1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah antara lain sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan kegiatan Corporate Social Responsibility CSR pada
PT. Pelabuhan Indonesia III? 2.
Bagaimana PT. Pelabuhan Indonesia III melaporkan kegiatan Corporate Social Responsibility CSR?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk menjelaskan penerapan kegiatan Corporate Social Responsibility
CSR pada PT. Pelabuhan Indonesia III 2.
Untuk memberi gambaran mengenai pelaporan kegiatan Corporate Social Responsibility CSR pada PT. Pelabuhan Indonesia III
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi PT Pelabuhan Indonesia III
Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajemen mengenai keefektifan penerapan CSR, manfaat dan kontribusi yang riil dirasakan oleh
masyarakat sekitar pada khususnya dan stakeholder pada umumnya. 2.
Bagi masyarakat Untuk memberikan wawasan tentang penerapan Tanggung jawab sosial
suatu perusahaan untuk kemudian dijadikan tolak ukur kinerja suatu perusahaan dalam rangka mewujudkan bisnis yang “ramah lingkungan”.
3. Bagi Peneliti dan Peneliti lain
Memberikan kontribusi untuk memperkaya wacana dan referensi seputar CSR. Dan diharapkan dapat menjadi sarana untuk mendulang inspirasi positif
dan kreatif yang kemudian berdampak pada peningkatan implementasi CSR dalam ilmu pengetahuan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Review Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian tentang Corporate Social Responsibility CSR telah dilakukan juga oleh para peneliti terdahulu. Salah satunya yang dilakukan oleh
Mirfazli dan Nurdiono 2007 sebagai berikut, pengakomodasian unsur tanggung jawab sosial belum dijalankan oleh perusahaan dengan baik dan wajar dalam
proses penilaian dampak sosial maupun dalam pelaporan. Ini dibuktikan dengan begitu banyak timbul berbagai konflik dan masalah pada industrial seperti
demonstrasi dan protes yang menyiratkan ketidakpuasan beberapa elemen stakeholders pada manajemen perusahaan. Oleh sebab itu penelitian ini menilai
praktik tanggung jawab sosial perusahaan berdasarkan dampak sosial perusahaan yang bergantung pada karakteristik operasi perusahaan. Karakteristik operasi
perusahaan yang menghasilkan dampak sosial yang tinggi akan menuntut pemenuhan tanggung jawab sosial yang lebih tinggi pula. Pelaksanaan
tanggungjawab sosial akan disosialisasikan kepada publik melalui pengungkapan sosial dalam laporan tahunan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan jumlah penyajian pengungkapan informasi CSR antara perusahaan dalam
kelompok aneka industri dasar yang tergolong industri High-Profile dan Low Profile. Sehingga dapat diketahui apakah semakin besar perusahaan tersebut
maka semakin besar pula tanggung jawab sosial dalam pelaksanaan dan pelaporannya.
Alat analisa yang digunakan berbentuk deskriptif kualitatif, yaitu metode yang mengambarkan dan menjelaskan karakteristik daya agar hasil penelitian
dapat memberikan gambaran yang jelas. dan kuantitatif dengan metode content analysis. Berupa pengolahan data meliputi pengecekan dan perhitungan item –
item pengungkapan sosial yang ada dalam laporan tahunan. Dari hasil penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan
yang cukup signifikan dalam penyajian jumlah pengungkapan sosial seluruh tema antara perusahaan dalam kelompok high-profile dengan perusahaan dalam
kelompok aneka industri low-profile. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya dampak sosial yang muncul pada sebagian perusahaan dalam dua kelompok di
atas yang termasuk dalam tipe high-profile yang mendorong mereka untuk melakukan dan mengungkapkan pertanggungjawaban sosial perusahaan.
Penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Mardiyah dan Widyastuti 2007 memposisikan penelitian ini pada penjelasan tentang variable –variabel
yang memperngaruhi menerapan CSR berdasarkan persepsi manajer perusahaan, kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan dilaporkan kepada stakeholders. Dan
stakeholders perusahaan terdiri dari berbagai macam pihak. Ada pemegang saham, pemerintah, dan masyarakat umum. Pemerintah berkeinginan agar
perusahaan mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sementara
masyarakat mengharapkan perusahaan mampu menjadi tempat pencari nafkah, selain itu perusahaan dituntut untuk memproduksi barang yang ramah
lingkungan. Sehingga penelitian ini akan merumuskan permasalahan apakah regulasi
pemerintah, tekanan masyarakat, tekanan organisasi lingkungan, tekanan media massa, serta tekanan investor dan kreditor berpengaruh terhadap penerapan CSR.
Tujuan penelitian ini adalah utuk menguji secara empiris pengaruh antara elemen – elemen stakeholders dengan penerapan CSR dan untuk menguji
pengaruh CSR terhadap akuntansi sosial. Yang diharapkan dapat berkontribusi memberikan dorongan terhadap suatu sikap tentang tanggung jawab sosial yang
besar pada perusahaan yang berperan dalam menghadapi masalah – masalah lingkungan, juga pemerintah dan masyarakat sebagai alternative referensi untuk
mengevaluasi kenerja perusahaan. Penelitian ini bersifat menggunakan kuesioner atau wawancara. Subyek
yang menjadi target penelitian adalah seluruh perusahaan manufaktur mempublik go public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Sampel penelitian sebanyak 20
perusahaan. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pada regulasi pemerintah, tekanan media massa dan tekanan investor atau kreditor. Hal
tersebut membuktikan bahwa penerapan CSR sangat dipengaruhi oleh elemen – elemen stakeholders tersebut. Dan elemen – elemen stakeholders yang lain, yaitu
: tekanan masyarakat dan tekanan organisasi lingkungan kurang berpengaruh terhadap penerapan CSR, dan juga terdapat pengaruh tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap akuntansi sosial. Dengan demikian secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa regulasi pemerintah, tekanan masyarakat, tekanan organisasi, tekanan media massa dan tekanan investor atau kreditor berpengaruh terhadap
penerapan CSR. Penelitian tentang CSR juga dilakukan oleh Sukarno dan Anggraini
2007 dalam konteks corporate image. Penelitian ini menyatakan bahwa kinerja sosial perusahaan merupakan hal yang cukup penting bagi corporate image.
Terutama dalam jangka panjang perusahaan yang dapat memberikan kontribusi cukup berarti dalam pengembangan berkelanjutan bagi perusahaan. Dengan
demikian kinerja sosial perusahaan dalam hal ini CSR dapat menjadi salah satu ukuran bagi citra atau reputasi perusahaan. Citra atau reputasi perusahaan sendiri
merupakan salah satu asset yang sangat berharga. Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah PTPN X yang dalam upaya memenuhi kebutuhan
masyarakat terhadap salah satu kebutuhan pokok serta bertanggung jawab kepada kegiatan yang sifatnya tidak hanya mengutamakn aspek profitabilitas saja namun
juga perlu dipikirkan dampak sosialnya. Aktifitas operasional pabrik gula tersebut sangat berdampak serius jika tidak ditangani dengan tepat seperti
masalah pembungan limbah gula dan tetes. Tujuan dari penelitian ini adalah menilai apakah kinerja sosial merupakan
hal yang penting bagi Corporate Image sejalan dengan bagaimana perusahaan sadar dan kemudian tanggap terhadap isu sosial dan bagaimana perusahaan dalam
aktifitas operasinya mempertimbangkan aspek CSR. Teknik analisis yang digunakan adalah model persamaan struktural
Structural Equation Modeling. Paling tidak ada 2 dua alasan mengapa
menggunakan SEM, pertama terdapat variable latentfaktor, dan yang kedua bertujuan mengkonfirmasi model. Data yang dikumpulkan dari responden masih
bersifat kualitatif. Untuk memperoleh gambaran yang memberikan profil Corporate Social Responsibility dan Corporate Reputation dilakukan
pentabulasian yang selanjutnya diuji reliabilitas dan validitasnya. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa faktor Corporate Social
Responsibility berpengaruh positif dan signifikan terhadap faktor stakeholders dan faktor Corporate Function, sedangkan faktor CSR berpengaruh tidak
signifikan terhadap faktor manajemen, faktor stakeholders berpengaruh positif dan signifikan terhadap faktor Corporate reputation dan faktor Corporate
Function berpengaruh signifikan dan negatif terhadap faktor Corporate Reputation. Dengan demikian dapat digaris bawahi dari penelitian ini bahwa
dalam pengakomodasian unsur tanggung jawab sosial perusahaan stakeholders memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan Corporate Image.
Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Nursahid, Fajar 2006 sebagai berikut, penelitian ini mengambil obyek perusahaan BUMN besar di
Indonesia. Praktik kedermawanan sosial BUMN yang bersifat imperatif tentu bertolak belakang dengan filosofi kedermawanan itu sendiri yang bersifat
sukarela. Oleh sebab itu, sangat mungkin terdapat kompleksitas masalah baik dalam pengalangan, pengelolaan, maupun penyaluran dana program sosial yang
ditujukan ke masyarakat. Selain itu, motivasi berderma dan keberlanjutan praktik kedermawanan sosial tersebut juga menjadi persoalan tersendiri bagi BUMN.
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan diatas. Pertanyaan – pertanyaan pokok diajukan, meliputi : 1 bagaimana pola kedermawanan sosial
BUMN dilakukan menyangkut penggalangan, pengelolaan, dan penyaluran dana bantuan atau program sosial yang ditujukan ke masyarakat; 2 motif yang
melatarbelakangi praktek kedermawanan sosial tersebut; 3 visi kebijakan sosial perusahaan; 4 persepsi stakeholder terutama masyarakat penerima bantuan;
dan 5 kemungkinan untuk melakukan transformasi praktik kedermawanan atau alternatif model dari sifatnya yang imperatif affirmative action ke arah
kesukarelaan volunteerism dan memperhatikan aspek keberlanjutan sustainability.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan porposif sampel dengan mengambil sampel 3 dari 162 BUMN di Indonesia : PT. Krakatau Steel,
PT. Pertamina dan PT. Telekomunikasi Indonesia. Mereka terpilih sebagai bagian besar BUMN yang menerapkan strategi industri dan filantropi yang besar dan
sebagian perusahaan tersebut berada di kota yang berbeda cilegon, jakarta dan bandung. Sehingga memungkinkan adanya variasi dalam donasi yang terkait
dengan permintaan dan kebutuhan dari masyarakat sekitar perusahaan. Data telah selesai dikumpulkan pada Maret – Juni 2005 meliputi eksplorasi dari dokumen,
observasi dan wawancara. Dalam prakteknya penyelenggaraan program – program sosial oleh PT.
Krakatau Steel, PT. Pertamina dan PT. Telekomunikasi Indonesia menemui sejumlah kendala pokok terkait dengan ketentuan makro yang menjadi dasar
pelaksanaan program sosial BUMN, Kepmen No. Kep-236MBU2003 dinilai
kurang fleksibel terutama menyangkut alokasi bidang bantuan. Pembatasan terhadap lima obyek bantuan pendidikan, kesehatan, sarana umum, sarana
ibadah dan bencana alam seringkali tidak dapat mengakomodir kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Selain itu, skema bantuan Program Bina Lingkungan yang
mengharuskan penyaluran bantuan secara langsung oleh BUMN yang bersangkutan juga tidak memungkinkan adanya institusi pendamping
sebagaimana dikenal dalam konsep pengembangan masyarakat. Makanya jarang sekali program – program sosial BUMN dikerjasamakan dengan LSM atau
organisasi masyarakat sipil lainnya sehingga terjadi penguatan kapasitas kelembagaan capacity building bagi lembaga pelaksana tersebut.
Secara umum dari penelitian yang dilakukan terhadap praktik kedermawanan sosial oleh ketiga BUMN dapat disampaikan sejumlah
kesimpulan sebagai berikut : 1.
Sebagian besar derma atau bantuan sosial yang diberikan oleh ketiga perusahaan BUMN ke masyarakat masih bersifat karitas ketimbang
filantropis 2.
Kendati secara normatif penyelenggaraan program sosial ini didorong oleh kesadaran untuk bertanggngjawab secara sosial pada umumnya kepentingan
untuk membentuk citra positif perusahaan melalui bantuan terasa lebih menonjol
3. Perusahaan belum memiliki cetak-biru blueprint terkait dengan
penyelenggaraan derma sosial, salah satu penyebanya adalah karena sifat program yang imperatif berasal dari menteri BUMN
4. Pada umumnya stakeholder mempunyai persepsi positif terhadap perusahaan
terkait dengan penyelenggaraan bantuan. Namun demikian ada sejumlah pandangan kritis, misalnya pemihakan secara jelas antara perusahaan dan
kelompok marjinal, keberlanjutan pembinaan pasca bantuan, terutama menyangkut program peningkatan SDM masyarakat sekitar.
5. Dilihat dari bentuk kontribusi , motivasi, pengelolaan, dan pengorganisasian
program, praktik derma yang dilakukan oleh perusahaan masih dikategorikan sebagai karitas dan ini sebenarnya merupakan bentuk yang paling tradisional
dari penyelenggaraan derma 6.
Belum ada satupun perusahaan yang menerapkan mekanisme voluntari dalam penyelenggaraan program. Meskipun gagasan mengenai voluntari ini dapat
diterima, dipandang relevan, dan mungkin akan diterapkan dalam pengelolaan derma sosial BUMN kedepan
2.2. Latar Belakang Tanggung Jawab Sosial perusahaan CSR