Pelaksanaan Wawancara Informan 3 Analisis Informan 3

mengaku bahwa saat ini ia masih diberi label pemalas oleh teman- teman dan orang tuanya.

c. Pelaksanaan Wawancara Informan 3

d. Analisis Informan 3

1 Pemberi Label Negatif dan Isi Label Negatif Pada Informan Informan mengaku bahwa ia diberi label negatif oleh significant others sejak kelas 1 SMA. Informan diberi label negatif pemalas oleh ibu dan teman-temannya. Selain memberi label negatif pemalas, teman-teman informan ternyata juga memberi label negatif nakal da n “jirih” pada informan. Sedangkan, label negatif yang informan terima dari gurunya adalah label negatif nakal. Akan tetapi, informan mengungkapkan bahwa label negatif yang paling sering ia terima dan yang sampai saat ini masih melekat pada dirinya adalah label negatif pemalas. Dimana biasanya label negatif tersebut informan dapatkan dari ibu dan teman-temannya. Informan menyatakan demikian : Hari, tanggal Tempat Waktu Senin, 11 Agustus 2014 SMA Bopkri 2 Yogyakarta Pukul 14.40-15.15 WIB Rabu, 13 Agustus 2014 SMA Bopkri 2 Yogyakarta Pukul 15.20-15.40 WIB Sabtu, 30 Agustus 2014 SMA Bopkri 2 Yogyakarta Pukul 13.20-13.35 WIB Tabel 3.3 Pelaksanaan Wawancara Informan 3 “Hemmm, biasanya dikatain nakal, jirih, sama pemalas. Kalau pemalas itu yang ngatain orang tua, tapi cuma salah satu saja, ibu saya..tapi kadang-kadang itu sebagai pengingat juga supaya saya ga malas. Kalau nakal sama jirih tuh dari teman- teman..iya teman-teman sekolah saja, sama dulu guru juga sih. Tapi cuma pas kelas satu sama dua aja, kalau sekarang sih jarang banget, nyaris gak pernah. Nah kalau yang sampai sekarang masih melekat di saya itu ya suka nyantailah, suka malas itulah. Orang tua sih yang paling sering ngatain, kalau teman-teman kadang- kadang” Informan 3, 5-14 dan 339-341 2 Frekuensi Informan Mendapat Label Negatif Informan mengungkapkan bahwa selama ini ia mendapat label negatif dari significant others dengan frekuensi yang berbeda-beda. Informan menyatakan bahwa pada saat ia masih duduk di kelas 1 dan 2 SMA, guru-gurunya sering memberinya label negatif. Akan tetapi, informan mengaku bahwa saat ini guru-gurunya sudah jarang dan nyaris tidak pernah memberinya label negatif. Kemudian, informan mengungkapkan bahwa teman-teman dan pacarnya kadangkala memberinya label negatif. Sementara itu, informan mengaku bahwa orang yang paling sering memberinya label negatif adalah ibunya. Pada saat wawancara informan berkata demikian : “Iya sih, dulu guru sering ngasih label juga, tapi pas kelas satu sama dua aja, kalau sekarang sih jarang banget, nyaris gak pernah. Kalau pacar biasanya cuma ngatain nakal sama pemalas, tapi jarang sih. Terus kalau teman-teman kadang- kadang aja. Ehm, orang tua sebenarnya yang lebih sering ngelabel, tapi cuma salah satu saja..ibu saya” Informan 3, 11-17 dan 63-65 3 Alasan atau Hal yang Membuat Informan Diberi Label Negatif Selama ini, informan mendapat label negatif dari significant others karena ia melakukan hal-hal atau menampilkan perilaku yang berkaitan dengan label negatif dan menampilkan perilaku yang menyimpang atau tidak baik. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan informan pada saat wawancara : “Kalau pemalas itu ya saya dulu waktu kelas satu super, malasnya super-super. Di kelas itu beberapa hari ya cuma tidur seharian, di rumah cuma tidur, nonton, makan gitu-gitu aja. Terus waktu kelas satu kan saya juga ikut genk-genkan, tawuran, sampai akhirnya dicap nakal. Ya saya juga jadi semena-mena, ngelawan peraturan sekolah, ya akhirnya jadi dicap jelek sama semua-semuanya lah, dinasihatin gak mau, pokoknya cueklah” Informan 3, 69-72 dan 159-161 4 Reaksi Informan Pada Saat Diberi Label Negatif Informan menanggapi label negatif dari significant others dengan beberapa respon, seperti diam untuk memendam kemarahan dan kejengkelannya, bersikap cuek, dan berusaha sabar. Berbagai reaksi informan pada saat diberi label negatif oleh significant others dapat dilihat dalam pernyataan berikut : “Ya kesal sih, tapi kan cuma bisa dipendam, soalnya kan gak boleh ngelawan orang tua..ya diam aja untuk menahan marah. Soalnya saya kan bukan tipe orang yang cepat marah, jadi mendam amarah aja, mendam jengkel. Pokoknya kalau mendapat label negatif cuek aja sih, yang penting bisa merubah diri lah. Ya kalau saya sih biasanya sabar aja, menerimanya dengan lapang dada ” Informan 3, 22, 79-86, dan 100-101 5 Dampak Negatif yang Dirasakan Informan Akibat Label Negatif Di sisi lain, informan ternyata merasakan berbagai macam perasaan negatif sebagai akibat pemberian label negatif dari significant others , seperti sakit hati, bad mood, kesal, dan kecewa. Sementara itu, informan juga stress karena memikirkan label negatif dari significant others dengan terlalu keras dan serius. Informan menyatakan demikian : ”Ehm, ya sakit sih..sakit, agak gimana gitu, kecewa gimana gitu, tapi mau gimana lagi, ya emang itu sifat asli kita. Kalau orang tua itu saya lebih cuek, tapi kadang stress juga, mikirin banget..aduh, ini tuh omongan dari Tuhan kan, masak mau diacuhin, lagian orang tua gak mungkin ngomong yang gak benar buat anaknya. Terus biasanya ya jadi gak mood gitu, ya jadi terus malas ngapa-ngapain..ya kesal sih, tapi kan cuma bisa dipendam, soalnya kan gak boleh ngelawan orang tua” Informan 3, 79-80, 108-109, 287-290, dan 303-304 Label negatif yang berulang dan sering didapatkan informan dari significant others pada akhirnya membuat informan menyetujui dan melihat label-label negatif tersebut sesuai dengan dirinya. Hal tersebut terungkap dalam pernyataan berikut : “Iya, mengiyakan..ya soalnya yang mereka bilang itu semuanya sesuai sama diri saya, memang saya kayak yang mereka bilang. Sebenarnya ya sakit sih..sakit, agak gimana gitu, kecewa gimana gitu, tapi mau gimana lagi, ya emang itu sifat asli kita” Informan 3, 49-50 dan 108-109 Sementara itu, terdapat beberapa dampak negatif lain yang dialami informan akibat pemberian label negatif dari significant others . Dampak negatif tersebut meliputi kesulitan untuk menghilangkan label negatif yang disandang atau label negatif tetap melekat dalam diri informan dan informan menyetujui label negatif dari orang lain. Informan menyatakan demikian : “ Iya, mengiyakan..ya soalnya yang mereka bilang itu semuanya sesuai sama diri saya, memang saya kayak yang mereka bilang. Kalau label yang sekarang masih suka dikasih sama teman- teman dan orang tua sih ya suka nyantailah, suka malas itulah” Informan 3, 49-50 dan 339 Selanjutnya, label negatif yang disandang informan ternyata juga membuat relasi informan dengan significant others menjadi berubah. Informan menyatakan bahwa ia memiliki hubungan yang tidak dekat dengan orang tuanya. Informan juga menyatakan bahwa label negatif dari teman- temannya terkadang membuat hubungan informan dan teman- temannya tersebut menjadi “tidak enak” dan tidak seperti biasanya. Hal tersebut dapat dilihat dalam pernyataan informan pada saat wawancara : “Sama orang tua ya cukup baik lah, kalau ngobrol sih gak sering, kecuali ada hal-hal yang penting aja. Ya kalau sama orang tua memang gak terlalu dekat sih, ya itu kalau ada perlu saya dipanggil, kalau saya ada perlu saya juga ke orang tua saya gitu. Ehm kalau sama teman ya sama kayak dampak ortu tadi sih, cuma jadi gak enak gitu hubungannya sama teman..sesaat jadi gak enak, gak kayak biasa” Informan 3, 220-222 dan 307-309 6 Dampak Positif yang Dirasakan Informan Akibat Label Negatif Label negatif ternyata tidak hanya membawa berbagai dampak negatif, namun label negatif yang disandang informan ternyata juga membawa dampak positif bagi informan. Informan mengaku bahwa ia termotivasi dan berusaha untuk berubah menjadi lebih baik dan munculnya keinginan dalam dirinya untuk menunjukkan hal yang lebih positif serta lebih baik. Demikian pernyataan yang diungkapkan oleh informan : “Iya ada perubahan, jadi sekarang saya gak nakal lagi sih. Ya sudah berubah lebih baik, gak nakal, ya walaupun masih malas tapi gak lebih dari yang..gak seperti, gak separah dulu. Yah, dalam hal apa sajalah, yang penting tidak merugikan orang lain. Jadi saya berusaha aja memberikan yang terbaik, jadi lebih baik” Informan 3, 204-206 dan 271-273 7 Alasan dan Peristiwa yang Membuat Informan Berubah Menjadi Lebih Baik Terdapat beberapa alasan yang membuat informan berubah menjadi lebih baik dan lebih positif. Akan tetapi, alasan utama sekaligus yang paling kuat yang mendasari informan untuk benar-benar berubah karena ia ingin membuktikan kepada significant others bahwa ia benar-benar sudah berubah dan sudah tidak seperti yang dilabelkan. Hal tersebut dapat dilihat pada pernyataan informan berikut ini : “Saya berubah bukan supaya mereka berhenti memanggil saya dengan label negatif itu. Alasan terkuat sih karena pengen buktiin aja ke mereka kalau saya gak gitu lagi, saya benar - benar udah berubah” Informan 3, 351-352 Keinginan informan untuk membuktikan kepada significant others bahwa ia benar-benar sudah berubah dan sudah tidak seperti yang dilabelkan ternyata bukan merupakan satu-satunya alasan yang membuat informan berubah menjadi lebih baik. Di samping itu, terdapat beberapa peristiwa yang membuat informan sadar untuk berubah, yaitu salah satu sahabatnya rela menginap di rumah informan hanya untuk mengingatkan dan menyadarkan informan untuk berubah serta teguran dari Tuhan berupa cidera kepala yang cukup parah yang dialami informan pada saat tawuran. Informan menyatakan demikian: “Hal yang bikin saya berubah adalah saat apa ya..ehm dulu setelah..saya kan punya baju genk, terus diambil sekolah lain, habis itu saya ngajak teman-teman kumpul di rumah saya. Nah itu ada salah satu sahabat saya nginep sebulan di rumah saya cuma mau gitu lah, ngingetin saya, saya diajak ngomong..dan akhirnya saya sadar sampai sekarang. Terus ya gitu lah, misalnya kita kan tawuran kan, terus ternyata kita malah kita yang ketusuk atau apa. Ehm kalau buat ketusuk belum pernah, tapi kalau kepalanya bocor sampai sobek terus harus dijahit karena tawuran pernah. Ya itu kan kayak teguran dari Tuhan kan, terus jadi kapok” Informan 3, 36-41 dan 145-150 8 Makna Pengalaman Informan Terkait Pemberian Label Negatif dari Orang-orang Sekitar Informan menyatakan bahwa pengalamannya terkait pemberian label negatif dari significant others sebagai pengalaman yang buruk karena ia banyak dinilai secara negatif oleh orang lain. Akan tetapi, informan berusaha untuk memaknai dan menjadikan pengalamannya tersebut sebagai hal positif, yaitu sebagai suatu pelajaran hidup dan bahan introspeksi serta motivasi untuk memperbaiki diri dan berubah menjadi lebih baik.. Demikian penyataan yang diungkapkan informan: “Ya pengalaman saya sih buruk karna saya dinilai negatif sama orang, tapi pengalaman itu bisa dijadikan pelajaran hidup yang bisa saya pelajari. Ehm kalau saya sih sabar aja, menerimanya dengan lapang dada..kalau saya sih terus ngaca aja. Ya sebenarnya saya sih selalu menganggap omongan-omongan dari mereka itu sebagai suatu motivasi untuk memperbaiki diri, suatu peringatan gitu loh..apa supaya kita sadar ” Informan 3, 75-76 dan 121-126

4. Informan 4