16
menahan nyeri tanpa bantuan. Sebaliknya, klien yang memiliki toleransi nyeri yang rendah dapat mencari upaya untuk menghilangkan nyeri sebelum
nyeri terjadi. c.
Fase Akibat aftermath Fase akibat aftermath nyeri terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti.
Bahkan walaupun sumber nyeri dikontrol, seorang klien mungkin masih memerlukan perhatian perawat. Nyeri merupakan suatu krisis. Setelah
mengalami nyeri, klien mungkin memperlihatkan gejala-gejala fisik, seperti menggigil, mual, muntah, marah, atau depresi. Jika klien mengalami
serangkaian episode nyeri yang berulang, maka respons akibat aftermath dapat menjadi masalah kesehatan yang berat.
1.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengalaman Nyeri
Berbagai faktor dapat mempengaruhi persepsi dan reaksi seseorang terhadap nyeri.
a. Usia
Usia merupakan variabel yang penting dalam mempengaruhi nyeri pada individu. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan dalam memahami
nyeri dan prosedur pengobatan yang dapat menyebabkan nyeri. Anak-anak kecil yang belum dapat mengucapkan kata-kata juga mengalami kesulitan
dalam mengungkapkan secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang tuanya ataupun pada perawat Prasetyo, 2010.
Menurut Eberselo dan Hess 1994 dalam Potter dan Perry, 2005 menjelaskan bahwa Pada lansia yang mengalami nyeri, perlu dilakukan
Universitas Sumatera Utara
17
pengkajian, diagnosis, dan penatalaksanaan secara agresif. Individu yang berusia lanjut memiliki risiko tinggi mengalami situasi-situasi yang
membuat mereka merasakan nyeri. Sekali klien lansia menderita nyeri, maka ia dapat mengalami gangguan status fungsi yang serius. Mobilisasi,
aktivitas perawatan-diri, sosialisasi di lingkungan luar rumah, dan toleransi aktivitas dapat mengalami penurunan.
Menurut Herr dan Mobily 1991 dalam Potter Perry, 2005 mencatat bahwa klien lansia tidak melaporkan nyeri karena klien lansia yakin bahwa
nyeri merupakan sesuatu yang mereka harus terima dan nyeri merupakan akibat alamiah dari proses penuaan, sehingga keluhan seringkali diabaikan.
Hal ini membuat klien lansia menjadi marah, sehingga mereka tidak melaporkan nyeri yang mereka rasakan. Klien lansia mungkin menyangkal
bahwa mereka merasakan nyeri karena takut akan konsekuensi yang tidak diketahui. Mereka sangat takut akan kehilangan kebebasan mereka. Apabila
mereka mengakui bahwa mereka merasakan nyeri, maka akan mengarah kepada proses diagnostik yang mahal dan tidak menyenangkan serta
tindakan yang terapeutik. Klien lansia memilih untuk tidak mengakui bahwa mereka merasakan nyeri karena ketakutan akan mengalami penyakit berat
atau meninggal. Klien lansia menggunakan istilah yang berbeda-beda untuk mendeskripsikan pengalaman nyeri seperti ketidaknyamanan, sakit, atau
disakiti untuk menyangkal bahwa mereka merasakan nyeri. Banyak klien lansia yakin bahwa merupakan hal yang tidak dapat diterima apabila
memperlihatkan respon nyeri. Seringkali klien lansia menggunakan
Universitas Sumatera Utara
18
berbagai cara untuk mengalihkan perhatian dari nyeri McCaffery dan Beebe, 1989 dalam Potter Perry, 2005.
b. Jenis Kelamin
Pada umumnya wanita menunjukkan ekspresi emosional yang lebih kuat pada saat mengalami nyeri. Menangis misalnya, adalah hal atau
perilaku yang sudah dapat diterima pada wanita sementara pada laki-laki. Hal ini dianggap hal yang memalukan Lewis, 1983.
c. Budaya
Budaya mempunyai pengaruh bagaimana seseorang berespon terhadap nyeri Brunner Suddarth, 2001. Beberapa budaya dapat berbicara
mengenai sakit psikik hanya dalam istilah nyeri fisik, sementara yang lain akan memberikan lebih banyak penekanan pada tetap diam atau menahan
keinginan untuk menyatakan perasaan psikik ataupun fisik yang tidak enak Maulany, 1994.
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki keberagaman suku dan budaya. Setiap suku memiliki cara yang unik dalam persepsi tentang
kesehatan dan respon terhadap penyakit. Suku Batak adalah suku yang paling besar di Sumatera Utara; selain Melayu Deli dan Nias. Suku Batak
terdiri dari sub suku Batak yaitu Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing Irmawati, 2007.
Pengalaman nyeri pada pasien Batak sangat unik. Pasien Batak jauh lebih ekspresif dibanding pasien suku Jawa, meskipun kedua suku tersebut
berasal dari Indonesia Suza, 2007.
Universitas Sumatera Utara
19
d. Makna Nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Individu
akan mempersepsikan nyeri dengan cara yang berbeda-beda, apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, kehilangan, hukuman, dan tantangan.
Derajat dan kualitas nyeri yang dipersepsikan klien berhubungan dengan makna nyeri Priharjo, 1993.
e. Perhatian
Tingkat perhatian seseorang terhadap nyeri akan mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat terhadap nyeri akan meningkatkan
respon nyeri sedangkan upaya pengalihan distraksi dihubungkan dengan penurunan respon nyeri Prasetyo, 2010.
f. Kecemasan dan Stres
Kecemasan sering disertai nyeri. Ancaman karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan mengontrol nyeri atau kejadian disekitarnya sering
menambah persepsi nyeri. Orang yang sedang mengalami nyeri tetapi percaya bahwa mereka dapat mengontrol nyerinya dapat menurunkan rasa
takut dan kecemasannya sehingga menurunkan persepsi nyeri. Persepsi kurangnya kontrol terhadap nyeri atau merasa tidak berdaya cenderung
meningkatkan persepsi nyeri Kozier, 2009. g.
Gaya Koping Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan, baik sebagian maupun
keseluruhantotal. Klien seringkali menemukan berbagai cara untuk
Universitas Sumatera Utara
20
mengembangkan koping terhadap efek fisik dan psikologi nyeri. Penting untuk memahami sumber-sumber koping klien selama ia mengalami nyeri.
Sumber-sumber seperti berkomunikasi dengan keluarga pendukung, melakukan latihan, atau menyanyi dapat digunakan dalam rencana asuhan
keperawatan dalam upaya mendukung klien dan mengurangi nyeri sampai tingkat tertentu Potter Perry, 2005.
h. Pengalaman Sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima
nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang. Apabila individu sejak lama mengalami serangkaian episode nyeri tidak pernah sembuh atau
menderita nyeri yang berat, maka ansietas dan rasa takut dapat muncul Brunner Suddarth, 2001.
i. Lingkungan dan Individu Pendukung
Lingkungan yang asing seperti rumah sakit, dengan kebisingan, cahaya, dan aktivitasnya, dapat menambah nyeri. Selain itu, orang yang kesepian
yang tidak mempunyai individu pendukung dapat merasakan nyeri hebat, sebaliknya orang yang memiliki individu pendukung disekitarnya
merasakan sedikit nyeri. Keluarga yang menjadi pemberi asuhan dan dapat menjadi pendukung yang penting untuk orang yang sedang merasakan nyeri
Kozier, 2009.
Universitas Sumatera Utara
21
1.8 Komponen Pengalaman Nyeri