26
1. Identifikasi karakteristik produk yang memuaskan pelanggan sesuai kebutuhan dan ekspetasi pelanggan.
2. Mengklasifikasikan semua karakteristik kualitas itu sebagai CTQ Critical-To-Quality
individual. 3. Menentukan apakah setiap CTQ tersebut dapat dikendalikan
melalui pengendalian material, mesin proses kerja dan lain-lain. 4. Menentukan batas maksimum toleransi untuk setiap CTQ sesuai
yang diinginkan pelanggn menentukan nilai UCL dan LCL dari setiap CTQ
5. Menentukan maksimum variasi proses untuk setiap CTQ menentukan nilai maksimum standar deviasi untuk setiap CTQ .
6. Mengubah desain produk dan atau proses sedemikian rupa agar mampu mencapai nilai target Six Sigma.
2.7.3 Strategi Pengembangan dan Peningkatan Kinerja Six Sigma
Strategi adalah implementasi dari pilihan fungsi yang menjadi faktor aktivitas proses bisnis terbaik yang merupakan penerjemahan dari kebutuan
dan ekspektasi konsumen eksternal, para pemegang saham, dan seluruh anggota organisasi seluruh bagian dari konsumen internal.
Tabel 2.1 Prinsip Dasar Program Six Sigma DIMENSI
PRINSIP-PRINSIP IMPLEMENTASI Konsumen
1. Fokus pada kepuasan pelanggan 2. Menyajikan bebas cacat produk
3. Penekanan pada nilai pelanggan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
27
4. Menghormati ekspektasi pelanggan Perusahaan
1. Bertanggung jawab mutlak terhadap visi dan tujuan jangka panjang
2. Orientasi pada proses dan penekanan pada kemampuan proses.
3. Pembudayaan masalah kualitas adalah tanggung jawab segenap karyawan.
4. Peningkatan secara berkelanjutan pada seluruh prose baik proses produksi,
pelayanan maupun proses transaksi. Tenaga Kerja
1. Menghargai dan mendengar setiap input masukan dari segenap karyawan
2. Penekanan pada pengelolaan ketenagakerjaan, motifasi dan inovasi
3. Kepemimpinan. Rekanan
1. Menjalin hubungan baik dengan supplier jangka panjang.
2. Membantu pertumbuhan peningkatan pemasok atau penyalur
Sosial Kemasyarakatan
1. Peduli dan responsive terhadap masalah lingkungan sosial dan etika
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
28
2.7.4 Mekanisme dan Metodologi Six Sigma
Six Sigma sebagai program kualitas juga sebagai tool untuk pemecahan masalah. Six sigma menekankan aplikasi secara metodis dan sistematis yang
akan dapat menghasilkan terobosan dalam peningkatan kualitas. Metodologi yang sistematis ini bersifat generik sehingga dapat diterapkan baik dalam
industri manufaktur maupun jasa. Six Sigma juga dikatakan sebagai metode yang berfokus pada proses dan pencegahan cacat defect Snee, 1999.
Pencegahan cacat dilakukan dengan cara mengurangi variasi yang ada di dalam setiap proses dengan menggunakan teknik-teknik statistik yang sudah
dikenal secara umum. Keuntungan dari penerapan Six Sigma berbeda untuk tiap perusahaan yang bersangkutan, tergantung pada usaha yang
dijalankannya. Biasanya Six Sigma membawa perbaikan pada hal-hal berikut ini Pande, Peter. 2000:
a. Pengurangan biaya
b. Perbaikan produktivitas
c. Pertumbuhan pangsa pasar
d. Retensi pelanggan
e. Pengurangan waktu siklus
f. Pengurangan cacat
g. Pengembangan produk jasa
Six Sigma memiliki 2 dua metodologi kunci: DMAIC and DMADV, keduanya mengambil konsep siklus PDCA plan-do-check-act dari
W.Edwards Deming. DMAIC digunakan untuk memperbaiki proses bisnis
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
29
yang sudah berjalan bagi kinerja bebas-cacat, dan DMADV digunakan untuk menciptakan produk baru atau desain proses bagi kinerja bebas-cacat.
a DMAIC didefinisikan sebagai:
a. Define, definisikan peluang, misalnya: sasaran proyek terkait dengan
persyaratan pelanggan. b.
Measure, mengukur kinerja dari proses yang sedang berjalan c.
Analyze, melakukan analisis terhadap kelemahan yang ada pada proses seperti sumber-sumber cacat, menjadikan kelemahan tersebut pada
proses sebagai peluang perbaikan. d.
Improve, melakukan perbaikan terhadap kinerja proses-proses yang sedang melemah.
e. Control, mengendalikan kinerja dari proses-proses yang diperbaiki untuk
mempertahankan keuntungan. b
DMADV didefinisikan sebagai: 1.
Define, mendefinisikan peluang, misalnya: sasaran proyek terkait dengan persyaratan pelanggan.
2. Measure, mengukur dan menetapkan persyaratan pelanggan serta
bagaimana kompetitor memenuhi persyaratan tersebut. 3.
Analyze, melakukan analisis terhadap berbagai pilihan proses guna memenuhi kebutuhan dan persyaratan pelanggan tersebut.
4. Design, mendesain proses-proses tersebut guna memenuhi kebutuhan dan
persyaratan pelanggan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
30
5. Verify, melakukan verifikasi terhadap kinerja proses, terlebih lagi dalam
kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan dan persyaratan pelanggan.
2.7.5 Tahap-Tahap Implementasi Pengendalian Kualitas