Sejarah dan Perkembangan LPPOM MUI
halal. Lebih lanjut bahwa Proses Produk Halal adalah rangkaian kegiatan untuk menjamin kahalalan produk. Sedangkan Sertifikat Halal adalah pengakuan
kehalalan suatu produk yang dikeluarkan oleh BPJPH Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal berdasarkan fatwa Halal Tertulis yang dikeluarkan oleh
Majelis Ulama Indonesia MUI. Bahwa salah satu urgensi pembentukan Undang-Undang tentang jaminan
produk halal adalah untuk meningkatkan situasi dan kondisi keamanan dan ketenteramana umum masyarakat serta sebagai sarana pengawasan dan
pengendalian sosial terhadap sikap prilaku konsumen dan produsen atas suatu produk yang jaminan kepastian hukumnya telah terlebih dahulu ditentukan oleh
hukum agama islam syariat islam. Bahwa Ketentuan tentang larangan dalam menjamin kepastian hukum
kehalalan suatu produk , terdapat dalam pasal 56 dan pasal 57, Undang Undang No. 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal, sebagai berikut :
Pertama Pasal 56 yang menyebut bahwa Pelakau Usah yang tidak menjaga kehalalan produk yang telah memperoleh sertifikat halal sebagaimana dimaksud
pasal 25 huruf b, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5lima tahun atau denda palinh banyak Rp.2.000.000.000,-dua miliar rupiah. Sedangkan pasal 25
huruf b, menyatakan pelaku usaha yang telah memperoleh sertifikat halal wajib menjaga kehalalan produk yang telah memperoleh sertifikat halal.
Kemudian yang kedua Pasal 57 menyebut bahwa Setiap orang yang terlibat dalam proses jaminan produk halal yang tidak menjaga kerahasiaan
formula yang tercantum dalam informasi yang diserahkan pelaku usaha
sebagaimana dimaksud pasal 43 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2dua tahun atau denda paling banyak Rp.2.000.000.000,-dua miliar rupiah.
Sedangkan pasal 43 menyatakan setiap orang yang terlibat dalam proses jaminan produkhalal JPH wajib merahasiakan formula yang tercantum dalam informasi
yang diserahkan oleh pelaku usaha.