Pengembangan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman berdasarkan pendekatan Pendidikan Emansipatoris untuk siswa kelas IVA SDN No. 071094 Lologolu Kabupaten Nias Barat.

(1)

Gulo, Firminus. 2016. Pengembangan Modul Pembelajaran dan LKS Budidaya Tanaman Berdasarkan Pendekatan Pendidikan Emansipatoris untuk Siswa Kelas IVA SDN No. 071094 Lologolu Kabupaten Nias Barat. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang didasari dengan analisis kebutuhan. Analisis tentang sekolah adalah sekolah menjadi wadah pembentukan siswa. Analisis tentang pribadi siswa adalah: siswa memiliki semangat dalam mendapatkan pendidikan. Dari hasil analisis kebutuhan di SDN No. 071094 Lologolu tersebut, peneliti mendapatkan data jika siswa dan guru membutuhkan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk mengembangkan produk berupa modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman berdasarkan pendekatan emansipatoris. Pendidikan emansipatoris dibagi dalam tiga poin, meliputi: pertama humanisasi menempatkan siswa sebagai manusia dalam kegiatan pembelajaran serta mengasah akal budi serta hati nurani yang bertujuan untuk petumbuhan dan perubahan dalam diri siswa, kedua kesadaran kritis mengajak guru dan siswa memiliki hubungan sehingga keduanya sama-sama berkembang dalam dunia nyata, ketiga mempertanyakan sistem guru dan siswa sama-sama makluk pembelajar sehingga kedua pihak berkembang bersama.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development atau R&D). Penelitian ini menggunakan 11 tahapan yang diadaptasi dari Oliva, Tyler dan Sugiyono yang meliputi: (1) studi dokumen kurikulum (2) pribadi siswa (3) SK dan KD (4) indikator (5) tujuan (6) materi pembelajaran (7) kegiatan pembelajaran (8) pengumpulan data (9) desain produk (10) validasi desain dan (11) uji coba produk. Tujuan penelitian ini adalah menguraikan prosedur pengembangan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman, mengetahui model pembelajaran yang digunakan untuk pengembangan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman serta mendeskripsikan kualitas modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman (pohon karet, pisang, singkong, dan ubi jalar). Modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman telah divalidasi oleh validator ahli bahasa dan IPA dengan rata-rata 4.10 (baik), sehingga layak digunakan.

Uji coba dilakukan pada kelas IVa di SDN No. 071094 Lologolu Kabupaten Nias Barat dengan jumlah responden 25 siswa. Hasil persepsi siswa terhadap kualitas modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman yang dikembangkan sangat baik dan sangat layak digunakan. Hal ini dapat dilihat pada hasil uji coba kualitas modul tanaman obat yang memperoleh skor rata-rata 4.33 yang berarti sangat baik dan sangat layak digunakan. Dengan demikian modul pembelajaran dan LKS pendidikan emansipatoris membantu siswa mengetahui cara membudidayakan tanaman.


(2)

Gulo, Firminus.2016. the development of learning module and students work sheet plants cultivation based on emancyphatoris teaching approach toward the students of grade IVA SDN No.071094 Lologolu West Nias Regency. Thesis. Yogyakarta Sanata Dharma University.

This research is the research and development which is based on requirement analysis. Analysis toward school is that the school as the place for students formation. Analysis toward students’ self is that students have spirit in accessing the education. From requirement analysis at SDN No.071094 Lologolu West Nias Regency above, the researcher found that if teacher and student need the product of learning module and student work sheet which is related to students’ self area. That’s why, the researcher is motivated to develop the product in form of learning module and student work sheet plant cultivation (rubber tree,banana,cassava and sweet potato) based on emancyphatoric approach.

Kind of research is research and development or R&D. This research use 11 phases adopted from Oliva, Tyler and Sugiono include (1) the study of curriculum document (2) students’self (3) standard competence and basic competence (4) indicator (5) objective (6) learning materials (7) learning activity (8) data collecting (9) product design (10) design validation (11) product experimenting. The objective of this researh is to elaborate the procedure development of learning module and student work sheet plant cultivation and so the description of learning module quality and plants cultivation (rubber tree,banana,cassava and sweet potato). Learning module and student work sheet have been validated by validator linguist and scientist with the average 4.10 ( good), that’s why it is reasonable to be used.

The experiment was doone at grade IVA SDN No.071094 Lologolu West Nias Regency with the number of respondent were 25 students. The result of students’ perception toward the quality of learning module and student work sheet plant cultivation which was developed was very good and reasonable to use. This can be seen at the experimenting result on the quality of learning module and student work sheet plant cultivation which got average score 4.33 meaning very good and reasonable to use. In brief learniing module and student work sheetplants cultivation based on emanchyphatoric teaching helped students knowing ways to cultivate plants.


(3)

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN DAN LKS

BUDIDAYA TANAMAN BERDASARKAN

PENDEKATAN PENDIDIKAN EMANSIPATORIS UNTUK

SISWA KELAS IVA SDN No. 071094 LOLOGOLU

KABUPATEN NIAS BARAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: FIRMINUS GULO

NIM: 121134181

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Karya ini Untuk:

1.Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa setia menyertai dan memberi kekuatan jasmani dan rohani

2.Keluarga saya: Kedua Orang Tua saya, Nenek dan Saudara/Saudari yang senantiasa memberikan doa, dukungan, semangat, motivasi, dan kasih sayang yang tulus.

3.Pemerintah Kabupaten Nias Barat yang telah memberikan beasiswa dan perhatian kepada peneliti selama perkuliahan.

4.Almamaterku tercinta: Universitas Sanata Dharma


(7)

MOTTO

“Marilah kepada Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu”

(Matius 11:8)

“Anda tak perlu menjadi lebih baik dari pada orang lain, Anda hanya perlu menjadi lebih baik dari pada diri anda sebelumnya ”

(Wayne Dyer)

“Anda hanya perlu meyakini apa yang anda pilih” (Firminus Gulo)


(8)


(9)


(10)

ABSTRAK

Gulo, Firminus. 2016. Pengembangan Modul Pembelajaran dan LKS Budidaya Tanaman Berdasarkan Pendekatan Pendidikan Emansipatoris untuk Siswa Kelas IVA SDN No. 071094 Lologolu Kabupaten Nias Barat. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang didasari dengan analisis kebutuhan. Analisis tentang sekolah adalah sekolah menjadi wadah pembentukan siswa. Analisis tentang pribadi siswa adalah: siswa memiliki semangat dalam mendapatkan pendidikan. Dari hasil analisis kebutuhan di SDN No. 071094 Lologolu tersebut, peneliti mendapatkan data jika siswa dan guru membutuhkan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk mengembangkan produk berupa modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman berdasarkan pendekatan emansipatoris. Pendidikan emansipatoris dibagi dalam tiga poin, meliputi: pertama humanisasi menempatkan siswa sebagai manusia dalam kegiatan pembelajaran serta mengasah akal budi serta hati nurani yang bertujuan untuk petumbuhan dan perubahan dalam diri siswa, kedua kesadaran kritis mengajak guru dan siswa memiliki hubungan sehingga keduanya sama-sama berkembang dalam dunia nyata, ketiga mempertanyakan sistem guru dan siswa sama-sama makluk pembelajar sehingga kedua pihak berkembang bersama.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development atau R&D). Penelitian ini menggunakan 11 tahapan yang diadaptasi dari Oliva, Tyler dan Sugiyono yang meliputi: (1) studi dokumen kurikulum (2) pribadi siswa (3) SK dan KD (4) indikator (5) tujuan (6) materi pembelajaran (7) kegiatan pembelajaran (8) pengumpulan data (9) desain produk (10) validasi desain dan (11) uji coba produk. Tujuan penelitian ini adalah menguraikan prosedur pengembangan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman, mengetahui model pembelajaran yang digunakan untuk pengembangan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman serta mendeskripsikan kualitas modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman (pohon karet, pisang, singkong, dan ubi jalar). Modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman telah divalidasi oleh validator ahli bahasa dan IPA dengan rata-rata 4.10 (baik), sehingga layak digunakan.

Uji coba dilakukan pada kelas IVa di SDN No. 071094 Lologolu Kabupaten Nias Barat dengan jumlah responden 25 siswa. Hasil persepsi siswa terhadap kualitas modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman yang dikembangkan sangat baik dan sangat layak digunakan. Hal ini dapat dilihat pada hasil uji coba kualitas modul tanaman obat yang memperoleh skor rata-rata 4.33 yang berarti sangat baik dan sangat layak digunakan. Dengan demikian modul pembelajaran dan LKS pendidikan emansipatoris membantu siswa mengetahui cara membudidayakan tanaman.

Kata kunci: Pengembangan, modul, Pedekatan emansipatoris, budidaya tanaman.


(11)

ABSTRACT

Gulo, Firminus.2016. the development of learning module and students work sheet plants cultivation based on emancyphatoris teaching approach toward the students of grade IVA SDN No.071094 Lologolu West Nias Regency. Thesis. Yogyakarta Sanata Dharma University.

This research is the research and development which is based on requirement analysis. Analysis toward school is that the school as the place for

students formation. Analysis toward students’ self is that students have spirit in accessing the education. From requirement analysis at SDN No.071094 Lologolu West Nias Regency above, the researcher found that if teacher and student need the product of learning module and student work sheet which is related to students’ self area. That’s why, the researcher is motivated to develop the product in form of learning module and student work sheet plant cultivation (rubber tree,banana,cassava and sweet potato) based on emancyphatoric approach.

Kind of research is research and development or R&D. This research use 11 phases adopted from Oliva, Tyler and Sugiono include (1) the study of

curriculum document (2) students’self (3) standard competence and basic

competence (4) indicator (5) objective (6) learning materials (7) learning activity (8) data collecting (9) product design (10) design validation (11) product experimenting. The objective of this researh is to elaborate the procedure development of learning module and student work sheet plant cultivation and so the description of learning module quality and plants cultivation (rubber tree,banana,cassava and sweet potato). Learning module and student work sheet have been validated by validator linguist and scientist

with the average 4.10 ( good), that’s why it is reasonable to be used.

The experiment was doone at grade IVA SDN No.071094 Lologolu West Nias Regency with the number of respondent were 25 students. The

result of students’ perception toward the quality of learning module and student

work sheet plant cultivation which was developed was very good and reasonable to use. This can be seen at the experimenting result on the quality of learning module and student work sheet plant cultivation which got average score 4.33 meaning very good and reasonable to use. In brief learniing module and student work sheetplants cultivation based on emanchyphatoric teaching helped students knowing ways to cultivate plants.

Key words : Development, Module, Emancyphatoris Approach, and Palnts Cultivation


(12)

PRAKATA

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul “

Pengembangan Modul Pembelajaran dan LKS Budidaya

Tanaman Berdasarkan Pendekatan Pendidikan Emansipatoris

untuk Siswa Kelas IVa SDN No. 071094 Lologolu Kabupaten Nias

Barat

”. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Selain itu diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma, dan penulis sendiri.

Selama penulisan skripsi ini, penulis telah dapat mendapat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghormatan kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Chirtiyanti Aprinastuti., S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Ibu Eny Winarti, Ph.D., selaku dosen Pembimbing I yang telah berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan selama proses penelitian maupun dalam penulisan skripsi.

4. Ibu Wahyu Wido Sari, S.Si., M.Biotech, selaku dosen Pembimbing II yang telah berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan selama proses penelitian maupun dalam penulisan skripsi.

5. Segenap Staf dosen pengajar Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yoyakarta


(13)

yang telah memberikan pelayanan prima, tambahan pengetahuan, dukungan dan bantuan selama proses perkuliahan.

6. Pemerintah Kabupaten Nias Barat yang telah menyelenggarakan beasiswa sehingga penulis bisa kuliah di Universitas Sanata Dharma.

7. Kedua Orang Tua saya Bapak Suara Gulo, S.Ag., dan Ibu Nitida Gulo yang selalu memberikan cinta, mendoakan dan mendukung saya baik secara moral dan material, serta semangat kepada penulis.

8. Nenek saya Sariida Gulo, yang selalu memberikan dukungan kepada penulis. 9. Kakak saya Edita Sefianti Gulo, S.Pd., Abang Eduardus Gulo, SP., kedua Adek

saya Gabriela Geminelia Gulo, dan Haris Anugerah Perdamaian Gulo yang selalu menyemangati dan memotivasi penulis.

10. Wasri Kristiani Gulo yang telah banyak membantu, memotivasi dan menyemangati selama proses perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi. 11. Teman-teman saya Postinus Gulo, Seri Jefry Adil Waruwu, Agustinus Aris

Sailo, Longginus Passe yang selalu memberikan dorongan dan membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

12. Teman-teman seperjuangan dari Kabupaten Nias barat.

13. Seluruh teman-teman Pendidikan Guru Sekolah Dasar angkatan 2012 yang telah bersama-sama saling membantu dan berbagi ilmu di Universitas Sanata Dharma.


(14)

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

PRAKATA ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Definisi Operasional... 5


(16)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1Kajian Pustaka ... 7

2.1.1 Kepulauan Nias ... 7

2.1.1.1 Latar Belakang Pendidikan Masyarakat Nias ... 9

2.1.1.2 Latar Belakang SDN No. 071094 Lologolu ... 10

2.1.2 Pendidikan Emansipatoris ... 11

2.1.2.1 Humanisasi ... 12

2.1.2.2 Kesadaran Kritis ... 13

2.1.2.3 Mempertanyakan Sistem ... 14

2.1.3 IPA ... 15

2.1.3.1 Hakikat IPA ... 15

2.1.3.2 Pendidikan IPA SD ... 16

2.1.4 Kurikulum KTSP ... 18

2.1.5 Media Pembelajaran ... 19

2.1.6 Modul ... 21

2.1.6.1 Pengertian Modul ... 21

2.1.6.2 Karakteristik Modul ... 22

2.1.6.3 Keuntungan dan Kelebihan Modul ... 23

2.1.7 LKS 2.1.7.1 Pengertian LKS ... 24

2.1.7.2 Fungsi, Tujuan dan Kegunaan LKS ... 24

2.1.8 Budidaya Tanaman... 25

2.2 Penelitian yang relevan ... 26

2.3 Desain Diagram ... 29

2.4 Kerangka Berpikir ... 30

2.5 Pertanyaan Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian ... 33


(17)

3.2.1Tempat Penelitian... 34

3.2.2 Subjek Penelitian ... 34

3.2.3 Objek Penelitian ... 34

3.2.4 Waktu Penelitian ... 34

3.3 Prosedur Pengembangan ... 35

3.3.1 Validasi ... 35

3.4 Uji Coba Produk ... 40

3.5 Instrumen Penelitian... 41

3.5.1 Instrumen Pra Penelitian Guru ... 41

3.5.2 Instrumen Pra Penelitian Siswa ... 43

3.5.3 Instrumen Uji Coba ... 45

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.7 Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 48

4.1.1 Prosedur Pengambangan Modul dan LKS. ... 48

4.1.1.1 Dokumen Kurikulum ... 49

4.1.1.2 Visi dan Misi SDN No. 071094 Lologolu ... 49

4.1.1.3 Profil Lulusan Sekolah ... 50

4.1.1.4 Profil Mata Pelajaran ... 50

4.1.2 Pribadi Siswa ... 51

4.1.2.1 Latar Belakang Siswa ... 51

4.1.2.2 Latar Belakang Akademik ... 52

4.1.2.3 Lingkungan sosial dan Ekonomi ... 52

4.1.3 SK dan KD ... 53

4.1.4 Indikator ... 54

4.1.5 Tujuan ... 54

4.1.6 Materi Pembelajaran ... 55

4.1.7 Kegiatan Pembelajaran... 55


(18)

4.1.8.1 Hasil Kuesioner Pra Penelitian untuk Guru ... 56

4.1.8.2 Hasil Kuesioner Pra Penelitian untuk Siswa ... 57

4.1.8.3 Hasil Validasi terhadap Kuesioner Pra Penelitian untuk Guru dan Siswa ... 59

4.1.9 Desain Produk... 61

4.1.10 Validasi Desain ... 64

4.1.10.1 Dosen Ahli Bahasa dan IPA ... 64

4.1.10.2 Persepsi Siswa Terhadap Kualitas Modul Pembelajaran dan LKS ... 65

4 .1.11 Uji Coba Produk ... 66

4.1.11.1 Uji Coba di dalam Kelas ... 67

4.1.11.2 Uji Coba di Luar Kelas ... 68

4.1.12 Deskripsi Kualitas Produk Modul Pembelajaran dan LKS Budidaya Tanaman ... 70

4.2 Pembahasan ... 71

4.2.1 Produk berisi kegiatan pembelajaran budidaya tanaman... 73

4.2.2 Produk menjadi Media Pmebelajaran ... 73

4.2.3 Produk dikembangkan dalam bentuk modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman ... 74

4.2.4 Kelebihan dan Kelemahan Produk ... 75

BAB V PENUTUP 5.1Kesimpulan ... 77

5.2Keterbatasan ... 79

5.3Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

LAMPIRAN ... 82


(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Prosedur Pengembangan Menurut Tyler ... 36

Tabel 3.2 Prosedur Pengembangan Menurut Oliva ... 36

Tabel 3.3 Prosedur Pengembangan ... 37

Tabel 3.4 Instrumen Analisis Kebutuhan untuk Guru ... 38

Tabel 3.5 Insrumen Analisis Kebutuhan untuk Siswa ... 39

Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Pra Penelitian untuk Guru ... 41

Tabel 3.7 Lembar Pertanyaan Pra Penelitian untuk Guru ... 41

Tabel 3.8 Kisi-kisi Instrumen Pra Penelitian untuk Siswa ... 43

Tabel 3.9 Lembar Pertanyaan Pra Penelitian untuk Siswa ... 43

Tabel 3.10 Instrumen Penelitian Persepsi Siswa terhadap Kualitas Modul Pembelajaran dan LKS Budidaya Tanaman ... 46

Tabel 3.11 Skala Likert ... 48

Tabel 4.1 Hasil Kuesioner Pra Penelitian untuk Siswa ... 58

Tabel 4.2 Hasil Rekapitulasi Kuesioner Pra Penelitian untuk Siswa ... 58

Tabel 4.3 Pedoman Kelayakan Kuesioner Pra Penelitian Guru ... 59

Tabel 4.4 Hasil Validasi Instrumen Pra Penelitian untuk Guru ... 60

Tabel 4.5 Pedoman Kelayakan Kuesioner Pra Penelitian Siswa ... 60

Tabel 4.6 Hasil Validasi Instrumen Pra Penelitian untuk Guru ... 60

Tabel 4.7 Perhitungan Kelayakan Produk ... 64

Tabel 4.8 Pedoman Kelayakan Produk Awal ... 64


(20)

(21)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Desain Diagram Penelitian ... 29

Gambar 4.1 Siswa Belajar dalam Kelompok ... 68

Gambar 4.2 Siswa Mengamati Tanaman Pohon Karet dan Pisang ... 68

Gambar 4.3 Siswa Mengamati Tanaman Singkong dan Ubi Jalar... 69

Gambar 4.4 Komentar tentang Persepsi Siswa tentang Kualitas Modul Pembelajaran dan LKS ... 70


(22)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Surat Izin Penelitian ... 82 LAMPIRAN II Surat Keterangan Penelitian ... 83 LAMPIRAN III Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru ... 84 LAMPIRAN IV Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ... 90 LAMPIRAN V Hasil Validasi Ahli IPA untuk Guru ... 94 LAMPIRAN VI Hasil Validasi Ahli IPA untuk Siswa ... 97 LAMPIRAN VII Hasil Validasi Ahli Bahasa untuk Guru ... 100 LAMPIRAN VIII Hasil Validasi Ahli Bahasa untuk Siswa ... 103 LAMPIRAN IX Hasil Uji Modul dan LKS ... 106 LAMPIRAN X Lembar Persensi Kehadiran Siswa ... 110 LAMPIRAN XI Lembar Dokumentasi Siswa ... 11


(23)

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan (1) Latar belakang masalah, (2) Rumusan masalah, (3) Tujuan penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Definisi Operasional, (6) Spesifikasi Produk yang Diharapkan.

1.1.Latar Belakang Masalah

Nias adalah pulau yang terletak dibagian utara pulau Sumatera, Indonesia. Pulau ini adalah pulau yang memiliki Sumber Daya Alam (SDM) yang banyak. Selain itu, pulau Nias merupakan salah satu objek wisata seperti selancar (surfing), rumah tradisional, penyelaman, fahombo (lompat batu). Nias memiliki satu Kota yaitu Kota Gunungsitoli dan empat Kabupaten antara lain Kabupaten Nias Induk, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Selatan dan Kabupaten Nias Barat yang juga baru terbentuk.

Kabupaten Nias Barat memiliki 8 kecamatan antara lain kecamatan

Mandrehe, Mandrehe Utara, Mandrehe Barat, Lahomi, Sirombu, Moro’o, Ulu

Moro’o, Moi. Penelitian dilakukan di kecamatan Mandrehe khususnya di SDN

No. 071094 Desa Lologolu. SDN No. 071094 Lologolu sudah berdiri sejak tahun 1956 yang didirikan oleh Bapak Togoli Gulo (Alm). sekolah ini didirikan supaya masyarakat desa Lologolu dan masyarakat sekitarnya mendapatkan pendidikan


(24)

Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 juga dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Lingkungan sekolah dikelilingi dengan pemukiman warga yang berada di lingkungan hijau yang dipenuhi dengan tanaman dan tumbuhan-tumbuhan. Latar belakang siswa SDN No. 071094 secara umum berekonomi dari menengah ke bawah. Mata pencaharian rata-rata orang tua siswa adalah menyadap karet. Pekerjaan menyadap karet tidak memiliki target umur sehingga anak SD dari kelas I pun sudah bisa diajak untuk belajar menyadap karet dan mengumpulkan getah karet. Kegiatan sehari-hari orang tua siswa pada musim kemarau adalah menyadap karet. Saat musim hujan, masyarakat sulit menyadap karet sehingga masyarakat mengubah matapecaharian ke bercocoktanam. Salah satu cara masyarakat agar bisa bertahan hidup adalah bercocok tanam seperti tanaman pangan yang bisa dan siap dikosumsi yaitu dengan menanam pisang, singkong,

dan ubi jalar.

Masyarakat Nias menanam pisang tidak mengetahui berapa minimal dan maksimal pohon pisang yang hidup pada setiap lubang tanam, dan dalam


(25)

menanam singkong masyarakat tidak mengetahui bagaimana jarak yang baik antara tanaman yang satu dengan tanaman lainnya, juga dalam setiap lahan, tidak ada pembedaan setiap tanaman maunya semua jenis tumbuhan dapat hidup dalam satu lahan begitu juga dengan ubi jalar, anak-anak tidak biasa mengosumsi ubi, karena ubi ditanam untuk diambil daunnya dijadikan makanan babi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengembangkan sebuah modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman untuk membantu anak belajar struktur tumbuhan sekaligus belajar bertanam yang benar pendekatan yang diambil adalah pendidikan emansipatoris karena mampu membuat anak lebih kreatif dan mampu membuat anak lebih mandiri serta mempermudah mereka dalam belajar.

Pengembangan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman itu juga didukung dengan pengambilan data awal berupa hasil kuesioner yang peneliti dapatkan dari 25 siswa kelas IVA pada September 2016 adalah 92% siswa mengatakan memerlukan pembelajaran yang membuat mereka berpikir dan bertindak. Sebanyak 92% siswa merasa memerlukan pembelajaran yang sesuai dengan lingkungannya di Nias Barat. Sebanyak 96% siswa menyatakan modul pembelajaran dan LKS dapat mempermudah mereka mengikuti pembelajaran dan membuat mereka mandiri. Kemudia 96% siswa menyatakan menyukai pembelajaran yang menghargai mereka sebagai manusia dan mengajak mereka untuk berpikir kritis dan 100% siswa mengatakan dengan adanya modul pembelajaran dan LKS dapat meningkatkan motivasi mereka dalam belajar. Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh, peneliti mendapatkan informasi bahwa


(26)

para guru membutuhkan modul pembelajaran budidaya tanaman sangat baik untuk digunakan untuk membuat siswa lebih aktif dan mandiri.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana langkah-langkah atau prosedur pengembangan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman berdasarkan pendidikan emansipatoris untuk siswa kelas IVA di SDN No.071094 Lologolu? 1.2.2 Bagaimana model pembelajaran yang digunakan untuk pengembangan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman berdasarkan pendidikan emansipatoris untuk siswa kelas IVA di SDN No.071094 Lologolu? 1.2.3 Bagaimana deskripsi kualitas modul pembelajaran dan LKS budidaya

tanaman berdasarkan pendidikan emansipatoris untuk siswa kelas IVA di SDN No.071094 Lologolu?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian pengembangan pengembangan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman (pohon karet, pisang, singkong, dan ubi jalar) dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.3.1 Mendeskripsikan langkah-langkah atau prosedur pengembangan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman berdasarkan pendidikan emansipatoris untuk siswa kelas IVA di SDN No.071094 Lologolu?


(27)

1.3.2 Mengetahui model pembelajaran yang digunakan untuk pengembangan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman berdasarkan pendidikan emansipatoris untuk siswa kelas IVA di SDN No.071094 Lologolu? 1.3.3 Mendeskripsikan kualitas modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman berdasarkan pendidikan emansipatoris untuk siswa kelas IVA di SDN No.071094 Lologolu?

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

Peneliti mampu melakukan penelitian pengembangan dengan menghasilkan produk berupa modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman yang dapat digunakan untuk siswa SD kelas IVA di SDN No. 071094 Lologolu Kabupaten Nias Barat.

1.4.2 Bagi Guru

Guru mendapatkan salah satu saran belajar berupa modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran di kelas IVA Sekolah Dasar.

1.4.3 Bagi Siswa

Siswa mendapatkan model pembelajaran yang membuatnya banyak aktif, mandiri dalam menyelesaikan masalah dan siswa bisa belajar dari lingkungan

sekitarnya.


(28)

Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah: 1.5.1 Modul

Modul adalah salah satu sumber belajar yang dapat digunakan oleh siswa dan guru.

1.5.2 LKS

LKS adalah lembaran yang berisi petunjuk tentang kegiatan yang akan

dilakukan oleh siswa .

1.5.3 Budidaya Tanaman

Budidaya tanaman adalah usaha terencana pembeliharaan sumber daya hayati yang dapat bermanfaat dan memberi hasil.

1.5.4 Emansipatoris

Emansipatoris adalah suatu pendidikan yang menekankan masyarakat demokratis dan adil.

1.6 Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yang akan dihasilkan dalam penelitian ini yaitu bahan kegiatan pembelajaran IPA berupa sebuah modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman (pohon karet, pisang, singkong dan ubi jalar). Produk yang dikembangkan berupa modul pembelajaran dan LKS yang sesuai dengan KTSP.

Modul ini berkaitan dengan materi “Struktur Tumbuhan” yang berisikan cara


(29)

kegiatan belajar, alat yan digunakan, kegiatan pembelajaran (yang berisikan petunjuk observasi dan pertanyaan untuk siswa saat observasi) dan penilaian. Modul pembelajaran dan LKS ini akan dikembangkan dan pemanfaatan bahan pembelajaran pada mata pelajaran IPA materi struktur tumbuah pada kelas IVa SDN No. 071094 Lologolu Kabupaten Nias Barat.


(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan diuraikan (1) Kajian Pustaka (2) Penelitian yang Relevan dan (3) Kerangka Berpikir.

2.1 KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 Kepulauan Nias

Nias (bahasa Nias Tano Niha) adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah barat pulau Sumatera, Indonesia. Pulau ini dihuni oleh mayoritas suku Nias (Ono Niha) yang masih memiliki budaya megalitik. Daerah ini merupakan objek wisata penting seperti selancar (surfing), rumah tradisional, penyelaman, fahombo (lompat batu) (Wikipedia.Pulau_Nias.com/11/08/2016). Kabupaten Nias yang merupakan salah satu wilayah kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang disebut Pulau Nias. Perjalanan menuju Pulau Nias ditempuh dengan menggunakan kapal laut dan pesawat. Perjalanan menggunakan kapal laut ditempuh dari pelabuhan Sibolga menggunakan Kapal Barau, Nias Indah dan Kapal Ferry. Sedangkan perjalanan udara ditempuh dari Bandara Kualanamu Medan menuju Bandara Binaka Nias kurang lebih 45 menit dengan menggunakan pesawat Wings Air dan Garuda. Luas Kabupaten Nias adalah 3.495,40 Km² atau 4,88% dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara. Menurut letak geografis,

Kabupaten Nias terletak pada garis 0º12’-1º32’LU (Lintang Utara) dan 97º-98ºBT (Bujur Timur) dekat dengan garis khatulistiwa.


(31)

Nias saat ini telah menjadi 4 kabupaten dan 1 kota, yaitu Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Utara, dan Kota Gunungsitoli. Pemekaran daerah pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan pelayan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Semangat otonomi daerah dan fenomena keinginan masyarakat pada berbagai wilayah di Indonesia untuk membentuk daerah otonom baru melalui pemekaran daerah juga terasa dan menjadi aspirasi masyarakat Nias. Penelitian ini dilakukan di Nias Barat.

Kabupaten Nias Barat merupakan kabupaten yang baru mekar dari kabupaten Nias. Kabupaten ini diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia Bapak Mardiyanto, pada 26 Mei 2009, sebagai salah satu hasil pemekaran dari Kabupaten Nias. Kabupaten Nias Barat terletak di sebelah barat Pulau Nias dengan jarak ± 60 km dari kota Gunungsitoli. Luas wilayah kabupaten Nias Barat adalah 544,09 km2 (niasbaratkab.go.id diakses 12 Februari 2016). Kabupaten Nias

Barat terdiri dari 8 Kecamatan yaitu Kecamatan Lahomi, Kecamatan Sirombu, Kecamatan Mandrehe, Kecamatan Mandrehe Utara, Kecamatan Mandrehe Barat, Kecamatan Moro’o dan Kecamatan Ulu Moro’o, dan Kecamatan Lolofitu Moi. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lologolu, Kecamatan Mandrehe yang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Nias Barat.

Lologolu merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan Mandrehe Kabupaten Nias Barat. Di desa ini terletak sekolah yang digunakan peneliti sebagai tempat penelitian. Desa ini termasuk salah satu desa yang cukup


(32)

terkenal di seluruh Nias Barat, karena mereka sering menjadi juara pada pertandingan sepak bola dan memiliki pasar yang cukup ramai dan besar.

2.1.1.1 Latar Belakang Pendidikan Masyarakat Nias

Latar belakang pendidikan masyarakat Nias secara umum masih berada di tingkat yang rendah. Ini diakibatkan masih erat nilai adat dari pada pendidikan. Masyarakat Nias adalah melestarikan nilai-nila adat. Nilai adat inilah yang sering menghambat niat orangtua dari pada menyekolahkan anaknya, dari pada anaknya sekolah lebih baik menikah. Selain itu juga orang tua sering membeda-bedakan antara anak laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki selayaknya raja (pewaris) yang dituruti semua keinginanya dan sering mendapatkan dorongan untuk kesekolah sedangkan anak perempuan dikhususkan sebagai pekerja yang membantu Bapak dan Ibunya mencari nafkah. Beberapa tahun terakhir pola pikir orangtua sudah jauh berbeda dari dulu bahwa anak laki-laki dan perempuan tidak berbeda harusnya sama-sama berhak mendapatkan pendidikan. Sekarang ini anak-anak kecil di pulau Nias ingin mendapatkan pendidikan yang baik.

Cita-cita setiap anak pastinya tidak selalu yang mereka inginkan tercapai karena kondisi ekonomi yang lemah membuat siswa kebanyakan hanya tamat SMA/SMK dan setelah itu menganggur ataupun merantau ke daerah lain dan kebanyakan menjadi pekerja kuli. Ini menandakan seolah-olah mereka belum berpendidikan dan tidak bisa berbuat apa-apa setelah tamat SMA/SMK, padahal pulau Nias merupakan pulau yang memiliki kekayaan alam. Peneliti melihat bahwa kejadian ini diakibatkan karena sekolah hanya menuntut siswa mendapatkan nilai (pintar) sedangkan untuk lebih kreatif, mandiri, dan cerdas


(33)

sangat kurang. Sebagai salah satu tindakan yang akan peneliti coba lakukan yaitu dengan membuat modul pembelajaran dan LKS sehingga siswa mandiri dan membangun rasa ingin tahu siswa untuk menemukan pengetahuan baru, materi dalam pembelajaran akan disesuaikan dengan lingkungan siswa.

2.1.1.2 Latar Belakang SD Negeri No. 071094 Lologolu

Pada tahun 1956, SDN No. 071094 Lologolu didirikan oleh Togoli Gulo sebagai kepala desa Lologolu, yang bertempat di Desa Lologolu, Kecamatan Mandrehe, Kabupaten Nias Barat, Provinsi Sumatera Utara.

Didirikannya sekolah ini sebagai rasa kasihan kepada masyarakat dimana pada saat ini sekolah tidak terlalu banyak dan sekolah dasar pada saat itu hanya ada di Kecamatan jauhnya 8 km dan tidak ada transportasi. Melihat ini beberapa tokoh Lologolu juga beberapa dari Desa Tuhemberua bekerjasama untuk membantu berdirinya sekolah dasar ini supaya semua anak bisa mendapatkan pendidikan minimal pendidikan dasar di sekolah. Karena sekolah ini dibangunan dari kerjasama dua desa lokasi sekolah pun dikasih di antara desa Lologolu dan Tuhemberua tetapi alamatnya tetap di Lologolu walaupun lokasinya tanahnya sebenarnya milik Tuhemberua, karena Bapak Togoli Gulo yang berperan banyak dan sangat dihargai maka alamat sekolah tetap Lologolu.

Terbentuknya sekolah ini sangat membantu dan senang bisa mendapatkan dan merasakan pendidikan formal walaupun sekolahnya masih jauh dari sekolah yang semestinya. Landasan pertama didirikan sekolah ini karena banyaknya masyarakat dari kecil sampai yang sudah tua tidak tau menulis dan membaca,


(34)

sehingga dengan hal ini beberapa tokoh merasa sangat bertanggung jawab kepada anggota masyarakat.

2.1.2 Pendidikan Emansipatoris

Pedagogi Ignasian merupakan salah satu bentuk pendidikan emansipatoris.

Winarti (2015:53) dalam buku yang berjudul “Manusia Pembelajar di Dunia Tarik

Ulur” Giroux (2001) bahwa pendidikan emansipatoris dipandang sebagai

pendidikan yang pergerakannya menekankan perwujudan masyarakat yang adil dan demokratis. Masalah dalam pendidikan di Nias saat ini khususnya Nias Barat yakni relasi antara sesama manusia, sosio-ekonomis, politik, dan kebudayaan semakin lama dilupakan. Pendidikan emansipatoris dalam hal ini membantu siswa menyadari dan menanggapi realitas hidupnya.

Dalam pendidikan emansipatoris menempatkan guru dan siswa keduanya adalah pembelajar, yang artinya adanya hubungan timbal balik antara guru dan siswa karena proses belajar mengajar akan efektif jika terjadi dialog diantara keduanya, maka pemahaman dan pengalaman akan realitas dari kedua pihak akan berkembang, apabila masing-masing pihak menghargai pihak lainnya. Menurut Priyani dan Pristinela (2015:36) Dalam proses belajar mengajar, bukan hanya pengajar yang dipengaruhi oleh perilaku pembelajar, tetapi pembelajar juga dipengaruhi oleh pribadi pengajar. Dalam hal ini adanya kesetaraan dalam tugas dan tanggung jawab. Dalam pendidikan emansipatoris, baik guru maupun siswa keduanya adalah pembelajar (Winarti dan Anggadewi: 2015: 54). Jadi dalam proses pembelajaran siswa dan guru akan menjadi seperti teman dalam belajar, walaupun memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing yang berbeda.


(35)

Sebagai manusia pembelajar guru dan murid bersama-sama membangun dan mengembangkan kemampuannya untuk mengerti secara kritis dirinya sendiri dan dunianya. Dalam pendidikan emansipatoris memiliki kata kunci yang selalu berkaitan dalam mewujudkan pendidikan ini.

Ada tiga kata kunci pada model pendidikan emansipatoris, yaitu humanisasi, kesadaran kritis, dan mempertanyakan sistem.

2.1.2.1 Humanisasi

Humanisasi adalah pendidikan yang memanusiakan manusia yang artinya semakin mengasah akal budi manusia dan mendidik hati nurani. Dalam proses pembelajaran pendidikan humanisasi bertujuan untuk perubahan dan pertumbuhan dalam diri peserta didik. Maka pendidikan mempunyai tujuan yang lebih luas dari pada sekedar perkembangan kognitif. Selaras dengan pendapat Tatang (2012:48) bahwa pendidikan humanisasi bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif, melainkan juga sebuah prsoses yang terjadi pada diri individu dan melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada. Teori belajar humanisasi berasumsi bahwa belajar adalah fungsi seluruh kepribadian suatu individu dikarenakan suatu individu merupakan pribadi yang utuh yang mempunyai kebebasan memilih untuk menentukan kehidupannya, memiliki keinginan untuk mengetahui sesuatu, keinginan untuk bereksplorasi dan mengaimilasi pengalaman-pengalamannya. Menurut Sastrapratedja (2010:25) Pendidikan yang manusiawi dalam proses belajar-mengajar merupakan suatu traksasi. Pengajar dan pelajar terlibat dalam suatu proses yang kompleks: memahami kebutuhan akan belajar atau resistensi untuk belajar dan untuk berubah. Memahami apa yang terjadi dalam diri


(36)

peserta didik merupakan bagian dari hubungan manusiawi. Proses belajar mengajar sebagai hubungan manusiawi mempunyai implikasi yang luas bagi hubungan pendidik dan peserta didik, peran masing-masing, metode mengajar dan belajar, perencanaan kurikulum, pembinaan kelompok, cara berkomunikasi dan lain-lain.

2.1.2.2 Kesadaran Kritis

Dalam buku Rahmat Hidayat yang berjudul Pedagogi Kritis: Sejarah, perkembangan dan pemikiran (2013:7), Vavrus (2007) mengatakan bahwa pedagogi kritis menawarkan untuk melihat pengajaran dan pembelajaran yang dapat membawa konsep kunci seperti ideologi, hegemoni, resistensi, kekuasaan, kontruksi pengetahuan, kelas, politik budaya, dan emansipatoris tindakan. Dalam buku yang sama Keesing (2003) Pedagogi kritis merupakan respon pendidikan untuk relasi kekuasan yang menindas dan terjadinya ketidak setaraan dalam lembaga pendidikan. Pedagogi kritis berfokus pada isu-isu yang berkaitan dengan kesempatan, suara dan wacana dominan pendidikan dan mencari pengalaman pendidikan yang lebih adil dan membebaskan. Pedagogi kritis mengajak guru dan siswa memiliki hubungan sehingga keduanya sama-sama berkembang dalam dunia nyata. Salah satu caranya yaitu setelah siswa belajar IPA tentang perubahan lingkungan fisik di sekolah siswa bersama kelompok melakukan sebuah eksperimen bagaimana proses terjadinya perubahan lingkungan fisik dan bagaimana cara mencegahnya. Sehingga selesai eksperimen siswa membuat sebuah kesimpulan tentang proses terjadinya perubahan lingkungan fisik dan cara pencegahan, setelah itu siswa mencoba mengidentifikasi perubahan lingkungan


(37)

fisik secara nyata dan mendiskusikannya dalam kelompok. Kegiatan ini menjadi bagian refleksi dalam siklus Pedagogi Ignasian. Hasil dari kelompok kemudian didialogkan di kelas. Ketika pembelajaran menyadari keberadaan dirinya dan pengalaman dirinya, disinilah pemaknaan hidup terjadi. Dalam proses kesadaran ini pembelajar akan menemukan berbagai macam pilihan hidup, sehingga benar bahwa banyak ketidakadilan dalam hidupnya juga benar bahwa ada berbagai macam pilihan yang jauh lebih ideal dalam hidupnya. Untuk mampu menjadi pemikir yang kritis, perlu ada dialog alam bentuk mempertanyakan sistem untuk menemukan realitas (Winarti dan Anggadewi, 2015:54). Berdasarkan defenisi diatas kesadaran kritis dapat dilakukan lewat pembelajaran secara lansung dan nyata oleh siswa sehingga menemukan suatu pengetahuan baru.

2.1.2.3 Mempertanyakan Sistem

Guru dan siswa sama-sama pembelajara. Ketika terjadi dialog antara keduanya, maka pemahaman dan pengalaman akan realitas dari kedua belah pihak pun berkembang (Winarti dan Anggadewi, 2015:54). Dengan adanya dialog secara langsung terjadi pula transformasi pengetahuan yang sebenarnya bersifat politis. Dialog dalam hal ini adalah suatu percakapan yang yang dilakukan oleh pihak guru dan siswa yang menghasilkan suatu kesimpulan yang baru, lebih baik dan sesuai dengan kehidupan nyata. Dari pemahaman baru tersebut, maka kedua pembelajar akan menjadi teman yang secara berrsama-sama memberdayakan satu sama lain. Dialog dalam pendidikan emansipatoris mengambil tema nyata dalam kehidupan sehari-hari pembelajar.


(38)

Peneliti membahas dua hal dalam IPA yaitu kakikat IPA, pendidikan IPA SD, dan materi.

2.1.3.1 Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memegang peranan yang sangat penting dan alam kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena kehidupan kia yang tergantung dari alam, zat-zat yang tergantung di alam, dan segala jenis gejala yang terjadi di alam.

Menurut Wisudawati (2013:22) IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual (facual), baik berupa kenyataan (reality) atau kejadian (events) dan hubungan sebab akibatnya. Dalam pembelajarannya, IPA akan membahas tentang hubungan yang terjadi pada fenomena yang terjadi dan sebab akibatnya pada manusia.

Samatowa (2011:3) ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan dari kata bahasa inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan dengan alam atau bersakut paut dengan alam, scienci artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science itu pengertiannya dapat disebuat sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini. Selaras dengan pendapat Kemala (2006) IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasi pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah.

IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh


(39)

manusia atau para ahli. IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena-fenomena alam dan dikembangkan berdasrkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). IPA didefenisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan peristiwa alam yang diperoleh dari hasil pemikiran da penelitian para ilmuan yang dilakukan dengan kecakapan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan gejala-gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suau rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA adalah sekumpulan pengetahuan tentang objek, peristiwa alam, konsep, prinsip yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. 2.1.3.2 Pendidikan IPA SD

Menurut Samatowa (2011:5-6) IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting, sebab IPA memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA dan yang perlu dimodifikasi sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya.

Proses pembelajaran IPA menitik beratkan pada suatu proses penelitian. Hal ini terjadi ketika belajar IPA mampu meningkatkan proses berpikir peserta didik untuk memahami fenomena-fenomena alam. Dengan demikian, proses pembelajaran IPA mengutamakan penelitian dan pemecahan masalah. Proses


(40)

pembelajaran IPA seperti ini akan melatih anak untuk berpikir kritis dan objektif. Pengetahuan yang benar berarti pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran ilmuan, yaitu rasional dan objektif. Objektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan faktanya atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui panca indera.

Menurut Wisudawati (2014:10) Konsep IPA merupakan suatu konsep memerlukan penalaran dan proses mental yang kuatpada seorang peserta didik. Proses mental peserta didik dalam pembelajaran IPA merupakan kemampuan mengintegrasikan pengetahuan/skema kognitif peserta didik yang tersusun dari atribut-atribut dalam bentuk keterampilan dan nilai untuk mempelajari fenomena-fenomena alam.

Sebagai guru harus mengetahui bahwa profesionalisme seorang guru bukan hanya ditentukan pada kemampuannya memahami dan menyampaikan ilmu pengetahuan tetapi juga kemampuannya melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna pada siswa terlebih pada konsep IPA. Dalam mengajarkan konsep IPA, seorang guru harus menata materi yang akan diberikan kepada siswa agar terintegrasi dengan aplikasi yang ada dijumpai peserta didik.

Menurut Putra (2013:40) pendidikan IPA di sekolah dasar bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung kepada siswa untuk mengembangkan kompetensi agar mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.


(41)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPA sangatlah penting, pendidikan IPA dapat melatih anak berpikir kritis dan objektif dan setiap guru harus menata materi yang akan diberikan kepada peserta didik agar terintegrasi dengan aplikasi yang dijumpai peserta didik, dan guru harus paham akan pentingnya IPA diajarkan di sekolah dasar.

2.1.4 Kurikulum KTSP

Kurikulum mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan siswa dan sebagai bagian dalam tercapainya tujuan pendidikan. Mulyasa (2006) mengatakan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana dan aturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar, hasil belajar, dan cara yang digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompeensi dasar dan tujuan dari pendidikan tersebut. Kurikulum merupakan elemen penting yang memberi kontribusi demi mewujudkan perkembangan kualitas dan potensi siswa (Permendikbud: 2014). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang kita andalkan untuk mencapai tujuan pendidikan sampai saat ini.

KTSP mulai berlaku mulai 2006. KTSP adalah hasil perbaikan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah diuji coba kelayakannya secara publik, melalui beberapa sekolah yang dijadikan sasaran proyek. Menurut Susilo (2006) KTSP merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijaksanaan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, dan efisiensi pendidikan agar dapat memodifikasi keinginan masyarakat setempat serta menjalani kerjasama yang erat antar sekolah, masyarakat, industri,


(42)

dan pemerintahan dalam membentuk peserta didik. Kurikulum operasional yang dikembangkan oleh satuan pendidikan dengan memerhatikan kaakteristik dan perbedaan daerah (desentralistik), (Sanjaya:2008). Tujuan KTSP adalah menanamkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan pendidikan lanjut (Trianto: 2009).

Pembelajaran yang cocok untuk anak Indonesia yang memiliki kondisi, karakteristik dan sikap budaya yang berbeda-beda adalah belajar melalui pengalaman langsung (Learning by doing). Pembelajaran ini akan memperkuat daya ingat siswa dan biayannya yang sangat murah sebab menggunakan alat-alat dan media belajar yang ada dilingkungan siswa sendiri.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa KTSP merupakan sebagai bagian yang dalam meningkatkan mutu sekolah, dan efisiensi pendidikan dengan memperhatikan karakteristik, perbedaan daerah dan membuat pembelajaran yang memperkuat daya ingat siswa dengan pengalaman langsung dengan tujuan untuk menanamkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri.

2.1.5 Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak ditengah (antara dua pihak atau kutub) atau suatu alat (Anita 2010:4). Definisi ini sejalan dengan definisi yang diantaranya disampaikan oleh Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technology/AECT) di Amerika, yakni sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk


(43)

menyalurkan pesan/informasi. Menurut Munadi (2010:7-8) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tecipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Fungsi media pembelajaran yaitu sebagai pembawa informasi dan pencegah terjadinya hambatan proses pembelajaran, sehingga informasi atau pesan dari komunikator dapat sampai kepada komunikan secara efektif dan efisien (Mudlofir dan Rusydiyah, 2016:133). Tujuan media pembelajara (Sanaky, 2013:6) antara lain: Pertama, mempermudah proses pembelajaran dikelas. Kedua, meningkatkan efisiensi proses pembelajara. Ketiga, menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar. Keempat, membantu konstentrasi pembelajaran dalam proses pembelajaran.

Manfaat media pembelajaran bagi siswa dalam Sanaky (2013:7) adalah: Pertama, meningkatkan motivasi belajar siswa. Kedua, memberikan dan mengikatkan variasi belajar bagi siswa. Ketiga, memudahkan siswa untuk belajar. Keempat, merangsang siswa untuk berfikir dan beranalisis. Kelima, pembelajaran dalam kondisi dan situasi belajar yang menyenangkan dan tanpa tekanan. Keenam, siswa dapat memahami materi pelajaran secara sistematis yang disajikan.

2.1.6 Modul


(44)

Istilah modul dipinjam dari dunia teknologi. Modul adalah alat ukur yang lengkap). Menurut Sakiman (2012:132) modul adalah paket program yang disusun secara terencana dalam bentuk satuan tertentu guna membantu peserta didik secara individual dalam mencapai tujuan belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia modul adalah unik kecil dari suatu pemebelajaran yang beroperasi sendiri (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002: 662). Modul pada dasarnya adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari pendidikan (Prastowo, 2013:106. Dari beberapa presepsi diatas peneliti menyimpulkan bahwa modul adalah salah satu bahan pembelajaran terencana yang memudahkan peserta didik dalam mencapai tujuan belajar.

Menurut Prastowo (2014:210-211) modul mempunyai empat fungsi sebagai berikut: Pertama, bahan ajar mandiri maksudnya meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar sendiri tanpa tergantung pada kehadiran pendidik (guru). Kedua, pengganti fungsi pendidik, maksudnya bahan ajar yang mampu menjelaskan materi pembelajaran dengan mudah dan baik dipahami oleh siswa sesuai tingkat pengetahuan dan usianya. Ketiga, sebagai alat evaluasi maksudnya dengan modul siswa dituntut dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat penguasaanya terhadap materi yang telah dipelajari. Keempat, sebagai bahan rujukan bagi siswa maksudnya karena modul mengandung berbagai materi yang harus dipelajari oleh siswa, maka modul juga memiliki fungsi sebagai ruukan bagi


(45)

siswa.

Penyusunan atau pembuatan modul dalam kegiatan pembelajaran mempunyai lina tujuan, sebagai berikut: Pertama, agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa, atau, dengan bimbingan pendidik (yang minimal). Kedua, agar peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan pembelajara. Ketiga, melatih kejujuran siswa. Keempat, mengakomodasi berbagai tngkat dan kecepatan belajar siswa. Kelima, agar siswa mampu mengukur swndiri tingkat penguasaan materi yang telah dipelajarinya.

Modul memiliki empat macam kegunaan dalam proses pembelajaran, seperti diungkapkan Andriani dan Andi Prastowo, yaitu: Pertama, modul sebagai penyedia informasi dasar. Kedua, modul sebagai bahan instruksi atau petunjuk bagi siswa. Ketiga, modul sebagai bahan pelengkap dengan ilustrasi dan foto yang komunikatif. Keempat, modul bisa menjadi petunjuk mengajar yang efektif bagi pendidik dan menjadi bahan utuh berlatih siswa dalam melakukan penilaian sendiri (self-assesment).

2.1.6.2 Karakteristik Modul

Dalam menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi penggunanya, modul harus mencakup beberapa karakteristik tertentu. Karakteristik pengembangan modul antara lain sebagai berikut: Pertama, self instructional. Melalui modul, peserta didik mampu belajar mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Kedua, self contained. Seluruh materi pembelajaran dari unit standar kompetensi dasar yang dipelajari terdapat didalam satu modul


(46)

secara utuh. Ketiga, stand alone. Modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain. Keempat, yaitu adaptive. Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Kelima, adalah user friendly. Modul hendaknya juga memenuhi kaidah user friendly atau muda digunakan oleh peserta didik seperti penggunaan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, (Sukiman 2012:133).

Berdasarkan kelima karakteristik modul tersebut peneliti menyimpulkan bahwa materi atau kegiatan dalam modul harus sesuai dengan pemahaman peserta didik, mampu mebuat siswa lebih mandiri dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami sehingga ia dapat mencapai tujuan belajar. 2.1.6.3 Keuntungan dan Kelebihan Penggunaan Modul

Menurut Susyaningsih, 2010:31 bahwa beberapa keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran dalam penerapan modul antara lain meliputi: Pertama, meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuannya. Kedua, setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada modul yang mana siswa telah berhasil dan pada modul yang mana yang mereka belum berhasil. Ketiga, bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester. Keempat, pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran yang disusun menurut jenjang pendidikan.


(47)

Adapun kekurangan dalam penggunaan modul Suparman (1993:197) yang mengungkapkan bahwa bentuk kegiatan pembelajaran yang menggunakan modul memilikikeurangan-kekurangan antara lain: biaya pengembangan bahan tinggi dan waktu dibutuhkan lama, menentukan displin belajar yang tinggi, membutuhkan ketekunan yang tinggi dari fasilitator untuk terus menerus memantau proses belajar siswa, memberi motivasi dan konsultasi secara individu setiap waktu siswa membutuhkannya.

2.1.7 LKS

2.1.7.1 Pengertian LKS

LKS (Lembar Kerja Siswa) merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri, Mudlufir dan Rusydiyah (2016: 43). Pendapat lain oleh Trianto (2010: 212), lembar kerja siswa adalah lembaran yang berisikan pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang sudah diprogramkan. Selaras dengan itu dalam Depdikbud (dalam Trianto 2010: 212) mengatakan lembar kerja yang digunakan sebagai alat untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan dalam lembar kerja siswa dapat berupa pengamatan, eksperimen, dan pengajuan pertanyaan. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa lembar kerja siswa mempunyai hubungan yang erat dengan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.


(48)

Berdasarkan pengertian LKS tersebut, pada dasarnya sudah dapat diterka apa saja fungsinya dalam kegiatan pembelajaran tematik. Berikut ini merupakan fungsi dari LKS yaitu Pertama, LKS sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik namun lebih mengaktifkan siswa. Kedua, LKS sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan. Ketiga, LKS sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih. Keempat, LKS mempermudah pelaksanaan pengajaran kepada siswa. Tujuan penyusunan LKS yaitu: menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan, menyajikan tugas-tugas yang meningkatkab penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan, melatih kemandirian belajar siswa, dan memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada siswa, Adriani (dalam Andi, 2014:270). LKS memiliki banyak manfaat bagi pembelajaran tematik, diantaranya melalui LKS salah satunya kita dapat memancing siswa agar secara aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

2.1.8 Budidaya Tanaman

Dalam pertanian budidaya merupakan kegiatan terencana pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat/hasil panennya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budidaya adalah "usaha yg bermanfaat dan memberi hasil". Usaha budi daya tanaman mengandalkan penggunaan tanah atau media lainnya di suatu lahan untuk membesarkan tanaman dan lalu memanen bagiannya yang bernilai ekonomi. Bagian ini dapat berupa biji, buah/bulir, daun, bunga, batang, tunas, serta semua bagian lain yang bernilai ekonomi.


(49)

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dibagi dalam dua penelitian yaitu penelitian yang berhubungan dengan modul pembelajaran dan LKS. 2.2.1 Penelitian yang berhubungan dengan modul pembelajaran Berikut ini adalah penelitian yang relevan yang telah dilakukan peneliti sebelumnya

Rismawati Halawa (2012) dalam penelitiannya yang berjudul

“Pengembangan Modul Tanaman Obat Untuk Pendidikan Konservasi Lingkungan

Di Kelas V SDN No 075046 Lolofitu Kabupaten Nias Barat”. Populasi dalam

penelitian ini siswa kelas V (lima) sekolah dasar di SDN No. 075046 lolofitu Kabupaten Nias Barat Berjumlah 27 siswa dan 3 orang Guru. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner. Validasi dilakukan oleh 2 pakar yaitu Dosen ahli biologi dan dosen ahli bahasa indonesia.

Rosa De Shinta Anggraeni (2015) dalam penelitiannya yang berjudul

“Pengembangan Modul Praktikum Ipa Sebagai Suplemen Kuriulum 2013 Untuk mendorong Siswa Kelas IV Berpikir”. Lokasi penelitian dilaksanakan di SD

Tarakanita Bumijo Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner & wawancara. Validasi dilakukan oleh dosen ahli IPA.


(50)

Theresia Dwi Kurniawati (2016) dalam penelitiannya yang berjudul

“pengembangan Modul Praktikum IPA Sebagai Suplemen Kurikulum 2013 Untuk

Mendorong Siswa Kelas IV Berpikir Kritis”. subjek penelitian ini siswa kelas IV SD Kanisius Ganjuran Yang berjumlah 21 siswa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner. Validasi dilakukan oleh pakar bahasa indonesia dan Pakar IPA.

2.2.2 Penelitian yang berhubungan dengan LKS

Veronika Tokan (2016) dengan judul “Pengembangan LKS Berbasis

Kecerdasan Ganda Pada Subtema Keindahan Alam Negeriku Untuk Siswa Kelas

IV Sekolah Dasar”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan sebuah produk berupa Lembar Kerja Siswa Berbasis Kecerdasan Ganda dan Untuk mengetahui Kualitas Lembar Kerja Siswa Berbasis Kecerdasan Ganda. Pengambilan data diperoleh dari hasil wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Validasi dua pakar LKS menghasilkan skor rata-rata 4,15 (Baik) dan 4,10 (baik). Validasi yang dilakukan oleh dua guru kelas IV SD menghasilkan skor rat-rata 4,55 (Sangat Baik) dan 4,00 (Baik). Dengan demiian LKS yang dikembangkan sudah layak digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah yang telah menerapkan kurikulum 2013 khususnya untuk kelas IV (empat) sekolah dasar.

Rambu Widyanti Wulu Ata (2016) dengan judul “ Pengembangan Lembar


(51)

Lingkungan Rumah Untuk Siswa Kelas II SD Kalasan 1” Tujuan utama dalam

penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa lembar kerja siswa mengacu pada kurikulum SD 2013 dan menggunakan pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, dan penilaian autentik dalam setiap pembelajarannya. Pengambilan data diperoleh dari daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Validasi ahli LKS menhasilkan skor 4 (Baik) dan 4 (Baik), dua guru kelas II SD menghasilkan skor 3,43 (Baik) dan 3,43 (Baik). Lembar kerja siswa ini memperoleh reta-rata skor 3.71 cengan kategori

“Baik”. Dengan demikian lembar kerja siswa menggunakan pendekatan saintifik

mengacu kurikulum 2013, yang dikembangkan sudah layak digunakan sesuai dengan saran dan komentar yang diberikan.

Sustiana Irna (2016) dengan judul “Pengembangan LKS Berbasis

Kecerdasan Ganda Pada Subema Kebersamaan Dalam Keberagaman Untuk Siswa

Kelas Empat (IV) Sekolah Dasar”. Tujuan penelitian ini adalah menhasilkan suatu

produk berupa LKS berbasis kecerdasan ganda pada subtema kebersamaan dalam keberagaman untuk siswa kelas IV sekolah dasar. Pengambilan data diperoleh dari daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Hasil validasi dua ahli LKS berbasis kecerdasan ganda menghasilkan skor 3,85 (Baik) dan 3,95 (Sangat Baik). Validasi dari kedua guru kelas IV SD menghasilkan skor 4,0 (Baik) dan 5,05 (Baik). Hal ini menunjukkan LKS berbasis kecerdasan ganda yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk uji coba dalam kegiatan pembelajaran di kelas IV sekolah dasar dengan revisi sesuai saran.


(52)

2.3 Desain Diagram

Gambar 2.1 Desain Diagram Penelitian

Modul LKS

Halawa, Rismawati (2016) Pengembangan Modul Tanaman Obat Untuk Pendidikan Konservasi Lingkungan Di Kelas V SDN No 075046 Lolofitu Kabupaten Nias Barat. Hasil uji coba kualitas modul tanaman obat yang memperoleh skor rata-rata 4.55 yang bererti sangat baik dan sangat layak digunakan.

Kurniawati, Theresia Dwi (2016) pengembangan Modul Praktikum IPA Sebagai Suplemen Kurikulum 2013 Untuk Mendorong Siswa Kelas IV Berpikir Kritis. Modul yang dikembangkan memiliki kualitas baik dan layak digunakan. Anggraeni, Rosa De Shinta (2015) Pengembangan Modul Praktikum Ipa Sebagai Suplemen Kuriulum 2013 Untuk mendorong Siswa Kelas IV Berpikir. Hasil kualitas modul praktikum IPA pada uji coba produk dengan 5 siswa mendapat hasil presentasi 78,33% dan uji coba produk pada kelas mendapat hasil 73.09% berkualitas sangat baik dan layak digunakan.

Irna, Sustiana (2016) Pengembangan LKS Berbasis Kecerdasan Ganda Pada Subema Kebersamaan Dalam Keberagaman Untuk Siswa Kelas Empat (IV) Sekolah Dasar. LKS berbasis kecerdasan ganda tersebut menghasilkan skor 3,96 dari rentang skor 1-5 dan termasuk dalam kategori “Baik”.

Ata, Rambu Widyanti Wulu (2016) Pengembangan Lembar Kerja Siswa Menggunakan Pendekatan Saintifi Pada Subtema Bermain d Lingkungan Rumah Untuk Siswa Kelas II SD Kalasan 1. Lembar Kerja Siswa menggunakan pendekatan saintifik mengacu Kurikulum 2013, yang dikembangkan sudah layak digunakan sesuai dengan saran dan komentar yang diberikan.

Tokan, Veronika (2016) Pengembangan LKS Berbasis Kecerdasan Ganda Pada Subtema Keindahan Alam Negeriku Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. LKS yang dikembangkan sudah layak digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah yang telah menerapkan kurikulum 2013 khusunya untuk kelas IV (empat) sekolah dasar.

Pengembangan Modul Pembelajaran dan LKS Budidaya Tanaman (Pohon Karet, Pisang, Singkon, dan Ubi Jalar) untuk Siswa Kelas IVa SD


(53)

2.4 Kerangka Berpikir

Pendidikan Emansipatoris merupakan suatu pendidikan yang menekankan masyarakat demokratis dan adil. Pendidikan kita saat ini memiliki masalah, yakni relasi antar manusia, sosio-ekonomis, politik, dan kebudayaan. Pendidikan emansipatoris berpeluang membantu siswa untuk menyadari dan mampu menanggapi realitas hidupnya. Dalam pendidikan sekolah Yesuit, Pedagogi Ignasian memiliki potensi menjadi pendidikan emansipatoris. Penerapan model pendidikan ini tidak hanya memberikan sebuah kontribusi kepada para guru dan juga kepada siswa. Melalui kegiatan pembelajaran inilah guru mendampingin dan membantu siswa untuk menyadari keberadaan dirinya dalam konteks tertentu. Dalam pendidikan emansipatoris menempatkan guru dan siswa keduanya adalah pembelajar, yang artinya adanya hubungan timbal balik antara guru dan siswa karena proses belajar mengajar akan efektif jika terjadi dialog diantara keduanya, maka pemahaman dan pengalaman akan realitas dari kedua pihak akan berkembang, apabila masing-masing pihak menghargai pihak lainnya.

Dalam lingkungan alam terdapat banyak jenis tanaman dan tumbuhan. Tanaman dan tumbuhan tersebut seringkali kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Ada banyak fungsi tanaman dan tumbuhan khususnya tanaman yaitu (1) pohoh karet ( getah) dapat dijual dan menghasilkan uang, dijadikan sebagai tikar karet, karet gelang, ban motor, dan sebagainya. (2) pisang dapat dijadikan sebagai sebagai keripik pisang, direbus untuk makanan keluarga, sedangkan daunya dijadikan sebagai bungkusan makanan,batangnya dapat dijadikan sebagai kompos, dan akarnya dapat dijadikan sebagai obat. (3) Singkong dapat dijadian


(54)

sebagai keripik, tepung terigu dan sebagainnya, sedangkan daunnya dapat dijadikan sebagai sayur. (4) ubi jalar dapat dijadikan sebagai keripik, direbus untuk makanan keluarga, pucuk daunnya dapat dijaikan sebagai sayur, daun dan batangnya dapat dijadikan sebagai makanhewan. Namun pada kenyataanya sebagaian besar siswa tidak mengetahui bahwa fungsi keempat tanaman tersebut sangat banyak dan dapat dijadikan sebagai makanan, bahan produksi, dan sebagai obat-obatan.

Dari masalah tersebut, maka pendidik memegang peranan penting sebagai sarana yang dapat membantu memberikan pemahaman kepada anak-anak supaya mereka mengetahui dan memahami betapa banyaknya fungsi dan manfaatnya keempat tanaman tersebut. Pendidik juga membantu siswa belajar bagaimana cara mengelolha tanah sampai pasca panen, supaya mendapatkan hasil yang maksimal.

Modul pembelajaran dan juga sekalian LKS dapat dijadikan panduan dalam membuat anak semakin mandiri dan mampu menemukan pengetahuan baru. Dengan demikian anak-anak di daerah tersebut akan menjadi generasi pembaharu yang akan menengkankan demokrasi dan keadilan dan sungguh memahami pentingnya pendidikan. Modul pembelajaran dan LKS merupakan perwujudan dari tanggungjawab peneliti sebagai warga masyarakat yang ingin memberikan pemahaman tentang pendidikan.

Berdasarkan dari alasan di atas, maka peneliti akan mengembangkan media pembelajaran berupa modul pembelajaran dan LKS untuk siswa kelas IVa SDN No.071094 Lologolu, Kabupaten Nias Barat. Modul dan LKS tersebut dapat digunakan guru sebagai sumber belajar dikelas.


(55)

2.5 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian teori diatas, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

2.4.1 Bagaimana langkah-langkah atau prosedur pengembangan modul pembelajaran dan LKS dengan implementasi pendidikan emansipatoris khususnya pada mata pelajaran IPA kelas IVA mengenai materi struktur tumbuhan?

2.4.2 Bagaimana model pembelajaran pendidikan emansipatoris untuk pengembangan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman berdasarkan untuk siswa kelas IVA di SDN No.071094 Lologolu?

2.4.3 Bagaimana kualitas modul pembelajaran dan LKS yang mengiplemetasikan pendidikan emansipatoris dapat membantu siswa kelas IVA memiliki presepsi tentang budidaya tanaman?


(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisi paparan metode penelitian yang meliputi: 1. Jenis Penelitian, 2. Prosedur Pengembangan, 3. Uji coba produk yang terdiri dari (a) Desain Uji Coba, (b) Subjek Uji coba, (c) Instrumen Penelitian, (d) Teknik Pengumpulan Data, dan (e) Teknik Analisa Data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan, yang biasa dikenal dengan penelitian R&D (Research and Development). Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan (Sukmadinata, 2013:161). Dalam buku Sanjaya (2010), Tyler mengatakan pengembangan kurikulum lebih bersifat bagaimana merancang suatu kurikulum sesuai dengan tujuan dan misi suatu institusi pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pendidikan emansipatoris dengan membuat modul pembelajaran dan LKS dalam pembelajaran IPA khususnya pada Standar Kompetensi (SK) 2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya, Kompetensi Dasar (KD) 2.1 Menjelaskan hubungan antara struktur akar tumbuhan dengan fungsinya, 2.2 Menjelaskan hubungan antara struktur batang tumbuhan dengan fungsinya, 2.3 Menjelaskan hubungan


(57)

antara struktur daun tumbuhan dengan fungsinya, 2.4 Menjelaskan hubungan antara buah dengan fungsinya di kelas IVa SDN No. 071094 Lologolu.

3.2 Setting Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Pada awal pembuatan modul pembelajaran dan LKS, peneliti melakukannya di Kampus PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Uji coba penelitian dilakukan pada kelas IVA di SDN No. 071094 Lologolu yang berlokasi di Desa Lologolu, Kecamatan Mandrehe, Kabupaten Nias Barat, Kepulauan Nias, Provinsi Sumatera Utara.

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah 25 siswa-siswi kelas IVA di SDN No. 071094 Lologolu, serta 5 guru SDN No. 071094 Lologolu.

3.2.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pengembangan pendidikan emansipatoris dalam pembuatan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman (pohon karet, pisang, singkong, dan ubi jalar) pada mata pelajaran IPA di kelas IVA di SDN No. 071094 Lologolu, Kecamatan Mandrehe, Kabupaten Nias Barat, tahun ajaran 2016/2017.


(58)

Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 selama 3 bulan yaitu pada bulan Juli sampai dengan dengan bulan September.

3.3 Prosedur Pengembangan

Penelitian ini menggunakan prosedur pengembangan yang menghasilakan produk berupa modul pembelajaran dan lembar kerja siswa berdasarkan pendidikan emansipatoris. Prosedur pengembangan kurikulum yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pengembangan menurut Tyler dan Oliva.

Dalam merancang suatu kurikulum disesuaikan dengan tututan dan misi suatu instutusi pendidikan. Proses pengembangan kurikulum menurut Tyler (dalam Hidadayat. 2013 yang berjudul Pengembangan Kurikulum Baru), ada empat hal yang dianggap mendasar untuk mengembangkan suatu kurikulum. Pertama berhubungan dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai; kedua berhubungan dengan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan; ketiga berhungan dengan pengorganisasian pengalaman belajar; dan keempat berhubungan dengan pengembangan evaluasi. Sedangkan menurut Oliva (dalam Hidadayat. 2013 yang berjudul Pengembangan Kurikulum Baru), suatu model kurikulum harus bersifat sederhana, komprehensif, dan sistematik. Langkah yang dikembangkan oleh Oliva terdiri atas 12 komponen yang satu sama lain saling berkaitan, antara lain: (a) menetapkan dasar filsafat, (b) menganalisis kebutuhan masyarakat, (c) merumuskan tujuan umum kurikulum, (d) merumuskan tujuan khusu kurikulum, (e) mengorganisasikan rancangan implementasi kurikulum, (f) menjabarkan kurikulum dalam bentuk perumusan tujuan umum pembelajaran, (g)


(59)

merumuskan tujuan khusus pembelajaran, (h) menetapkan dan menyeleksi strategi pembelajaran, (i) menyeleksi dan menyempurnakan tekni penilaian yang akan digunakan, (j) mengimplementasikan strategi pembelajarana, (k) mengevaluasi pembelajaran, (l) mengevaluasi kurikulum.

Dari kedua model pengembangan kurikulum di atas, dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 3.1 Prosedur pengembangan Menurut Tyler

Bagan 3.2 Prosedur Pengembangan Menurut Oliva Tujuan pendidikan

yang ingin dicapai

Pengembangan

Evaluasi pengalaman belajar Pengorganisasian Pengalaman belajar

untuk mencapai tujuan

Dasar filsafsat Analisis kebutuhan masyarakat Merumuskan tujuan umum Perumusan tujuan umum pembelajaran Mengimlementasik an strategi pembelajaran Menyeleksi penilaian Merumuskan tujuan khusus Mengorganisasi rancangan Menyeleksi strategi pembelajaran Mengevaluasi pembelajaran Mengevaluasi kurikulum Merumuskan tujuan khusus pembelajaran


(60)

Dari kedua prosedur pengembangan kurikulum di atas, peneliti menggabungkan atau mengadaptasi menjadi:

Bagan 3.3 Prosedur Pengembangan 3.3.1 Validasi

Istrumen validasi telah dilakukan oleh validator. Istrumen analisis kebutuhan siswa dan guru serta validasi produk di validasi oleh ahli (expert judgement). Sementara untuk persepsi siswa terhadap kualitas produk hanya dilakukan oleh dosen ahli yang menvalidasi produk.

Kuesioner analisis kebutuhan dan kuesioner analisis kebutuhan guru yang telah divalidasi oleh ahli bahasa dan ahli IPA berpedoman pada tabel berikut.

Dokumen Kurikulum: 1. Visi dan Misi 2. Profil lulusan sekolah 3. Profil mata pelajaran

Pribadi Siswa: 1. Latar belekang siswa

2. Latar belakang akademi

3. Lingkungan sosial dan latar belakang ekonomi

Analisis Kebutuhan

1. SK dan KD 2. Indikaator 3. Tujuan

Materi Pembelajaran dan Kegiatan Pembelajaran


(61)

Tabel 3.4 Istrumen Analisis Kebutuhan untuk Guru

No. Komponen yang dinilai Skor Saran

1.

Bahasa 1 2 4 5

a. Bahasa sesuai dengan kaidah penulisan yang baik dan benar.

b. Susunan kalimat dapat dipahami oleh guru.

c. Susunan kalimat

mendukung pencarian data yang berkaitan dengan tema penelitian.

2.

Pertanyaan

a. Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui manfaat modul pembelajaran dan LKS.

b. Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui keaktifan siswa dalam pembelajran. c. Pertanyaan yang diajukan

untuk mengetahui guru dan siswa sama-sama makhuluk pembelajar.

d. Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui menemukan pengetahuan baru.


(62)

untuk mengetahui pendidikan yang manusiawi.

f. Pertanyaan yang diajukan sesuai dengan konteks nyata kehidupan guru di Nias Barat.

Total Skor Skor terbobot =

jumlah skor keseluruhan 6

Error! Reference source not found.x 10

Tabel 3.5 Istrumen Analisis Kebutuhan untuk Siswa

No. Komponen yang dinilai Skor Saran

1.

Bahasa 1 2 4 5

a. Bahasa sesuai dengan kaidah penulisan yang baik dan benar.

b. Susunan kalimat dapat dipahami oleh guru.

c. Susunan kalimat

mendukung pencarian data yang berkaitan dengan tema penelitian.

2.

Pertanyaan

a. Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui manfaat


(63)

modul pembelajaran dan LKS. b. Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui keaktifan siswa dalam pembelajran. c. Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui guru dan siswa sama-sama makhuluk pembelajar.

d. Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui menemukan pengetahuan baru.

e. Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui pendidikan yang manusiawi.

f. Pertanyaan yang diajukan sesuai dengan tingkat pemahaman siswa.

Total Skor Skor terbobot =

jumlah skor keseluruhan 6

Error! Reference source not found.x 10

3.4 UJI COBA PRODUK

Uji coba produk dilakukan dengan mengumpulkan berbagai informasi dalam menentukan kualitas modul pembelajaran dan LKS. Data tersebut diperoleh dari validator dengan latar belakang ilmu pendidikan yang digunakan


(64)

untuk memperbaiki dan menyempurnakan produk modul pembelajaran dan LKS.

3.5 Intrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menyusun tiga instrumen yaitu: (a) instrumen pra penelitian untuk guru, (b) instrumen pra-penelitian untuk anak, (c) instrumen uji coba untuk mengetahui persepsi siswa terhadap kualitas modul pembelajaran dan LKS .

a. Instrumen Pra Penelitian Guru

Peneliti menyusun instrumen pra penelitian untuk guru agar dapat menyusun produk yang dikembangkan. Adapun kisi-kisi dan kuesioner adalah

Tabel 3.6 Kisi-kisi Istrumen Pra Penelitian untuk Guru

No Indikator Nomor

Item 1. Manfaat modul pembelajaran dan LKS 1-5 2. Keaktifan siswa dalam pembelajaran 6-8 3. Guru dan siswa sama-sama makhluk pembelajar 9-10 4. Menemukan pengetahuan baru 11-12 5. Pendidikan yang manusiawi 13-15

Tabel 3.7 Lembar Pertanyaan Pra Penelitian untuk Guru

No Pertanyaan

1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui bahwa modul pembelajaran dan LKS dapat mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah?


(65)

memperjelas penyajian materi? Mengapa?

3. Menurut pengamatan Bapak/Ibu bagaimana keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran?

4. Apakah Bapak/Ibu setuju bahwa modul pembelajaran dan LKS dapat meningkatkan motivasi belajar siswa? Mengapa?

5. Apakah dengan menggunakan modul pembelajaran dan LKS memudahkan guru dalam melakasanakan pembelajaran? Mengapa? 6. Menurut Bapak/Ibu apakah dengan menggunakan modul pembelajaran

dan LKS siswa lebih aktif dalam pembelajaran?

7. Menurut Bapak/Ibu apakah mencatat merupakan satu-satunya cara supaya siswa aktif dalam pembelajaran?

8. Apakah Bapak/Ibu mengetahui jika materi yang diajarkan sesuai dengan lingkungan siswa akan mebuat siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran? 9. Jika dalam pembelajaran tersebut terjadi dialog antara guru dan siswa

yang mengakibatkan keduanya pengetahuannya akan berkembang, apakah itu akan menurunkan martabat seorang guru?

10. Apakah Bapak/Ibu mengetahui bahwa guru dan siswa sama-sama memiliki tugas dan tanggung jawab sehingga pembelajaran lebih efektif? Apa saja tugas dan tanggung jawab tersebut?

11. Bagaimana cara yang Bapak/Ibu lakukan selama ini, lebih banyak memberikan materi dari pada membuat siswa mencari pengetahuan itu sendiri? Mengapa?

12. Apa Bapak/Ibu mengetahui bahwa pembelajaran yang membuat siswa menemukan pengetahuannya sendiri akan meningkatkan kemandirian dan pengetahuan tersebut tidak mudah dilupakan oleh siswa?

13. Apakah Bapak/Ibu pernah membuat pembelajaran yang akan mengasah akal budi dan mendidik hati nurani siswa? Bagaimana?

14. Apakah Bapak/Ibu mengetahui bahwa setiap siswa memiliki kepribadian yang utuh dan memiliki kebebasan dalam memilih?

15. Apakah Bapak/Ibu ingin membuat pembelajaran yang memanusiakan dan mengajak siswa menjadi kritis? Mengapa?


(66)

b. Instrumen Pra Penelitian untuk Siswa

Peneliti menyusun instrumen pra penelitian untuk anak agar dapat menyusun produk yang dikembangkan. Adapun kisi-kisi dan kuesioner adalah

Tabel 3.8 Kisi-kisi Istrumen Pra Penelitian untuk Siswa

No Indikator Nomor

Item 1. Manfaat modul pembelajaran dan LKS 1-5 2. Keaktifan siswa dalam pembelajaran 6-8 3. Guru dan siswa sama-sama makhluk pembelajar 9-10 4. Menemukan pengetahuan baru 11-12 5. Pendidikan yang manusiawi 13-15

Tabel 3.9 Lembar Pertanyaan Pra Penelitian untuk Guru

No. PERNYATAAN

Jawaban Ya Tidak

1. Saya memerlukan pembelajaran yang membuat saya berpikir dan bertindak.

2.

Dengan adanya modul pembelajaran dan LKS dapat mempermudah saya mengikuti pembelajaran dan membuat saya mandiri.

3.

Dengan adanya modul pembelajaran dan LKS lebih memperjelas saya dalam mengikuti kegiatan pembelajaran


(67)

4. Dengan adanya modul pembelajaran dan LKS dapat meningkatkan motivasi saya dalam belajar.

5.

Dengan adanya modul pembelajaran dan LKS membuat saya mandiri.

6. Modul pembelajaran dan LKS membuat saya aktif berpikir dan bertindak.

7. Selama ini kegiatan saya dalam pembelajaran kebanyakan menulis teori.

8.

Saya memerlukan pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan saya.

9. Saya belajar bukan hanya dari penjelasan guru tapi mencari tau sendiri.

10.

Saya baca bacaan praktik dan bertanya kepada orang lain untuk bisa mengetahui suatu informasi.

11. Saya belajar bukan hanya dari penjelasan guru tapi mencari tau sendiri.

12.

Saya baca bacaan praktik dan bertanya kepada orang lain untuk bisa mengetahui suatu informasi.

13. Saya pernah mengikuti pembelajaran yang akan mengasah akal budi dan mendidik hati nurani.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)