5.1.2. Motif Penerapan Corporate Social Responsibility CSR pada PT. Pelabuhan Indonesia III.
PT. Pelabuhan Indonesia III tidak bisa mengelak dari kepeduliannya kepada masyarakat sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan atas
berdirinya korporasi. Fenomena sosial yang dialami oleh masyarakat merupakan sesuatu yang jelas tergambar dengan didirikannya PT. Pelabuhan Indonesia III,
sehingga perusahaan mengakomodasi fenomena tersebut dengan menerapkan CSR. Seperti yang diungkapkan oleh Pak Bill L. Yuller selaku Senior Manajer
PKBL dalam kutipan wawancara adalah sebagai berikut :
” Mereka berterima kasih lah, kita membantu lingkungan, dengan keberadaan kita ini rata – rata keuntungan yang diterima pelabuhan tidak dinikmati oleh
pelabuhan sendiri, jadi dikembalikan lagi ke masyarakat baik berupa kemitraan maupun berupa program lingkungan. Laba yang dihasilkan dipakai untuk
pembangunan daerah, terutama masyarakat yang ada dilingkungan kerja kita bantu baik dia mau usaha untuk jadi mandiri, tangguh, dan profesional. Untuk
yang bina lingkungan, prasarana jalan ke kampung – kampung yang rusak kita bantu, juga misalnya ada penyakit DBD kita bantu, mereka nyaman dengan
adanya program kita, istilahnya yah simbiosis mutualisme, saling menguntungkan ”.
Pernyataan Senior
Manajer PKBL
Dampak yang dirasakan oleh masyarakat dengan didirikannya perusahaan merupakan suatu pengorbanan yang diberikan masyarakat kepada perusahaan.
oleh karena itu wujud timbal balik yang dilakukan perusahaan adalah merupakan suatu hal yang wajar, atau bahkan bisa dikatakan tanggung jawab besar yang
harus diemban oleh perusahaan. Sehingga pengakomodasian atas dampak yang ditimbulkan tersebut merupakan kewajiban perusahaan, dalam hal ini
dilakukannya pemberdayaan ekonomi dan bantuan sosial.
“ Artinya komitmen kepada stakeholder, mereka kan stakeholder, kepada masyarakat memperhatikan keberadaan masyarakat, yaitu berlaku selektif dalam
kegiatan kemasyarakatan di lingkungan pelabuhan melalui PKBL, kalau dalam arah pengembangan perusahaan kedepan itu melakukan prinsip – prinsip bisnis
yang sehat serta kepedulian terhadap lingkungan, MOA kita gak akan jalan sendiri, maju sendiri tanpa memperhatikan lingkungan atau stakeholder kita tadi,
masyarakat sekitar, kita maju bersama “ Pernyataan
Senior Manajer
PKBL
Meningkatnya kualitas hidup masyarakat sekitar merupakan langkah menuju target berupa timbulnya hubungan yang harmonis antara masyarakat dengan
perusahaan, yang disebut dengan MOA Minimize, Operational dan Assets yaitu tolak ukur keberhasilan CSR. Minimize merupakan hasil yang diharapkan berupa
minimnya konflik yang terjadi,operational yakni terjaganya aktifitas perusahaan dari pemblokiran masyarakat uraian tersebut dapat menggambarkan bahwa
berbagai program sosial yang dilakukan perusahaan diharapkan dapat mendongkrak citra perusahaan dan dalam jangka panjang dapat mempengaruhi
kelancaran aktifitas perusahaan, dan Assets adalah dimana aset perusahaan dapat terjaga seluruhnya.
Masyarakat sekitar perusahaan mendapatkan prioritas sesuai dengan target utama agar masyarakat sekitar menerima keberadaan perusahaan eksistensi dan
aktifitas operasional maupun aset perusahaan dapat terjaga. Sehingga Corporate Image yang terbangun melalui program pemberdayaan ekonomi ataupun bantuan
sosial merupakan hasil dari tercapainya hubungan yang harmonis antara perusahaan dan masyarakat.
Pada dasarnya aktifitas sosial yang dilakukan perusahaan bukan dilakukan dengan tanpa pamrih, didalamnya terdapat kepentingan perusahaan yang melatar
belakangi. Kutipan wawancara diatas menyiratkan bahwa aktifitas sosial perusahaan kepada masyarakat diharapkan dapat mendongkrak citra perusahaan
dan dalam jangka panjang dapat berpengaruh terhadap kelancaran bisnis perusahaan itu sendiri. Namun demikian, diluar kepentingan tersebut terdapat
juga unsur etis yang dilakukan perusahaan yang berupaya memberikan timbal balik perusahaan kepada masyarakat, karena kondisi lingkungan tidak bisa
dikembalikan sebagaimana asalnya, maka perusahaan harus mambangun kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar operasi perusahaan. Perusahaan harus maju
dan tumbuh bersama masyarakat sehingga keberadaan perusahaan harus memberikan manfaat dan menciptakan kesejahteraan.
5.1.3. Tahapan Penerapan Corporate Social Responsibility CSR pada PT. Pelabuhan Indonesia III Persero.
5.1.3.1. Tahap Perencanaan Program CSR
Perancanaan yang dilakukan dapat dilihat dari bagaimana PT. Pelabuhan Indonesia III memformulasikan visi dalam kalimat “Mengelola
sebagai operator pelabuhan atau mengelola operasional pelabuhan yang nantinya akan mampu menjadi pelabuhan kelas dunia yang dapat
menempatkan dirinya dalam jaringan kerjanetwork Internasional”. Yang membuktikan PT. Pelabuhan Indonesia III berkomitmen untuk
bukan hanya bertanggung jawab secara single bottom line tetapi ke arah triple bottom line dengan bertanggung jawab kepada stakeholders secara
luas yang juga meliputi masyarakat, pemerintah, LSM, dan pemangku kepentingan yang lain. Sebagai wujud pelaksanaan visi tertuang dalam
misi “Memberi kontribusi kepada negara secara umum dan pendapatan khususnya”.
Dalam kutipan wawancara dengan Pak Bill L. Yuller dapat tergambar perencanaan yang dilakukan oleh PT. Pelabuhan Indonesia III, adalah sebagai
berikut :
” Tiap tahun kita buat, kita belum ada rencana jangka panjang 5 tahunan tapi rencana jangka kita udah punya setahun – setahun, kita buat tiap tahun, jadi kita
nyusun anggaran 3 bulan sebelum tahun berjalan berakhir menyusun rencana untuk tahun depan “
Pernyataan Senior
Manajer PKBL
Perencanaan yang dilakukan oleh PT. Pelabuhan Indonesia III untuk mengakomodasi unsur tanggung jawab sosial perusahaan adalah perencanaan
jangka pendek atau perencanaan 1 tahunan. Perencanaan yang dilakukan merupakan perencanaan yang berkesinambungan dilakukan sebagai bentuk
komitmen perusahaan untuk selalu berkontribusi kepada masyarakat Sehingga dana sosial yang dikeluarkan cukup besar. Perencanaan tersebut meliputi :
perencanaan program operasional, perencanaan wilayah, perencanaan struktur organisasi, perencanaan SDM dan perencanaan dana.
5.1.3.2. Pelaksanaan Program CSR 5.1.3.2.1. Penetapan Dana
Manajamen menyadari bahwa keberadaan perusahaan tidak terlepas dari tanggung jawab terhadap kesenjangan lingkungan sosial dilokasi perusahaan
beroperasi. Sebagai wujud tanggung jawab dan kepedulian perusahaan terhadap perkembangan perekonomian, teutama bagi usaha kecil, maka mengacu pada
surat keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP-236MBU2003 tanggal 17 Juni 2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha
Kecil dan Program Bina Lingkungan, perusahaan melaksanakan program kemitraan dengan usaha kecil dan program bina lingkungan.
Program Kemitraan menyalurkan dana pada tahun 2009 sebesar 2.142.088.350 dengan mencakup berbagai sektor meliputi : sektor industri, sektor
perdagangan, sektor peternakan, sektor pertanian, sektor perikanan dan sektor jasa. Adapun realisasi penyisihan laba bersih droping dana dan penyaluran dana
oleh PT. Pelabuhan Indonesia III dalam tiga tahun terakhir dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel 5. Realisasi Anggaran Program Kemitraan Penyaluran
Tahun Droping Dana PK
Dana Tersedia Pinjaman Hibah
2007 2.682.671.637 11.640.008.737 8.764.000.000
1.313.888.440 2008 4.539.740.000 13.437.962.328
12.636.500.000 1.899.623.975
2009 10.288.114.145 12.675.695.877 11.528.500.000
2.142.088.350
Sumber : Laporan Pengelolaan Dana PKBL
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa bukan saja jumlahnya yang relatif besar tetapi juga terdapat kecenderungan jumlah dana yang membaik dari tahun
ke tahun. Droping dana PK merupakan penyisihan dari laba bersih perusahaan, sementara dana yang tersedia merupakan hasil dari penjumlahan saldo awal,
penerimaan angsuran pinjaman, penerimaan uang titipan dan penerimaan uang muka.
Besar dana yang digunakan untuk program Bina Lingkungan pada PT. Pelabuhan Indonesia III untuk tahun 2009, perusahaan menetapkan anggaran
untuk program Bina Lingkungan adalah sebesar 2 dari laba bersih setelah pajak. Selain dana tersebut, perusahaan juga menyediakan dana untuk biaya
operasional yang ditetapkan sesuai dengan Peraturan Menteri yaitu 5 dari jumlah dana Bina Lingkungan yang disalurkan.
Objek kegiatan adalah objek bantuan yang sesuai dengan Peraturan Menteri, sehingga dana yang disalurkan pun berasal dari hasil RUPS saja. Dari
tahun ke tahun dana yang disalurkan oleh PT. Pelabuhan Indonesia III untuk Program Bina Lingkungan ini mengalami kenaikan. Terhadap kenaikan bantuan
tersebut dapat ditafsirkan bahwa PT. Pelabuhan Indonesia III pada tahun terakhir mengalami peningkatan laba yang berpengaruh terhadap besarnya dana bantuan
ke masyarakat pada tahun yang bersangkutan. Mengingat dana sosial yang digunakan bersumber dari prosentase laba bersih perusahaan. Tentunya jika
perusahaan mendapatkan laba yang besar maka akan mempengaruhi besarnya dana sosial yang disalurkan. Dana bantuan program PK dan program Bina
Lingkungan yang dikeluarkan oleh PT. Pelabuhan Indonesia III pada tahun 2009 adalah sebagai berikut :
Tabel 6. Realisasi Anggaran PKBL 2009 2009
Bantuan PK BL
Jumlah
- Hibah Program Kemitraan
Sektor industri
Sektor perdagangan
Sektor pertanian
Sektorpeternakan
Sektor perikanan
Sektor jasa
1.968.000.000 6.713.500.000
90.000.000 295.000.000
100.000.000 2.362.000.000
1.968.000.000 6.713.500.000
90.000.000 295.000.000
100.000.000 2.362.000.000
- Bantuan Bina Lingkungan
Bencana alam
Pendidikan atau pelatihan
Peningkatan
kesehatan
Pengembangan
prasarana sarana umum
Sarana ibadah
679.000.000 838.402.000
124.010.000
2.486.870.000
3.087.625.000 679.000.000
838.402.000
124.010.000
2.486.870.000
3.087.625.000
Sumber : Laporan Pengelolaan Dana PKBL
5.1.3.2.2. Pelaksanaan Program Kemitraan
Penyaluran dana Program Kemitraan PT. Pelabuhan Indonesia III meliputi wilayah :
Jawa Timur
Jawa Tengah DIY
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
Mitra binaan PT. Pelabuhan Indonesia III mendapatkan informasi program kemitraan didapat dari mulut – ke mulut seperti dikutip dari pernyataan Senior
Manajer PKBL Pak Bill L. Yuller sebagai berikut :
“ Oh, mereka dari mulut – ke mulut kita gak melakukan promosi, yah dari tetangga – tetangga gitu lho “.
Pernyataan Senior
Manajer PKBL
Metode penyaluran PKBL yang dilakukan oleh perusahaan adalah metode channeling yaitu penyaluran langsung oleh Pembina kepada para calon Mitra
Binaan berdasar proposal yang masuk. Adapun metode penyaluran PKBL adalah sebagai berikut:
1. Penyampaian proposal kepada General Manajer Cabang Pelabuhan yang
terdekat dengan lokasi calon Mitra Binaan, kemudian dilakukan penelitian administrasi, penelitian lapangan dan selanjutnya cabang memberikan
rekomendasi ke Kantor Pusat. 2.
Penelitian administrasi merupakan penelitian proposal yang diajukan calon Mitra Binaan terhadap pemenuhan persyaratan dan kelengkapan
berkas. 3.
Penelitiansurvei lapangan secara langsung dengan melakukan peninjauan ke tempat usaha calon Mitra Binaan untuk menguji kebenaran data yang
disajikan dalam proposal dengan mengevaluasi calon Mitra Binaan dengan formula 4 P personality, purpose, prospect, payment dan 5 C
character, capacity,capital, colateral, conticions. 4.
Cabang Pembina menyampaikan laporan hasil survei ke Kantor Pusat disertai rekomendasi besaran dana yang akan disalurkan.
5. Penetapan besaran pinjaman dilakukan oleh Kantor Pusat dengan
memberikan Surat Kuasa dari Direksi kepada General Manajer Cabang pembina untuk melaksanakan penandatanganan dengan calon Mitra
Binaan melalui Surat Perjanjian Pinjaman.
Setelah menjadi mitra binaan, maka mitra berhak mendapatkan bantuan dana pengembangan Program Kimitraan dan Bina Lingkungan yang diberikan oleh
PT. Pelabuhan Indonesia III untuk pengembangan usaha kecil dalam bentuk pinjaman dan hibah. Jangka waktu pembinaan paling lama tiga tahun sesuai
dengan tingkat suku bunga pinjaman antara 6 sd 12 per tahun maksimum 6 sesuai dengan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor : PER-05BUMN2007.
Sedangkan hibah tidak diberikan dalam bentuk uang tunai melainkan dalam bentuk kegiatan yang diharapkan akan dapat meningkatkan usaha para mitra
binaan diantaranya bantuan pendidikan, pelatihan. Promosi, pengkajian dan penelitian serta kegiatan lain. Besarnya dana hibah ditetapkan maksimal 20 dari
dana Program Kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan. Untuk mengantisipasi agar usaha mitra binaan tetap survive dan berkembang
maka dilakukan pembinaan managerial, pemasaran dan produksi. Misalnya dengan mengadakan pelatihan pembukuan sederhana, pelatihan penyusunan dan
analisis laporan keuangan, pelatihan peningkatan strategi penjualan serta pemagangan. Pelatihan tersebut dimaksudkan agar mitra binaan dapat mengelola
usahanya dengan baik. Kegiatan pemasaran bertujuan untuk memperkenalkan dan memasarkan produk yang dihasilkan oleh mitra binaan. Yaitu mengikutkan
mitra binaan pada pameran Inacraft jakarta, Nusantara Expo Pontianak, Jatim expo Surabaya, Jawa Timur Festival Sby, Art, Craft Tourism Bali. Dari
serangkaian program yang diterapkan oleh PKBL PT. Pelabuhan Indonesia III diharapkan mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak dan mampu
meningkatkan ekonomi masyarakat setempat. Sehingga perlu adanya sinergi yang saling bermanfaat yaitu dengan cara mengevaluasi monitoring perkembangan
yang telah dicapai mitra binaan secara detail untuk kemudian dilakukan langkah untuk menindaklanjuti hasil evaluasi tersebut.
5.1.3.2.3 Pelaksanaan Program Bina Lingkungan
Dalam pelaksanaan di lapangan BL merupakan tangan yang langsung bersentuhan dengan masyarakat dalam hal bantuan sosial sehingga dibutuhkan
suatu ketersedian dana dan SDM yang siap pakai untuk mengantisipasi bantuan – bantuan yang bersifat darurat, sepeti bencana alam dan fenomena sosial lainnya.
Berdasarkan SE-04MBU.S2007 tentang asumsi kemandirian PKBL dijelaskan “bahwa unit PKBL dianggap sebagai unit ekonomi yang bertanggung
jawab atas aktifitas ekonomi dan pengendalian administrasinya. Unit PKBL bertanggung jawab atas pengelolaan aktiva dan sumber daya untuk kepentingan
yuridiksi tugas pokoknya”. Uraian tersebut menjelaskan posisi PKBL yang diasumsikan sebagai entitas yang berdisi sendiri dan mempunyai kewenangan
atas segala aktifitas ekonomi yang dilakukan. Setelah dilakukan perencanaan yang dedeskripsikan pada tahap
perencanaan CSR yang pada intinya adalah mapping atas lingkungan dan masyarakat disekitar perusahaan kemudian menetapkan pola, area dan jenis bina
lingkungan, maka dilakukan penyaluran bantuan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Berbeda dengan Porgram kemitraan, sifat dari bantuan Bina
Lingkungan murni bersifat hibah. Bina Lingkungan merupakan wujud aktifitas CSR perusahaan dalam bidang sosial sesuai dengan Peraturan Menteri Nomor :
PER-05MBU2007 yang mencakup : 1. Bencana Alam
2. Pendidikan pelatihan 3. Peningkatan Kesehatan
4. Pengembangan Prasarana Sarana 5. Sarana Ibadah
5.1.3.3. Evaluasi Program CSR
Evaluasi merupakan kegiatan pemantauan atau monitoring yang dilakukan berkaitan dengan dilaksanakannya program CSR. Dari hasil evaluasi
monitoring tersebut diharapkan dapat momoret keadaan sesungguhnya dan perkembangan yang terjadi setelah di laksanakan penyaluran bantuan. Sesuai
dengan fokus pembahasan pada tahap evaluasi yaitu bagaimana evaluasi dilakukan pada mitra binaan yang telah menerima pinjaman, pembinaan dan
berbagai kemudahan yang diberikan oleh PT. Pelabuhan Indonesia III. Peneliti mengidentifikasi tahap evaluasi menjadi 2 fungsi yang saling
terkait, yaitu sebagai berikut : 1.
Evaluasi sebagai proses pemantauan ukuran keberhasilan efektifitas tahap pelaksanaan.
Evaluasi pada posisi ini cenderung sebagai fungsinya dalam memotret apa kekurangan pada penyelenggaraan kegiatan dan apa ada masalah yang
muncul serta solusi yang akan diambil. Sehingga efektif tidaknya bantuan yang diserahkan diharapkan dapat dilihat melalui tahap evaluasi
2. Evaluasi sebagai proses pengumpulan informasi dalam rangka
pelaksanaan tahap berukutnya yaitu tahap reporting. Evaluasi pada posisi ini sangat terkait pada tahap pelaporan, dimana
informasi yang dikumpulkan nantinya akan dapat memberi masukan pada
perencanaan program, memodifikasi, sebagai upaya untuk melakukan tindakan perbaikan dan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan
keputusan Menurut Peraturan Menteri Nomor : PER – 05MBU2007 Pasal 5 tentang
kewajiban BUMN pembina, pada butir f disebutkan bahwa kewajiban BUMN pembina adalah melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap mitra binaan.
Hal tersebut merupakan dasar dari kewajiban evaluasi yang harus dilakukan oleh PKBL selaku pelaksana program CSR pada PT. Pelabuhan Indonesia III.
Tentang bagaimana monitoring dilakukan, pelaksanaan di lapangan sesuai dengan hasil observasi dan wawancara peneliti mengindikasikan bahwa kegiatan
monitoring belum berjalan sebagaimana fungsinya sebagai pemantau keberhasilan program dan proses pengumpulan informasi untuk tahap reporting.
Seharusnya data yang didapat dari hasil monitoring sangat bisa mewakili kondisi sebenarnya perkembangan dan hasil yang dicapai dari pelaksanaan program.
Pernyataan yang diberikan oleh Bu Anastianti Ratih K. D. Asisten Manajer Adm. Pelapoan PKBL selaku penyusun laporan PKBL yang
menggunakan hasil evaluasi montoring sebagai bahan penyusunan laporan PKBL adalah sebagai berikut :
“ yaitu, data – data yang ada ini dimanfaatkan untuk evaluasi, misalnya untuk mengetahui pertumbuhan dari pada jumlah mitra binaan maupun peningkatan
laba mereka atau istilahnya income per kapitanya, klo rutin triwulanan, kita buat laporan bulanan juga ada, cuman nanti yang di evaluasi tiap triwulan, semester
sama tahunan “. Pernyataan Asisten Manajer Adm. Pelaporan PKBL
Kendala yang terjadi dalam tahap evaluasi tidak lepas dari hambatan dari segi internal salah satunya adalah keterbatasan jumlah SDM dalam mengelola
seluruh kegiatan pada PKBL khususnya adalah Program Kemitraan. Kegiatan utama program kemitraan lainnya yaitu penyaluran bantuan, penagihan,
pembinaan menjadi kegiatan yang dominan sementara kegiatan monitoring yang dilakukan merupakan kegiatan sambilan. Di kesempatan lain Pernyataan Senior
Manajer PKBL Pak Bill L. Yuller memberikan gambaran dari sisi permasalahan yang terjadi di tubuh PKBL sebagai berikut :
“ nah ini, kita agak kurang, kan wilayah kerja kita sangat luas dalam program kemitraan kita kekurangan tenaga, untuk penagihan – penagihan kita belum ada
orang spesial. Klo orang minjem itu kan harus ditagih, kita nagihnya berkala, 6 bulan sekali, terlalu lama kan? Sampai baru 1 tahun sekali baru kita tagih.
Padahal kita kan seharusnya rutin tiap bulan sekali, jadi kita kekurangan SDM ”.
Pernyataan Senior
Manajer PKBL
Perencanaan SDM yang kurang matang berdampak pada pelaksanaan evaluasi yang seharusnya bisa memantau mitra binaan secara keseluruhan,
sehingga diperoleh gambaran perkembangan dan keefektifan bantuan ataupun pinjaman yang disalurkan. Berikut pernyataan Asisten Manajer Adm.
Pelaporan PKBL:
“ kita di pusat udah cukup kecuali di cabang, karena pekerjaan di cabang cuma sampingan, kurang SDM, kan di di cabang istilahnya ya nyambi aj “.
Pernyataan Asisten Manajer Adm. Pelaporan PKBL
Dengan jumlah SDM yang sangat minim tersebut PK berusaha untuk memenuhi tanggung jawab sosial kepada masyarakat sementara jumlah mitra
binaan yang tiap tahun mengalami peningkatan dan sampai saat ini sudah mencapai 6.432. jumlah yang sangat tidak sebanding jika kegiatan dilakukan
program kemitraan meliputi survei, penyaluran bantuan, penagihan, pembinaan dan monitoring.
Sementara itu, dari sudut pandang penerima bantuan yaitu mitra binaan, yang mendapatkan informasi program kemitraan menyampaikan sebagai berikut:
“ Dari tetangga, kita itu dari sesama wirausaha ngomong klo ada pinjaman dari perusahaan “.
Pernyataan Pemilik UD. Citra Karya Mandiri Mitra Binaan
Pelaksanaan kegiatan monitoring dapat diperoleh gambaran dari hasil wawancara tertulis dengan salah satu mitra binaan yang berhasil mengembangkan
usahanya berkat bantuan dari PT. Pelabuhan Indonesia III. Pak Agus Harianto pemilik UD. Citra Karya Mandiri yang bertempat di Perum Magersari Sidoarjo
menuturkan sebagai berikut :
“ Monitoringnya bagus, bahkan sampai dia ada event, kita diikutkan, salah satu bentuk monitoring juga, kita dibina terus kok supaya lebih maju. Kebanyakan via
phone, tapi kadang – kadang 4 bulan sekali, dia dalam setahun pasti ada kunjungan 2 – 3 kali, kemudian ngontrol keuangan juga “.
Pernyataan Pemilik UD. Citra Karya Mandiri Mitra Binaan
Dari kutipan – kutipan wawancara kepada pihak – pihak yang terkait dalam kegiatan monitoring tersebut dapat ditarik benang merah permasalahan
yang terjadi pada tahap evaluasi, bahwasanya kegiatan monitoring yang seharusnya bisa menjadi sarana pengukur tingkat keberhasilan mitra binaan,
belum bisa dijalankan secara optimal yang dapat diartikan dari belum didapatnya data yang pasti mengenai perkembangan seluruh mitra binaan yang meliputi
omset perkembangan tenaga kerja, aset yang dimiliki, jaringan usaha, dan lain - lain. Salah satu unsur yang menjadi kendala dalam permasalahan tersebut adalah
kurangnya ketersediaan SDM sebagai pelaksana dari kegiatan monitoring, SDM yang ada di PK yang minim sehingga mengharuskan dilakukannya penggabungan
kegiatan antara survei, penyaluran, penagihan, pembinaan, dan monitoring.
5.2 Pelaporan Program CSR 5.2.1. Arti Pentingnya Pelaporan CSR