Apabila perasaan kecewa atau tidak puas disampaikan kepada pihak kedua dan pihak kedua menanggapi dan dapat memuaskan pihak pertama maka
selesailah konflik tersebut. Sebaliknya, apabila perbedaan pendapat tersebut harus berkelanjutan maka akan terjadi apa yang disebut sengketa.
Sengketa dalam pengertian sehari-hari dimaksudkan sebagai suatu keadaan dimana pihak-pihak yang melakukan upaya-upaya perniagaan
mempunyai masalah yaitu menghendaki pihak lain untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu tetapi pihak lainnya menolak atau tidak berlaku
demikian. 2.
Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penulisan ini Penulis ambil dari Undang-undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, diantaranya:
a. Produk adalah barang danatau jasa yang terkait dengan makanan,
minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, produk biologi, produk rekayasa genetik, serta barang gunaan yang dipakai, digunakan, atau
dimanfaatkan oleh masyarakat. b.
Produk Halal adalah Produk yang telah dinyatakan halal sesuai dengan syariat Islam.
c. Proses Produk Halal yang selanjutnya disingkat PPH adalah rangkaian
kegiatan untuk menjamin kehalalan Produk mencakup penyediaan bahan, pengolahan, penyimpanan, pengemasan, pendistribusian, penjualan, dan
penyajian Produk.
d. Bahan adalah unsur yang digunakan untuk membuat atau menghasilkan
Produk. e.
Jaminan Produk Halal yang selanjutnya disingkat JPH adalah kepastian hukum terhadap kehalalan suatu Produk yang dibuktikan dengan Sertifikat
Halal. f.
Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal yang selanjutnya disingkat BPJPH
adalah badan
yang dibentuk
oleh Pemerintah
untuk menyelenggarakan JPH.
g. Pelaku Usaha adalah orang perseorangan atau badan usaha berbentuk
badan hukum atau bukan badan hukum yang menyelenggarakan kegiatan usaha di wilayah Indonesia.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan bersifat yuridis normatif. Dalam sebuah penelitian hukum diperlukan metode-metode ilmiah dalam pengumpulan data
untuk diteliti yang berdasarkan pada sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gelaja hukum dengan cara
menganalisanya.
9
Sifat dari penelitian ini adalah kualitatif yaitu penelitian yang tidak mengadakan perhitungan matematis, statistik dan lain sebagainya,
melainkan menggunakan penekanan ilmiah.
10
Penelitian menggunakan metode kepustakaan, bahwa penelitian hukum normatif sama dengan penelitian hukum
9
Soerjono Soekanto, Sri mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, cetakan kesepuluh Jakarta : Grafindo Persada, 2007 h. 43.
10
Lexy Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, edisi revisi, Bandung : PT. Remaja Rosyada Karya, 1997, h. 6.
kepustakaan yang menitikberatkan perhatiannya pada data seunder.
11
Studi literatur ini akan meliputi pengindentifikasian, penjelasan dan penguraian secara
sistematis bahan pustaka yang berkaitan dengan masalah yang dikaji maka disebut dengan penelitian yuridis normatif.
2. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum normatif yaitu
12
: pendekatan
perundang-undangan, pendekatan
historis, dan
pendekatan
konseptual. 3.
Metode Pengumpulan Data
Penelitian hukum normatif menitikberatkan studi kepustakaan atau metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi documentary
method.
13
Maka data yang dijadikan bahan penelitian adalah data sekunder yang meliputi ketiga bahan sebagai berikut:
14
a. Bahan hukum primer. Penulis peroleh dari beberapa peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia seperti UU Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Poduk Halal, UU Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, serta undang-undang lain yang terkait
11
Nico Ngani, Metodologi Penelitian Hukum Dan Penulisan Hukum, cetakan pertama Jakarta : Pustaka Yustisia, 2012, h. 71.
12
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, cetakan keenam, Jakarta : Kencana, 2010, h. 93.
13
Nico Ngani, Metodologi Penelitian Hukum Dan Penulisan Hukum, cetakan pertama, Jakarta : Pustaka Yustisia, 2012, h. 180.
14
Nico Ngani, Metodologi Penelitian Hukum Dan Penulisan Hukum, cetakan pertama. h. 78-79.
penyelesaian sengketa konsumen dan tidak terkecuali peraturan pemerintah.
b. Bahan hukum sekunder diperoleh Penulis dari Buku-buku terkait
pembahasan hukum perlindungan konsumen, penyelesaian sengketa konsumen, keterangan, kajian, makalah seminar,dll.
c. Bahan hukum tertier yang dipergunakan Penulis sebagai bahan yang
mendukung, memberi penjelasan bagi bahan hukum sekunder seperti Kamus Besar Indonesia,Kamus Bahasa Inggris, dan Kamus Hukum.
4. Metode Penulisan
Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh Penulis dalam skripsi ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku
“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012
.”
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini dimaksudkan untuk mempermudah penjabaran dan pemahaman tentang permasalahan yang dikaji serta untuk memberikan
gambaran garis besar mengenai tiap-tiap bab sebagai berikut: Pada bab pendahuluan ini Penulis berusaha menguraikan tentang Latar
Belakang Masalah, kemudian sedikit memberikan Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Kerangka Konseptual, kajian
terdahulu berupa skripsi atau jurnal ilmiah Metodologi Penelitian serta Sistematika Penulisan yang berkenaan dengan permasalahan yang akan dibahas
dalam skripsi ini.
Pada bab Tinjauan Umum Hukum Perlindungan Konsumen ini Penulis menguraiakan beberapa tinjauan umum terkait hukum perlindungan konsumen.
Seperti pengertian, jenis-jenis perlindungan konsumen, sejarah singkat perlindungan konsumen di Indonesia, asas-asas perlindungan konsumen serta
Tanggung jawab konsumen dan produsen Pada bab Jaminan Produk Halal Dan Sengketa Konsumen ini Penulis
menguraikan tentang jaminan produk halal meliputi pengertian, sejarah perkembangan LPPOM MUI dalam jaminan produk halal, asas-asas dan tujuan
jaminan produk halal serta beberapa kajian terhadap sengketa konsumen meliputi pengertian, para pihak serta, jenis-jenis sengketa konsumen, terlebih penulis juga
mengulas sedikit mengenai Small Claim Court yang telah diterbitkan sebagai PERMA nomor 2 tahun 2015.
Pada bab Penyelesaian Sengketa Konsumen Sebelum Dan Sesudah Disahkannya Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk
Halal Penulis disini membahas Penyelesaian Sengketa Konsumen Sebelum Dan Sesudah Disahkannya Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan
Produk Halal berupa analisis yang bersumber pada ketentuan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 serta Undang-undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang
Jaminan Produk Halal. Bab Penutup disini Penulis memberikan berupa kesimpulan dari apa yang
Penulis tulis serta beberapa saran yang bisa Penulis berikan terkait apa yang
menjadi permasalahan.