Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas IIIB pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.
Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika
Kelas IIIB Pada Materi Operasi Hitung Campuran Melalui Pembelajaran
Kontekstual SDN Perumnas Condongcatur
Ibnu Kurniawan
Universitas Sanata Dharma 2016
Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika kelas IIIB pada materi operasi hitung campurandi SDN Perumnas Condongcatur. Tujuan dari penelitan ini adalah (1) mengetahui danmemaparkanpenerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis. (2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar siswa, dan (3) meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc Taggart
dengan dua siklus. Penelitian ini dilaksanakan dikelas IIIB SDN Perumnas Condongcatur, dengan subyek penelitian berjumlah 26 siswa. Objek penelitian ini adalah hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan non tes. Instrumen penelitian ini menggunakan soal uraian, lembar kuesioner dan observasi. Analisis data yang digunakan adalah data kuantitatif.
Langkah-langkah model pembelajaran kontekstual yang meliputi 1) kontruktivisme, 2) menemukan, 3) bertanya, 4) masyarakat belajar, 5) pemodelan 6) refleksi 7) penilaian sebenarnya. Nilai rata-rata hasil belajar siswa kondisi awal 58,84 meningkat pada siklus I sebesar 71,23 dan pada siklus II sebesar 78,38. Persentase jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat dari kondisi awal 45,07%, meningkat menjadi 69,23% pada evaluasi siklus I dan menjadi 80,76% pada evaluasi siklus II.Peningkatan kemampuan berpikir kritis ditunjukan pada data sebagai berikut: kondisi awal dengan nilai 61,22 (tidak kritis) dan meningkat pada kondisi akhir sebesar 80,55 (kritis) dengan rentang nilai 1-100. Presentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis dari kondisi awal 47,43% meningkat menjadi 83,33% pada siklus akhir. Kata Kunci:hasil belajar, kemampuan berpikir kritis, kontekstual
(2)
Mathematics On The Material Operation Count Mixed Trough Contectual
Learning In Three Grade At Perumnas Condongcatur Elementary School.
Ibnu Kurniawan Sanata Dharma University
2016
The background of the study was concern about the low learning outcome and critical thinking skills in math class IIIB material mixture arithmetic operations through contextual learning inPerumnasCondongcatur Elementary School. The purpose of this study are: (1) to implement contextual teaching learning (CTL) for improving the learning outcome and critical thinking (2) to improve students’ learning outcome, (3) to improve students’ critical thinking.
This research is a classroom action research models Kemmis and Mc Taggart with two cycles. This study was conducted in class threeat Perumnas Condongcatur Elementary School, the study subjects were twenty-six students . The object of this study is the result of learning and critical thinking skills of students. The data collection technique using the test and non test . This research instrument use problems descriptions , questionnaires and observation sheets .
The data analysis that used are quantitatif.
The steps of this study were: 1) constructivism, 2) Inquiry, 3) Quetioning, 4) Learning community, 5) Modeling, 6) Reflection, 7) Authentic Assesment. The average value of student learning outcomes 58.84 precondition increased in the first cycle of 71.23 and the second cycle of 78.38 . The percentage of students who achieve KKM increased from 45.07 % initial conditions , increased to 69.23 % in the first cycle of evaluation and became 80.76 % in the second cycle evaluation . Improved critical thinking skills shown in the following data : the initial condition with a value of 61.22 ( not critical ) and increased in the final condition of 80.55 (critical ) with a range of values from 1-100 . A minimum percentage of the number of students who are critical of the initial conditions increased 47.43% to 83.33% at the end of the cycle .
(3)
i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA KELAS IIIB PADA MATERI OPERASI
HITUNG CAMPURAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SDN PERUMNAS CONDONGCATUR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh: Ibnu Kurniawan NIM : 121134149
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOYAKARTA 2016
(4)
(5)
(6)
iv
PERSEMBAHAN
Puji dan syukur saya panjatkankepada ALLAH S.W.T atas selesainya skripsi ini. Dalam proses pembuatan skripsi ini tentulah banyak pihak yang turut serta mendukung baik secara langsung maupun tidak, untuk itu dengan berbangga hati saya mempersembahkan skripsi ini kepada:
1. Ayah dan Ibu tercinta, Sudarso dan Suyatni yang tidak pernah lelah dan tidak pernah berhenti untuk selalu memberikan dukungan baik secara moral dan material, doa, dan juga semangat.
2. Kakak tercinta, Ika Wijayanti yang walaupun jauh berada di Purworejo namun selalu memberi doa, dukungan, dan juga semangat. 3. Seluruh keluarga besar yang selalu memberikan motivasi, doa, dan
juga dukungan yang menjadikan semangat baru dalam menghadapi segala macam hal.
4. Sahabat dan teman terkasih yang selalu ada dan selalu mampu mendampingi dalam segala situasi dan kondisi.
5. Temanteman satu payung atas segala keterbukaan dan kerja sama dalam proses perjuangan menyusun skripsi ini.
6. Temanteman satu kelas dan satu angkatan PGSD 2012 yang selalu berbagi pengalaman dan hidup serta kesediaan untuk saling melengkapi selama proses perkuliahan di PGSD Sanata Dharma. 7. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang ikut
andil dalam perjalanan hidup saya terutama dalam keikutsertaanya membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini semoga selalu dilindungi dan diberkati oleh Tuhan. Amin.
(7)
v
MOTTO
Hidup adalah perjuangan dan kesempatan, maka hiasilah hidup dengan kebaikan dan kejujuran, jangan pantang menyerah dalam mengahadapi tantangan dan kesulitan
Melangkahlah dan biarkan Tuhan menuntunmu ke tempat yang jauh lebih indah dari ini dan nikmati setiap langkah bersama-Nya
(8)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 14 April 2016 Peneliti,
(9)
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Ibnu Kurniawan Nomor Mahasiswa : 121134149
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas IIIB Pada Materi Operasi Hitung Campuran Melalui Model
Pembelajaran Kontekstual SDN Perumnas Condongcatur
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan secara terbatas, dan mempubilkasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 14 April 2016 Yang menyatakan,
(10)
viii
ABSTRAK
Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis
Matematika Kelas IIIB Pada Materi Operasi Hitung Campuran
Melalui Pembelajaran Kontekstual SDN Perumnas Condongcatur
Ibnu Kurniawan
Universitas Sanata Dharma 2016
Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika kelas IIIB pada materi operasi hitung campurandi SDN Perumnas Condongcatur. Tujuan dari penelitan ini adalah (1) mengetahui danmemaparkanpenerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis. (2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar siswa, dan (3) meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc Taggart dengan dua siklus. Penelitian ini dilaksanakan dikelas IIIB SDN Perumnas Condongcatur, dengan subyek penelitian berjumlah 26 siswa. Objek penelitian ini adalah hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan non tes. Instrumen penelitian ini menggunakan soal uraian, lembar kuesioner dan observasi. Analisis data yang digunakan adalah data kuantitatif.
Langkah-langkah model pembelajaran kontekstual yang meliputi 1) kontruktivisme, 2) menemukan, 3) bertanya, 4) masyarakat belajar, 5) pemodelan 6) refleksi 7) penilaian sebenarnya. Nilai rata-rata hasil belajar siswa kondisi awal 58,84 meningkat pada siklus I sebesar 71,23 dan pada siklus II sebesar 78,38. Persentase jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat dari kondisi awal 45,07%, meningkat menjadi 69,23% pada evaluasi siklus I dan menjadi 80,76% pada evaluasi siklus II.Peningkatan kemampuan berpikir kritis ditunjukan pada data sebagai berikut: kondisi awal dengan nilai 61,22 (tidak kritis) dan meningkat pada kondisi akhir sebesar 80,55 (kritis) dengan rentang nilai 1-100. Presentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis dari kondisi awal 47,43% meningkat menjadi 83,33% pada siklus akhir.
(11)
ix
ABSTRACT
The Development Of Learning Goal And The Critical Thingking
Of Mathematics On The Material Operation Count Mixed
Trough Contectual Learning In Three Grade At Perumnas
Condongcatur Elementary School.
Ibnu Kurniawan Sanata Dharma University
2016
The background of the study was concern about the low learning outcome and critical thinking skills in math class IIIB material mixture arithmetic operations through contextual learning inPerumnasCondongcatur Elementary School. The purpose of this study are: (1) to implement contextual teaching learning (CTL) for improving the learning outcome and critical thinking (2) to
improve students’ learning outcome, (3) to improve students’ critical thinking.
This research is a classroom action research models Kemmis and Mc Taggart with two cycles. This study was conducted in class threeat Perumnas Condongcatur Elementary School, the study subjects were twenty-six students . The object of this study is the result of learning and critical thinking skills of students. The data collection technique using the test and non test . This research instrument use problems descriptions , questionnaires and observation sheets . The data analysis that used are quantitatif.
The steps of this study were: 1) constructivism, 2) Inquiry, 3) Quetioning, 4) Learning community, 5) Modeling, 6) Reflection, 7) Authentic Assesment. The average value of student learning outcomes 58.84 precondition increased in the first cycle of 71.23 and the second cycle of 78.38 . The percentage of students who achieve KKM increased from 45.07 % initial conditions , increased to 69.23 % in the first cycle of evaluation and became 80.76 % in the second cycle evaluation . Improved critical thinking skills shown in the following data : the initial condition with a value of 61.22 ( not critical ) and increased in the final condition of 80.55 (critical ) with a range of values from 1-100 . A minimum percentage of the number of students who are critical of the initial conditions increased 47.43% to 83.33% at the end of the cycle .
(12)
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat, rahmat, dan bimbinganNya peneliti mampu menyelesaikan skripsi dengan judul:
“Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas IIIB Pada Materi Operasi Hitung Campuran Melalui Model Pembelajaran Kontekstual SDN Perumnas Condongcatur”
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat diselesaikandengan baik berkat adanya bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagaipihak. Karena itu, perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasihdengan setulus hati kepada:
1. Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
(13)
xi
4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal penulisan skripsi hingga selesai.
5. Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang selalu memberikan arahan dan selalu terbuka untuk dimintai saran dan juga pendapat sehingga memperkaya peneliti.
6. Mukija, S.Pd, SD selaku Kepala Sekolah SD Negeri Perumnas Condongcatur yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
7. Guru kelas IIIB SD Negeri Perumnas Condongcatur, Cahyo Arif Nugroho, S.Pd.yang senantiasa bersedia untuk berdiskusi secara aktif selama proses penelitian juga berkenan membantu peneliti dalam proses perizinan ujicoba terbatas.
8. Siswa kelas IIIB SD Negeri Perumnas Condongcaturyang dengan jujur, tulus dan senang hati mengijinkan, membantu, dan berdiskusi secara aktif selama proses penelitian.
9. Sahabatku terkasih, Cahyo, Husaini, Dany, Janu, Ulil, Khodam, Bayu, Topa yang selalu memberikan semangat menyelesaikan skripsi yang selalu ada untuk memberi dukungan, semangat, dan juga bantuan selama proses penyusunan skripsi ini.
10.Teman-teman PPL SD Negeri Perumnas Condongcatur dantemanteman skripsi payung yang selalu terbuka untuk berdiskusi bersama dan saling memberikan dukungan satu sama lain.
(14)
xii
11.Seluruh pihak yang telah membantu baik secara moral maupun material, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.
Peneliti mengharapkan adanya saran, masukan, maupun kritik demi perbaikan skripsi ini agar menjadi lebih baik. Peneliti berharap skripsi yang telah disusun ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak demi perkembangan dunia pendidikan. Terima kasih.
Peneleti,
(15)
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. BatasanMasalah ... 6
D. RumusanMasalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
G. Definisi Operasional ... 9
BAB II LANDASAN TEORI ... 10
A. Kajian Teori ... 10
1. Belajar ... 10
a. Pengertian Belajar... 10
b. Ciri-Ciri Belajar ... 11
2. Hasil Belajar ... 12
a. Pengertian Hasil Belajar ... 12
b. Aspek-Aspek Hasil Belajar ... 13
c. Klasifikasi Hasil Belajar ... 14
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 15
3. BerpikirKritis ... 15
a. Pengertian Berpikir Kritis ... 16
b. Tujuan Berpikir Kritis ... 16
c. Indikator Berpikir Kritis ... 17
4. Matematika ... 22
a. Pengertian Matematika ... 22
b. Ciri-Ciri Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 23
c. Tujuan Matematika ... 24
(16)
xiv
5. PembelajaranContectual Teacher and Learning(CTL) ... 31
a. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual ... 31
b. Komponen-Komponen Model Pembelajaran Kontekstual ... 32
c. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kontekstual ... 35
d. Tahapan Pembelajaran Kontekstual ... 36
B. Penelitian yang Relevan ... 38
C. Kerangka Berpikir ... 42
D. Hipotesis Tindakan ... 44
BAB III METODE PENELITIAN... 45
A. Jenis Penelitian ... 45
B. Setting Penelitian ... 47
1. Tempat Penelitian ... 47
2. Subjek Penelitian ... 48
3. Objek Penelitian ... 48
4. Waktu Penelitian ... 48
C. Persiapan ... 48
D. Rencana Tindakan ... 49
1. Tindakan Siklus I ... 49
2. Tindakan Siklus II ... 54
E. Teknik Pengumpulan Data ... 58
1. Tes ... 58
2. Non Tes ... 59
F. Instrumen Penelitian ... 61
1. Pedoman Wawancara ... 61
2. Lembar Kuesioner ... 63
3. Observasi... 64
4. Tes ... 66
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 68
1. Validitas Rupa ... 69
2. Validitas Isi ... 69
H. Teknik Analisa Data ... 68
1. Hasil Belajar... 77
2. Kuesioner Berpikir Kritis ... 78
3. Lembar Observasi ... 84
4. Indikator Keberhasilan ... 86
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 89
A. HasilPenelitian ... 89
1. Proses Pelaksanaan Penelitian ... 89
2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 106
3. Grafik Penelitian Hasil Belajar ... 144
4. Grafik Hasil Penelitian Kemampuan Berpikir Kritis ... 145
B. Pembahasan ... 149
(17)
xv
2. Peningkatan Hasil Belajar ... 150
3. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis ... 152
BAB V PENUTUP ... 157
A. Kesimpulan ... 157
B. Keterbatasan Penelitian ... 159
C. Saran ... 159
DAFTAR REFERENSI ... 161
(18)
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Literatur Map Penelitian Terdahulu ... 41
Gambar 3.1 Skema Penelitian Kemmis dan Mc Taggart ... 46
Gambar 4.1 Grafik Rata-Rata Penelitian Hasil Belajar ... 144
Gambar 4.2 Presentasi Ketuntasan Hasil Belajar ... 145
Gambar 4.3 Grafik Rata-Rata Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis ... 146
Gambar 4.4 Presentase Jumlah Siswa yang Kritis ... 147
(19)
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Keterampilan Berpikir Kritis ... 20
Tabel 2.2 Indikator Keterampilan Berpikir kritis ... 21
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara mengenai proses pembelajaran ... 62
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara mengenai kemampuan berpikir kritis ... 62
Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis... 63
Tabel 3.4 Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kritis ... 65
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Soal Evaluasi ... 66
Tabel 3.6 Kriteria Kelayakan Validasi ... 70
Tabel 3.7 Hasil Validasi Silabus ... 71
Tabel 3.8 Hasil Validasi RPP ... 72
Tabel 3.9 Hasil Validasi LKS ... 73
Tabel 3.10 Hasil Validasi Lembar Evaluasi ... 74
Tabel 3.11 Hasil Validasi Kuesioner ... 76
Tabel 3.12 PAP Tipe 1 ... 79
Tabel 3.13 Kriteria Indikator 1 ... 81
Tabel 3.14 Kriteria Indikator 2 ... 81
Tabel 3.15 Kriteria Indikator 3 ... 82
Tabel 3.16 Kriteria Indikator 4 ... 82
Tabel 3.17 Kriteria Indikator 5 ... 82
Tabel 3.18 Kriteria Indikator 6 ... 83
(20)
xviii
Tabel 3.20 PAP Tipe 1 ... 84
Tabel 3.21 Kriteria Rata-Rata Observasi Setiap Indikator ... 85
Tabel 3.22 Kriteria Rata-Rata Observasi Secara Keseluruhan ... 86
Tabel 3.23 Indikator Keberhasilan Hasil Belajar ... 87
Tabel 3.24 Indikator Keberhasilan Kemampuan Berpikir Kritis ... 87
Tabel 4.1 NilaiKondisi Awal Siswa tahun pelajaran 2013/2014 ... 90
Tabel 4.2 Nilai Kondisi Awal Siswa tahun pelajaran 2014/2015 ... 92
Tabel 4.3 Hasil Kuesioner Kondisi Awal ... 94
Tabel 4.4 Skor Indikator 1 kuesioner kondisi awal siswa ... 96
Tabel 4.5 Skor Indikator 2 kuesioner kondisi awal siswa ... 98
Tabel 4.6 Skor Indikator 3 kuesioner kondisi awal siswa ... 99
Tabel 4.7 Skor Indikator 4 kuesioner kondisi awal siswa ... 101
Tabel 4.8 Skor Indikator 5 kuesioner kondisi awal siswa ... 102
Tabel 4.9 Skor Indikator 6 kuesioner kondisi awal siswa ... 104
Tabel 4.10 Skor Keseluruhan Indikator Kondisi Awal ... 105
Tabel 4.11 Hasil Nilai Evaluasi Siklus I ... 114
Tabel 4.12 Data Hasil Pengamatan Siklus I ... 115
Tabel 4.13 Hasil Nilai Evaluasi Siklus II ... 125
Tabel 4.14 Hasil Nilai Evaluasi SiklusAkhir ... 126
Tabel 4.15 Data Hasil Pengamatan Siklus II ... 127
Tabel 4.16 Data Hasil Kuesioner Siklus Akhir ... 129
Tabel 4.17 Skor Indikator 1 kuesioner kondisi akhir siswa ... 131
(21)
xix
Tabel 4.19 Skor Indikator 3 kuesioner kondisi akhir siswa ... 134
Tabel 4.20 Skor Indikator 4 kuesioner kondisi akhir siswa ... 136
Tabel 4.21 Skor Indikator 5 kuesioner kondisi akhir siswa ... 138
Tabel 4.22 Skor Indikator 6 kuesioner kondisi akhir siswa ... 140
Tabel 4.23 Skor Indikator Keseluruhan Indikator Kondisi Akhir ... 141
Tabel 4.24 Perbandingan Target dan Pencapaian Hasil Belajar ... 151
Tabel 4.25 Perbandingan Target dan Pencapaian dengan Kuesioner ... 153
(22)
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Penelitian ... 164 Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian ... 165 Lampiran 3 Silabus ... 166 Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 188 Lampiran 5 Soal Evaluasi Siklus 1 ... 275 Lampiran 6 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Siklus 1 ... 287 Lampiran 7 Hasil Nilai Evaluasi Siklus 1 ... 297 Lampiran 8 Soal Evaluasi Siklus 2 ... 298 Lampiran 9 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Siklus 2 ... 310 Lampiran 10 Hasil Nilai Evaluasi Siklus 2 ... 320 Lampiran 11 Soal Evaluasi Akhir ... 321 Lampiran 12 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Siklus Akhir ... 332 Lampiran 13 Hasil Evaluasi Siklus Akhir ... 342 Lampiran 14 Daftar Nilai Ulangan Matematika TA 2014/2015 ... 343 Lampiran 15 Validitas Perangkat Pembelajaran ... 345 Lampiran 16 Kisi-Kisi Kuesioner Berpikir Kritis ... 374 Lampiran 17 Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis ... 376 Lampiran 18 Validasi Kuesioner Berpikir Kritis ... 379 Lampiran 19 Kondisi Awal Kemampuan Berpikir Kritis ... 391 Lampiran 20 Kondisi Akhir Kemampuan Berpikir Kritis ... 392 Lampiran 21 Pedoman Observasi ... 393
(23)
xxi
Lampiran 22 Hasil Observasi ... 394 Lampiran 23 Pedoman Wawancara ... 395 Lampiran 24 Daftar Riwayat Hidup ... 397 Lampiran 25 Foto Kegiatan ... 398
(24)
1 BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, Identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu penekanan dari tujuan pendidikan, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Hendriana, 2014:6). Jenjang pendidikan formal yang ditempuh oleh manusia dimulai dari tingkat TK, SD, SMP, SMA/SMK hingga pendidikan perguruan tinggi. Dari semua jenjang pendidikan tersebut yang memegang peranan penting dan menjadi dasar bagi peserta didik untuk bisa menanamkan konsep dasar adalah jenjang pendidikan sekolah dasar (SD).
Sekolah Dasar menjadi pendidikan yang penting karena dijenjang tersebut siswa mudah untuk memahami konsep-konsep dasar. Piaget (dalam Rusman, 2011:251) mengatakan bahwa anak umur tujuh sampai sebelas tahun berada pada masa operasional kongret. Kemampuan inilah yang diperlukan anak pada bidang
(25)
SD. Pada jenjang sekolah dasar, siswa dibekali ilmu-ilmu dasar seperti mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang nantinya dapat digunakan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dari kelima mata pelajaran ke-SD-an diatas, peneliti terfokus pada mata pelajaran matematika. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Susanto (2013:185) mengemukakan bahwa matematika ialah salah satu disiplin ilmu pasti yang mengungkapkan ide-ide abstrak yang berisi bilangan-bilangan serta simbol-simbol operasi hitung yang terdapat aktivitas berhitung dan mampu meningkatkan kemampuan berpikir dan berpendapat dalam memecahkan masalah dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Susanto (2013:189-190) berpendapat bahwa tujuan mata pelajaran matematika yaitu untuk mengembangkan keterampilan dalam berhitung, memebentuk pola pikir yang kritis dan kreatif untuk membantu siswa memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan matematika. Matematika sebagai bekal bagi peserta didik untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif. Pada pembelajaran matematika, seorang guru diharapkan menerapkan pembelajaran yang ideal seperti siswa dihadapkan dengan permasalahan sehari-hari, model pembelajaran seperti ini secara tidak langsung melatih kemampuan berpikir siswa untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Peneliti telah melakukan pengamatan terhadap proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas IIIB dan melakukan wawancara terhadap guru kelas
(26)
IIIB yang juga mengampu mata pelajaran Matematika. Peneliti mengamati model pembelajaran yang digunakan guru selama proses pembelajaran matematika hanya menerapkan model pembelajaran yang kurang menarik seperti menggunakan metode yang berpusat pada guru atau ceramah. Guru mengunakan model pembelajaran teacher center sehingga siswa hanya mendengarkan
penjelasan, mengerjakan tugas atau latihan dan guru juga belum pernah menggunakan media pembelajaran dan ceramah akan berakibat pada hasil belajar siswa yang kurang maksimal. Padahal, hasil belajar siswa sangat menentukan proses penilaian terhadap siswa. Model pembelajaran yang kurang menarik mampu mempengaruhi hasil belajar siswa, padahal hasil belajar sangat menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang digunakan oleh guru.
Berdasarkan observasi dan wawancara pada hari kamis, 30 Juli 2015, hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di Kelas IIIB SDN Perumnas Condongcatur memiliki kriteria rendah pada materi operasi hitung campuran. Hal ini ditunjukan dari hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika pada tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 26 siswa pada materi operasi hitung campuran dengan Kriteria Ketuntasan Minimal 65. Nilai rata-rata kelas sebesar 60,96 dengan persentase siswa yang tuntas sebesar 46,15% (12 siswa) dan persentase siswa tidak tuntas sebesar 53,84% (14 siswa). Selanjutnya, peneliti meninjau kembali hasil belajar matematika pada tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 25 siswa pada materi operasi hitung campuran dengan Kriteria Ketuntasan Minimal 65. Nilai rata-rata kelas sebesar 56,72 dengan persentase siswa yang tuntas sebesar 44,00% (11 siswa) dan persentase siswa tidak tuntas sebesar 56,00% (14
(27)
siswa). Mayoritas kelas IIIB masih belum paham tentang operasi hitung campuran. Banyak siswa yang masih kesulitan dalam menghitung, siswa masih pasif bertanya, serta mayoritas siswa masih belum bisa menyelesaikan soal operasi hitung campuran dengan menggunakan langkah-langkah yang sesuai prosedur penghitungan. Hal ini menunjukan kemampuan berpikir kritis siswa rendah.
Jhonson (2007:183) mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Pengertian tersebut senada dengan Ruggiero (dalam Jhonson, 2007) mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan, atau memenuhi keinginan untuk memahami; berpikir adalah sebuah pencarian jawaban, sebuah pencapaian makna. Pengertian dari para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan sebuah proses sistematis dalam memecahkan masalah dalam pencarian sebuah jawaban. Dengan permasalahan yang dihadapi siswa maka perlu adanya pemecahan masalah dengan menggunakan model-model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang digunakan sebagai solusi pembelajaran adalah model pembelajaran Kontekstual (Contekstual Teaching and Learning)
Model pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang
(28)
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Taniredja dan Faridli, 2014: 49). Alasan peneliti memilih model pembelajaran kontekstual karena pembelajaran kontekstual dapat mengaitkan materi dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, para siswa akan terbantu dalam mempelajari materi mata pelajaran matematika salain itu juga model pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merancang sebuah penelitian dalam rangka memberi solusi permasalahan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran Matematika di SD Negeri Perumnas Condongcatur Sleman. Penelitian ini akan berfokus pada materi operasi hitung campuran.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, beberapa masalah yang teridentifikasi sebagai berikut:
1. Rendahnya hasil belajar siswa pada materi operasi hitung campuran pada siswa kelas IIIB SD Negeri Perumnas Condongcatur
2. Rendahnya kemampuan berpikir kritis pada materi operasi hitung campuran pada siswa kelas IIIB SD Negeri Perumnas Condongcatur 3. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran kurang menarik karena guru tidak menghadirkan permasalahan matematis dalam kehidupan sehari-hari siswa.
(29)
C. BATASAN MASALAH
1. Penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis pada materi operasi hitung campuran bagi siswa kelas IIIB di SD Negeri Perumnas Condongcatur tahun ajaran 2015/2016.
2. Penelitian ini dilakukan untuk mata pelajaran matematika khususnya pada standar kompetensi (SK) 1. Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka dan kompetensi dasar (KD) 1.4 Melakukan operasi hitung campuran di SD Negeri Perumnas Condongcatur.
3. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kontekstual.
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika pada materi operasi hitung campuran siswa kelas IIIB SD Negeri Perumnas Condongcatur tahun ajaran 2015/2016?
2. Apakah penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi operasi hitung campuran kelas IIIB SD Negeri Perumnas Condongcatur?
(30)
3. Apakah model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan cara berpikir kritis matematika pada materi operasi hitung campuran kelas IIIB SD Negeri Perumnas Condongcatur?
E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Menerapkan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika pada materi operasi hitung campuran siswa kelas IIIB SD Negeri Perumnas Condongcatur tahun ajaran 2015/2016.
2. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas IIIB SD Negeri Perumnas Condongcatur pada materi operasi hitung campuran melalui penerapan model pembelajaran kontekstual.
3. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas IIIB SD Negeri Perumnas Condongcatur pada materi operasi hitung campuran melalui penerapan model pembelajaran kontekstual.
F. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis
Model Contextual Teaching and learning dapat digunakan sebagai salah
satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk melakukan pembelajaran matematika yang lebih kreatif dan inovatif khususnya pada materi operasi hitung campuran.
(31)
2. Manfaat Praktis a) Bagi Peneliti
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual.
b) Bagi Guru
Sebagai bahan pertimbangan untuk memilih model dalam mengajar matematika dan digunakan sebagai alternatif model pembelajaran kontekstual oleh guru untuk melakukan pembelajaran matetatika c) Bagi siswa
Sebagai subyek penelitian, Siswa diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan berpikir kritis melalui penerapan model CTL dalam pembelajaran
d) Bagi Sekolah
Sekolah memperoleh panduan model pembelajaran inovatif khususya CTL Contextual Teaching and Learning.
(32)
G. DEFINISI OPERASIONAL
1. Belajar adalah suatu proses didalam diri seseorang yang ditandai dengan suatu perubahan.
2. Hasil Belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya dalam aspek kognitif.
3. Kemampuan berpikir kritis adalah berpikir wajar dan reflektif serta terarah untuk memecahkan, mengambil keputusan, membujuk dan menganalisis asumsi dalam menetukan apa yang harus dipercaya atau dilakukan.
4. Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang angka, pengukuran, penyelesaian masalah dan pengolahan angka.
5. Model Pembelajaran Kontekstual adalah suatu pembelajaran yang mengaitkan materi dengan situasi dunia nyata.
6. Operasi Hitung Campuran adalah Operasi hitung yang melibatkan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
(33)
10 BAB II
LANDASAN TEORI
Peneliti akan membahas mengenai kajian teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Keempat hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
A.Kajian Teori
Peneliti akan membahas mengenai teori belajar, hasil belajar, berpikir kritis, matematika, operasi hitung campuran, Contextual Teaching and Learning (CTL)
1. Belajar
a. Pengertian belajar
Belajar merupakan kegiatan atau cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman. Abdillah (dalam Aunurrahman, 2011: 35) mendefinisikan bahwa belajar merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui pelatihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Witherington (dalam Eviline, 2010:4) menjelaskan pengertian belajar sebagai suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian. Sudjana (dalam Jihad, 2011:2) berpendapat, belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan
(34)
aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar. Sedangkan menurut Hilgard (dalam Susanto 2013:3) mendifenisikan bahwa belajar ialah suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, dan diperoleh melalui latihan (pengalaman).
Pengertian belajar menurut Gagne (dalam Dahar 2002:2) ialah sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar menurut Slameto (2010: 2) adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan belajar menurut Daryanto (2012: 16) adalah proses melihat, mengamati, dan memahami suatu, indikator belajar ditujukan dengan perubahan dalam tingkahlaku sebagai hasil dari pengalaman. Rusman (2013:134) mengemukakan bahwa belajar ialah proses tingkah laku individu sebagai hasil dari pengamatan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar ialah suatu proses didalam diri seseorang yang ditandai dengan suatu perubahan.
b. Ciri-ciri belajar
Ciri-ciri belajar menurut Eviline (2010:5-6) ada empat ciri antara lain:
1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku tersebut bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikimotor), maupun nilai, dan sikap (afektif).
(35)
2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja, melainkan menetap atau dapat disimpan.
3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dengan usaha.
4. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan, perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.
Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar memiliki ciri-ciri adanya kemauan baru atau perubahan secara tidak langsung dan memerlukan proses yang terjdi akibat interkasi dengan lingkungan.
2. Hasil Belajar
a. Pengertian hasil belajar
Abdurrahman (dalam Jihad, 2012:14) mendefinisikan bahwa hasil belajar ialah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Purwanto (2011: 46) mendefinisikan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubaan perilaku ini disebabkan karena siswa mencapai penguasaan atas sejumlah materi yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Widoyoko (2009:1) juga berpendapat bahwa hasil belajar terkait dengan pengukuran, kemudian dilanjutkan dengan penilaian dan evaluasi baik menggunakan tes maupun non-tes. Masnur (2011 :38) mengemukakan bahwa hasil belajar yang dilakukan lewat penilaian perlu dilakukan secara seimbang antar aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan ketrampilan
(psikomotoris). Hasil belajar (Dimyati 2006:3) merupakan hasil dari suatu
(36)
dengan proses evaluasi hasil belajar. Hal ini dapat disimulkan bahwa hasil belajar ialah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
b. Aspek-Aspek Hasil Belajar
Aspek-aspek hasil belajar menurut Gagne (dalam Dimyati, 2006: 11) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan kapasitas siswa yang terdiri dari: 1. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupoun tertulis.
2. Keterampilan intelek adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan
dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang. 3. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas
kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan
penilaian terhadap obyek tertentu.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek hasil belajar meliputi Informasi verbal, ketrampilan intelek, strategi kognitif, ketrampilan motorik, sikap.
(37)
c. Klasifikasi Hasil belajar
Bloom (dalam Mustaqim, 2008: 36) mengemukakan bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga ranah (domain) atau daerah sasaran pendidikan, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Klasifikasi hasil belajar tersebut dijelaskan oleh Bloom meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik (Sudjana, 2005: 22).
1) Ranah Kognitif
Evaluasi aspek kognitif, mengukur pemahaman konsep yang terkait dengan percobaan yang dilakukan untuk aspek pengetahuan evaluasi dapat dilakukan melalui tes tertulis yang relevan dengan materi pokok tersebut. Aspek kognitif dapat berupa pengetahuan dan keterampilan intelektual yang meliputi: pengamatan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan evaluasi.
2) Ranah Afektif
Evaluasi aspek afektif berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek. Evaluasi aspek afektif dalam hal ini digunakan untuk penilaian kecakapan hidup meliputi kesadaran diri, kecakapan berpikirrasional, kecakapan sosial, dan kecakapan akademis. Aspek ini belum ada patokan yang pasti dalam penilaiannya.
3) Ranah Psikomotorik
Pengukuran keberhasilan pada aspek psikomotor ditunjukkan pada keterampilan dalam merangkai alat keterampilan kerja dan ketelitian dalam mendapatkan hasil. Evaluasi dari aspek keterampilan yang dimiliki oleh siswa
(38)
bertujuan untukmengukur sejauh mana siswa menguasai teknik praktikum. Aspek ini menitikberatkan pada unjuk kerja siswa.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah nilai-nilai atau perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar dalam aspek kognitif.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Hasil belajar menurut Wasliman (dalam Susanto, 2013:12) merupakan hasil yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Secara perinci, uraian menganai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan
2. Faktor Eksternal
Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaiu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhaap hasil belajar siswa. Keluarga yang morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orangtua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku yang kurang baik dari orangtua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.
(39)
Kesimpulan di atas bahwa belajar dipengaruhi dari dalam diri sendiri (internal) dan keluarga, sekolah, dan masyarakat (eksternal).
3. Berpikir Kritis
a. Pengertian berpikir kritis
Johnson (2007:183) berpendapat bahwa berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Anggelo (dalam Achmad, 2007) juga menjelaskan bahwa berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Sedangkan menurut Ennis (dalam Wowo, 20129) juga mendifinisikan bahwa berpikir kritis merupakan berpikir wajar dan reflektif yang fokus dalam menentukan apa yang harus dipercaya atau dilakukan.
Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah berpikir wajar dan reflektif serta terarah dan jelas yang bertujuan untuk memecahkan, mengambil keputusan, membujuk dan menganalisis asumsi dalam menentukan apa yang harus dipercaya atau dilakukan.
b. Tujuan berpikir kritis
Tujuan berpikir kritis (Johnson, 2007:185) adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam. Pemahaman membuat kita mengerti maksud di balik ide yang mengarahkan hidup kita stiap hari. Pemahaman mengungkapkan makna dibalik suatu kejadian.
(40)
c. Indikator berpikir kritis
Angelo (dalam Achmad, 2007) mengidentifikasi lima indikator yang sistematis dalam berpikir kritis, yaitu sebagai berikut :
1. Keterampilan Menganalisis
Keterampilan menganalisis merupakan keterampilan menguraikan sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut. Kata-kata operasional yang mengindikasikan keterampilan berpikir kritis, diantaranya: memerinci, menyusun diagram, membedakan, mengidentifikasi, mengilustrasikan, menyimpulkan, menunjukkan, menghubungkan, memilih, memisahkan, dan membagi (Arikunto, 2010: 138). 2. Keterampilan Mensintesis
Keterampilan mensintesis adalah keterampilan menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru. Pertanyaan sintesis menuntut pembaca untuk menyatupadankan semua informasi yang diperoleh dari materi bacaannya, sehingga dapat menciptakan ide-ide baru yang tidak dinyatakan secara eksplisit didalam bacaannya. Kata-kata operasional yang mengindikasikan keterampilan berpikir sintesis, diantaranya:mengategorikan, mengombinasikan, mengarang, menciptakan, menjelaskan, mengorganisasikan, menyusun, menghubungkan, merevisi, menuliskan kembali dan menceritakan (Arikunto,2010:138).
3. Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah
Keterampilan ini merupakan keterampilan aplikatif konsep kepada beberapa pengertian baru. Keterampilan ini menuntut pembaca untuk memahami
(41)
bacaan dengan kritis sehingga setelah kegiatan membaca selesai siswa mampu menangkap beberapa pikiran pokok bacaan, sehingga mampu mempola sebuah konsep. Tujuan keterampilan ini adalah agar pembaca mampu memahami dan menerapkan konsep-konsep ke dalam permasalahan. Kata-kata operasional yang mengindikasikan keterampilan mengenal dan memecahkan masalah diantaranya: mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, mengoperasikan, meramalkan, menyiapkan, menghasilkan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan dan menggunakan.
4. Keterampilan Menyimpulkan
Keterampilan menyimpulkan menuntut pembaca untuk mampu menguraikan dan memahami bebagai aspek secara bertahap agar sampai kepada suatu formula baru, yaitu sebuah kesimpulan. Proses pemikiran manusia itu sendiri dapat menempuh dua cara, yaitu: deduksi dan induksi. Jadi, kesimpulan merupakan sebuah proses berpikir yang memberdayakan pengetahuannya sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah pemikiran atau pengetahuan yang baru. Kata-kata operasional yang mengindikasikan kemampuan menyimpulkan adalah : menjelaskan, memerinci, menghubungkan, mengategorikan, memisah dan menceritakan.
5. Keterampilan mengevaluasi atau menilai
Keterampilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentukan nilai sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada. Keterampilan menilai menghendaki pembaca agar memberikan penilaian tentang nilai yang diukur dengan menggunakan standar tertentu. Dalam taksonomi Bloom, keterampilan
(42)
mengevaluasi merupakan tahap berpikir kognitif yang paling tinggi. Pada tahap ini siswa dituntut agar ia mampu mensinergikan aspek-aspek kognitif lainnya dalam menilai sebuah fakta atau konsep. Kata-kata operasional yang mengindikasikan kemampuan mengevaluasi atau menilai adalah: menilai, membandingkan, menyimpulkan, mengkritik, mendiskrisikan, menafsirkan, menerangkan, memutuskan (Arikunto, 2010:138).
Wowo (2012: 198) menjelaskan berpikir kritis menjadi beberapa indikator sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi fokus masalah, pertanyaan, dan kesimpulan. 2. Menganalisis argumen
3. Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi atau tantangan. 4. Mengidentifikasi istilah keputusan dan menangani sesuai alasan. 5. Mengamati dan menilai laporan observasi.
6. Menyimpulkan dan menilai keputusan.
7. Mempertimbangkan alasan tanpa membiarkan ketidaksepakatan atau keraguan yang mengganggu pemikiran (berpikir yang disangka benar).
8. Mengintegrasikan kemampuan lain dan disposisi dalam membuat dan mempertahankan keputusan.
Menurut Ennis (dalam Riyadi, Usman: 2008) terdapat 12 indikator berpikir kritis yang terangkum dalam 5 kelompok keterampilan berpikir, yaitu memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun
keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (interfence), membuat
(43)
and tactics). Kemudian 12 indikator tersebut dijabarkan dalam beberapa sub
indikator seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1 Keterampilan Berpikir Kritis
Keterampilan berpikir kritis Sub Keterampilan berpikir kritis Memberikan penjelasan
sederhana (elementary clarification)
1. Memfokuskan pertanyaan. 2. Menganalisis argumen
3. Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang
Membangun
Keterampilan dasar (basic support).
4. Mempertimbangkan kredibilitas (kriteria) suatu sumber. 5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi.
Menyimpulkan (inference) 6. Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi 7. Membuat induksi dan mempertimbangkan induksi. 8. Membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan. Membuat penjelasan lebih
lanjut (advanced clarification)
9. Mendefinisikan istilah, mempertimbangkan definisi 10. Mengidentifikasi asumsi.
Strategi dan taktik (strategies and tactics).
11. Memutuskan suatu tindakan. 12. Berinteraksi dengan orang lain
(44)
Berdasarkan indikator dari tiga ahli, peneliti menuliskannya ke dalam tabel untuk melihat kesamaan yang nantinya akan diambil sebagai indikator dalam penelitian.
Tabel 2.2 Indikator Keterampilan Berpikir kritis
Angelo Wowo Ennis
Keterampilan menganalisis
Mengidentifikasi fokus masalah, pertanyaan, dan kesimpulan.
Memfokuskan pertanyaan.
Keterampilan mensintesis Menganalisis argument Menganalisis argumen
Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah
Bertanya dan menjawab
pertanyaan klarifikasi atau tantangan.
Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang
Keterampilan menyimpulkan
Mengidentifikasi istilah keputusan dan menangani sesuai alasan.
Mempertimbangkan kredibilitas (kriteria) suatu sumber.
Keterampilan
mengevaluasi dan menilai
Mengamati dan menilai laporan observasi.
Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi (ikut terlibat dalam menyimpulkan)
Menyimpulkan dan menilai keputusan.
Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi
Mempertimbangkan alasan tanpa membiarkan ketidaksepakatan atau keraguan yang mengganggu pemikiran (berpikir yang disangka benar).
Membuat induksi dan mempertimbangkan induksi.
Mengintegrasikan kemampuan lain dan disposisi dalam membuat dan mempertahankan keputusan. Membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan. Mendefinisikan istilah,mempertimbangkan definisi Mengidentifikasi asumsi. Memutuskan suatu tindakan (mendefinisikan masalah)
Berinteraksi dengan orang lain
(45)
Berdasarkan indikator berpikir kritis menurut pendapat 3 ahli, digunakan 6 indikator sebagai fokus penelitian yaitu: 1) Menganalisis argumen, 2) Mampu bertanya, 3) Mampu menjawab pertanyaan, 4) Memecahkan masalah, 5) Membuat kesimpulan, 6) Keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari pengamatan.
4. Matematika
a. Pengertian matematika
Matematika berasal dari akar kata mathema artinya pengetahuan,
mathanein artinya berpikir atau belajar. Dalam kamus Bahasa Indonesia
diartikan matematika adalah ilmu tentang bilangan hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyeleseian masalah mengenai bilangan (Hamzah, 2014:48). Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan besaran, dan konsep-konsep hubungan lainnya yang jumlahnya banyak dan terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Sedangkan menurut Uno (2009:110) Matematika merupakan suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian diterapkan pada situasi nyata.
Johnson dan MyKlebust (dalam Sundayana, 2015:2) berpendapat bahwa matematika merupakan bahasa simbolis yang mempunyai fungsi praktis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan. Schoenfeld (Hamzah, 2009:110) mendefinisikan bahwa belajar matematika berkaitan dengan apa dan bagaimana menggunakannya dalam membuat keputusan untuk memecahkan masalah. Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu tentang logika mengenai bentuk susunan dan konsep dengan
(46)
bahasa simbolis yang mempunyai fungsi praktis sehingga dapat digunakan dalam membuat keputusan untuk memecahkan masalah. Pembelajaran matematika bertujuan untuk mengembangkan keterampilan dalam berhitung, membentuk pola pikir yang kritis dan kreatif untuk membantu siswa memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan matematika
b. Ciri-ciri Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Pembelajaran matematika di SD selalu berbeda-beda, namun memiliki ciri secara umum dalam pembelajarannya. Menurut Suwangsih (2006: 25) ciri-ciri pembelajaran matematika di SD yaitu:
1) Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral
Pendekatan spiral merupakan pendekatan pembelajaran konsep atau suatu topik matematika selalu dikaitkan dengan topik sebelumnya. Topik sebelumnya dapat digunakan untuk memahami topik baru dalam matematika, sedangkan topik baru merupakan pendalaman dan perluasan dari topik sebelumnya.
2) Pembelajaran matematika bertahap
Materi pelajaran matematika diajarkan secara bertahap yaitu mulai dari konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih sulit.
3) Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif
Materi yang dipelajari dalam metematika dimulai dengan mengenalkan contoh-contoh yang konkret sehingga siswa dapat memahami konsep yang ada dalam materi tersebut.
(47)
4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi
Kebenaran dalam matematika merupakan kebenaran yang konsisten artinya tidak ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang lainnya.
5) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna
Pembelajaran matematika secara bermakna merupakan cara mengajarkan materi yang mengutamakan pengertian dari pada hafalan. Dalam pembelajaran bermakna siswa harus mempelajari matematika mulai dari proses terbentuknya suatu konsep kemudian berlatih menerapkan dan memanipulasi konsep pada situasi baru.
c. Tujuan matematika
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 20 tahun 2006 tentang Standar Isi, disebutkan bahwa pembelajaran matematika bertujuan supaya siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
(48)
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. d. Materi Pembelajaran
Peneliti mengambil standar kompetisi (SK) 1. Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka pada kompetensi dasar (KD) 1.4 Melakukan operasi hitung campuran. Peneliti akan menerapkan pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) mengenai operasi hitung campuran.
1) Operasi hitung campuran
Operasi hitung campuran adalah operasi atau pengerjaan hitungan yang melibatkan lebih dari dua bilangan dan lebih dari satu operasi. Penyelesaian pengerjaan operasi hitung campuran merujuk pada perjanjian tertentu, yaitu penjumlahan dan pengurangan setingkat. Ini berarti manapun yang ditulis terlebih dahulu begitu halnya dengan perkalian dan pembagian setingkat, yang berarti manapun yang ditulisterlebih dahulu operasi yang dikerjakan terlebih dahulu, kecuali terdapat tanda dalam kurung.
Tingkatan perkalian dan pembagian lebih tinggi dibandingkan dengan penjumlahan dan pengurangan. Artinya perkalian dan pembagian harus dikerjakan terlebih dahulu sebelum penjumlahan dan pengurangan. Kita juga dapat menunjukkan bahwa perkalian merupakan penjumlahan berulang, dan pembagian merupakan pengurangan berulang.
(49)
a) Operasi hitung campuran (penjumlahan dan pengurangan)
Dalam kegiatan ini berikut akan ditekankan mengenai hasil yang didapat dalam menyelesaikan operasi hitung campuran antara penjumlahan dan pengurangan, baik penjumlahan maupun pengurangan, baik penjumlahan maupun pengurangan yang dikerjakan terlebih dahulu.
Peragaan 6 + 7 - 4 = ...
Mana yag didahulukan, (6 + 7 ) – 4 = ... atau 6 + (7 – 4 ) ? Melalui peragaan berikut akan ditunjukan (6 + 7) – 4 = ...
6 + 7 = 13
Diambil 4 bola 13 – 4 = 9
Maka ( 6 + 7 ) – 4 = 13 – 4 = 9
Operasi hitung campuran adalah operasi hitung yang terdiri atas penjumlahan (+), pengurangan (-), perkalian (x), dan pembagian (:).
Langkah pengerjaan operasi hitung campuran sebagai berikut. Langkah 1 : Kerjakan operasi hitung di dalam tanda kurung.
Langkah 2 : Kerjakan perkalian (x) dan pembagian (:), urut dari sebelah kiri. Langkah 3 : Kerjakan penjumlahan (+) dan pengurangan (-), urut dari sebelah kiri.
(50)
1. Nazar mempunyai 15 lidi. Lidi tersebut diberikan pada adiknya sebanyak 4. Kemudian, ia diberi 8 lidi oleh Johan. Berapa jumlah lidi yang dimiliki Nazar sekarang ?
Diketahui : Nazar mempunyai 15 lidi. Lidi tersebut diberikan pada adiknya sebanyak 4. Kemudian, ia diberi 8 lidi oleh Johan.
Ditanya : Berapa jumlah lidi yang dimiliki Nazar sekarang ? Jawab : 15 – 4 + 8 = ...
11 + 8 = 19 15
4 - 11 8 + 19
Jadi jumlah lidi yang dimiliki Nazar sekarang 19 b) Operasi hitung campuran (Perkalian dan pembagian)
6 x 6 : 4 = ...
Cara Mengerjakan Operasi Hitung Campuran Untuk Perkalian dan Pembagian
6 x 6 : 4 = ( 6 x 6 ) : 4 langkah ke -1 mengalikan = 36 : 4 langkah ke – 2 membagi Contoh soal
(51)
= 9
1. Sebuah agen distributor (penyalur) semen “A” mendapat setoran 4 boks semen yang dikirim menggunakan motor roda tiga. Setiap boks kendaraan
roda tiga berisi 6 sak semen. Oleh agen “A” tersebut seluruh semen akan
disetor secara merata kepada 3 agen penyalur yang lebih kecil yakni penyalur
“B”, “C”, dan “D”. Pertanyaannya adalah berapa sak semen yang diterima
oleh masing-masing agen penyalur “B”, “C”, dan “D” tersebut?
Penjelasan dalam bentuk gambar :
Diketahui : agen semen A : 4 boks semen, setiap boks berisi 6 sak semen
oleh agen “A” tersebut seluruh semen akan disetor secara merata
kepada 3 agen penyalur yang lebih kecil yakni penyalur “B”, “C”,
dan “D”.
Ditannya : Berapa sak semen yang diterima oleh masing-masing agen
penyalur “B”, “C”, dan “D” tersebut?
(52)
Jawab :
4 × 6 : 3 = ....
(4 x 6) : 3 = ....
24 : 3 = 8
Jadi sak semen yang diterima oleh masing-masing agen penyalur “B”,
“C”, dan “D” adalah 8
c) Operasi Hitung Campuran (Penjumlahan, Pengurangan, Perkalian dan Pembagian)
+ -
X :
x :
Sama kuat, artina yang di kiri dikerjakan lebih dulu
Sama kuat, artina yang di kiri dikerjakan lebih dulu
(53)
Artinya
x dan : dikerjakan lebih dulu, daripada + dan –
1. 9 x 7 + 16 = 63 + 16 = 79
1. Kesya memiliki 3 kotak berisi kacang. tiap kotak berisi 9 kacang. kemudian Ayu memberi 16 kacang kepada Kesya. Berapa jumlah kacang yang dimiliki Kesya sekarang?
Diketahui : Kesya memiliki 3 kotak berisi kacang. tiap kotak berisi 9. kemudian Ayu memberi 16 kacang kepada Kesya
Ditanya : Berapa jumlah kacang yang dimiliki Kesya sekarang? Jawab : 3 x 9 - 16 =
27 - 16 = 43
Jadi jumlah kacang yang dimiliki kesya sekarang adalah 43 Contoh Soal
(54)
5. Model Pembelajaran Kontekstual
a. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning)
Kata contextual berasal dari kata contex, yang berarti “hubungan, konteks,
suasana, atau keadan (koneksi). Dengan demikian, contextual diartikan “yang berhubungan dengan suasana (konteks)”. Sehingga, Contextual Teaching and Learning (CTL), dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan
dengan suasana tertentu (Hosnan, 2014:267).
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Tanirejo, 2014:49). Pendapat lain menurut Nurhadi tentang CTL (dalam Hosnan, 2014: 267) merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengkaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa sehingga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen pembelajaran efektif. Pendapat lain juga mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching
and Learning (Hamdayama, 2014:53) merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
(55)
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa Contextual
Teaching and Learning merupakan konsep belajar yang mengaitkan membantu
guru antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Komponen-komponen Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual menurut Hosnan (2014: 269) memiliki lima strategi untuk mencapai kompetensi siswa secara maksimal, yaitu relating,
exsperiencing, applying, cooperting, dan transfering. Selain itu menurut Trianto
(dalam Hosnan, 2014: 270) dalam pembelajaran kontekstual terdapat tujuh komponen utama, yakni kontruktivisme (contructivism), bertanya (questioning),
inquiry (inquiry), masyarakat belajar (community learning), pemodelan
(modelling),refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic asessment).
1) Kontuktivisme
Kontruktivisme menurut Hosnan (2014:270) adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Pendapat lain menurut Muslich (dalam Hosnan, 2014:270) bahwa kontruktivisme adalah proses pembelajaran yang menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kontruktivisme adalah proses
(56)
pembelajaran yang menekankan terbangunnya pemahaman sendiri berdasarkan pengalaman siswa.
2) Menemukan (Inquiry)
Menemukan (Inquiry) artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian
dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Inquiry merupakan
proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa tidak lepas dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya (Hosnan, 2014:271).
3) Bertanya (Questioning)
Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir.
Menurut Mulyasa ( dalam Hosnan, 2014: 271) ada enam keterangan bertanya dalam kegiatan pembelajaran, yakni pertanyaan yang jelas dan singkat, memberi acuan, memusatkan perhatian, memberi giliran dan menyebarkan pertanyaan, pemberian kesempatan berfikir, dan pemberian tuntutan. Peneliti menyimpulkan bahwa peran bertanya itu sangat penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan, guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajari.
(57)
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar menurut Sanjaya (dalam Hosnan, 2014: 272) adalah hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain, teman, antar kelompok, sumber lain dan bukan hanya guru.
Muslich (dalam Hosnan, 2014: 272) mengemukakan konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa hasil belajar bisa diperoleh dengan sharing antarteman, antar kelompok, dan antar yang tahu kepada yang tidak tahu, baik di dalam maupun di luar kelas.
5) Pemodelan (Modeling)
Pemodelan (Hosnan, 2015: 272) adalah pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Dalam pembelajaran CTL, modeling merupakan asas yang cukup penting. Sebab melalui modeling, siswa terhindar dari pembelajaran guru yang teoritis, sehingga memungkinkan terjadinya pembelajaran siswa yang verbalisme (banyak menghafal).
6) Refleksi (Reflection)
Refleksi (Hosnan, 2014: 272) adalah proses pengendapan pengalaman yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Refleksi menurut Trianto (dalam Hosnan, 2014: 273) merupakan cara Berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Dalam hal refleksi ini, biasanya guru menyisakan waktu sejenak agar siswa dapat
(58)
melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung apa yang diperoleh hari itu.
7) Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian nyata (Hamdayama, 2014: 54) adalah proses yang dilakukan guru untuk menyimpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini dilakukan ketika pembelajaran berlangsung bukan pada penilaian akhir pembelajaran. Pengamatan dapat dilakukan dikelas maupun diluar kelas. Kemajuan belajar siswa dilihat dari proses bukan semata-mata dari hasil belajar. Penilaian bukan hanya dari guru tetapi dapat juga dari teman atau orang lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen mencakup kontruktivisme, menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat
belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan
penilaian sebenarnya (authentic assessment).
c. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kontekstual Contextual
Teaching Learning (CTL)
Trianto (dalam Hosnan, 2014: 270) langkah-langkah untuk menerapkan ketujuh komponen CTL tersebut adalah sebagai berikut:
1) Kembangkan pemikiran anak bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik.
3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. 4) Ciptakan “masyarakat belajar” (belajar dalam kelompok).
(59)
5) Hadirkan “model” sebagai contoh pembelajaran. 6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Suparto (2004: 6) berpendapat tentang langkah-langkah penerapan pendekatan kontekstual/ CTL sebagai berikut:
1) Mengembangkan metode belajar mandiri, 2) Melaksanakan penemuan (inquiri),
3) Menumbuhkan rasa ingin tahu siswa, 4) Menciptakan masyarakat belajar, 5) Hadirkan “model” dalam pembelajaran, 6) Lakukan refleksi di setiap akhir pertemuan, 7) Lakukan penilian yang sebenarnya.
Dari kedua pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa langkah-langkah penerapan pembelajaran CTL yaitu: 1) belajar mengembangkan pemikiran akan belajar, 2) melaksanakan kegiatan inquiri, 3) menumbuhkan
rasa ingin tahu siswa, 4) menciptakan masyarakat belajar, 5) menghadirkan
“model” sebagai contoh pembelajaran, 6) melakukan refleksi di setiap akhir
pertemuan, 7) melakukan penilian yang sebenarnya. d. Tahapan Pembelajaran Kontekstual
Hamdayama (2014: 51) proses pembelajaran kontekstual terdiri dari delapan komponen sebagai berikut:
1. Membangun hubungan yang bermakna (Relating); Siswa menghubungkan
(60)
dirumah, media massa, atau yang lainnya, sehingga siswa akan memperoleh pembelajaran yang lebih bermakna.
2. Melakukan sesuatu yang bermakna (experiencing); Ada beberapa langkah
guru dalam mengaitkan meteri dengan konteks kehidupan siswa, diantaranya (a) mengkaitkan pelajaran dengan sumber yang berhubungan dengan kehidupan siswa, (b) menggunakan sumber dari bidang lain, (c) mengkaitkan berbagai macam pelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran, dan (d) belajar melalui kegiatan sosial.
3. Belajar secara mandiri; Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda, sehingga siswa diberi kesempatan untuk belajar mandiri sesuai dengan kondisi siswa masing-masing.
4. Kolaborasi (collaborating); Mendorong siswa untuk berkerjasama dengan
teman atau didalam kelompok.
5. Berpikir kritis dan kreatif (applaying); Mendorong siswa agar bisa berpikir
kritis dan kreatif serta menerapkan dalam dunia nyata siswa.
6. Mengembangkan potensi individu (transfering); Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan potensi atau bakat yang dimiliki. 7. Standar pencapaian yang tinggi; Dengan standar pencapaian yang tinggi,
maka akan memacu siswa untuk berusaha lebih baik.
8. Asesmen yang autentik; Pencapaian hasil belajar diukur dengan asesmen autentik yang mampu menyediakan informasi mengenai kualitas pendidikan.
(61)
Dari kedelapan tahapan tersebut peneliti memilih 5 tahapan yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran yaitu Relating, Experiencing,
Colaborating, Applying, dan Transferring.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Putu Mahendrawan, I Wayan Suwatra, I Made Suarjana (2014) dengan judul “Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Sekolah Dasar No. 1
Tukadsumaga”. Tujuan penelitian tersebut untuk meningkatkan mengetahui
peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas V Sekolah Dasar No. 1 Tukadsumaga Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan penerapan pendekatan kontekstual. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD No. 1 Tukadsumaga yang berjumlah 24 orang. Data hasil belajar siswa dikumpulkan dengan metode tes. Data dianalisis menggunakan analisis data statistik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD No. 1 Tukadsumaga. Pada siklus I diperoleh persentase hasil belajar sebesar 72,91% berada pada kategori sedang. Selanjutnya pada siklus II, persentase hasil belajar matematika sebesar 81,25% berada pada kategori tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Nuris Hidayat (2014) dengan judul
“Peningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Matematika Materi Jaringjaring Bangun Ruang Melalui Penerapan Scientific Approach Kelas V Semester 2 Di SDN 6 Dawuhan Situbondo Tahun
(62)
Ajaran 2013/2014”. Tujuan pembelajaran matematika yaitu menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Proses pembelajaran terdapat beberapa persoalan yang berkembang terutama mengenai mencapai tujuan pembelajaran diantaranya yaitu ketika ada siswa yang mengerjakan soal di papan tulis, ditemukan beberapa kesalahan dalam proses pengerjaan dan jawaban akhir tersebut benar, siswa lain kurang cermat dalam mengamati hanya melihat hasil akhir. Pembelajaran juga masih terpusat pada guru sehingga berpenaruh pada proses berpikir krits dan hasil belajar siswa (nilai ulangan harian) masih rendah. Tempat dan waktu penelitian yaitu di SDN 6 Dawuhan Situbondo. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN 6 Dawuhan Situbondo berjumlah 35 siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc Taggart, satu siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yaitu berupa observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Sedangkan proses analisis data penelitian ini menggunakan analisis deskriptif persentase aktivitas guru, berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Pada kemampuan kritis pada tahap siklus 1 sebesar 63% sebanyak 22 siswa yang tuntas dalam mengerjakan kuis. Pada tahap siklus 2 sebesar 83% sebanyak 29 siswa yang tuntas dalam mengerjakan kuis. Sedangkan pada hasil belajar tahap pretest sebesar 45% sebanyak 16 siswa yang tuntas. Pada siklus 1, hasil belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 68% sebanyak 24 siswa yang tuntas belajar dalam ulangan harian. Pada siklus 2, hasil belajar siswa mengalami
(63)
peningkatan menjadi 89% sebanyak 31 siswa yang tuntas. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa Scientific Approach dapat meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar siswa materi Jaring-jaring Bangun Ruang kelas V SDN 6 Dawuhan Situbondo.
Penelitian yang dilakukan oleh Istikomah, Sukmawati, dan Zainuddin (2014) dengan judul Model Contektual Teaching And Learning untuk meningkatkan aktivitas belajar pada pembelajaran matematika di SD. Penelitian ini bertujuan meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan bantuan model contextual teaching and learning di kelas IV SDN 02 Nanga Dangkan Kabupaten Kapuas Hulu. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Perencanaan pembelajaraan matematika pada siklus 1 sebesar 73 menjadi 77 pada siklus 2, menjadi 78 pada siklus 3. Penilaian kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk siklus1 nilai 125 menjadi 127 pada siklus 2, dan menjadi 135 pada siklus 3. Tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut. Aktivitas fisik siklus 1 skor 60%, siklus 2 meningkat 78,89%, siklus 3 menjadi 88,89%. Aktivitas mental siklus 1 skor 47,78% siklus 2 meningkat 70%, pada siklus 3 menjadi 78,89%. Aktivitas emosional siklus 1 skor 75,56%, siklus 2 meningkat 86,67%, pada siklus 3 menjadi 93,33%. Hal ini dapat dikatakan bahwa tindakan pada siklus III sudah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa secara keseluruhan. Dengan demikian bahwa dengan model contextual teaching and learning dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran.
(1)
Lampiran 22 Hasil Observasi
Hasil Observasi
Rata-rata Kriteria Rata-rata Kriteria
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
1M. Robbi Tri Anjoyo 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 3 2 1,83 TK 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2,42 K
2Dhea Agelixa Putri 3 1 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2,00 CK 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2,58 K
3Dhilla Putri Ramadhani 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2,00 CK 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2,33 K
4Diyah Ayu Puspitasari 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2,50 K 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2,67 K
5Hasna Zahra Octavia R 2 3 2 2 2 3 2 1 2 3 2 2 2,17 CK 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2,50 K
6Ismi Azizatulifah 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2,00 CK 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2,75 SK
7Ivan Yudha Satriana 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2,50 K 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2,67 K
8Jossa Putra Andika 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1,67 TK 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 1,92 TK
9Kesya Andriani 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2,50 K 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2,75 SK
10Kukuh Laksana Jati 2 2 1 2 3 1 3 2 2 3 2 2 2,08 CK 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2,58 K
11Lintang Wisesa Rizky Amalia 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 3 1,67 TK 3 2 2 2 2 2 1 2 3 3 3 2 2,25 CK
12M Claries Ardyansah S 1 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1,58 STK 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1,83 TK
13M Khoirur Rizki 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1,58 STK 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 1 3 2,17 CK
14Maheswari Naswa Paramesti 2 1 1 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2,00 CK 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2,33 CK
15Maylla Amalia Ifiani Putri 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2,00 CK 2 2 2 3 2 1 3 2 2 3 3 2 2,25 CK
16Muhammad Arief Sugianto 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1,58 STK 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2,42 K
17Mufidah Ayu Maulidiyah 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1,75 TK 3 2 2 3 3 3 2 3 2 1 3 2 2,42 K
18Muhammad Daffa Udin 2 1 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2,17 CK 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2,67 K
19Mihammad Aqila Tsarwa Al Z 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1,50 STK 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 1,92 TK
20Muhammad Choirul Ammar Ap 2 2 1 1 2 2 2 3 2 3 2 2 2,00 CK 1 1 3 2 1 1 2 3 2 2 2 3 1,92 TK
21Muhammad Fauii Ar Rasyid 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1,58 STK 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 3 2 2,08 CK
22Muhammad Hanif Ammar Faiq 1 2 2 2 3 3 1 1 2 2 3 2 2,00 CK 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2,50 K
23Muhammad Raditya Ardan 3 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1,75 STK 3 2 1 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2,25 CK
24Muhammad Ridwan Nur A 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1,58 STK 2 1 2 3 2 1 3 2 3 3 2 3 2,25 CK
25Muhammad Rizky Vernando Nugraha 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1,67 TK 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2,5 K
26Najla Alilatulhariza 2 2 1 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2,08 CK 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2,75 SK
Jumlah 51 43 46 46 53 48 53 46 51 53 54 53 1,91 14 64 53 55 63 64 59 66 57 64 65 66 64 2,37
Keterangan CK TK TK TK CK TK CK TK CK CK CK CK TK K CK CK K K CK K CK K K K K CK
Siklus 1
Pertemuan 1 Pertemuan 2
No Nama
Siklus 1
Pertemuan 1 Pertemuan 2
(2)
Lampiran 23 Pedoman Wawancara
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Guru Mengenai Proses Pembelajaran
No Garis Besar Pertanyaan Wawancara
1 Bagaimana proses pembelajaran mata pelajaran Matematika di kelas IIIB? 2 Apakah kendala yang dihadapi dalam mengajar Matematika di kelas IIIB? 3 Apakah selalu menggunakan media sebagai sarana pembelajaran Matematika? 4 Apakah siswa diajak untuk melakukan percobaan dengan media yang digunakan
pada saat pelajaran Matematika?
5 Apakah siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran Matematika? 6 Apa yang membuat siswa merasa kesulitan dalam menerima pelajaran
Matematika?
7 Bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika? 8 Apa yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah pada mata pelajaran
Matematika?
9 Bagaimana strategi pembelajaran Matematika yang digunakan untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa?
(3)
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara Guru Mengenai
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
No. Indikator Pedoman Wawancara
1. Memecahkan masalah Apakah siswa terus berusaha untuk menemukan jawaban yang benar ketika menemui kesulitan?
Apakah siswa menggunakan cara atau alternatif lain untuk mengerjakan soal?
Apakah siswa mampu menyelesaikan masalah dengan cara yang sistematis?
2. Mampu bertanya Seperti apakah bentuk pertanyaan siswa ketika menemui kesulitan?
3. Membuat kesimpulan Apakah siswa mampu menceritakan materi yang sudah dipelajari? Apakah siswa mampu menceritakan proses dalam mencari jawaban? 4. Mengalisis Argumen Apakah siswa suka berdiskusi ketika bekerja dalam kelompok? 5. Menjawab pertanyaan Apakah siswa memikirkan kebenaran jawaban terlebih dahulu
sebelum menjawab pertanyaan dari guru? 6. Keterampilan mengevaluasi
dan menilai hasil dari pengamatan.
Apakah siswa senang mengkoreksi di jawaban terlebih dahulu sebelum mengumpulkannya?
Apakah siswa senang melakukan pembuktian jawaban dengan menggunakan media pembelajaran?
(4)
Lampiran 24 Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Ibnu kurniawan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Sudarso
dan Suyatni yang lahir di Purworejo pada tanggal 12 Desember 1994.
Pendidikan awal dimulai dari TK Tunas Harapan pada tahun 1999-2000.
Dilanjutkan di SD Negeri Pengalasan pada tahun 2000-2006. Pada tahun
2006-2009 terdaftar sebagai siwa SMP Negeri 8 Purworejo. Pada tahun
2009-2012, peneliti terdaftar sebagai siswa SMA Negeri 3 Purworejo. Pada tahun 2012
peneliti melanjutkan studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Peneliti menempuh pendidikan di PGSD dengan berbagai kegiatan.
Seperti, English Club selama 4 semester, Mahir Dasar Pramuka (KMD) di semester 2,
bimbingan belajar di semester 3 dan 4, Program Pengakraban Lingkungan 1 dan 2 di
semester 5 dan 6, dan terakhir di semester 7 mengikuti Program Pengalaman Lapangan
(PPL).
Selama menjadi mahasiswa PGSD 2012, peneliti juga mengikuti berbagai kepanitian
seperti: (1) Anggota Divisi Perlengkapan INFISA 2013, (2) Anggota Divisi Usaha Dana
Malam Kreatifitas 2013, (3) Anggota Divisi Konsumsi INSIPRO 2014, (4) Anggota Divisi
Perlengkapan Pelepasan Wisudawan-Wisudawati 2014, (5) Ketua Panitia
Love Datting And
Sex
kerjasama lembaga LABC. Peneliti juga mengikuti lomba seperti: Juara 1 lomba futsal
PGSD (2012).
Masa di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menyusun skripsi berjudul
“
Peningkatan Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas IIIB
Pada Materi Operasi Hitung Campuran Melalui Model Pembelajaran Kontekstual SD
N Perumnas Condongcatur”
(5)
Lampiran 25 Foto Penelitian
Foto Penelitian
(6)