Kasus dan Penjelasannya URGENSI JAMINAN PRODUK HALAL

menanggung kerugian dengan memberi ganti rugi kepada para pedagang sebesar Rp 55 miliar. PT. Ajinomoto juga minta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia, dan menyatakan seluruh produk MSG Ajinomoto stok baru hanya boleh dipasarkan setelah mendapat sertifikat halal yang baru dari MUI. 3. Kasus Ayam Tiren dan Bakso Ayam Tiren Perdagangan bangkai ayam atau yang populer disebut sebagai ayam mati kemaren tiren sudah berlangsung lama, terutama di kota-kota besar dan di wilayah Jabodetabek. Di pasar-pasar tradisional, ayam-ayam tiren ini biasanya dijual sudah dipotong-potong dan dikamuflase dengan bumbu berwarna kuning, sehingga warna pucat daging ayam tersebut tersamar. Ciri-ciri ayam tiren di antaranya adalah dagingnya agak amis, kebiru- biruan, dan licin karena dilumuri formalin. Bekas pemotongan pada leher tidak lebar dan ada bercak-bercak darah di kepala maupun lehernya. Hal yang jelas adalah ayam tiren ini harganya murah. Sejumlah razia yang dilakukan aparat terkait di sejumlah kota di Indonesia menemukan sejumlah kasus perdagangan ayam tiren. Terakhir adalah kasus ayam tiren di daerah Bantul, DI Yogyakarta. Aparat gabungan menggerebek rumah Sugiyoto di Dusun Pungkuran Wetan, Pleret, Bantul, akhir Agustus 2012. Sugiyoto yang selama ini berbisnis memproduksi bakso dari daging ayam tiren itu selanjutnya dijadikan sebagai tersangka. Di rumah Sugiyoto aparat menemukan barang bukti berupa ayam tiren dan bakso. Menurut informasi, dua rumah dijadikan tempat produksi rumahan bakso yang dibuat dari daging ayam tiren di Dusun Pungkuran Wetan itu. Setidaknya bisnis bangkai ayam Sugiyoto itu sudah berjalan sekitar 10 tahun. Tiap harinya lebih kurang 500 kilogram daging diolah kemudian dijadikan bakso. Sekitar 7.000 butir bakso diperdagangkan setiap harinya. Bahkan, bisnis bakso yang tiap hari beromzet jutaan rupiah ini diawali dari sepetak rumah sederhana, hingga menjadi rumah tangga yang berkecukupan dan memiliki bangunan rumah bagus serta kendaraan roda empat. 4. Kasus Perdagangan Daging Celeng Februari 2011, tepatnya 8 Februari 2011, masyarakat dikejutkan oleh beredarnya daging celeng babi hutan di Semarang. Dinas Pertanian Kota Semarang meminta masyarakat mewaspadai kemungkinan beredarnya daging celeng, karena sudah ada kasus penemuan daging celeng oleh Satuan Polisi Pamong Praja Satpol PP. Daging celeng tersebut ada yang diedarkan dengan cara dioplos dengan daging sapi. Masyarakat diimbau lebih waspada dan jangan tergiur harga daging yang murah, apalagi kalau daging tersebut jelas-jelas daging yang diharamkan. Hasil temuan Satpol PP Kota Semarang akhirnya menyeret seorang yang bernama Timbang Pangaribuan warga Tembalang pemilik daging celeng seberat 1 kwintal, dan menyita barang bukti tersebut. Kasus penemuan daging celeng merupakan kasus pertama yang terjadi di Kota Semarang. Ternyata peredaran daging celeng sudah meluas di kota-kota besar dan yang sudah terungkap antara lain Jakarta, Bogor, Bandung, Tangerang, Palembang. Pemasok daging babi hutan celeng Edi Candra, 45, ditangkap aparat Polres Tangerang Banten. Edi Candra merupakan penjual daging celeng untuk konsumsi daging bakso, yang dibekuk polisi, Sabtu 1522012. Daging celeng itu dijual ke para pedagang bakso dari Tangerang, Jakarta, dan Solo. Untuk mengawetkan daging, Edi menaburkan potasium nitrat dan formalin yang bisa menyebabkan sakit ginjal.Edi mengaku daging yang dijualnya adalah daging celeng yang ia beli dari Lahat, Sumatera Utara.Ia sudah menjual daging celeng selama tujuh bulan. Pelanggannya tersebar di Tangerang, Jakarta, Solo, dan Surabaya. Edi membeli daging celeng itu dari pedagang besar di Lahat Rp8.500 per kilogram. Peredaran daging celeng dengan sebutan daging sapi muda di Jakarta, ternyata sudah lama terjadi. Hanya saja masyarakat belum banyak yang mengetahui dan instansi yang berwenang belum melakukan razia secara intensif seperti yang dilakukan aparat Sudin Peternakan dan Perikanan Kodya Jakarta Timur. Modus peredarannya, sebenarnya mirip dengan narkoba. Distributor daging celeng tersebut tidak diketahui, karena menggunakan berbagai penyamaran. Hal ini terungkap dari keterangan lima pelaku yang tertangkap menggunakan daging celeng untuk dijual atau dicampur sebagai bahan bakso.Kepala Sudin Peternakan dan Perikanan Kodya Jakarta Timur drh Dzawil Hidjah mengungkapkan, dari keterangan para pelaku, diketahui, daging celeng yang didapat berasal dari Sumatera terutama Lampung. “Namun ketika ditanya siapa yang mengirim atau distributornya, mereka ternyata tidak tahu termasuk nama atau ciri-cirinya, apalagi tempat tinggal si pengirim dagin g” jelas Dzawil, Kamis 5102006. Jaringan perdagangan oplosan daging sapi dengan babi hutan atau celeng dibongkar aparat Polres Bogor. Jaringan itu beroperasi di Lampung, Pasar Senen Jakarta, dan Bogor.Kepala Bidang Operasi Satuan Reserse Kriminal Polres Bogor Inspektur Satu Hepi kemarin mengungkapkan, empat pelaku ditangkap dalam penggerebekan pada Rabu 6122006 malam. Mereka yang dibekuk, yakni Dwiyanto, 31, pemasok daging oplosan, serta Sudi, 38, Supardi, dan Pardi, 33. Ketiganya adalah tukang bakso yang merangkap sebagai pengedar. Saat digerebek, mereka tengah membagi daging oplosan sapi dan daging celeng seberat 2,9 kuintal.Saat diperiksa, Dwiyanto mengaku membeli daging oplosan tersebut dari Pasar Senen dengan harga Rp16.000 perkg. Penjual di Pasar Senen mendapatkan daging celeng hasil buruan di Lampung kemudian dicampur dengan daging sapi. Tersangka kemudian mengedarkan daging itu di Bogor” Sebuah rumah makan di Kota Cilegon, pada bulan Ramadan 1433H membuat menu spesial dari daging celeng atau babi, menurut pengakuan pemilik restoran tersebut barang haram itu didapatnya dari Medan, Sumatera Utara, masuk melalui Pelabuhan Merak. Daging celeng dan babi yang ada di daftar menu masakan rumah makan saya ini dari Medan, masuk lewat Pelabuhan Merak, ujar pemilik rumah makan yang tak jauh dari Kantor Dinas Perhubungan Dishub Kota Cilegon, dan bersebelahan dengan pintu masuk Restoran Laguna, berinisial GT, Ahad 782012.Ia menjelaskan, pasokan daging celeng atau babi yang didapatnya di kirim oleh saudaranya yang ada di Medan, sesuai dengan pesanan. GT mengakui dan menyadari daging celeng atau babi dilarang di Cilegon, apalagi dijual saat bulan Ramadan dan menjadi menu masakan utama. Saya tidak akan berjualan menu daging celeng di sini, kalau tidak ada pesanan dari pelanggan saya. Lagi pula pelanggan yang makan di sini semuanya non-Muslim, kalau ada Muslim tentu saya tolak, katanya menjelaskan.Masih menurut pemilik warung, pihaknya telah berjualan daging celeng selama tiga bulan.Sementara itu, Kepala Seksi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Cilegon, Endang Sudradjat mengatakan, dirinya belum mengetahui bahwa di dekat perkantoran Dishub di Kelurahan Kedaleman, Kecamatan Cibeber, ada warung yang buka siang hari, dengan menu daging celeng. Di Bogor, empat tersangka pengedar daging bakso celeng diringkus satuan Rekrim Polres Bogor di lokasi pembuatan bakso di Desa Tlajung Udik RT 0210, Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor. Dari tersangka, polisi menyita 2.900 kilogram daging celeng yang sebagian besar sudah berbentuk bakso. KBO Polres Bogor, Iptu Hapi, kepada wartawan, Kamis 7122006, menyebutkan, keempat tersangka masing-masing Pardi, Dwiyanto, Bardi, dan Sumadi. Mereka mengontrak rumah di Desa Gunungputri, yang mereka jadikan tempat pembuatan bakso dari daging sapi dicampur daging celeng itu. Disebutkan, terbongkarnya kawanan penjual baso dengan daging celeng ini setelah polisi mendapat laporan dari masyarakat.Tiga pelaku berhasil ditangkap oleh Unit Reserse Mobil Resmob karena menjual daging oplosan di Pasar Soak Batok, Jl Merdeka, Minggu 732010. Mereka ditangkap ketika melayani pembeli. Dari keterangan mereka berdua, ternyata daging-daging tersebut dipasok dari Pendi 38, pengantar daging, warga Desa Sungai Raso Pemulutan Ogan Ilir. Langsung saja petugas menangkap Pendi yang saat itu memang sedang berada di lokasi mengantarkan pesanan. Kepala Bidang Pengendalian Operasi Dinas Ketertiban Kota Yogyakarta Nurwidi Hartana mengungkapkan, dalam razia daging di pasar tradisional dan tempat penjualan m akanan di „Kota Gudeg‟ ini beberapa waktu lalu ditemukan bakso daging sapi yang dicampur daging babi. Dinas Ketertiban dan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Pertanian, Kota Yogyakarta, telah memeriksa dua pedagang bakso, dan menyerahkannya ke polisi. Keduanya dikenai sanksi tindak pidana ringan tipiring. “Razia makanan memang sering kami lakukan. Para pedagang di pasar tradisional, di tempat penjualan makan dan rumah penyembelihan unggas menjadi sasaran kami,” ujar Nurwidi Hartana di Kota Yogyakarta, Jumat 392012. Tidak kurang dari 200 kilogram daging dan 50 kilogram jeroan sapi yang diduga hasil glonggongan, Jumat 2082012 dini hari, ditemukan oleh tim gabungan dalam operasi di Kecamatan Tegalrejo, Jawa Tengah. Menurut Kepala Seksi Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magelang, John Manglapi, daging dan jeroan itu diangkut dengan mobil [I]pick up [I]dari arah Salatiga dan menurut pengakuan pembawa akan dijual di luar Magelang. Karena alasan itu oleh Tim Gabungan yang terdiri dari Kepolisian, Satpol PP dan Dinas Peternakan dan Perikanan, daging dan jeroan itu tidak ditahan. “Tapi pembawa itu tetap kami beri peringatan,” kata John. Daging giling yang telah membusuk beredar di sejumlah pasar di Bogor, Jawa Barat. Ini terbukti dengan ditemukannya cadangan daging impor membusuk yang digiling lalu dijual di Pasar Anyar Bogor oleh Wakil Wali Kota Achmad Ruc‟yat, Kamis 1982012. Penemuan daging busuk ini setelah ada laporan dari pembeli bahwa sekelompok pedagang menggiling daging busuk kemudian dijual kepada pembeli. Tujuannya menggiling daging itu adalah untuk menhilangkan jejak bahwa daging yang mereka jual itu telah membusuk. “Daging giling itu lebih murah dibanding daging lokal,” kata Achmad.Dari gudang pedagang daging giling petugas pemerintah Bogor menyita daging sapi tiga kilogram yang sudah membiru. Petugas Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Jakarta Pusat menemukan usus ayam berformalin di pasar-pasar di Senen dan Kemayoran, sabtu 27112010. Dari pasar Kemayoran, petugas menyita 4,5 kilogram usus berformalin. “Setelah diperiksa, kami pastikan usus ayam ini mengandung formalin,” ujar Sarjoni, Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian. Sarjoni menambahkan, dia menyita barang bukti saja, sedangkan penjual usus ayam berformalin hanya diberikan peringatan keras agar tidak menggunakan formalin lagi. “Kalau mereka masih mengulangi, kami akan serahkan mereka ke pihak yang berwajib untuk dilakukan tindakan hukum,” tutur Sarjoni. Hari Kamis 25112012 pagi, Kepolisian Resort Jakarta Barat menyita 650 kilogram usus berformalin dari Latifa, perempuan penjual usus ayam di Jalan Duri Raya, Tambora, Jakarta Barat. Saat ditangkap di Tambora, polisi menyita 200 kilogram usus berformalin dari tangan Latifa. Setelah dikembangkan di rumah pelaku di Bambu Apus, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten. polisi menemukan 350 kilogram usus ayam berformalin dan 100 kilogram usus ayam yang masih dalam proses f ormalin. “Usus ayam ini dia setorkan ke penjual bubur ayam keliling di Tambora,” ujar Wakil Kepala Polres Jakarta Barat, Ajun Komisaris Besar, Aan Suhanan di Jakarta, Kamis. “Saya sudah tiga tahun jualan usus dikasih formalin Pak Polisi. Untungnya gede Pak Polisi. Maaf Pak Polisi,” ujar Latifa dengan suara lirih. Kata Latifa, pemberian formalin dilakukan dengan cara membersihkan dan merebus usus ayam lebih dulu. Selanjutnya, usus ayam itu direndam selama sehari semalam di dalam bak air yang sudah dicampur cairan formalin. Setelah dikemas menggunakan plastik, usus ayam berformalin tersebut dijual. Selain menyita ratusan kilogram usus ayam berformalin, polisi juga menyita satu unit mobil pick up Suyzuki Futura dan satu jerigen berisi tiga liter cairan formalin. Penyidik kesehatan dari Kementrian Kesehatan Sarlan, menjelaskan, formalin tidak boleh dicampurkan dengan makanan, karena n menimbulkan kanker, memicu gagal ginjal, gagal pankreas, dan gagal fungsi hati, gagal jantung. Ratusan daging ayam mati kemaren tiren diperdagangkan di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Ini terungkap dalam operasi yang dilancarkan petugas Dinas Peternakan Kabupaten Trenggalek dan Satuan Polisi Pamong Praja setempat.“Daging-daging yang tak layak konsumsi atau sudah membusuk berhasil kami temukan,” ujar doker hewan Budi Satriawan saat operasi tersebut, Rabu 2582012. Dinas Peternakan Kabupaten Trenggalek membenarkan dugaan maraknya peredaran ayam tiren marak di sejumlah pasar tradisional di daerah ini. Sebab, razia dalam rangka pengawasan menjelang Lebaran ini hanya dilakukan di beberapa lokasi pasar tradisional. Misalnya, di Pasar Pon Trenggalek dalam razaia ini petugas mengambil sampel beberapa potong ayam yang telah berubah warna dan memiliki kadar PH di atas normal. Petugas juga menemukan sekeranjang daging ayam tiren di Pasar Pogalan. Aparat Polres Ponorogo menggagalkan pengiriman 100 kilogram daging sapi gelongongan asal Jawa Tengah. Polisi juga menangkap Sudoto 29, pria asal Boyolali, Jawa Tengah, pemilik daging gelonggongan tersebut, Senin 26032012 dini hari. Dari pengakuan Sudoto, rencananya daging dan balungan tersebut akan dijual di Pasar Songgolangit, Ponorogo. Pedagang di pasar terbesar di wilayah Ponorogo tersebut, banyak yang menjadi pelanggannya. Kepala Polres Ponorogo, Ajun Komisaris Besar Yuda Gustawan mengatakan, pihaknya merazia mobil pengangkut daging gelonggongan tersebut di Desa Biting, Kecamatan Badegan, wilayah perbatasan antara Jawa Timur dengan Jawa Tengah. Kepala Polres Ponorogo, Ajun Komisaris Besar Yuda Gustawan mengatakan, pihaknya merazia mobil pengangkut daging gelonggongan tersebut di Desa Biting, Kecamatan Badegan, wilayah perbatasan antara Jawa Timur dengan Jawa Tengah. Tim gabungan merazia sejumlah pasar tradisional di Solo dan menangkap basah beberapa kios yang menjual daging sapi gelonggongan, ayam tiren, dan hati sapi yang sudah rusak. Bahkan ada pedagang yang sempat menyembunyikan daging gelonggongan di bawah selimut. Petugas gabungan dari Dinas Peternakan dan Pertanian Dispertan Jateng dan Dispertan Kota Surakarta, melakukan razia itu pada Jumat 1082012 pagi. Di Pasar Legi, yang merupakan pasar terbesar di Solo, petugas mendapati setidaknya 5 kg daging sapi basah atau daging sapi gelonggongan. 58

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN SEBELUM DAN SESUDAH

DISAHKANNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

A. Penyelesaian Sengketa Konsumen Sebelum Disahkannya UU. No. 33 Tahun

2014 Tentang Jaminan Produk Halal. Sebagai topik bahasan terkait persoalan penyelesaian sengketa konsumen sebelum diundangkannya UU. No. 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal, negara Indonesia sendiri telah memiliki produk hukum dalam menyelesaikan persoalan sengketa konsumen yaitu UU.No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konumen. Dimana awal kelahirannya undang-undang ini memang diharapkan bisa melindungi konsumen dari segala kerugian yang timbul akibat penggunaan barang konsumsi. Sejalan dengan penyelesaian sengketa konsumen, menurut Pasal 19 ayat 1 UUPK bahwa pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran danatau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang danatau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. Ganti rugi tersebut harus dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 tujuh hari setelah tanggal transaksi. Hal ini sesuai yang ditetapkan dalam Pasal 19 ayat 2 bahwa pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 tujuh hari setelah tanggal transaksi. Apabila dalam waktu 7 tujuh hari ini ternyata pelaku usaha memberikan ganti rugi, maka tidak akan terjadi sengketa konsumen. Namun, sebaliknya apabila dalam waktu 7 tujuh hari ini pelaku usaha tidak memberikan ganti rugi, maka akan terjadi sengketa konsumen. Konsumen yang dirugikan akan melakukan upaya hukum dengan cara menggugat pelaku usaha. Sengketa konsumen sendiri terjadi apabila pelaku usaha tidak memberikan ganti rugi kepada konsumen dalam waktu 7 tujuh hari setelah transaksi. Sengketa konflik konsumen adalah suatu kondisi di mana pihak konsumen menghedaki agar pihak pelaku usaha berbuat atau tidak berbuat sesuai yang diinginkan, tetapi pihak pelaku usaha menolak keinginan itu. Sengketa konsumen yang demikian tersebut dapat diselesaikan melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK atau mengajukan ke badan peradilan di tempat kedudukan konsumen. Penyelesaian sengketa ini seperti terdapat dalam Pasal 23 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 menyatakan pelaku usaha yang menolak danatau tidak memberi tanggapan dan atau tidak memenuhi ganti rugi atas ketentuan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat 1, ayat 2 dan ayat 4 dapat digugat melalui badan penyelesaian sengketa konsumen atau mengajukan ke badan peradilan di tempat kedudukan konsumen. Penyelesaian sengketa konsumen juga diatur dalam Pasal 45 menyatakan: 1. Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum; 2. Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan suka rela para pihak yang bersengketa; 3. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak menghilangkan tanggung jawab pidana sebagaimana diatur dalam undang-undang; 4. Apabila tidak dipilih upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan, gugatan melalui pengadilan kiranya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa. Dengan mendasarkan kepada kedua pasal tersebut di atas, yaitu, Pasal 23 dan Pasal 45, maka penulis menilai cara penyelesaian sengketa konsumen dapat dilakukan melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK dan melalui pengadilan. Artinya dalam penyelesaian sengketa konsumen dapat ditentukan di luar pengadilan dalam hal ini BPSK dan melalui pengadilan. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sesuai Pasal 47 diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi danatau mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terjadi kembali atau tidak akan terulang kembali kerugian yang diderita oleh konsumen. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan sesuai Pasal 48 mengacu pada ketentuan tentang peradilan umum yang berlaku dengan memperhatikan ketentuan Pasal 45. Mengenai siapa yang dapat melakukan gugatan atas pelanggaran pelaku usaha diatur dalam Pasal 46. Sesuai ketentuan Pasal 46 ayat 1 gugatan atas pelanggaran pelaku usaha dapat dilakukan oleh: a. Seorang konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang bersangkutan; b. Sekelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama; c. Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang memenuhi syarat, yaitu, berbentuk badan hukum atau yayasan yang dalam anggaran dasarnya menyebutkan dengan tugas bahwa tujuan didirikannya organisasi tersebut adalah untuk kepentingan perlindungan konsumen dan telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya; d. Pemerintah danatau instansi terkait apabila barang danatau jasa yang dikonsumsi atau dimanfaatkan mengakibatkan kerugian materi yang besar danatau korban yang tidak sedikit. Gugatan yang diajukan sekelompok konsumen, lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat atau pemerintah, diajukan kepada peradilan umum. Artinya, gugatan ini tidak boleh diajukan kepada Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK. Adapun gugatan atas pelanggaran pelaku usaha

Dokumen yang terkait

Pemberian Jaminan Produk Halal Terhadap Konsumen Muslim Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

1 79 111

Pelaksanaan Tugas Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat Terkait Adanya Sengketa-Sengketa Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 37 116

Kendala-Kendala Yang Dihadapi Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Dalam Mengimplementasikan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

6 80 130

KEKUATAN HUKUM EKSEKUTORIAL PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN TERHADAP PERLINDUNGAN KONSUMEN DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

0 6 17

Perlindungan Hukun Terhadap Produsen Farmasi Pada Era Pasar Tunggal ASEAN Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

0 8 120

Kedudukan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

1 1 53

UNDANG- UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2 014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

0 0 40

BAB II PENGATURAN PEMBERIAN JAMINAN PRODUK HALAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL A. Kewajiban Muslim untuk Mengkonsumsi Produk Halal berdasarkan Al- quran dan Hadist - Pemberian Jaminan Produk Halal Terhadap Kons

1 1 37

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pemberian Jaminan Produk Halal Terhadap Konsumen Muslim Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

0 0 15

PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA DAN AKIBAT HUKUMNYA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN -

0 1 61