Pelaksanaan Wawancara Informan 1 Analisis Informan 1

c. Pelaksanaan Wawancara Informan 1

d. Analisis Informan 1

1 Pemberi Label Negatif dan Isi Label Negatif Pada Informan Informan mengaku bahwa ia mulai sering diberi label sejak SMP. Selama ini informan diberi label negatif seperti bodoh, ceroboh, dan pemalas oleh ibu dan teman-temannya. Akan tetapi, label yang paling sering diberikan oleh significant others pada informan adalah label negatif pemalas. Informan pun menyatakan bahwa orang yang paling sering memberinya label negatif pemalas adalah ibunya. Hal tersebut dapat dilihat dari pengakuan informan pada saat wawancara : “ Ya, ya pernah..sejak SMP, itu kelihatan banget..kayak..misalnya kayak ceroboh, malas, terus gimana ya..bodoh kayak gitu pernah juga. Ceroboh, malas itu dari orang tua, kalau dari teman itu biasanya sih bodoh..ceroboh juga sih tapi jarang. Malah sering, sering di rumah daripada di sekolah..hehehe kayak dibilang pemalas gitu sama ibu ” Informan 1, 3-23 54 2 Frekuensi Informan Mendapat Label Negatif Informan menyatakan bahwa ia mendapat label negatif dengan frekuensi yang berbeda-beda dari orang tua dan teman- Hari, tanggal Tempat Waktu Rabu, 16 Juli 2014 SMA N 9 Yogyakarta Pukul 13.15-13.40 WIB Rabu, 6 Agustus 2014 SMA N 9 Yogyakarta Pukul 14.25-14.50 WIB Kamis, 4 September 2014 SMA N 9 Yogyakarta Pukul 14.35-14.55 WIB Tabel 3.1 Pelaksanaan Wawancara Informan temannya. Informan juga mengungkapkan bahwa dibandingkan di sekolah, ia lebih sering diberi label negatif pada saat di rumah. Pada saat wawancara informan berkata demikian : “Ehm gak sering -sering juga, tapi kalau..kalau gimana ya..kalau benar-benar sayanya yang membuat apa..kegiatan atau perilaku gak baik, teman-teman juga bakal nge-labeling saya. Terus kalau di rumah malah sering..sering di rumah daripada di sekolah..hehehe kayak dibilang pemalas, bodoh gitu sama ibu” Informan 1, 49-55 3 Alasan atau Hal yang Membuat Informan Diberi Label Negatif Selama ini, hal yang menyebabkan informan diberi label negatif bodoh, ceroboh, dan malas oleh ibu dan teman- temannya adalah informan menampilkan perilaku yang berkaitan dengan label negatif danatau informan menampilkan hal-hal maupun perilaku yang menyimpang atau tidak baik. Informan menyatakan demikian : “....kalau melakukan hal serupa lagi seperti bodoh, ceroboh , malas gitu pasti akan dikatakan seperti itu lagi. Pemalas..di rumah kebanyakan males. Ehm, gak ngerjain tugas malah tiduran atau nonton film, terus harusnya nyuci baju malah nonton tv. Kalau ceroboh tu HP..HP-nya ditinggal di meja, nanti kalau udah ditinggal-tinggal gitu ilang gak tau kemana, ternyata cuma dipinjam teman. Nah dibilang kamu nih ceroboh, gini gini gini..nah, kayak gitu. Terus apa ya, bodoh..kalau bodoh itu kayak apa ya, ngerjain soal, tapi akunya tu ngerjain beda cara gitulah. Teman-teman ada yang bilang bodoh, gak kayak gini. Atau kalau..kalau gimana ya..kalau benar-benar sayanya yang membuat apa..kegiatan tersebut atau perilaku gak baik, mereka juga bakal nge- labeling saya” Informan 1, 26-43 4 Reaksi Informan Pada Saat Diberi Label Negatif Informan mengaku bahwa ia cenderung memberikan respon yang sama pada saat diberi label negatif oleh ibu maupun teman-temannya, yaitu diam. Selain diam, informan juga merespon label negatif dari ibu atau teman-temannya dengan meminta maaf kepada mereka apabila informan merasa bahwa ia melakukan kesalahan atau mengurung diri di kamar saat diberi label negatif oleh ibunya. Hal tersebut terungkap dari pernyataan yang diungkapkan informan pada saat wawancara: “Bereaksi den gan apa ya..kalau aku sih biasanya diam aja. Tapi kalau kita melakukan perilaku yang kitanya bersalah ya minta maaf. Terus kalau sama ibu selain diam biasanya aku terus kayak mengurung diri di kamar” Informan 1, 139-144 Informan sendiri mengakui bahwa selama ini ia merespon pemberian label negatif dari orang-orang sekitarnya dengan diam karena pada dasarnya ia ingin menunjukkan rasa kekesalan dan kemarahannya. Hal tersebut dapat dilihat dalam penyataan berikut ini : “Ehm, kalau diam itu saya menunjukkan kesal, marah..kok kayak gini, kok jadi kayak gini, terus juga mikir..mikir kenapa juga bisa apa..jadi kayak gitu tu kenapa” Informan 1, 151-153 5 Dampak Negatif yang Dirasakan Informan Akibat Label Negatif Informan mengungkapkan bahwa label negatif dari significant others seringkali membuatnya merasakan berbagai macam perasaan negatif, seperti sakit hati, bad mood, tidak percaya diri, merasa terbebani, kesal, dan merasa benci pada ibu. Selain itu, informan juga stress karena berpikir terus menerus tentang label negatif dan berpikir terlalu keras serta serius untuk merubah label yang disandangnya. Informan mengungkapkan berbagai macam perasaan dan pikiran negatif yang muncul dalam dirinya dengan pernyataan ini: “. ..yang kayak teman tadi langsung bilang bodoh..kan bikin sakit hatilah, langsung bikin bad mood gitu lah. Ehm ya kadang- kadang seharian bisa kacau, padahal cuma dikatain bodoh. Kayaknya semua orang tuh bilang bodoh gitu, terus aku ngerasa jadi minder atau gak PD. Ehm ya kayak label ceroboh..cerobohnya itu, aku masih suka ninggalin barang kemana-mana, jadi tetap gimana ya..ya sering mikir-mikir banget gitu loh, kayak dalem banget, serius banget..jadi terbebani. Iya jadi terbebani, terus stress gitu karna mikir terus, jadi gak nyaman ” Informan 1, 78-85 dan 288-291 Selain membuat informan seringkali memunculkan berbagai perasaan dan pikiran negatif dalam dirinya, label negatif yang diterima informan secara berulang dan dengan frekuensi yang tinggi ternyata juga membuat konsep diri informan menjadi berubah, yaitu sama seperti label negatif dari significant others . Informan menyatakan demikian : “Iya, sebenarnya iya karena semua label negatif yang dikasih ke saya sesuai dengan diri saya. Ehm ya memang aku kayak gitu sih, misalnya bodoh..bodoh itu kalau buat saya, saya bodoh, sa ya merasa saya bodoh” Informan 1, 240-249 Selanjutnya, informan ternyata juga mengalami beberapa dampak negatif lain akibat label negatif yang disandangnya, seperti informan dihindari oleh significant others , secara sadar atau tidak sadar informan juga memberi label negatif pada adiknya, informan menyetujui label negatif dari significant others , dan label negatif tetap melekat dalam diri informan serta sulit dihilangkan. Akan tetapi, informan mengaku bahwa ia merasakan dampak negatif yang lebih besar pada saat diberi label negatif oleh orang tuanya. Hal tersebut dapat dilihat dalam penyataan informan pada saat wawancara : “ Terus kayak oh aku malas juga, kenapa aku malah nge- labeling orang lain kayak gitu..ya aku juga jadi sadar, loh kok aku dilabel tapi kok aku juga malah ngelabel orang lain..ya kayak gitu, itu secara gak sadar. Terus karna di-labeling pemalas itu, teman- teman pada bilang ‘ahh D kan pemalas, gak usah diajak’ atau gimana -gimana. Ya tapi ya gimana, sebenarnya semua label negatif yang dikasih ke saya sesuai dengan diri saya. Saya juga berusaha berubah, tapi sampai saat ini label malas sama ceroboh itu masih dikasih sama ibu. Tapi efek negatifnya lebih ke ibu, soalnya label yang diberi ibu pasti gak main-main. Jadi kesannya sakit hati dan bikin benci atau kesal juga. Kalau label dari teman kan cuma main-main aja, walaupun kadang sakit hati tapi gak sampai benar-benar benci ” Informan 1, 116-119, 165-166, dan 269-272 Di sisi lain, label negatif yang disandang informan ternyata juga membuat relasi informan dengan significant others menjadi berubah. Informan menyatakan bahwa label negatif yang disandangnya membuat relasi informan dengan ibu dan teman- temannya menjadi terganggu dan “berjarak”. Hal tersebut dapat dilihat dari penyataan informan pada saat wawancara : “Ehm iya sebenarnya menganggu, tapi untuk sementara..kalau setelah di-labeling terus aku kayak mikir biar masak sendiri ibu, terus nanti cerita..cerita sama teman yang lain aja. Ehm ya tapi gak lama, paling sehari atau dua hari doang. Terus gimana ya, teman kalau ketemu kadang nyapa, kadang engga, jadi kayak jauh gitu loh. Terus nanti misalnya orang tua atau keluarga gitu kalau ketemu ya gak nyapa..sama kayak teman gitu, kayak gak kenal gitu” Informan 1, 263-266 dan 296-299 6 Dampak Positif yang Dirasakan Informan Akibat Label Negatif Label negatif yang disandang informan ternyata tidak hanya membawa dan menyebabkan berbagai dampak negatif bagi dirinya sendiri serta relasinya dengan orang lain. Informan juga mengungkapkan bahwa ia merasakan berbagai dampak positif atas label negatif yang disandangnya, seperti informan termotivasi dan berusaha untuk berubah menjadi lebih baik dan munculnya motivasi dalam diri informan untuk menunjukkan hal yang lebih positif serta lebih baik. Informan menyatakan demikian: “Ahh iya, gitu..ya pokoknya pengen menunjukkan hal yang lebih positif, lebih baiknya gitu. Apa ya, perubahannya ya lebih ga malas lagi, terus lebih disiplin gitu loh. Misalnya kalau disuruh pergi beli apa gitu ya langsung pergi, terus gak cuma bantuin ibu, tapi juga bantuin bapak gitu biar terlihat kayak berperilaku yang lebih baik gitu” Informan 1, 282-284 dan 327-330 7 Alasan dan Peristiwa yang Membuat Informan Berubah Menjadi Lebih Baik Terdapat alasan yang melatarbelakangi informan untuk berubah menjadi lebih baik, salah satunya adalah keinginan informan untuk berhenti diberi label negatif oleh significant others . Hal tersebut dapat dilihat dalam penyataan informan berikut ini : “Mikir tuh loh, gimana ya..kenapa kok di label kayak gitu, terus aku harus gimana supaya gak dilabel terus gitu loh” Informan 1, 123-124 Keinginan informan untuk berhenti diberi label negatif oleh significant others ternyata bukan merupakan satu-satunya alasan yang membuat informan berubah menjadi lebih baik. Di samping itu, terdapat suatu peristiwa yang membuat informan sadar untuk berubah, yaitu pada saat sedang mengurung dirinya di kamar informan justru memanfaatkan waktunya untuk berefleksi dan mengkoreksi diri. Informan menyatakan demikian: “...ngurung diri di kamar..tapi, pas di kamar itu ya aku sadar diri, mengkoreksi diri sendiri. Terus ya saya kan juga mikir, perbuatan ibu salah atau engga. Kalau kita yang salah ya kita yang minta maaf lah sama ibu. Saya mikir tuh loh, gimana ya..kenapa kok dilabel kayak gitu, terus aku harus gimana supaya gak dilabel terus gitu loh..mesti kan ya mikir, ya Allah kenapa kok aku bisa dilabel kayak gitu, aku harus gimana. Gak mungkin kan sehari..sehari mau ngapain. Biasanya satu hari itu dikasih labeling malas, terus di satu hari itu aku mikir terus..terus di hari kedua atau ketiganya itu aku sadar atau tahu harus gimana gitu” Informan 1, 123-135 dan 143-146 8 Makna Pengalaman Informan Terkait Pemberian Label Negatif dari Orang-orang Sekitar Informan menyatakan bahwa selama ini pengalamannya terkait pemberian label negatif dari ibu dan teman-temannya merupakan pengalaman yang kurang menyenangkan karena ia merasakan banyak dampak negatif dari label negatif yang ia sandang. Akan tetapi, ternyata informan dapat memaknai pengalamannya terkait pemberian label negatif dari significant others secara positif, yaitu sebagai bahan instrospeksi dan perbaikian diri. Informan mengungkapkan demikian : “ Menurut saya dapat label negatif justru memberikan saya pengalaman yang kurang menyenangkan sebenarnya, karena pengalaman labeling bikin saya banyak ngerasain hal-hal negatif kayak sakit hati dll..tapi karena itu justru saya dapat mengintrospeksi diri untuk menjadi lebih baik ” Informan 1, 348-352