Pendekatan Pengobatan Nyeri Kanker

38 c. Distraksi Distraksi adalah suatu tindakan pengalihan perhatian pasien ke hal-hal lain di luar nyeri, yang diharapkan dapat menurunkan kewaspadaan pasien terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Namun penggunaan teknik ini lebih efektif digunakan untuk mengatasi nyeri sebentar saja seperti saat onset dari pemberian atau saat menyiapkan obat analgesik. Distraksi yang dapat dilakukan antara lain menonton TV, melihat pemandangan, mendengarkan suaramusik yang disukai Prasetyo, 2010. d. Relaksasi Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stres. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stres fisik dan emosi pada nyeri. Teknik relaksasi meliputi meditasi, yoga, Zen, teknik imajinasi, dan latihan relaksasi progresif. Dibutuhkan 5 sampai 10 sesi pelatihan sebelum klien dapat meminimalkan nyeri dengan efektif. Pelatihan relaksasi dapat dilakukan untuk jangka waktu yang terbatas dan tidak memiliki efek samping Potter Perry, 2005.

3.5 Pendekatan Pengobatan Nyeri Kanker

Saleh 2006 menjelaskan bahwa pedoman utama dalam memilih analgesik untuk pederita nyeri kanker adalah dengan memadukan kompromi antara safety dan efficacy. Pendekatan terapi pada penderita nyeri kanker secara rasional merupakan pendekatan yang memenuhi kriteria WHO sebagai Universitas Sumatera Utara 39 berikut: tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat cara pemberian, dan tepat pemantauan efek samping. a. Tepat Indikasi Menentukan penderita memang betul mengalami nyeri merupakan hal yang tidak mudah karena nyeri kanker merupakan keluhan subjektif. Makin progresif pertumbuhan kanker, makin hebat nyeri yang ditimbulkan; makin kronis keadaan; nyeri kanker makin kabur penyebabnya. Penderita yang tidak mengeluh nyeri tidak be rarti “tidak ada nyeri”, sehingga sebaiknya jangan ditunggu sampai penderita mengeluh. Oleh karena itu, segera setelah ditentukan ada keluhan nyeri, sebaiknya mendapatkan terapi bebas nyeri yang dianjurkan oleh WHO. b. Tepat Obat Jenis analgesik yang akan diberikan bergantung pada derajat nyeri yang diderita. Derajat nyeri ini ditentukan dengan VAS Visual Analogue Score, menggolongkan nyeri ringan-berat sesuai dengan apa yang dapat dilakukan penderita sehari-hari, dan tipe nyeri juga menentukan jenis analgesik mana yang akan kita pergunakan. Potensi obat harus sesuai dengan intensitas nyeri yang dihadapi. Tidak baik memaksa dosis tinggi dengan analgesik lemah, tetapi lebih baik dari semula memilih analgesik kuat dengan dosis rendah. c. Tepat Dosis Dosis obat prinsipnya sesuai dengan efek klinis yang diinginkan maksimal, tetapi penderita tetap tahan toleran terhadap efek samping dan Universitas Sumatera Utara 40 obat tersebut. Oleh karena itu, perlu diperhatikan keadaan penderita saat itu sehubungan dengan kemungkinan terjadinya efek samping obat usia, faal, ginjal dan hati, trombositopeni, tukak lambung, hipertensi, dsb, dan ada atau tidak obat-obat lain yang sedang diminum yang mungkin dapat mempengaruhi efektivitaspotensiasi obat yang akan diberikan. d. Tepat Cara Pemberian Pemberian per oral merupakan pilihan utama pada penderita dengan nyeri kanker. Obat yang mempunyai onset cepat dengan durasi panjang lebih disukai daripada obat yang mempunyai khasiat analgetik kuat tetapi duration of action-nya pendek. Pemberiannya harus menurut prins ip “by the clock” tepat waktusesuai jadual, jangan diberikan bila perlu saja. e. Tepat Pemantauan Obat Obat-obat analgesik nonnarkotik tidak begitu saja bebas dari risiko. Asam mefenamat, metampiron, naproksen, ketoprofen, memang mampu menghilangkan nyeri ringan sampai sedang dari penderita nyeri kanker; tetapi reaksi alergi dapat terjadi pada pemberian obat tersebut. Oleh karena itu, sebaiknya digunakan secara hati-hati. Pemantauan terhadap hasil terapi juga mendapat perhatian. Universitas Sumatera Utara 41

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

1. KERANGKA KONSEPTUAL