Penelitian Terdahulu Kerangka Berpikir

8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Menurut Hardiana Kurnianingsih penulisan tugas akhir. Tentang usulan “Penerapan Metodologi Six Sigma Menggunakan Metode DMAIC Define, Measure, Analyze, Improve, Control pada PT. Trias Sentosa Tbk’, Surabaya bergerak dalam industry kertas kaca pengemas Biaxialy Oriented Polypropylene BOPP Film. Cacat defect yang terjadi selama tahapan proses produksi pembuatan kaca pengemas jenis PCR 12 mununjukan penurunan setelah mendapatkan usulan penerapan metodologi six sigma berupa instruksi kerja porses pembuatan kaca pengemas jenis PCR 12. Setelah itu di uji secara statistic yang menunjukan adanya penurunan proporsi cacat, untuk total cacat yang sering terjadi jenis defect haze berada diluar spesifikasi yang ditetapkan.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Manajemen Produksi

Pengertian manajemen menurut Sofyan Assauri 2000:7 adalah kegiatan atau usaha untuk mencapai tujuan dengan mengordinir kegiatan orang lain. Dalam pengertian manajemen ada 3 unsur penting yaitu adanya Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 9 orang yang lebih dari satu, adanya tujuan yang ingin dicapai,dan orang yang yang bertanggung jawab akan tujuan tersebut : 1. Perencanaan 2. Pengorganisasian 3. Pengarahan 4. Pengawasan dan Pengendalian Kegiatan manajemen ini dibutuhkan untuk mengatur dan mengkombinasi faktor-faktor yang berupa sumber daya dan bahan guna dapat meningkatkan kegunaan dari barang atau jasa tersebut secara efektif dengan memanfaatkan keterampilan antara lain skill yang dimiliki para manajernya. Seperti yang kita ketahui bahwa fungsi manajemen adalah membuat keputusan untuk menemukan kegiatan apa yang dilakukan, baik untuk jangka pendek atau jangka panjang guna mencapai tujuan organisasi. Keputusan ini dapat diajukan untuk setiap bidang fisik dan organisasi yang bisa diramalkan, proses pengambilan keputusan didahului dengan mengetahui permasalan alternatif-alternatif yang ada, serta untuk mengukur atau membandingkan setiap alternatif yang memberikan hasil atau keuntungan yang besar dan resiko yang paling kecil serta efektif. Produksi menurut Sofyan Assauri 2001:7 adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan. Menurut T. Hani Handoko 2000:2 produksi adalah merupakan pemrosesan manufacturing berbagai barang , sadengkan menurut Murti Sunarni 2000:8 produksi adalah semua kegiatan dalam menciptakan dan menambah suatu barang atau jasa. Untuk itu Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 10 diperlukan faktor-faktor yang tersedia. Menurut Basu Swasta2000:22 yang dimaksud dengan produksi adalah pengubahan bahan dari sumber-sumber menjadi hasil yang diinginkan oleh konsumen,hasil itu dapat berupa barang atau jasa. Dari uraian diatas dapat diketahui manajemen produksi adalah proses perencanaan untuk memproduksi dan menghasilkan barang atau jasa yang berguna sebagai usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi, jadi segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang atau untuk kegitan tersebut dibutuhkan faktor-faktor produksi dalm ilmu ekonomi berupa tanah, modal, tenaga kerja, dan skill.

2.2.2 Tujuan Manajemen Produksi

Menurut Sukanto, Indriyo 2000:2 adalah memproduksi atau mengatur produksi barang dan jasa dalam jumlah kualitas harga, waktu serta tempat tertentu sesuai dengan kebutuhan konsumen. Menurut Assauri 2004:23 adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan dengan menggunakan peralatan, sehingga masukan atau input dapat diolah menjadi pengeluaran yang berupa barang dan jasa, yang akhirnya dapat dijual kepada para konsumen untuk memungkinkan perusahaan dapat memperoleh keuntungan. Dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan manajemen produksi ialah memproduksi atau mengatur barang dan jasa dalam jumlah kualitas, harga, waktu serta dampak yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 11

2.2.3 Ruang Lingkup manajemen Produksi

Menurut Assauri 2004:17, manajemen produksi merupakan kegiatan yang mencakup bidang yang cukup luas, dimulai dari penganalisaan dan penetapan keputusan saat sebelum dimulainya kegiatan produksi, yang umumnya bersifat keputusan jangka panjang, serta keputusan pada waktu penyiapan dan melaksanakan kegiatan produksi dan pengoperasian yang umumnya bersifat keputusan jangka pendek. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen produksi meliputi kegiatan penyiapan system produksi, dan kegiatan pengoperasian system produksi. Seperti yang diuraikan diatas, maka ruang lingkup manajemen produksi mencakup perencanaan atau penyiapan sistem produksi, serta pengoperasian dari system produksi. Pembahasan dalam perencanaan meliputi : 1 Seleksi dan Rancangan atau Desain Hasil produksi Kegiatan poduksi harus dapat menghasilkan produk, berupa barang atau jasa secara efektif dan efisien yang mempunyai mutu dan kualitas yang baik. Oleh karena itu, setiap kegiatan produksi harus dimulai dari penyeleksian dan perencanaan yang akan dihasilkan. Kegiatan ini harus dimulai dengan kegiatan-kegiatan riset dan pengembangan produk, maka seleksi dan diputuskan produk apa yang akan dihasilkan dan desain produk itu, untuk penyeleksian dan perencangan produk, standarisasi, simplifikasi dan spesialisasi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 12 2 Seleksi dan Perancangan Proses dan Peralatan Setelah proses desain, maka kegiatan yang harus dilakukan untuk merealisasikan usaha untuk menghasilkan dan menentukan jenis proses yang akan dipergunakan serta peralatannya. Dalam hal ini kegiatan harus dimulai dari penyelesaian dan pemilihan akan jenis proses yang akan dipergunakan, yang tidak terlepas dari produk yang dihasilkan. Kegiatan selanjutnya adalah menentukan teknologi dan peralatan yang akan dipilih tidak hanya mencakup mesin dan peralatan tapi juga mencakup bangunan dan linkungan kerja. 3 Pemilihan Lokasi Perusahaan dan Unit Produksi Kelancaran produksi perusahaan sangat dipengaruhi oleh kelancaran mendapatkan sumber-sumber bahan dan masukan, serta ditentukan oleh kelancaran dan biaya penyampaian atau supply product yang akan dihasilkan berupa barang jadi atau jasa ke pasar. 4 Rangcangan tata letak Lay Out Layout fasilitas produksi merupakan keseluruhan bentuk dan penempatan fasilitas – fasilitas yang diperlukan di dalam proses produksi. Di dalam berproduksi diperlukan peralatan – peralatan, perlengkapan – perlengkapan, mesin – mesin atau fasilitas – fasilitas produksi. Fasilitas – fasilitas tersebut harus diatur sesuai dengan kebutuhan proses produksi sehingga hasil produksi dapat di produksi dengan jumlah dan kualitas yang sesuai, dapat diselesaikan tepat pada waktunya dan dengan biaya yang minim. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 13 Perencanaan layout pabrik merupakan pemilihan secara optimum penempatan mesin – mesin peralatan pabrik, tempat kerja, tempat penyimpanan dan fasilitas servis, bersama – sama dengan penentuan bentuk gedung pabriknya. Jadi tujuan pengaturan layout fasilitas yang baik itu adalah : a. Memaksimimkan pemanfaatan peralatan pabrik. b. Meminimumkan kebutuhan tenaga kerja. c. Mengusahakan agar aliran bahan dan produk itu lancar. d. Meminimumkan hambatan pada kesehatan. e. Meminimumkan usaha membawa bahan. f. Memaksimumkan pemanfaatan ruang yang tersedia. g. Memaksimumkan keluwesan menghindari hambatan operasi dan tempat yang terlalu padat. h. Memberikan kesempatan berkomunikasi bagi para karyawan dengan menempatkan mesin dan proses secara benar. i. Memaksimumkan hasil produksi. Macam – Macam Lay-out : 1 Layout proses atau fungsional Process Fungtional Layout Dalam layout proses mesin – mesin dan peralatan – peralatan yang mempunyai fungsi yang sama dikelompokkan dan ditempatkan dalam satu tempat atau ruang tertentu. 2 Layout produk atau garis Product Line Layout Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 14 Didalam layout produk mesin – mesin dan perlengkapan – perlengkapan disusun berdasarkan urutan operasi yang diperlukan bagi produk yang dibuat. 3 Layout kelompok Group Layout Layout kelompok memisahkan daerah serta sekelompok mesin yang membuat serangkaian komponen yang memerlukan pemprosesan yang sama.

2.3 Pengertian Produksi

Produksi adalah setiap kegiatan atau usaha manusia untuk membuat dan mengolah barang atau jasa dagangan untuk mempertinggi kuantitas manusia dan kuantitas suatu barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia Ms. Encarta Library 2005.

2.3.1 Fungsi Produksi

Empat fungsi terpenting dalam fungsi produksi adalah : 1. Proses pengolahan, merupakan metode atau tekhnik yang digunakan untuk pengolahan masukan input . 2. Jasa - jasa penunjang merupakan sarana yang berupa pengorganisasian yang perlu untuk penetapan teknik dan metode yang akan dijalankan sehingga proses pengolahan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 15 3. Perencanaan merupakan penetapan keterkaitan dan pengorganisaian dari kegiatan produksi dan operasi yang akan dilakukan dalam suatu dasar waktu atau periode tertentu. 4. Pengendalian atau pengawasan merupakan fungsi untuk menjamin terlaksananya kegiatan sesuai dengan yang direncanakan sehingga maksud dan tujuan untuk penggunaan dan pengolahan masukan input pada kenyataanya dapat dilaksanakan.

2.4 Proses produksi

2.4.1 Pengertian Proses Produksi

Menurut Assauri 2004:75 proses adalah cara, metode, dan tehnik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber tenaga kerja, mesin, bahan-bahan,dan dana yang ada Pengertian produksi adalah kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan barang jasa lain yang mempunyai nilai tambah dan nilai guna yang lebih besar berdasarkan prinsip ekonomi manajerial atau ekonomi perusahaan. Proses produksi terjadi karena adanya interaksi antara berbagai faktor produksi seperti input berupa bahan baku, tenaga kerja, mesin, dan sebagainya bersatu padu untuk menciptakan barang jasa yang mempunyai nilai tambah dan nilai guna yang lebih tinggi yang diperlukan konsumen Prawirosentono, 2004. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 16 Menurut Assauri 2004, proses produksi dapat diartikan sebagai cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber tenaga kerja, mesin, bahan- bahan, dan dana yang ada.

2.4.2 Tipe Poses Produksi

Tipe proses produksi ditinjau dari arus bahan mentah sampai menjad barang jadi dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu : 1. Proses produksi terus menerus lini continous process atau urutan yang selalu sama dalam pelaksanaan proses produksi, pada umumnya produk yang dihasilkan bersifat homogen satu macam dan tidak tergantung pada spesifikasi yang diminta pembeli. 2. Proses produksi yang terputus – putus intermintent process yaitu proses produksi yang arus prosesnya ada dalam perusahaan tidak selalu sama, pada umumnya produk yang dihasilkan bersifat heterogen lebih dari satu macam dan tergantung pada spesifikasi yang diminta pembeli.

2.4.3 Pengertian Pengawasan produksi

Sofyan Assauri 2001 : 147 menyatakan tentang arti dari pengawasan produksi merupakan untuk mengkoordinasi aktivitas pengerjaan atau pengelolaan agar waktu penyelesaian yang telah ditentukan terlebih dahulu dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Adapun pengawasan yang perlu dilaksanakan didalam pengendalian produksi sebagai berikut : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 17 1. Pengawasan Proses Produksi Yaitu menentukan kapan waktu terselesaikannya proses produksi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. 2. Pengawasan Bahan Baku Merupakan faktor yang sangat penting keterlambatan penyediaan bahan baku mengakibatkan proses produksi perusahaan mengalami kemacetan. 3. Pengawasan Tenaga Kerja Dipergunakan sebagai mengawasi tenaga kerja didalam melaksanakan pekerjaan di bagian produksi agar dapat berkonsentrasi pada produk yang telah diproduksi menjadi barang jadi. 4. Pengawasan Biaya Produksi Tanpa adanya pengendalian dalam biaya produksi maka akan menjadi pemborosan yang menyebabkan cost product menjadi tinggi sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi harga penjualan dan menempatkan perusahaan didalam posisi persaingan. 5. Pengawasan Kualitas Produk Sebelum proses berlangsung produk diteliti terlebih dahulu agar produk yang dihasilkan bermutu tinggi. 6. Pemeliharaan Peralatan yang setiap hari dipakai untuk proses produksi harus membutuhkan pemeliharaan yang baik lebih insentif agar tidak Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 18 mengalami kemacetan dalam proses produksi. Perawatan pada cetakan matras, pembersihan cetakan, melihat fasilitas dalam proses produksi yang perlu adanya perbaikan.

2.4.4 Fungsi Pengawasan Produksi

Sofyan Assauri 2001 : 149 mengatakan untuk dapat menjalankan pengawasan dengan sempurna dan efektif, maka pengawasan produksi yang dilakukan hendaknya mempunyai fungsi sebagai berikut : 1. Routing Adalah fungsi yang menentukan dan mengatur urutan kegiatan pekerjaan yang logis, sistematis dan ekonomis melalui urutan nama bahan – bahan dipersiapkan untuk diproses menjadi barang jadi. Routing ini merupakan dasar dari fungsi scheduling dan dispatching. 2. Loading Adalah merupakan penentuan dan pengaturan muatan pekerjaan work load pada masing – masing pusat pekerjaan work centre sehingga dapat ditentukan berapa lama waktu yang diperlukan pada setiap operasi tanpa adanya penundaan atau keterlambatan time delay . Loading merupakan dasar penetuan scheduling. 3. Scheduling Merupakan pengkoordinasian tentang waktu dalam kegiatan berproduksi sehingga dapat diadakan pengalokasian bahan – bahan baku dan bahan – bahan pembantu serta kelengkapan kepada Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 19 fasilitas – fasilitas atau bagian – bagian pengolahan dalam pabrik pada waktu yang telah ditentukan. 4. Dispatching Meliputi pelaksanaan dari semua rencana dan pengaturan dalam bidang routing dan scheduling. Sebagian besar kegiatan dalam dispatching ini terdiri dari penyampaian perintah kepada bagian pengolahan yang dilakukan sesuai dengan schedul dan urutan pekerjaan yang telah ditentukan. Apabila segala sesuatu telah ditentukan dan pemuatan loading pekerjaan ke operasi telah dimulai, maka petugas pengawasan produksi bertanggung jawab memberitahukan kepada petugas operasi mengenai : a. Pekerjaan yang harus dilakukan. b. Waktu penyelesaian yang direncanakan. c. Laporan penilaian perkembangan dari pekerjaan tersebut. 5. Follow Up Adalah fungsi penelitian dan pengecekan terhadap semua aspek yang mempengaruhi kelancaran kegiatan produksi. Follow up ini mencakup usaha - usaha untuk mendapatkan bahan baku yang tidak tersedia tetapi dibutuhkan, mencari supplier yang paling baik untuk mendapatkan bahan - bahan baku tersebut, juga meneliti mesin - mesin dan peralatan yang diperlukan serta mengenai penjualan apakah hasilnya baik atau buruk. Kesemuannya itu dilakukan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 20 dengan tujuan agar hal - hal tersebut tidak mengganggu kelancaran didalam produksi.

2.5 Manajemen Persediaan Bahan

Menurut Agus Ahyari 2002 : 149 perlunya persediaan bahan baku di dalam perusahaan digunakan untuk tidak memperlambat pelaksanaan proses produksi. Bahan baku didatangkan dari pabrik. Di dalam pembelian suatu bahan baku tidak dapat dibeli atau didatangkan secara satu per satu dalam jumlah unit yang diperlukan pada saat bahan tersebut akan dipergunakan untuk proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan dalam beberapa waktu tertentu pula.

2.5.1 Fungsi Persediaan Bahan

1. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku yang dibutuhkan oleh perusahaan. Seandainya terjadi keterlambatan maka perusahaan dapat memanfaatkan persediaan yang ada sambil menunggu bahan baku yang dikirim dari pemasok. 2. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan. 3. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan disimpan dalam gudang, sebab akan menghindari naiknya harga bahan baku yang mengikuti arus kenaikan valuta asing. 4. Mempertahankan stabilitas produk dan menjamin kelancaran arus produksi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 21 5. Mencapai produk yang seoptimal mungkin sesuai keinginan perusahaan yang dapat diterima konsumen.

2.5.2 Jenis-Jenis Persediaan Bahan

1. Batch Stock Lot Size Inventory yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat barang dalam jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. 2. Fluctuation Stock yaitu sebagai persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan mengadakan persediaan untuk memenuhi konsumen. 3. Anticipation Stock yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan berdasarkan pola musiman yang terdapat satu tahun untuk menghadapi penggunaan penjualan serta permintaan meningkat.

2.5.3 Pengendalian Bahan

Material Handling Material Handling adalah suatu seni dan ilmu untuk memindahkan, membungkus dan menyimpan bahan – bahan dalam segala bentuk. Tujuan dari pemindahan bahan ini adalah mencapai pemindahan bahan – bahan yang tertib dan teratur dengan memenuhi syarat yang telah ditentukan dan yang lebih penting lagi adalah mencapai biaya yang rendah. Penurunan biaya material handling dapat diusahakan dengan cara : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 22 1. Pengurangan jumlah dan jarak pengangkutan. 2. Pengurangan waktu yang dibutuhkan didalam pengangkutan bahan. 3. Pemilihan alat pengangkutan bahan yang tepat.

2.5.4 Keuntungan Yang Diperoleh Dari Pengendalian Bahan

1. Menekan biaya pengendalian bahan – bahan. 2. Memperlancar perpindahan bahan – bahan. 3. Pemanfaatan luas ruang secara maksimal. 4. Mengurangi kerusakan bahan. 5. Mengurangi waktu memunggah dan membongkar bahan – bahan.

2.6 Pengertian Pengendalian Kualitas

2.6.1 Pengertian Kualitas

Pentingnya kualitas yang baik untuk menjaga keseimbangan kegiatan produksi dan pemasaran suatu produk. Hal ini timbul dari sikap konsumen yang menginginkan barang dengan kualitas yang terjamin dan semakin ketatnya persaingan antara perusahaan yang sejenis. Oleh karena itu pihak perusahaan perlu mengambil kebijaksanaan untuk menjaga kualitas produknya agar diterima konsumen dan dapat bersaing dengan produk sejenis dari perusahaan lain serta dalam rangka menunjang program jangka panjang perusahaan yaitu mempertahankan pasar yang telah ada atau menambah pasar perusahaan. Adapun hal tersebut dapat dilakukan melalui pengendalian kualitas. Beberapa pengertian kualitas antara lain: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 23 1. Kualitas merupakan suatu kondisi yang berhubungan dengan produk dan jasa manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan Tjiptono, 2001:4. 2. Kualitas merupakan totalitas bentuk dan karakteristik barang jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk memutuskan kebutuhan kebutuhan yang tampak jelas maupun yang tersembunyi Render, 2001:92

2.6.2 Pengertian Pengendalian Kualitas

Pengendalian kualitas merupakan alat bagi manajemen untuk memperbaiki kualitas produk bila diperlukan, mempertahankan kualitas produk yang sudah tinggi dan mengurangi jumlah produk yang rusak. Pengendalian kualitas merupakan alat penting bagi manajemen untuk memperbaiki kualitas produk bila diperlukan, mempertahankan kualitas, yang sudah tinggi dan mengurangin jumlah barang yang rusak Reksohadiprojo 2000:245. Jadi dapat disimpulkan pengendalian kualitas adalah aktivitas untuk menjaga, mengarahkan, mempertahankan dan memuaskan tuntutan konsumen secara maksimal.

2.6.3 Dimensi Kualitas

Ada 8 dimensi kualitas yang dikembangkan Garvin dan dapat digunakan sebagai kerangka perencanaan strategis dan analisis terutama untuk produk manufaktur. Dimensi tersebut adalah: Tjiptono, 2001: 27 1. Kinerja : karakteristik dari produk inti. 2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan: karakteristik sekunder atau pelengkap. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 24 3. Kehandalan : kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai. 4. Kesesuaian dengan spesifikasi: sejauhmana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan sebelumnya. 5. Daya tahan: berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat digunakan. 6. Service Ability: meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan mudah direparasi, penanganan keluhan yang memuaskan. 7. Estetika: daya tarik produk terhadap panca indra. 8. Kualitas yang dipersepsikan: citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.

2.7 Six Sigma

2.7.1 Pengertian

Six Sigma Six Sigma adalah bertujuan yang hampir sempurna dalam memenuhi persyaratan pelanggan Pande dan Cavanagh, 2003: 9. Menurut Gaspersz 2005:310 six sigma adalah suatu visi peningkatan kualitas menuju target 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan untuk setiap transaksi produk barang dan jasa. Pengertian Sigma menurut Pete Pande dan Larry Holpp 2005:9 merupakan standar deviasi. Standar deviasi adalah cara statistical untuk menggambarkan seberapa banyak variasi terjadi dalam sekumpulan data, sekelompok item atau sebuah proses. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 25 Menurut Robert P.Neuman dan Roland R. Cavanagh 2003:82 six sigma adalah cara mengukur proses, tujuan mendekati sempurna, disajikan dengan 3,4 DPMO Defects permilion Opportunities. Jadi Six Sigma merupakan suatu metode atau teknik pengendalian dan peningkatan kualitas dramatic yang merupakan terobosan baru dalam bidang manajemen kualitas

2.7.2 Konsep

Six Sigma Pada dasarnya pelanggan akan merasa puas apabila mereka menerima nilai yang diharapkan mereka. Apabila produk diproses pada tingkat kualitas Six Sigma , maka perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan atau mengharapkan bahwa 99,99966 persen dari apa yang diharapkan pelanggan akan ada dalam produk itu. Menurut Gaspersz 2005:310 terdapat enam aspek kunci yang perlu diperhatikan dalam aplikasi konsep Six Sigma, yaitu : 1. Identifikasi pelanggan 2. Identifikasi produk 3. Identifikasi kebutuhan dalam memproduksi produk untuk Pelanggan 4. Definisi proses 5. Menghindari kesalahan dalam proses dan menghilangkan semua pemborosan yang ada 6. Tingkatkan proses secara terus menerus menuju target Six Sigma Menurut Gaspersz 2005:310 apabila konsep Six Sigma akan ditetapkan dalam bidang manufakturing, terdapat enam aspek yang perlu diperhatikan yaitu: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 26 1. Identifikasi karakteristik produk yang memuaskan pelanggan sesuai kebutuhan dan ekspetasi pelanggan. 2. Mengklasifikasikan semua karakteristik kualitas itu sebagai CTQ Critical-To-Quality individual. 3. Menentukan apakah setiap CTQ tersebut dapat dikendalikan melalui pengendalian material, mesin proses kerja dan lain-lain. 4. Menentukan batas maksimum toleransi untuk setiap CTQ sesuai yang diinginkan pelanggn menentukan nilai UCL dan LCL dari setiap CTQ 5. Menentukan maksimum variasi proses untuk setiap CTQ menentukan nilai maksimum standar deviasi untuk setiap CTQ . 6. Mengubah desain produk dan atau proses sedemikian rupa agar mampu mencapai nilai target Six Sigma.

2.7.3 Strategi Pengembangan dan Peningkatan Kinerja Six Sigma

Strategi adalah implementasi dari pilihan fungsi yang menjadi faktor aktivitas proses bisnis terbaik yang merupakan penerjemahan dari kebutuan dan ekspektasi konsumen eksternal, para pemegang saham, dan seluruh anggota organisasi seluruh bagian dari konsumen internal. Tabel 2.1 Prinsip Dasar Program Six Sigma DIMENSI PRINSIP-PRINSIP IMPLEMENTASI Konsumen 1. Fokus pada kepuasan pelanggan 2. Menyajikan bebas cacat produk 3. Penekanan pada nilai pelanggan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 27 4. Menghormati ekspektasi pelanggan Perusahaan 1. Bertanggung jawab mutlak terhadap visi dan tujuan jangka panjang 2. Orientasi pada proses dan penekanan pada kemampuan proses. 3. Pembudayaan masalah kualitas adalah tanggung jawab segenap karyawan. 4. Peningkatan secara berkelanjutan pada seluruh prose baik proses produksi, pelayanan maupun proses transaksi. Tenaga Kerja 1. Menghargai dan mendengar setiap input masukan dari segenap karyawan 2. Penekanan pada pengelolaan ketenagakerjaan, motifasi dan inovasi 3. Kepemimpinan. Rekanan 1. Menjalin hubungan baik dengan supplier jangka panjang. 2. Membantu pertumbuhan peningkatan pemasok atau penyalur Sosial Kemasyarakatan 1. Peduli dan responsive terhadap masalah lingkungan sosial dan etika Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 28

2.7.4 Mekanisme dan Metodologi Six Sigma

Six Sigma sebagai program kualitas juga sebagai tool untuk pemecahan masalah. Six sigma menekankan aplikasi secara metodis dan sistematis yang akan dapat menghasilkan terobosan dalam peningkatan kualitas. Metodologi yang sistematis ini bersifat generik sehingga dapat diterapkan baik dalam industri manufaktur maupun jasa. Six Sigma juga dikatakan sebagai metode yang berfokus pada proses dan pencegahan cacat defect Snee, 1999. Pencegahan cacat dilakukan dengan cara mengurangi variasi yang ada di dalam setiap proses dengan menggunakan teknik-teknik statistik yang sudah dikenal secara umum. Keuntungan dari penerapan Six Sigma berbeda untuk tiap perusahaan yang bersangkutan, tergantung pada usaha yang dijalankannya. Biasanya Six Sigma membawa perbaikan pada hal-hal berikut ini Pande, Peter. 2000: a. Pengurangan biaya b. Perbaikan produktivitas c. Pertumbuhan pangsa pasar d. Retensi pelanggan e. Pengurangan waktu siklus f. Pengurangan cacat g. Pengembangan produk jasa Six Sigma memiliki 2 dua metodologi kunci: DMAIC and DMADV, keduanya mengambil konsep siklus PDCA plan-do-check-act dari W.Edwards Deming. DMAIC digunakan untuk memperbaiki proses bisnis Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 29 yang sudah berjalan bagi kinerja bebas-cacat, dan DMADV digunakan untuk menciptakan produk baru atau desain proses bagi kinerja bebas-cacat. a DMAIC didefinisikan sebagai: a. Define, definisikan peluang, misalnya: sasaran proyek terkait dengan persyaratan pelanggan. b. Measure, mengukur kinerja dari proses yang sedang berjalan c. Analyze, melakukan analisis terhadap kelemahan yang ada pada proses seperti sumber-sumber cacat, menjadikan kelemahan tersebut pada proses sebagai peluang perbaikan. d. Improve, melakukan perbaikan terhadap kinerja proses-proses yang sedang melemah. e. Control, mengendalikan kinerja dari proses-proses yang diperbaiki untuk mempertahankan keuntungan. b DMADV didefinisikan sebagai: 1. Define, mendefinisikan peluang, misalnya: sasaran proyek terkait dengan persyaratan pelanggan. 2. Measure, mengukur dan menetapkan persyaratan pelanggan serta bagaimana kompetitor memenuhi persyaratan tersebut. 3. Analyze, melakukan analisis terhadap berbagai pilihan proses guna memenuhi kebutuhan dan persyaratan pelanggan tersebut. 4. Design, mendesain proses-proses tersebut guna memenuhi kebutuhan dan persyaratan pelanggan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 30 5. Verify, melakukan verifikasi terhadap kinerja proses, terlebih lagi dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan dan persyaratan pelanggan.

2.7.5 Tahap-Tahap Implementasi Pengendalian Kualitas

Six Sigma Menggunakan Metode DMAIC Menurut Pande dan Holpp 2005:45-58, tahap-tahap implementasi peningkatan kualitas Six sigma terdiri dari lima langkah yaitu menggunakan metode DMAIC atau Define, Measure, Analyse, Improve, and Control. A. Define Penetapan sasaran dari aktivitas peningkatan kualitas Six Sigma. Langkah ini untuk mendefinisikan rencana-rencana tindakan yang harus dilakukan untuk melaksanakan peningkatan dari setiap tahap proses bisnis kunci Gaspersz, 2005: 322. Tanggung jawab dari definisi proses bisnis kunci berada pada manajemen. Langkah define mempunyai beberapa sasaran utama yaitu : 1. Mendefinisikan proses inti perusahan Proses inti adalah suatu rantai tugas, biasanya mencakup berbagai departemen atau fungsi yang mengirimkan nilai produk, jasa, dukungan, informasi kepada para pelanggan eksternal. Dalam hal pemilihan tema Six Sigma pertama-tama yang dilakukan adalah mempertimbangkan dan menjelaskan tujuan dari suatu proses inti akan dievaluas. 2. Mendefinisikan kebutuhan spesifik kebutuhan pelanggan Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi pelanggan, dalam hal mendefinisikan kebutuhan spesifik dari pelanggan adalah memahami dan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 31 membedakan diantara dua kategori persayaratan kritis, yaitu persyaratan output dan persyaratan pelayanan. Persyaratan output berkaitan dengan karakteristik dan atau features dari produk akhir barangjasa yang diserahkan kepada pelanggan pada akhir dari suatu proses. Dalam hal ini dapat saja berbagai macam persyaratan output, tetapi pada dasarnya semua itu berkaitan dengan daya guna usability dan efektivitas dari produk akhir itu di mata pelanggan. Vincent Gaspersz, 2002 : 64 B. Measure Measure merupakan tindak lanjut logis terhadap langkah define dan merupakan sebuah jembatan untuk langkah berikutnya. Menurut Pande dan Holpp 2005: 48 langkah measure mempunyai dua sasaran utama yaitu: 1. Mendapatkan data untuk mengkualifikasikan masalah dan peluang. Biasanya ini merupakan informasi kritis untuk memperbaiki dan melengkapi anggaran dasar proyek yang pertama. 2. Memulai menyentuh fakta dan angka-angka yang memberikan petunjuk tentang akar masalah. Measure merupakan langkah oprasional yang kedua dalam program peningkatan kualitas Six Sigma. Terdapat tiga hal pokok yangharus dilakukan, yaitu: 1. Memilih atau menentukan karakteristik kualitas Critical to Quality kunci. Penetapan Critical to Quality kunci harus disertai dengan pengukuran yang dapat dikuantifikasikan dalam angka-angka.Hal ini bertujuan agar tidak menimbulkan persepsi dan interprestasi yang dapat saja salah bagi setiap orang dalam proyek Six sigma dan menimbulkan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 32 kesulitan dalam pengukuran karakteristik kualitas keandalan. Dalam mengukur karakteristik kualitas, perlu diperhatikan aspek internal tingkat kecacatan produk, biaya-biaya karena kualitas jelek dan lain-lain dan aspek eksternal organisasi kepuasan pelanggan, pangsa pasar dan lain- lain. 2 Mengembangkan rencana pengumpulan data Pengukuran karakteristik kualitas dapat dilakukan pada tingkat, yaitu : a. Pengukuran pada tingkat proses process level Mengukur setiap langkah atau aktivitas dalam proses dan karakteristik kualitas input yang diserahkan oleh pemasok supplier yang mengendalikan dan mempengaruhi karakteristik kualitas output yang diinginkan. b. Pengukuran pada tingkat output output level Adalah mengukur karakteristik kualitas output yang dihasilkan dari suatu proses dibandingkan terhadap spesifikasi karakteristik kualitas yang diinginkan oleh pelanggan. c. Pengukuran pada tingkat outcome outcome level Adalah mengukur bagaimana baiknya suatu produk barang dan atau jasa itu memenuhi kebutuhan spesifik dan ekspektasi rasional dari pelanggan. 3 Pengukuran baseline kinerja pada tingkat output karena proyek peningkatan kualitas Six Sigma yang ditetapkan akan difokuskan pada upaya peningkatan kualitas menuju ke arah zero defect sehingga memberikan kepuasan total kepada pelanggan, maka sebelum proyek dimulai, kita harus mengetahui tingkat kinerja yang sekarang atau dalam Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 33 terminology Six Sigma disebut sebagai baseline kinerja, sehingga kemajuan peningkatan yang dicapai setelah memulai proyek Six Sigma dapat diukur selama masa berlangsungnya proyek Six Sigma. Pengukuran pada tingkat output ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana output akhir tersebut dapat memenuhi kebutuhan spesifik pelanggan sebelum produk tersebut diserahkan kepada pelanggan. C. Analyze Merupakan langkah operasional yang ketiga dalam program peningkatan kualitas six sigma. Ada beberapa hal yang harus dilakukan pada tahap ini yaitu : 1. Menentukan stabilitas dan kemampuan kapabilitas proses Proses industri dipandang sebagai suatu peningkatan terus menerus continous improvement yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide ide untuk menghasilkan suatu produk barang dan atau jasa, pengembangan produk, proses produksioperasi, sampai kepada distribusi kepada pelanggan. Target six sigma adalah membawa proses industri yang memiliki stabilitas dan kemampuan sehingga mencapai zero defect. Dalam menentukan apakah suatu proses berada dalam kondisi stabil dan mampu akan dibutuhkan alat-alat statistik sebagai alat analisis. Pemahaman yang baik tentang metode-metode statistik dan perilaku proses industri akan meningkatkan kinerja system industri secara terus-menerus menuju zero defect. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 34 2. Menetapkan target kinerja dari karakteristik kualitas CTQ kunci Secara konseptual penetapan target kinerja dalam proyek peningkatan kualitas Six Sigma merupakan hal yang sangat penting dan harus mengikuti prinsip : a Spesific, yaitu target kinerja dalam proyek peningkatan kualitas Six Sigma harus bersifat spesifik dan dinyatakan secara tegas. b Measureable, target kinerja dalam proyek peningkatan kualitas Six Sigma harus dapat diukur menggunakan indikator pengukuran matrik yang tepat, guna mengevaluasi keberhasilan, peninjauan ulang, dan tindakan perbaikan diwaktu mendatang. c Achievable, target kinerja dalam proyek peningkatan kualitas harus dapat dicapai melalui usaha usaha yang menantang challenging efforts. d Result-Oriented, yaitu target kinerja dalam proyek peningkatan kualitas Six Sigma harus berfokus pada hasil hasil berupa peningkatan kinerja yang telah didefinisikan dan ditetapkan. e. Time-Bound, target kinerja dalam proyek peningkatan kualitas Six Sigma harus menetapkan batas waktu pencapaian target kinerja dari setiap karakteristik kualitas CTQ kunci itu dan target kinerja harus dicapai pada batas waktu yang telah ditetapkan tepat waktu. 3. Mengidentifikasikan sumber sumber dan akar penyebab masalah kualitas. Untuk mengidentifikasi masalah dan menemukan sumber penyebab masalah kualitas, digunakan alat analisis diagram sebab akibat atau diagram tulang ikan. Diagram ini membentuk cara-cara membuat produk-produk yang lebih baik dan mencapai akibatnya hasilnya Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 35 Gambar 2.1 Diagram Sebab Akibat Gaspersz, 2005 : 243 Money Media Material Method Akibat Predictable Motivation Machine Manpower Causes Sumber penyebab masalah kualitas yang ditemukan berdasarkan prinsip 7 M, yaitu : Gasperz, 2005:241-243. 1. Manpower tenaga kerja, berkaitan dengan kekurangan dalam pengetahuan, kekurangan dalam ketrampilan dasarMenganalisa tingkat sigma dan Defect For Milion Opportunitas perusahaan : yang berkaitan dengan mental dan fisik, kelelahan, stress, ketidakpedulian. 2. Machiness mesin dan peralatan, berkaitan dengan tidak ada sistem perawatan preventif terhadap mesim produksi, termasuk fasilitas dan peralatan lain tidak sesuai dengan spesifikasi tugas, tidak dikalibrasi, terlalu complicated, terlau panas. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 36 3. Methods metode kerja, berkaitan dengan tidak adanya prosedur dan metode kerja yang benar, tidak jelas, tidak diketahui, tidak terstandarisasi, tidak cocok. 4. Materials bahan baku dan bahan penolong, berkaitan dengan ketiadaan spesifikasi kualitas dari bahan baku dan bahan penolong yang ditetapkan, ketiadaan penanganan yang efektif terhadap bahan baku dan bahan penolong pembantu. 5. Media, berkaitan dengan tempat dan waktu kerja yang tidak memperhatikan aspek aspek kebersihan, kesehatan dan keselamatan kerja, dan lingkungan kerja yang konduktif, kekurangan dalam lampu penerangan ventilasi yang buruk kebisingan yang berlebihan, dll. 6. Motivation motivasi, berkaitan dengan ketiadaan sikap kerja yang benar dan professional, yang dalam hal ini disebabkan oleh sistem balas jasa dan penghargaan yang tidak adil kepada tenaga kerja. 7. Money keuangan, berkaitan dengan ketiadaan dukungan financial keuangan yang mantap guna memperlancar proyek peningkatan kualitas Six Sigma yang akan ditetapkan D. Improve Pada langkah ini diterapkan suatu rencana tindakan untuk melaksanakan peningkatan kualitas Six sigma. Tim peningkatan kualitas Six sigma harus memutuskan target yang harus dicapai, mengapa rencana tindakan tersebut dilakukan, dimana rencana tindakan itu akan dilakukan, bilamana rencana itu akan dilakukan, siapa penanggung jawab rencana tindakan itu, bagaimana Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 37 melaksanakan rencana tindakan itu dan berapa besar biaya pelaksanaannya serta manfaat positif dari implementasi rencana tindakan itu. Tim proyeksi Sigma telah mengidentifikasikan sumber-sumber dan akar penyebab masalah kualitas sekaligus memonitor efektifitas dari rencana tindakan yang akan dilakukan di sepanjang waktu. Efektivitas dari rencana tindakan yang dilakukan akan tampak dari penurunan persentase biaya kegagalan kualitas COPQ terhadap nilai penjualan total sejalan dengan meningkatnya kapabilitas Sigma. Setiap rencana tindakan yang diimplementasikan harus dievaluasi tingkat efektivitasnya melalui pencapaian target kinerja dalam program peningkatan kualitas Six sigma yaitu menurunkan DPMO menuju target kegagalan nol zero defect oriented atau mencapai kapabilitas proses pada tingkat lebih besaratau sama dengan 6-Sigma, serta mengkonversikan manfaat hasil-hasil kedalam penurunan persentase biaya kegagalan kualitas COPQ. Maka tim proyeksi Sigma dari setiap karakteristik kualitas CTQ kunci yang mempengaruhi kepuasan pelanggan serta mengkonversikan ukuran-ukuran tersebut kedalam biaya kualitas. E. Control Merupakan tahap operasional terakhir dalam upaya peningkatan kualitas berdasarkan Six Sigma. Pada tahap ini hasil peningkatan kualitas didokumentasikan dan disebarluaskan, praktik-praktik terbaik yang sukses dalam peningkatan proses distandarisasi dan disebarluaskan, prosedur didokumentasikan dan dijadikan sebagai pedoman standar, serta kepemilikan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 38 atau tanggung jawab ditransfer dari tim kepada pemilik atau penanggung jawab proses.

2.8 Kerangka Berpikir

Menitik beratkan pada pengendalian kualitas pada proses produksi yaitu pengendalian atas bahan baku, mesin dan karyawan. Definisi oprasional digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: a. Proses input pada PT Gudang Garam Direktorat Grafika terdiri dari bahan baku, mesin dan karyawan. b. Prodak cacat atau ditolak adalah produk yang tidak memenuhi kriteria yang diharapkan. c. Implikasi manajerial adalah tindak lanjut terhadap hasil dari analisis Six Sigma yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan untuk pencapaian Six Sigma , yang dibandingkan dengan analisis yang digunakan oleh perusahaan. Setiap perusahaan tentu mengharapkan tidak ada satupun produk yang dihasilkan merupakan produk cacat. Produk yang cacat hanya akan menambah biaya proses produksi, sebaliknya hasil produk yang terhidar dari produk cacat akan meningkatkan efisiensi biaya produksi. Untuk menghasilkan produk yang baik terhindar dari produk yang cacat perlu dilakukan pengendalian proses produksi. Salah satu metode yang bisa dilakukan dalam proses produksi adalah metode six sigma. Metode six sigma ini memiliki 5 langkah kegiatan yaitu Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 39 a. Define : Pada tahap ini mengidentifikasi permasalahan, mendefinisikan spesifikasikan pelanggan, dan menentukan tujuan pengurangan cacat produk. b. Measure : Memvasilidasi permasalahan, mengukurmenganalisis permasalahan dari data yang ada. c. Analyze : Menentukan faktor-faktor yang paling mempengaruhi proses, artinya mencari satu atau dua factor yang kalau itu d. Improve : Pada tahap ini mendiskusikan ide-ide untuk memperbaiki system berdasarkan analisa terdahulu, melakukan percobaan untuk melihat hasilnya jika hasilnya bagus maka akan dibuatkan prosedur bakunya standart Operating Procedure- SOP. e. Control : Pada tahap ini membuat rencana dan desain pengukuran agar hasil yang sudah bagus dari perbaikan proses dapat digunakan secara berkesinambungan. Di harapkan pengendalian kualitas menggunakan metode six sigma akan mampu untuk memperkecil prosentase produk cacat yang pada akhirnya menekan biaya produksi dan dapat meningkatkan efisiensi perusahaan secara keseluruhan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 40 Gambar 2.2 : Kerangka Berpikir PT GUDANG GARAM DIREKTORAT GRAFIKA BAHAN BAKU,M ESIN KARYAWAN PRODUK PENGENDALIAN KUALITAS BAIK DITOLAK CACAT KONSUM EN PROSES ULANG Analisis Six Sigm a Define M easure Analyze Im prove Cont rol Im plikasi M anajerial Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 41

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1 Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian ini hanya ada satu variable yang akan diamati dan menjadi obyek pengamatan dalam penelitian yaitu Produk Cacat. Yang dimaksud produk cacat adalah Produk jenis etiket pada PT.Gudang Garam Direktorat Grafika yang sudah selesai dalam proses produksi yang mengalami kerusakan atau dianggap tidak memenuhi standart kualitas dan sudah mengalami proses sortir ulang dan juga perbaikan system yang ditetapkan oleh perusahaan. Variabel ini memiliki 4 indikator, yaitu defect print to print cacat dari proses print ke print, defect standart color cacat dari warna, defect print to cutting cacat dari proses print menuju proses pemotongan, defect driying ink cacat proses pencucian tinta, Variabel ini memiliki skala rasio dan diukur dalam satuan keping. 3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 3.2.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah data produksi mengenai banyaknya jumlah produk etiket, fleksibel packing pada pembungkus rokok yang cacat pada bulan Februari - April 2011. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber