyusun anggaran 3 bulan sebelum tahun berjalan berakhir menyusun rencana untuk tahun depan “ Pernyataan Senior Manajer PKBL Perencanaan yang dilakukan oleh PT. Pelabuhan Indonesia III untuk mengakomodasi unsur tanggung jawab sosial perusahaan adalah perencanaan jangka pendek atau perencanaan 1 tahunan. Perencanaan yang dilakukan merupakan perencanaan yang berkesinambungan dilakukan sebagai bentuk komitmen perusahaan untuk selalu berkontribusi kepada masyarakat Sehingga dana sosial yang dikeluarkan cukup besar. Perencanaan tersebut meliputi : perencanaan program operasional, perencanaan wilayah, perencanaan struktur organisasi, perencanaan SDM dan perencanaan dana. 5.1.3.2. Pelaksanaan Program CSR 5.1.3.2.1. Penetapan Dana Manajamen menyadari bahwa keberadaan perusahaan tidak terlepas dari tanggung jawab terhadap kesenjangan lingkungan sosial dilokasi perusahaan beroperasi. Sebagai wujud tanggung jawab dan kepedulian perusahaan terhadap perkembangan perekonomian, teutama bagi usaha kecil, maka mengacu pada surat keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP-236MBU2003 tanggal 17 Juni 2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, perusahaan melaksanakan program kemitraan dengan usaha kecil dan program bina lingkungan. Program Kemitraan menyalurkan dana pada tahun 2009 sebesar 2.142.088.350 dengan mencakup berbagai sektor meliputi : sektor industri, sektor perdagangan, sektor peternakan, sektor pertanian, sektor perikanan dan sektor jasa. Adapun realisasi penyisihan laba bersih droping dana dan penyaluran dana oleh PT. Pelabuhan Indonesia III dalam tiga tahun terakhir dapat dilihat dari tabel dibawah ini : Tabel 5. Realisasi Anggaran Program Kemitraan Penyaluran Tahun Droping Dana PK Dana Tersedia Pinjaman Hibah 2007 2.682.671.637 11.640.008.737 8.764.000.000 1.313.888.440 2008 4.539.740.000 13.437.962.328 12.636.500.000 1.899.623.975 2009 10.288.114.145 12.675.695.877 11.528.500.000 2.142.088.350 Sumber : Laporan Pengelolaan Dana PKBL Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa bukan saja jumlahnya yang relatif besar tetapi juga terdapat kecenderungan jumlah dana yang membaik dari tahun ke tahun. Droping dana PK merupakan penyisihan dari laba bersih perusahaan, sementara dana yang tersedia merupakan hasil dari penjumlahan saldo awal, penerimaan angsuran pinjaman, penerimaan uang titipan dan penerimaan uang muka. Besar dana yang digunakan untuk program Bina Lingkungan pada PT. Pelabuhan Indonesia III untuk tahun 2009, perusahaan menetapkan anggaran untuk program Bina Lingkungan adalah sebesar 2 dari laba bersih setelah pajak. Selain dana tersebut, perusahaan juga menyediakan dana untuk biaya operasional yang ditetapkan sesuai dengan Peraturan Menteri yaitu 5 dari jumlah dana Bina Lingkungan yang disalurkan. Objek kegiatan adalah objek bantuan yang sesuai dengan Peraturan Menteri, sehingga dana yang disalurkan pun berasal dari hasil RUPS saja. Dari tahun ke tahun dana yang disalurkan oleh PT. Pelabuhan Indonesia III untuk Program Bina Lingkungan ini mengalami kenaikan. Terhadap kenaikan bantuan tersebut dapat ditafsirkan bahwa PT. Pelabuhan Indonesia III pada tahun terakhir mengalami peningkatan laba yang berpengaruh terhadap besarnya dana bantuan ke masyarakat pada tahun yang bersangkutan. Mengingat dana sosial yang digunakan bersumber dari prosentase laba bersih perusahaan. Tentunya jika perusahaan mendapatkan laba yang besar maka akan mempengaruhi besarnya dana sosial yang disalurkan. Dana bantuan program PK dan program Bina Lingkungan yang dikeluarkan oleh PT. Pelabuhan Indonesia III pada tahun 2009 adalah sebagai berikut : Tabel 6. Realisasi Anggaran PKBL 2009 2009 Bantuan PK BL Jumlah - Hibah Program Kemitraan  Sektor industri  Sektor perdagangan  Sektor pertanian  Sektorpeternakan  Sektor perikanan  Sektor jasa 1.968.000.000 6.713.500.000 90.000.000 295.000.000 100.000.000 2.362.000.000 1.968.000.000 6.713.500.000 90.000.000 295.000.000 100.000.000 2.362.000.000 - Bantuan Bina Lingkungan  Bencana alam  Pendidikan atau pelatihan  Peningkatan kesehatan  Pengembangan prasarana sarana umum  Sarana ibadah 679.000.000 838.402.000 124.010.000 2.486.870.000 3.087.625.000 679.000.000 838.402.000 124.010.000 2.486.870.000 3.087.625.000 Sumber : Laporan Pengelolaan Dana PKBL

5.1.3.2.2. Pelaksanaan Program Kemitraan

Penyaluran dana Program Kemitraan PT. Pelabuhan Indonesia III meliputi wilayah :  Jawa Timur  Jawa Tengah DIY  Bali  Nusa Tenggara Barat  Nusa Tenggara Timur  Kalimantan Selatan  Kalimantan Tengah Mitra binaan PT. Pelabuhan Indonesia III mendapatkan informasi program kemitraan didapat dari mulut – ke mulut seperti dikutip dari pernyataan Senior Manajer PKBL Pak Bill L. Yuller sebagai berikut : “ Oh, mereka dari mulut – ke mulut kita gak melakukan promosi, yah dari tetangga – tetangga gitu lho “. Pernyataan Senior Manajer PKBL Metode penyaluran PKBL yang dilakukan oleh perusahaan adalah metode channeling yaitu penyaluran langsung oleh Pembina kepada para calon Mitra Binaan berdasar proposal yang masuk. Adapun metode penyaluran PKBL adalah sebagai berikut: 1. Penyampaian proposal kepada General Manajer Cabang Pelabuhan yang terdekat dengan lokasi calon Mitra Binaan, kemudian dilakukan penelitian administrasi, penelitian lapangan dan selanjutnya cabang memberikan rekomendasi ke Kantor Pusat. 2. Penelitian administrasi merupakan penelitian proposal yang diajukan calon Mitra Binaan terhadap pemenuhan persyaratan dan kelengkapan berkas. 3. Penelitiansurvei lapangan secara langsung dengan melakukan peninjauan ke tempat usaha calon Mitra Binaan untuk menguji kebenaran data yang disajikan dalam proposal dengan mengevaluasi calon Mitra Binaan dengan formula 4 P personality, purpose, prospect, payment dan 5 C character, capacity,capital, colateral, conticions. 4. Cabang Pembina menyampaikan laporan hasil survei ke Kantor Pusat disertai rekomendasi besaran dana yang akan disalurkan. 5. Penetapan besaran pinjaman dilakukan oleh Kantor Pusat dengan memberikan Surat Kuasa dari Direksi kepada General Manajer Cabang pembina untuk melaksanakan penandatanganan dengan calon Mitra Binaan melalui Surat Perjanjian Pinjaman. Setelah menjadi mitra binaan, maka mitra berhak mendapatkan bantuan dana pengembangan Program Kimitraan dan Bina Lingkungan yang diberikan oleh PT. Pelabuhan Indonesia III untuk pengembangan usaha kecil dalam bentuk pinjaman dan hibah. Jangka waktu pembinaan paling lama tiga tahun sesuai dengan tingkat suku bunga pinjaman antara 6 sd 12 per tahun maksimum 6 sesuai dengan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor : PER-05BUMN2007. Sedangkan hibah tidak diberikan dalam bentuk uang tunai melainkan dalam bentuk kegiatan yang diharapkan akan dapat meningkatkan usaha para mitra binaan diantaranya bantuan pendidikan, pelatihan. Promosi, pengkajian dan penelitian serta kegiatan lain. Besarnya dana hibah ditetapkan maksimal 20 dari dana Program Kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan. Untuk mengantisipasi agar usaha mitra binaan tetap survive dan berkembang maka dilakukan pembinaan managerial, pemasaran dan produksi. Misalnya dengan mengadakan pelatihan pembukuan sederhana, pelatihan penyusunan dan analisis laporan keuangan, pelatihan peningkatan strategi penjualan serta pemagangan. Pelatihan tersebut dimaksudkan agar mitra binaan dapat mengelola usahanya dengan baik. Kegiatan pemasaran bertujuan untuk memperkenalkan dan memasarkan produk yang dihasilkan oleh mitra binaan. Yaitu mengikutkan mitra binaan pada pameran Inacraft jakarta, Nusantara Expo Pontianak, Jatim expo Surabaya, Jawa Timur Festival Sby, Art, Craft Tourism Bali. Dari serangkaian program yang diterapkan oleh PKBL PT. Pelabuhan Indonesia III diharapkan mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak dan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat setempat. Sehingga perlu adanya sinergi yang saling bermanfaat yaitu dengan cara mengevaluasi monitoring perkembangan yang telah dicapai mitra binaan secara detail untuk kemudian dilakukan langkah untuk menindaklanjuti hasil evaluasi tersebut.

5.1.3.2.3 Pelaksanaan Program Bina Lingkungan

Dalam pelaksanaan di lapangan BL merupakan tangan yang langsung bersentuhan dengan masyarakat dalam hal bantuan sosial sehingga dibutuhkan suatu ketersedian dana dan SDM yang siap pakai untuk mengantisipasi bantuan – bantuan yang bersifat darurat, sepeti bencana alam dan fenomena sosial lainnya. Berdasarkan SE-04MBU.S2007 tentang asumsi kemandirian PKBL dijelaskan “bahwa unit PKBL dianggap sebagai unit ekonomi yang bertanggung jawab atas aktifitas ekonomi dan pengendalian administrasinya. Unit PKBL bertanggung jawab atas pengelolaan aktiva dan sumber daya untuk kepentingan yuridiksi tugas pokoknya”. Uraian tersebut menjelaskan posisi PKBL yang diasumsikan sebagai entitas yang berdisi sendiri dan mempunyai kewenangan atas segala aktifitas ekonomi yang dilakukan. Setelah dilakukan perencanaan yang dedeskripsikan pada tahap perencanaan CSR yang pada intinya adalah mapping atas lingkungan dan masyarakat disekitar perusahaan kemudian menetapkan pola, area dan jenis bina lingkungan, maka dilakukan penyaluran bantuan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Berbeda dengan Porgram kemitraan, sifat dari bantuan Bina Lingkungan murni bersifat hibah. Bina Lingkungan merupakan wujud aktifitas CSR perusahaan dalam bidang sosial sesuai dengan Peraturan Menteri Nomor : PER-05MBU2007 yang mencakup : 1. Bencana Alam 2. Pendidikan pelatihan 3. Peningkatan Kesehatan 4. Pengembangan Prasarana Sarana 5. Sarana Ibadah

5.1.3.3. Evaluasi Program CSR

Evaluasi merupakan kegiatan pemantauan atau monitoring yang dilakukan berkaitan dengan dilaksanakannya program CSR. Dari hasil evaluasi monitoring tersebut diharapkan dapat momoret keadaan sesungguhnya dan perkembangan yang terjadi setelah di laksanakan penyaluran bantuan. Sesuai dengan fokus pembahasan pada tahap evaluasi yaitu bagaimana evaluasi dilakukan pada mitra binaan yang telah menerima pinjaman, pembinaan dan berbagai kemudahan yang diberikan oleh PT. Pelabuhan Indonesia III. Peneliti mengidentifikasi tahap evaluasi menjadi 2 fungsi yang saling terkait, yaitu sebagai berikut : 1. Evaluasi sebagai proses pemantauan ukuran keberhasilan efektifitas tahap pelaksanaan. Evaluasi pada posisi ini cenderung sebagai fungsinya dalam memotret apa kekurangan pada penyelenggaraan kegiatan dan apa ada masalah yang muncul serta solusi yang akan diambil. Sehingga efektif tidaknya bantuan yang diserahkan diharapkan dapat dilihat melalui tahap evaluasi 2. Evaluasi sebagai proses pengumpulan informasi dalam rangka pelaksanaan tahap berukutnya yaitu tahap reporting. Evaluasi pada posisi ini sangat terkait pada tahap pelaporan, dimana informasi yang dikumpulkan nantinya akan dapat memberi masukan pada perencanaan program, memodifikasi, sebagai upaya untuk melakukan tindakan perbaikan dan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan Menurut Peraturan Menteri Nomor : PER – 05MBU2007 Pasal 5 tentang kewajiban BUMN pembina, pada butir f disebutkan bahwa kewajiban BUMN pembina adalah melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap mitra binaan. Hal tersebut merupakan dasar dari kewajiban evaluasi yang harus dilakukan oleh PKBL selaku pelaksana program CSR pada PT. Pelabuhan Indonesia III. Tentang bagaimana monitoring dilakukan, pelaksanaan di lapangan sesuai dengan hasil observasi dan wawancara peneliti mengindikasikan bahwa kegiatan monitoring belum berjalan sebagaimana fungsinya sebagai pemantau keberhasilan program dan proses pengumpulan informasi untuk tahap reporting. Seharusnya data yang didapat dari hasil monitoring sangat bisa mewakili kondisi sebenarnya perkembangan dan hasil yang dicapai dari pelaksanaan program. Pernyataan yang diberikan oleh Bu Anastianti Ratih K. D. Asisten Manajer Adm. Pelapoan PKBL selaku penyusun laporan PKBL yang menggunakan hasil evaluasi montoring sebagai bahan penyusunan laporan PKBL adalah sebagai berikut : “ yaitu, data – data yang ada ini dimanfaatkan untuk evaluasi, misalnya untuk mengetahui pertumbuhan dari pada jumlah mitra binaan maupun peningkatan laba mereka atau istilahnya income per kapitanya, klo rutin triwulanan, kita buat laporan bulanan juga ada, cuman nanti yang di evaluasi tiap triwulan, semester sama tahunan “. Pernyataan Asisten Manajer Adm. Pelaporan PKBL Kendala yang terjadi dalam tahap evaluasi tidak lepas dari hambatan dari segi internal salah satunya adalah keterbatasan jumlah SDM dalam mengelola seluruh kegiatan pada PKBL khususnya adalah Program Kemitraan. Kegiatan utama program kemitraan lainnya yaitu penyaluran bantuan, penagihan, pembinaan menjadi kegiatan yang dominan sementara kegiatan monitoring yang dilakukan merupakan kegiatan sambilan. Di kesempatan lain Pernyataan Senior Manajer PKBL Pak Bill L. Yuller memberikan gambaran dari sisi permasalahan yang terjadi di tubuh PKBL sebagai berikut : “ nah ini, kita agak kurang, kan wilayah kerja kita sangat luas dalam program kemitraan kita kekurangan tenaga, untuk penagihan – penagihan kita belum ada orang spesial. Klo orang minjem itu kan harus ditagih, kita nagihnya berkala, 6 bulan sekali, terlalu lama kan? Sampai baru 1 tahun sekali baru kita tagih. Padahal kita kan seharusnya rutin tiap bulan sekali, jadi kita kekurangan SDM ”. Pernyataan Senior Manajer PKBL Perencanaan SDM yang kurang matang berdampak pada pelaksanaan evaluasi yang seharusnya bisa memantau mitra binaan secara keseluruhan, sehingga diperoleh gambaran perkembangan dan keefektifan bantuan ataupun pinjaman yang disalurkan. Berikut pernyataan Asisten Manajer Adm. Pelaporan PKBL: “ kita di pusat udah cukup kecuali di cabang, karena pekerjaan di cabang cuma sampingan, kurang SDM, kan di di cabang istilahnya ya nyambi aj “. Pernyataan Asisten Manajer Adm. Pelaporan PKBL Dengan jumlah SDM yang sangat minim tersebut PK berusaha untuk memenuhi tanggung jawab sosial kepada masyarakat sementara jumlah mitra binaan yang tiap tahun mengalami peningkatan dan sampai saat ini sudah mencapai 6.432. jumlah yang sangat tidak sebanding jika kegiatan dilakukan program kemitraan meliputi survei, penyaluran bantuan, penagihan, pembinaan dan monitoring. Sementara itu, dari sudut pandang penerima bantuan yaitu mitra binaan, yang mendapatkan informasi program kemitraan menyampaikan sebagai berikut: “ Dari tetangga, kita itu dari sesama wirausaha ngomong klo ada pinjaman dari perusahaan “. Pernyataan Pemilik UD. Citra Karya Mandiri Mitra Binaan Pelaksanaan kegiatan monitoring dapat diperoleh gambaran dari hasil wawancara tertulis dengan salah satu mitra binaan yang berhasil mengembangkan usahanya berkat bantuan dari PT. Pelabuhan Indonesia III. Pak Agus Harianto pemilik UD. Citra Karya Mandiri yang bertempat di Perum Magersari Sidoarjo menuturkan sebagai berikut : “ Monitoringnya bagus, bahkan sampai dia ada event, kita diikutkan, salah satu bentuk monitoring juga, kita dibina terus kok supaya lebih maju. Kebanyakan via phone, tapi kadang – kadang 4 bulan sekali, dia dalam setahun pasti ada kunjungan 2 – 3 kali, kemudian ngontrol keuangan juga “. Pernyataan Pemilik UD. Citra Karya Mandiri Mitra Binaan Dari kutipan – kutipan wawancara kepada pihak – pihak yang terkait dalam kegiatan monitoring tersebut dapat ditarik benang merah permasalahan yang terjadi pada tahap evaluasi, bahwasanya kegiatan monitoring yang seharusnya bisa menjadi sarana pengukur tingkat keberhasilan mitra binaan, belum bisa dijalankan secara optimal yang dapat diartikan dari belum didapatnya data yang pasti mengenai perkembangan seluruh mitra binaan yang meliputi omset perkembangan tenaga kerja, aset yang dimiliki, jaringan usaha, dan lain - lain. Salah satu unsur yang menjadi kendala dalam permasalahan tersebut adalah kurangnya ketersediaan SDM sebagai pelaksana dari kegiatan monitoring, SDM yang ada di PK yang minim sehingga mengharuskan dilakukannya penggabungan kegiatan antara survei, penyaluran, penagihan, pembinaan, dan monitoring. 5.2 Pelaporan Program CSR 5.2.1. Arti Pentingnya Pelaporan CSR

Dokumen yang terkait

Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional Program Nikah Massal Terhadap Citra PT. PGN SBU III Medan di Kalangan Warga Masyarakat Kota Medan)

1 29 95

Pengaruh Penerapan Coorporate Social Responsibility (CSR) pada PT. Inalum Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kuala Tanjung Kec. Sei Suka. Kab. Batu Bara Sumatera Utara.

10 81 75

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Implementasi Corporate Social Responsibility ( Studi pada PT. Jamsostek Kantor Wilayah I Sumatera Utara )

1 34 150

Perbandingan Profitabilitas Sebelum dan Sesudah Penerapan Program Corporate Social Responsibilities (Studi Kasus pada PT. Pelabuhan Indonesia I Medan

8 78 105

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (Csr) Pt. Perkebunan Nusantara Iiidalam Pemberdayaan Umkm Kabupaten Asahan (Studi Pada Program Kemitraan Pt. Perkebunan Nusantara Iiidistrik Asahan)

4 63 140

Studi Tentang Penerapan Dan Pelaporan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.

0 0 10

STUDI PENERAPAN dan PELAPORAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk - Perbanas Institutional Repository

0 0 17

STUDI PENERAPAN dan PELAPORAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk - Perbanas Institutional Repository

0 0 15

KATA PENGANTAR - Studi Tentang Penerapan Dan Pelaporan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero)

0 1 22

Tinjauan Yuridis Terhadap Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 90