Kasus dan Penjelasannya URGENSI JAMINAN PRODUK HALAL
menanggung kerugian dengan memberi ganti rugi kepada para pedagang sebesar Rp 55 miliar.
PT. Ajinomoto juga minta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia, dan menyatakan seluruh produk MSG Ajinomoto stok baru hanya boleh dipasarkan
setelah mendapat sertifikat halal yang baru dari MUI. 3.
Kasus Ayam Tiren dan Bakso Ayam Tiren Perdagangan bangkai ayam atau yang populer disebut sebagai ayam mati
kemaren tiren sudah berlangsung lama, terutama di kota-kota besar dan di wilayah Jabodetabek. Di pasar-pasar tradisional, ayam-ayam tiren ini biasanya
dijual sudah dipotong-potong dan dikamuflase dengan bumbu berwarna kuning, sehingga warna pucat daging ayam tersebut tersamar.
Ciri-ciri ayam tiren di antaranya adalah dagingnya agak amis, kebiru- biruan, dan licin karena dilumuri formalin. Bekas pemotongan pada leher tidak
lebar dan ada bercak-bercak darah di kepala maupun lehernya. Hal yang jelas adalah ayam tiren ini harganya murah. Sejumlah razia yang dilakukan aparat
terkait di sejumlah kota di Indonesia menemukan sejumlah kasus perdagangan ayam tiren. Terakhir adalah kasus ayam tiren di daerah Bantul, DI Yogyakarta.
Aparat gabungan menggerebek rumah Sugiyoto di Dusun Pungkuran Wetan, Pleret, Bantul, akhir Agustus 2012. Sugiyoto yang selama ini berbisnis
memproduksi bakso dari daging ayam tiren itu selanjutnya dijadikan sebagai tersangka. Di rumah Sugiyoto aparat menemukan barang bukti berupa ayam tiren
dan bakso.
Menurut informasi, dua rumah dijadikan tempat produksi rumahan bakso yang dibuat dari daging ayam tiren di Dusun Pungkuran Wetan itu. Setidaknya
bisnis bangkai ayam Sugiyoto itu sudah berjalan sekitar 10 tahun. Tiap harinya lebih kurang 500 kilogram daging diolah kemudian dijadikan bakso. Sekitar 7.000
butir bakso diperdagangkan setiap harinya. Bahkan, bisnis bakso yang tiap hari beromzet jutaan rupiah ini diawali dari sepetak rumah sederhana, hingga menjadi
rumah tangga yang berkecukupan dan memiliki bangunan rumah bagus serta kendaraan roda empat.
4. Kasus Perdagangan Daging Celeng
Februari 2011, tepatnya 8 Februari 2011, masyarakat dikejutkan oleh beredarnya daging celeng babi hutan di Semarang. Dinas Pertanian Kota
Semarang meminta masyarakat mewaspadai kemungkinan beredarnya daging celeng, karena sudah ada kasus penemuan daging celeng oleh Satuan Polisi
Pamong Praja Satpol PP. Daging celeng tersebut ada yang diedarkan dengan cara dioplos dengan daging sapi. Masyarakat diimbau lebih waspada dan jangan
tergiur harga daging yang murah, apalagi kalau daging tersebut jelas-jelas daging yang diharamkan.
Hasil temuan Satpol PP Kota Semarang akhirnya menyeret seorang yang bernama Timbang Pangaribuan warga Tembalang pemilik daging celeng seberat 1
kwintal, dan menyita barang bukti tersebut. Kasus penemuan daging celeng merupakan kasus pertama yang terjadi di Kota Semarang. Ternyata peredaran
daging celeng sudah meluas di kota-kota besar dan yang sudah terungkap antara lain Jakarta, Bogor, Bandung, Tangerang, Palembang.
Pemasok daging babi hutan celeng Edi Candra, 45, ditangkap aparat Polres Tangerang Banten. Edi Candra merupakan penjual daging celeng untuk
konsumsi daging bakso, yang dibekuk polisi, Sabtu 1522012. Daging celeng itu dijual ke para pedagang bakso dari Tangerang, Jakarta, dan Solo. Untuk
mengawetkan daging, Edi menaburkan potasium nitrat dan formalin yang bisa menyebabkan sakit ginjal.Edi mengaku daging yang dijualnya adalah daging
celeng yang ia beli dari Lahat, Sumatera Utara.Ia sudah menjual daging celeng selama tujuh bulan. Pelanggannya tersebar di Tangerang, Jakarta, Solo, dan
Surabaya. Edi membeli daging celeng itu dari pedagang besar di Lahat Rp8.500 per kilogram.
Peredaran daging celeng dengan sebutan daging sapi muda di Jakarta, ternyata sudah lama terjadi. Hanya saja masyarakat belum banyak yang
mengetahui dan instansi yang berwenang belum melakukan razia secara intensif seperti yang dilakukan aparat Sudin Peternakan dan Perikanan Kodya Jakarta
Timur. Modus peredarannya, sebenarnya mirip dengan narkoba. Distributor daging celeng tersebut tidak diketahui, karena menggunakan berbagai
penyamaran. Hal ini terungkap dari keterangan lima pelaku yang tertangkap menggunakan daging celeng untuk dijual atau dicampur sebagai bahan
bakso.Kepala Sudin Peternakan dan Perikanan Kodya Jakarta Timur drh Dzawil Hidjah mengungkapkan, dari keterangan para pelaku, diketahui, daging celeng
yang didapat berasal dari Sumatera terutama Lampung. “Namun ketika ditanya
siapa yang mengirim atau distributornya, mereka ternyata tidak tahu termasuk nama atau ciri-cirinya, apalagi tempat tinggal si pengirim dagin
g” jelas Dzawil, Kamis 5102006.
Jaringan perdagangan oplosan daging sapi dengan babi hutan atau celeng dibongkar aparat Polres Bogor. Jaringan itu beroperasi di Lampung, Pasar Senen
Jakarta, dan Bogor.Kepala Bidang Operasi Satuan Reserse Kriminal Polres Bogor Inspektur Satu Hepi kemarin mengungkapkan, empat pelaku ditangkap dalam
penggerebekan pada Rabu 6122006 malam. Mereka yang dibekuk, yakni Dwiyanto, 31, pemasok daging oplosan, serta Sudi, 38, Supardi, dan Pardi, 33.
Ketiganya adalah tukang bakso yang merangkap sebagai pengedar. Saat digerebek, mereka tengah membagi daging oplosan sapi dan daging celeng
seberat 2,9 kuintal.Saat diperiksa, Dwiyanto mengaku membeli daging oplosan tersebut dari Pasar Senen dengan harga Rp16.000 perkg. Penjual di Pasar Senen
mendapatkan daging celeng hasil buruan di Lampung kemudian dicampur dengan daging sapi. Tersangka kemudian mengedarkan daging itu di Bogor”
Sebuah rumah makan di Kota Cilegon, pada bulan Ramadan 1433H membuat menu spesial dari daging celeng atau babi, menurut pengakuan pemilik
restoran tersebut barang haram itu didapatnya dari Medan, Sumatera Utara, masuk melalui Pelabuhan Merak. Daging celeng dan babi yang ada di daftar menu
masakan rumah makan saya ini dari Medan, masuk lewat Pelabuhan Merak, ujar pemilik rumah makan yang tak jauh dari Kantor Dinas Perhubungan Dishub
Kota Cilegon, dan bersebelahan dengan pintu masuk Restoran Laguna, berinisial GT, Ahad 782012.Ia menjelaskan, pasokan daging celeng atau babi yang
didapatnya di kirim oleh saudaranya yang ada di Medan, sesuai dengan pesanan. GT mengakui dan menyadari daging celeng atau babi dilarang di Cilegon, apalagi
dijual saat bulan Ramadan dan menjadi menu masakan utama. Saya tidak akan berjualan menu daging celeng di sini, kalau tidak ada pesanan dari pelanggan
saya. Lagi pula pelanggan yang makan di sini semuanya non-Muslim, kalau ada Muslim tentu saya tolak, katanya menjelaskan.Masih menurut pemilik warung,
pihaknya telah berjualan daging celeng selama tiga bulan.Sementara itu, Kepala Seksi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Cilegon, Endang Sudradjat mengatakan,
dirinya belum mengetahui bahwa di dekat perkantoran Dishub di Kelurahan Kedaleman, Kecamatan Cibeber, ada warung yang buka siang hari, dengan menu
daging celeng. Di Bogor, empat tersangka pengedar daging bakso celeng diringkus satuan
Rekrim Polres Bogor di lokasi pembuatan bakso di Desa Tlajung Udik RT 0210, Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor. Dari tersangka, polisi menyita 2.900
kilogram daging celeng yang sebagian besar sudah berbentuk bakso. KBO Polres Bogor, Iptu Hapi, kepada wartawan, Kamis 7122006, menyebutkan, keempat
tersangka masing-masing Pardi, Dwiyanto, Bardi, dan Sumadi. Mereka mengontrak rumah di Desa Gunungputri, yang mereka jadikan tempat pembuatan
bakso dari daging sapi dicampur daging celeng itu. Disebutkan, terbongkarnya kawanan penjual baso dengan daging celeng ini setelah polisi mendapat laporan
dari masyarakat.Tiga pelaku berhasil ditangkap oleh Unit Reserse Mobil Resmob karena menjual daging oplosan di Pasar Soak Batok, Jl Merdeka,
Minggu 732010. Mereka ditangkap ketika melayani pembeli. Dari keterangan
mereka berdua, ternyata daging-daging tersebut dipasok dari Pendi 38, pengantar daging, warga Desa Sungai Raso Pemulutan Ogan Ilir. Langsung saja
petugas menangkap Pendi yang saat itu memang sedang berada di lokasi mengantarkan pesanan.
Kepala Bidang Pengendalian Operasi Dinas Ketertiban Kota Yogyakarta Nurwidi Hartana mengungkapkan, dalam razia daging di pasar tradisional dan
tempat penjualan m akanan di „Kota Gudeg‟ ini beberapa waktu lalu ditemukan
bakso daging sapi yang dicampur daging babi. Dinas Ketertiban dan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Pertanian, Kota Yogyakarta, telah
memeriksa dua pedagang bakso, dan menyerahkannya ke polisi. Keduanya dikenai sanksi tindak pidana ringan tipiring. “Razia makanan memang sering
kami lakukan. Para pedagang di pasar tradisional, di tempat penjualan makan dan rumah penyembelihan unggas menjadi sasaran kami,” ujar Nurwidi Hartana di
Kota Yogyakarta, Jumat 392012. Tidak kurang dari 200 kilogram daging dan 50 kilogram jeroan sapi yang
diduga hasil glonggongan, Jumat 2082012 dini hari, ditemukan oleh tim gabungan dalam operasi di Kecamatan Tegalrejo, Jawa Tengah. Menurut Kepala
Seksi Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magelang, John Manglapi, daging dan jeroan itu diangkut dengan mobil [I]pick up [I]dari
arah Salatiga dan menurut pengakuan pembawa akan dijual di luar Magelang. Karena alasan itu oleh Tim Gabungan yang terdiri dari Kepolisian, Satpol PP dan
Dinas Peternakan dan Perikanan, daging dan jeroan itu tidak ditahan. “Tapi pembawa itu tetap kami beri peringatan,” kata John.
Daging giling yang telah membusuk beredar di sejumlah pasar di Bogor, Jawa Barat. Ini terbukti dengan ditemukannya cadangan daging impor membusuk
yang digiling lalu dijual di Pasar Anyar Bogor oleh Wakil Wali Kota Achmad Ruc‟yat, Kamis 1982012. Penemuan daging busuk ini setelah ada laporan dari
pembeli bahwa sekelompok pedagang menggiling daging busuk kemudian dijual kepada pembeli. Tujuannya menggiling daging itu adalah untuk menhilangkan
jejak bahwa daging yang mereka jual itu telah membusuk. “Daging giling itu lebih murah dibanding daging lokal,” kata Achmad.Dari gudang pedagang daging
giling petugas pemerintah Bogor menyita daging sapi tiga kilogram yang sudah membiru.
Petugas Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Jakarta Pusat menemukan usus ayam berformalin di pasar-pasar di Senen dan Kemayoran, sabtu
27112010. Dari pasar Kemayoran, petugas menyita 4,5 kilogram usus berformalin. “Setelah diperiksa, kami pastikan usus ayam ini mengandung
formalin,” ujar Sarjoni, Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian. Sarjoni menambahkan, dia menyita barang bukti saja, sedangkan penjual usus ayam
berformalin hanya diberikan peringatan keras agar tidak menggunakan formalin lagi. “Kalau mereka masih mengulangi, kami akan serahkan mereka ke pihak
yang berwajib untuk dilakukan tindakan hukum,” tutur Sarjoni.
Hari Kamis 25112012 pagi, Kepolisian Resort Jakarta Barat menyita 650 kilogram usus berformalin dari Latifa, perempuan penjual usus ayam di Jalan
Duri Raya, Tambora, Jakarta Barat. Saat ditangkap di Tambora, polisi menyita 200 kilogram usus berformalin dari tangan Latifa. Setelah dikembangkan di
rumah pelaku di Bambu Apus, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten. polisi menemukan 350 kilogram usus ayam berformalin dan 100 kilogram usus ayam
yang masih dalam proses f ormalin. “Usus ayam ini dia setorkan ke penjual bubur
ayam keliling di Tambora,” ujar Wakil Kepala Polres Jakarta Barat, Ajun Komisaris Besar, Aan Suhanan di Jakarta, Kamis. “Saya sudah tiga tahun jualan
usus dikasih formalin Pak Polisi. Untungnya gede Pak Polisi. Maaf Pak Polisi,”
ujar Latifa dengan suara lirih. Kata Latifa, pemberian formalin dilakukan dengan cara membersihkan dan merebus usus ayam lebih dulu. Selanjutnya, usus ayam
itu direndam selama sehari semalam di dalam bak air yang sudah dicampur cairan formalin. Setelah dikemas menggunakan plastik, usus ayam berformalin tersebut
dijual. Selain menyita ratusan kilogram usus ayam berformalin, polisi juga menyita satu unit mobil pick up Suyzuki Futura dan satu jerigen berisi tiga liter
cairan formalin. Penyidik kesehatan dari Kementrian Kesehatan Sarlan, menjelaskan, formalin tidak boleh dicampurkan dengan makanan, karena n
menimbulkan kanker, memicu gagal ginjal, gagal pankreas, dan gagal fungsi hati, gagal jantung.
Ratusan daging ayam mati kemaren tiren diperdagangkan di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Ini terungkap dalam
operasi yang dilancarkan petugas Dinas Peternakan Kabupaten Trenggalek dan Satuan Polisi Pamong Praja setempat.“Daging-daging yang tak layak konsumsi
atau sudah membusuk berhasil kami temukan,” ujar doker hewan Budi Satriawan saat operasi tersebut, Rabu 2582012. Dinas Peternakan Kabupaten Trenggalek
membenarkan dugaan maraknya peredaran ayam tiren marak di sejumlah pasar
tradisional di daerah ini. Sebab, razia dalam rangka pengawasan menjelang Lebaran ini hanya dilakukan di beberapa lokasi pasar tradisional. Misalnya, di
Pasar Pon Trenggalek dalam razaia ini petugas mengambil sampel beberapa potong ayam yang telah berubah warna dan memiliki kadar PH di atas normal.
Petugas juga menemukan sekeranjang daging ayam tiren di Pasar Pogalan. Aparat Polres Ponorogo menggagalkan pengiriman 100 kilogram daging
sapi gelongongan asal Jawa Tengah. Polisi juga menangkap Sudoto 29, pria asal Boyolali, Jawa Tengah, pemilik daging gelonggongan tersebut, Senin
26032012 dini hari. Dari pengakuan Sudoto, rencananya daging dan balungan tersebut akan dijual di Pasar Songgolangit, Ponorogo. Pedagang di pasar terbesar
di wilayah Ponorogo tersebut, banyak yang menjadi pelanggannya. Kepala Polres Ponorogo, Ajun Komisaris Besar Yuda Gustawan mengatakan, pihaknya merazia
mobil pengangkut daging gelonggongan tersebut di Desa Biting, Kecamatan Badegan, wilayah perbatasan antara Jawa Timur dengan Jawa Tengah. Kepala
Polres Ponorogo, Ajun Komisaris Besar Yuda Gustawan mengatakan, pihaknya merazia mobil pengangkut daging gelonggongan tersebut di Desa Biting,
Kecamatan Badegan, wilayah perbatasan antara Jawa Timur dengan Jawa Tengah. Tim gabungan merazia sejumlah pasar tradisional di Solo dan menangkap
basah beberapa kios yang menjual daging sapi gelonggongan, ayam tiren, dan hati sapi yang sudah rusak. Bahkan ada pedagang yang sempat menyembunyikan
daging gelonggongan di bawah selimut. Petugas gabungan dari Dinas Peternakan dan Pertanian Dispertan Jateng dan Dispertan Kota Surakarta, melakukan razia
itu pada Jumat 1082012 pagi. Di Pasar Legi, yang merupakan pasar terbesar di
Solo, petugas mendapati setidaknya 5 kg daging sapi basah atau daging sapi gelonggongan.
58