Bahan harus memperhitungkan bahwa peserta didik berbeda dalam gaya belajar. Tidak semua peserta didik memiliki gaya belajar yang sama.
6.
Materials should take into account that learners differ in affective attitudes
Bahan harus memperhitungkan bahwa peserta didik berbeda dalam sikap afektif. Sikap peserta didik bervariasi. Idealnya siswa akan membutuhkan
motivasi yang kuat dan konsisten, agar tumbuh perasaan positif terhadap guru mereka, sesama peserta didik mereka, dan bahan-bahan yang mereka pelajari.
Untuk mencapai kenyataan ini, bahan harus menyediakan pilihan dari berbagai jenis kegiatan.
7. Materials should maximize learning potential by encouraging intellectual,
aesthetic and emotional involvement which stimulates both right and left
brain activities
Bahan harus memaksimalkan potensi belajar dengan melibatkan kecerdasan, estetika kepekaan terhadap seni dan keindahan dan emosional yang dapat
merangsang kegiatan otak kanan dan kiri. 8.
Materials should not rely too much on controlled practice
Bahan sebaiknya tidak bergantung terlalu banyak pada kebiasaan dikendalikan.
9.
Materials should provide opportunities for outcome feedback
Bahan harus memberikan kesempatan untuk umpan balik hasil.
2.1.6 Pembelajaran
Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan Trianto, 2010:17. Pembelajaran secara simpel
dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari
seorang guru untuk membelajarkan siswanya mengarhkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan.
Disisi lai Sagala 61: 2009 berpendapat bahwa pembelajaran adalah membelajarkan
siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Berdasarkan kedua pendapat ahli tersebut peneliti
menyimpulkan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan membelajarkan siswa dengan mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar.
2.1.7 IPA 2.1.7.1 Hakikat IPA
IPA merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam. Kata-kata Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari kata-kata Bahasa Inggris Natural
Science secara singkat sering disebut Science Iskandar, 2001:2. Natural artinya alamiah, berhubungan, dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Science
artinya ilmu pengetahuan. Jadi menurut Iskandar, Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau science itu secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini.
Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat 1, IPA termasuk kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Kelompok mata pelajaran ini dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif, dan mandiri.
Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP 2007, mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan di SD.
Tujuan mata pelajaran IPA di SDMI menurut BSNP 2006:162 adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya 2.
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan 5.
Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan 7.
Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMPMTs.
2.1.7.2 Materi IPA tentang Lingkungan Sehat dan Lingkungan Tidak Sehat
Penelitian ini ditujukan pada siswa kelas IIIB semester gasal dengan Standar Kompetensi SK 2. Memahami kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap
kesehatan, dan upaya menjaga kesehatan lingkungan ,
dan dengan Kompetensi Dasar KD 2.2 Mendeskripsikan kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap
kesehatan. Serta dibatasi pada materi lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat.
2.1.8 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum merupakan salah satu elemen penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oliva dalam Sanjaya, 2010:8 menyatakan bahwa kurikulum pada
dasarnya adalah suatu perencanaan atau program pengalaman siswa yang diarahkan sekolah. Dilain pihak dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dikatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Dari dua pendapat diatas dapat diartikan bahwa kurikulum memiliki peran yang begitu penting dalam sebuah
pembelajaran. Salah satu kurikulum yang dijadikan pedoman dalam kegiatan belajar di
SDN Perumnas Condongcatur adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Kurikulum KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan Sanjaya, 2010: 128. Konsep kurikulum operasional menurut Sanjaya yakni, 1 Sebagai kurikulum yang bersifat
operasional maka dalam pengembangannya, KTSP tidak akan lepas dari ketetapan- ketetapan yang telah disusun pemerintah secara nasional, 2 Sebagai kurikulum
operasional, para pengembang KTSP, dituntut dan harus memperhatikan ciri khas kedaerahan, sesuai dengan bunyiUndang-Undang No. 20 Tahun 2003 ayat 2, yakni
bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
prinsip diverifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik, 3 Sebagai kurikulum operasional, para pengembang kurikulum di daerah
memiliki keleluasaan dalam mengembangkan kurikulum menjadi unit-unit pelajaran, misalnya dalam mengembangkan strategi dan metode pembelajaran,
dalam menentukan media pembelajaran, dalam menentukan evaluasi yang dilakukan termasuk dalam menentukan berapa kali pertemuan dan kapan suatu
topik materi harus dipelajari siswa agar kompetensi dasar yang telah ditentukan dapat tercapai. Jadi dengan digunakannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
ini mampu mengembangkan potensi siswa, kecerdasan dan minat sesuai dengan perkembangan dan kemampuan peserta siswa, serta karakteristik daerah dan
lingkungan tempat tinggal siswa.
2.1.9 Sikap Peduli Lingkungan