C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis seluruh data informan, didapatkan beberapa kesamaan hasil dari keempat informan yang kemudian dikaitkan
dengan landasan teori yang ada. Berikut pembahasan hasil penelitian :
1 Pemberi Label Negatif, Isi Label Negatif, Frekuensi Informan
Mendapat Label Negatif, dan Alasan atau Hal yang Membuat Informan Diberi Label Negatif
Seluruh informan menyatakan bahwa selama ini mereka mendapat label negatif yang beraneka ragam dari orang yang berbeda-
beda dan dengan frekuensi yang berbeda pula. Akan tetapi, para informan mengaku bahwa selama ini mereka sering mendapat label
negatif dari orang tua, teman-teman, dan gurunya. Dimana label negatif yang paling sering dan sebagian besar informan dapatkan dari orang
tua, teman-teman, dan gurunya adalah label negatif pemalas. Pada saat wawancara triangulasi data dengan beberapa
significant others
setiap informan, yang meliputi guru dan teman, mereka menyatakan serta
mengakui bahwa mereka memberi label negatif kepada informan karena alasan tertentu. Pemberi label negatif, isi label negatif, dan
alasan yang menyebabkan
significant others
informan memberi label negatif kepada para informan dapat dilihat secara lebih lengkap pada
tabel 4 klasifikasi hasil triangulasi data. Label negatif pemalas yang sering diberikan oleh
significant others
informan kepada tiga dari empat informan yang ada berkaitan
erat dengan perkembangan sosial yang sedang dialami oleh para informan. Yusuf 2010 menyatakan bahwa pada saat mengalami
perkembangan sosial, para remaja berusaha untuk mendapatkan otonomi dan kebebasan atas diri dan perilakunya. Informan 1 dan
informan 3 berusaha untuk mendapatkan kebebasannya pada saat di rumah dengan menunjukkan perilaku malas, seperti memilih untuk
menonton televisi dibandingkan mencuci baju atau kegiatan informan selama di rumah hanya makan, nonton televisi, dan tidur. Sedangkan,
informan 4 berusaha untuk mendapatkan kebebasannya di sekolah dengan cara sering menunda mengerjakan suatu tugas. Perilaku-
perilaku tersebut kemudian membuat orang tua ataupun guru memberikan label negatif pemalas kepada para informan.
Herlina 2007
mendefinisikan
labeling
sebagai penggambaran sifat seseorang dalam hal-hal yang berhubungan dengan
perilaku berupa label tertentu. Sebagai contoh, pada saat informan menampilkan perilaku malas seperti hanya melakukan kegiatan makan,
tidur, dan menonton televisi pada saat di rumah, maka ia akan diberi label pemalas. Kemudian, teori
labeling
juga menjelaskan bahwa pada saat individu melakukan perilaku menyimpang, maka individu tersebut
akan mendapat label negatif. Sebagai contoh, pada saat informan menampilkan perilaku menyimpang, seperti terlibat dalam tawuran
pelajar dan melanggar peraturan sekolah, maka ia akan diberi label negatif nakal.
2 Reaksi Informan Pada Saat Diberi Label Negatif
Selama ini, dari berbagai reaksi yang ditunjukkan para informan sebagai tanggapan atas pemberian label negatif dari
significant others
, terdapat beberapa kesamaan reaksi, yaitu diam, bersikap cuek, dan berusaha sabar. Di sisi lain, informan 3
menampilkan reaksi yang cukup berbeda dari ketiga informan lainnya dalam menanggapi pemberian label negatif dari ibunya. Informan 3
mengaku bahwa biasanya ia akan marah dan menentang ibunya saat sudah tidak bisa menahan kesabaran.
Berbagai reaksi yang ditunjukkan oleh para informan sebagai tanggapan atas pemberian label negatif dari
significant others
, terutama sikap cuek dan menentang ibu sesuai dengan penyataan Riberu. Riberu
1985 menyatakan bahwa apabila para remaja sudah merasa tidak dipahami, tidak didukung, tidak disayangi, dan merasa kecewa dengan
tanggapan dan penilaian negatif orang tua terhadapnya, maka mereka cenderung akan bersikap kurang peduli, cuek atau acuh, dan menentang
orang tuanya.
3 Dampak Negatif yang Dirasakan Informan Akibat Label Negatif
Saputro dalam Mulyati, 2010 menyatakan bahwa label negatif yang melekat pada remaja akan menyebabkan remaja tersebut
tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang labil serta tidak memiliki rasa percaya diri. Hal tersebut ternyata juga dialami oleh
informan 1 dan informan 2, mereka merasa tidak percaya diri akibat
label negatif yang mereka sandang. Selain merasa tidak percaya diri, label negatif yang disandang para informan ternyata juga membuat
mereka merasakan beberapa perasaan negatif lain, seperti perasaan sakit hati,
bad mood
, kesal, kecewa, terbebani, dan benci kepada para pemberi label. Perasaan kecewa yang dirasakan oleh para informan
sesuai dengan pernyataan Riberu 1985 yang menyatakan bahwa tanggapan dan penilaian negatif orang tua terhadap remaja membuat
mereka merasa tidak dipahami, tidak didukung, tidak disayangi, dan kecewa.
Selanjutnya, Corrigan dalam Moses, 2009 mengungkapkan bahwa individu yang diberi label negatif akan menjadi depresi,
memiliki harga diri yang rendah, konsep diri yang negatif, menarik diri dari dunia sosial, dan enggan untuk meminta bantuan pada orang lain.
Hal tersebut juga dialami oleh informan 3 yang menjadi tidak bersemangat untuk beraktifitas dan enggan atau tidak ingin bertemu
dengan orang lain karena label negatif yang ia sandang.
Teori
labeling
memiliki label dominan yang mengarah pada suatu keadaan yang disebut
master status.
Konsep tersebut mengandung makna bahwa suatu label yang dilekatkan pada individu
biasanya akan dilihat sebagai karakteristik yang lebih menonjol dibandingkan karakteristik lain pada individu yang bersangkutan. Bagi
beberapa orang, label yang diberikan orang lain pada individu akan membuat mereka berpikiran dan memandang dirinya seperti apa yang
dilabelkan kepadanya. Hal tersebut kemudian akan membuat individu yang diberi label menjadi “terkungkung” pada apa yang dilabelkan. Hal
tersebut pun nyata dialami oleh informan 2, dimana ia mengaku bahwa kini ia sudah “termakan omongan” teman-temannya, sehingga
mindset
di kepala informan 2 tentang dirinya hanya itu- itu saja, yaitu “
lholhog
”. Selain itu, label negatif yang disandang oleh para informan ternyata
membuat dua di antara empat informan
stress
karena mereka memikirkan label negatif dengan terlalu keras dan serius.
Di samping itu, Herlina 2007 menyatakan bahwa pada saat individu menerima suatu label negatif dari orang lain, maka dalam diri
individu tersebut akan terbentuk konsep diri negatif sesuai label yang dilekatkan kepadanya. Setelah seluruh informan mendapat label negatif
yang berulang dan dengan frekuensi yang tinggi dari
significant others
, lambat laun secara sadar atau tidak sadar akhirnya mereka pun
menganggap atau melihat dirinya sesuai dengan label negatif yang disandang.
Para informan ternyata tidak hanya merasakan berbagai dampak negatif dari
labeling
dalam bentuk munculnya berbagai perasaan, pikiran, dan konsep diri yang negatif. Sebagian besar
informan mengalami perubahan interaksi sosial dan perlakuan dari
significant others
akibat label negatif yang disandangnya. Mereka menyatakan bahwa relasi mereka dengan orang-orang yang
memberinya label negatif menjadi kurang dekat danatau kurang akrab
serta sesaat relasi mereka dengan orang-orang yang memberinya label negatif menjadi terganggu atau tidak baik. Apa yang dialami oleh para
informan sesuai dengan pernyataan Osterholm dalam Thomson, 2012 yang mengungkapkan bahwa pemberian label negatif membuat
interaksi sosial dan perlakuan orang di sekitar individu menjadi berubah, kemudian individu yang dilabel dapat merasa terbeban dengan
keadaan ini. Osterholm dalam Thomson, 2012 juga menyatakan bahwa
sebagian besar orang-orang yang berada di sekitar individu yang diberi label seperti keluarga maupun teman biasanya akan menunjukkan suatu
keengganan untuk berinteraksi dengan individu tersebut. Hal tersebut juga dialami oleh dua di antara empat informan yang ada. Informan 1
mengungkapkan bahwa label negatif yang disandangnya membuat teman-temannya seperti enggan untuk berteman dengannya dan
cenderung menghindarinya. Sedangkan, informan 4 menyatakan bahwa label negatif dan sifat pemarah dalam dirinya sempat membuat teman-
teman sekelasnya seperti mengucilkan dan menghindarinya. Kemudian, Dann 1997 menyatakan bahwa apabila individu
sudah diberi label negatif, maka label tersebut akan sangat sulit atau bahkan tidak mungkin untuk dihilangkan. Hal tersebut ternyata juga
dialami oleh keempat informan. Meskipun keempat informan mengaku bahwa mereka sudah berusaha untuk berubah menjadi lebih baik dan
mulai jarang diberi label negatif oleh
significant others
, namun ternyata
mereka tidak dapat menghilangkan seluruh label negatif yang selama ini mereka sandang. Para informan mengungkapkan bahwa terdapat
beberapa label negatif yang sampai saat ini masih melekat pada diri mereka. Selanjutnya, akibat terlalu sering menerima label negatif dari
orang lain, ternyata dua di antara empat informan secara sadar atau tidak sadar juga memberi label negatif pada
significant others
. Di sisi lain, label negatif yang diterima para informan secara
berulang dan dengan frekuensi yang tinggi akhirnya membuat mereka terbiasa dan menyetujui label negatif dari
significant others
. Hal ini sesuai dengan pendapat Sacco dalam Thomson, 2012 yang
mengungkapkan apabila label negatif secara terus menerus dilekatkan pada individu, maka ia akan terbiasa dengan label tersebut.
Pada dasarnya,
labeling
akan membawa dampak negatif yang lebih besar pada individu ketika orang yang memberikan label negatif
adalah orang tuanya sendiri. Hal tersebut terjadi karena orang tua merupakan
significant others
yang paling berpengaruh bagi kehidupan individu, sehingga individu tersebut akan lebih rentan untuk terlibat
dalam suatu pelanggaran Hagan Palloni, dalam Matsueda, 1992. Hal tersebut juga dialami oleh dua di antara empat informan, mereka
menyatakan bahwa dampak negatif yang lebih besar mereka rasakan pada saat diberi label negatif oleh orang tuanya. Informan 1 mengaku
bahwa ia merasakan dampak negatif yang lebih besar pada saat diberi label negatif oleh ibunya. Hal tersebut dapat terjadi karena informan 1
beranggapan bahwa label negatif dari ibu merupakan suatu hal yang serius dan tidak main-main, sehingga ia merasa lebih sakit hati, kesal,
dan benci pada ibunya. Kemudian, informan 4 menyatakan bahwa meskipun ia paling tidak dekat dengan orang tuanya, namun pada
dasarnya justru merekalah yang sebenarnya paling dekat dan berpengaruh bagi hidup informan. Oleh karena itu informan 4 merasa
benar-benar sakit hati, menyimpan dendam pada orang tua, dan memikirkan hal negatif atau mempertanyakan rasa sayang orang tua
kepada dirinya ketika orang tua memberinya label negatif.
4 Dampak Positif yang Dirasakan Informan Akibat Label Negatif
Di sisi lain, label negatif yang disandang oleh para informan ternyata tidak hanya menyebabkan berbagai dampak negatif bagi
mereka. Label negatif tersebut ternyata juga membawa dampak positif bagi mereka, sebab berbagai label negatif yang mereka sandang justru
membuat seluruh informan memiliki keinginan dan motivasi untuk berubah menjadi lebih baik. Keinginan dan motivasi tersebut berkaitan
erat dengan perkembangan moral yang sedang mereka alami. Pada masa ini, dalam diri remaja muncul dorongan untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang dinilai baik oleh orang lain Yusuf, 2010. Dalam hal ini, dorongan tersebut muncul dalam diri para informan
dalam bentuk keinginan dan motivasi untuk berubah menjadi lebih baik atau menunjukkan hal yang positif dalam diri mereka.
5 Alasan yang Membuat Informan Berubah Menjadi Lebih Baik
Pada dasarnya, setiap informan memiliki alasan dan mengalami suatu peristiwa tertentu yang berbeda-beda yang akhirnya
membuat mereka mau melakukan berbagai perubahan positif. Tiga dari empat informan yang ada mengungkapkan bahwa alasan yang membuat
mereka berubah menjadi lebih baik adalah adanya keinginan supaya orang-orang sekitar mereka berhenti memberi label negatif pada
mereka dan keinginan untuk membuktikan secara nyata bahwa mereka tidak seperti yang dilabelkan. Keinginan untuk berhenti diberi label
negatif dan untuk membuktikan bahwa diri mereka tidak seperti yang dilabelkan yang juga menjadi alasan para informan untuk berubah
menjadi lebih baik berkaitan erat dengan perkembangan moral yang sedang mereka alami.
Pada masa ini, dalam diri remaja muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dinilai baik oleh orang lain.
Remaja berperilaku baik bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, namun juga untuk memenuhi kepuasan psikologisnya yang
berupa rasa puas dengan adanya penerimaan dan penilaian positif dari orang lain terkait dengan perbuatannya Yusuf, 2010. Para informan
berusaha untuk mendapatkan penerimaan dan penilaian positif dari
significant others
dengan berusaha membuktikan bahwa mereka tidak seperti yang dilabelkan, yaitu dengan memberi pembuktian berupa
perbaikan diri dan perilaku. Pada saat
significant others
para informan
berhenti memberi mereka label negatif, maka mereka dapat merasa lebih diterima dan dinilai positif oleh
significant others
.
6 Makna Pengalaman Informan Terkait Pemberian Label Negatif
dari Orang-orang Sekitar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama ini para informan memiliki pengalaman yang kurang atau tidak menyenangkan terkait
pemberian label negatif dari
significant others
mereka. Hal tersebut dapat terjadi karena label negatif yang disandang oleh para informan
membuat mereka merasakan dan mengalami begitu banyak dampak negatif. Kendati demikian, sebagian besar informan memaknai
pengalamannya terkait pemberian label negatif dari
significant others
sebagai hal positif, yaitu sebagai bahan untuk menginstrospeksi dan memperbaiki diri atau perilakunya.
Pemaknaan pengalaman para informan terkait pemberian label negatif dari
significant others
dapat bersifat positif karena berkaitan dengan perkembangan kognitif dan moral dari para informan. Yusuf
2010 menyatakan bahwa dalam kehidupannya sehari-hari, para remaja cenderung melakukan introspeksi terhadap diri ataupun
pengalamannya. Pada saat melakukan introspeksi diri, para informan mampu menemukan dan menyadari hal-hal negatif dalam dirinya.
Di sisi lain, perbaikan diri atau perilaku yang dilakukan oleh para informan dapat terjadi karena telah melalui suatu fase yang disebut
proses rekonstruksi pengalaman Gergen Gergen, 1997. Proses
tersebut dapat terjadi dalam diri para informan karena mereka sebelumnya telah mampu mengolah dan merefleksikan pengalamannya
terkait pemberian label negatif dari
significant others
. Hal inilah yang akhirnya membuat para informan mampu untuk lebih memahami
pengalamannya, memiliki keinginan dan motivasi untuk berubah menjadi lebih baik, serta memberi pembuktian berupa perbaikan diri
dan perilaku. Selain itu, para informan tampaknya juga mengalami suatu
proses negosiasi sosial. Proses ini dilakukan pada saat informan menemukan bahwa
self narrative
yang selama ini ia konstruksi tidak sesuai dengan penilaian dan
narrative
dari orang lain terhadap individu tersebut Gergen Gergen, 1997. Proses negosiasi sosial yang
dilakukan informan kepada
significant others-
nya terjadi pada saat
informan memberi penjelasan dengan kata-kata bahwa ia tidak seperti yang dilabelkan dan memberi pembuktian dengan perbaikan diri dan
perilaku. Hal tersebut justru mampu membuat para informan memiliki
progressive narrative,
yaitu cerita diri yang semakin baik Gergen Gergen, 1997.
97
SKEMA 2. NOMOTETIK SELURUH INFORMAN
Menampilkan perilaku-perilaku yang sesuai dengan label yang dilekatkan.
Mencoba identitas dan peran baru yang bersifat negatif Fase Pencarian Identitas.
Significant others
memberi penilaian dan respon berupa label negatif
labeling
Dampak
Labeling
Negatif Positif
Aspek psikologis terganggu dan menjadi
negatif perasaan,
pikiran, dan konsep diri Perilaku sesuai label negatif
Relasi dengan
significant others
menjadi terganggu Kesulitan untuk menghilangkan
label negatif yang melekat Refleksi dan Introspeksi diri
Menyadari hal negatif yang ada di dalam diri
Muncul motivasi
dan keinginan untuk berubah
menjadi lebih baik
Mewujudkan motivasi dan keinginan dengan perbaikan
diri dan perilaku. Remaja Pertengahan
ANALISIS NOMOTETIK SELURUH INFORMAN
Selama ini,
significant others
dari para informan memberikan beraneka ragam label negatif kepada para informan dengan berbagai alasan yang berbeda-
beda. Akan tetapi, label negatif yang sering diberikan oleh
significant others
kepada tiga dari empat informan yang ada adalah pemalas. Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar informan seringkali menampilkan perilaku-perilaku yang
berkaitan dengan label negatif. Sebagai contoh, pada saat informan menampilkan perilaku malas seperti hanya melakukan kegiatan makan, tidur, dan menonton
televisi pada saat di rumah atau sering menunda mengerjakan tugas dari guru pada saat di sekolah, maka ia akan diberi label pemalas. Menurut Herlina 2007, label
negatif yang diberikan oleh
significant others
kepada para informan bertujuan untuk menggambaran sifat dari para informan. Selain itu, menurut
A Handbook for The Study of Mental Health
dalam Herlina, 2007 label yang melekat dalam diri individu akan menjelaskan bagaimana karakteristik orang tersebut.
Di sisi lain, perilaku malas yang ditampilkan oleh tiga dari empat informan pada saat di rumah maupun di sekolah ternyata juga berkaitan erat
dengan perkembangan sosial yang sedang dialami oleh para informan. Yusuf 2010 menyatakan bahwa pada saat mengalami perkembangan sosial, para remaja
berusaha untuk mendapatkan otonomi dan kebebasan atas diri dan perilakunya. Informan 1 dan informan 3 berusaha untuk mendapatkan kebebasannya pada saat
di rumah dengan menunjukkan perilaku malas, seperti memilih untuk menonton televisi dibandingkan mencuci baju atau kegiatan informan selama di rumah hanya
makan, nonton televisi, dan tidur. Sedangkan, informan 4 berusaha untuk
mendapatkan kebebasannya di sekolah dengan cara sering menunda mengerjakan suatu tugas. Perilaku-perilaku tersebut kemudian membuat orang tua ataupun guru
memberikan label negatif pemalas kepada para informan. Label negatif pemalas yang diberikan secara berulang dan dengan
frekuensi yang tinggi atau sering dari
significant others
kepada para informan membawa berbagai dampak negatif bagi para informan. Berbagai dampak negatif
tersebut meliputi, tergganggunya aspek psikologis informan, sehingga para informan merasakan berbagai perasaan dan pikiran negatif dalam dirinya, seperti
merasa sedih, marah, putus asa,
stress,
dan sebagainya Hurlock, dalam Rachmawati, 2011. Di samping itu, Herlina 2007 juga menyatakan bahwa pada
saat individu menerima suatu label negatif dari orang lain, maka dalam diri individu tersebut akan terbentuk konsep diri negatif sesuai label yang dilekatkan
kepadanya. Hal tersebut pun terjadi pada seluruh informan, sebab secara sadar atau tidak sadar akhirnya para informan pun menganggap atau melihat dirinya sesuai
dengan label negatif yang ia sandang. Kemudian, sebagian besar informan ternyata juga mengalami perubahan interaksi sosial dan perlakuan dari
significant others
akibat label negatif yang disandangnya. Mereka menyatakan bahwa relasi mereka dengan orang-orang yang memberinya label negatif menjadi kurang dekat danatau
kurang akrab serta sesaat relasi mereka dengan orang-orang yang memberinya label negatif menjadi terganggu atau tidak baik. Apa yang dialami oleh para
informan sesuai dengan pernyataan Osterholm dalam Thomson, 2012 yang mengungkapkan bahwa pemberian label negatif membuat interaksi sosial dan
perlakuan orang di sekitar individu menjadi berubah, kemudian individu yang dilabel dapat merasa terbeban dengan keadaan ini.
Meskipun para informan merasakan banyak dampak negatif akibat label negatif yang mereka sandang, namun sebagian besar informan ternyata mampu
memaknai pengalamannya terkait pemberian label negatif dari
significant others
sebagai hal positif, yaitu sebagai bahan untuk menginstrospeksi dan memperbaiki diri atau perilakunya. Pemaknaan pengalaman para informan terkait pemberian
label negatif dari
significant others
dapat bersifat positif karena berkaitan dengan perkembangan kognitif dan moral dari para informan. Yusuf 2010 menyatakan
bahwa dalam kehidupannya sehari-hari, para remaja cenderung melakukan introspeksi terhadap diri ataupun pengalamannya. Pada saat melakukan introspeksi
diri, para informan mampu menemukan dan menyadari hal-hal negatif dalam dirinya. Oleh sebab itu, muncul memiliki keinginan dan motivasi dalam diri
informan untuk berubah menjadi lebih baik. Keinginan dan motivasi tersebut berkaitan erat dengan perkembangan moral yang sedang mereka alami. Pada masa
ini, dalam diri remaja muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dinilai baik oleh orang lain Yusuf, 2010. Dalam hal ini, dorongan tersebut
muncul dalam diri para informan dalam bentuk keinginan dan motivasi untuk berubah menjadi lebih baik atau menunjukkan hal yang positif dalam diri mereka.
Di sisi lain, perbaikan diri atau perilaku yang dilakukan oleh para informan dapat terjadi karena telah melalui suatu fase yang disebut proses
rekonstruksi pengalaman Gergen Gergen, 1997. Proses tersebut dapat terjadi dalam diri para informan karena mereka sebelumnya telah mampu mengolah dan
merefleksikan pengalamannya terkait pemberian label negatif dari
significant others
. Hal inilah yang akhirnya membuat para informan mampu untuk lebih memahami pengalamannya, memiliki keinginan dan motivasi untuk berubah
menjadi lebih baik, serta memberi pembuktian berupa perbaikan diri dan perilaku. Selain itu, para informan tampaknya juga mengalami suatu proses negosiasi sosial.
Proses ini dilakukan pada saat informan menemukan bahwa
self narrative
yang selama ini ia konstruksi tidak sesuai dengan penilaian dan
narrative
dari orang lain terhadap individu tersebut Gergen Gergen, 1997. Proses negosiasi sosial yang
dilakukan informan kepada
significant others-
nya terjadi pada saat informan
memberi penjelasan dengan kata-kata bahwa ia tidak seperti yang dilabelkan dan memberi pembuktian dengan perbaikan diri dan perilaku. Hal tersebut justru
mampu membuat para informan memiliki
progressive narrative,
yaitu cerita diri yang semakin baik Gergen Gergen, 1997.
Berbagai proses tersebut dialami oleh seluruh informan, oleh sebab itu para informan akhirnya mampu memaknai
pengalamannya terkait pemberian label negatif dari
significant others
sebagai suatu hal yang positif.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Seluruh informan menyatakan bahwa mereka mendapat label negatif yang beraneka ragam dari orang yang berbeda-beda dan dengan
frekuensi yang berbeda pula. Label negatif yang sering didapatkan oleh sebagian besar informan dari orang tua, teman-teman, dan gurunya adalah
pemalas. Reaksi yang biasanya ditunjukkan para informan kepada orang- orang yang memberinya label negatif adalah diam, bersikap cuek, dan
berusaha sabar. Label negatif yang disandang para informan membawa berbagai
dampak negatif bagi mereka, seperti mengganggu aspek psikologis informan, sehingga informan merasakan berbagai perasaan dan pikiran
negatif dalam dirinya, terbentuknya konsep diri yang negatif, terganggunya relasi dengan
significant others
, serta munculnya kesulitan untuk menghilangkan label negatif. Sementara itu, sebagian informan juga
memberi label negatif pada
significant others
. Hal ini kemudian membuat para informan memiliki pengalaman yang kurang atau tidak menyenangkan
terkait pemberian label negatif dari
significant others
mereka. Di sisi lain, label negatif ternyata juga membawa dampak positif
bagi para informan, sebab berbagai label negatif yang mereka sandang justru membuat seluruh informan memiliki keinginan dan motivasi untuk berubah