40
BAB III URGENSI JAMINAN PRODUK HALAL
A. Pengertian Jaminan Produk Halal
Jaminan Produk Halal menurut UUJPH adalah kepastian hukum terhadap kehalalan suatu Produk yang dibuktikan dengan Sertifikat Halal yang bertujuan
untuk menjamin ketersediaan Produk Halal, ditetapkan bahan produk yang dinyatakan halal, baik bahan yang berasal dari bahan baku hewan, tumbuhan,
mikroba, maupun bahan yang dihasilkan melalui proses kimiawai, proses biologi, atau proses rekayasa genetik.
Berkaitan dengan itu, dalam realitasnya banyak Produk yang beredar di masyarakat belum semua terjamin kehalalannya. Sementara itu, berbagai
peraturan perundang-undangan yang memiliki keterkaitan dengan pengaturan Produk Halal belum memberikan kepastian dan jaminan hukum bagi masyarakat
muslim. Oleh karena itu, pengaturan mengenai Jaminan Produk Halal perlu diatur dalam satu undang-undang yang secara komprehensif mencakup Produk yang
meliputi barang danatau jasa yang terkait dengan makanan, minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, produk biologi, dan produk rekayasa genetik serta
barang gunaan yang dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh masyarakat. Ketika kita sebagai penduduk Indonesia yang notabennya sebagai
mayoritas pemeluk agama Islam terbesar di dunia yang sudah sepatutnya negara memberikan kepastian hukum bagi penduduk muslim terkait jaminan halal produk
yang beredar masyarakat. Terlebih bila di sandingkan dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Baqoroh ayat ke 173 sebagai berikut:
Artinya “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai,
darah, daging babi, dan binatang yang ketika disembelih disebut nama selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa memakannya sedang ia
tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Q.S. Al
Baqoroh ayat 173.
Sejalan dengan ayat diatas, negara Indonesia memang harus memiliki dasar perlindungan terhadap produk halal sebagai jaminan untuk rakyat Indonesia yang
mayoritas memeluk agama Islam. Maka secara moral negara harus bisa menjawab permasalahan jaminan terhadap produk halal yang beredar di masyarakat. Terlebih
bila mengacu pada Pasal 29 UUD 1945 sebagai fundamental norm maka negara Indonesia berkewajiban membuat produk hukum berupa undang-undang untuk
menjawab permasalahan jaminan produk halal. Sebagai upaya hukum untuk memberikan perlindungan bagi konsumen
muslim dalam konteks produk halal, di Indonesia sendiri sudah dimulai sejak akhir tahun 1980-an dimana tonggak awalnya dengan didirikannya LPPOM MUI
sebagai pengkaji produk obat-obatan, kosmetik dan makanan yang beredar di masyarakat. LPPOM MUI sendiri merupakan lembaga khusus yang di bentuk oleh
Majelis Ulama Indonesia yang merupakan wadah musyawarah para ulama, zuama, dan cendekiawan muslim.
B. Sejarah dan Perkembangan LPPOM MUI
Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan kosmetika Majelis Ulama Indonesia kemudian selanjutnya disebut LPPOM MUI dibentuk oleh MUI
sebagai respon atas merebaknya isu lemak babi yang sangat meresahkan masyarakat. Isu yang berawal dari kajian Tris Susanto, dosen teknologi pangan
pada Universitas Brawijaya Malang, mempublikasikan penelitiannya terhadap sejumlah produk makanan di Buletin Canopy edisi Januari 1989. Tris Susanto
mendaftarkan 34 tiga puluh empat makanan yang mengandung lemak babi
1
. Informasi ini kemudian terus meluas sampai ke masjid-masjid dengan jumlah
produk yang terus betambah. Jika daftar awal dilandasi dengan penelitian, maka daftar yang belakangan muncul karena asas dugaan. Yang mengandung lecithin
dan emulsifier dianggap mengandung lemak babi, termasuk produk susu ternama. Orang lalu memboikot produk susu ini, tapi tidak berhenti di sini saja. Perusahaan
juga menghentikan pasokan susu yang diperoleh dari petani perah, lalu petani tidak terima, marah dan membuang susunya tersebut diselokan.
Ternyata isu ini membuat pemerintah was-was dan berkembang sangat cepat dalam skala yang sangat massif. Sehingga jika dibiarkan berlarut-larut
1
Ali Mustafa Yakub. Kriteria Halal –Haram untuk Pangan, Obat dan Kosmetika
menurut Al- Qur’an dan Hadis. H 256.
dapat mengganggu perekonomian nasional, karena banyak produk makanan dan minuman yang dijauhi konsumen. Presiden Soeharto almarhum meminta MUI
untuk mengatasi carut marut ini, maka kemudian untuk menjaga sekaligus meningkatkan ketentraman batin umat, maka didirikanlah sebuah lembaga
bernama LPPOM MUI. Melalui Surat Keputusan Nomor : 018MUII1989 tertanggal 6 januari 1989 yang beranggotakan ahli agama dan ilmuawan yang
berkompeten.
2
C. Asas-Asas Dan Tujuan Jaminan Produk Halal
Dalam penjelasan mengenai asas-asas dan tujuan yang terkandung dalam jaminan produk halal, penulis mengutip dari penjelasan Undang-Undang No. 33
Tahun 2014, di antaranya sebagai berikut: a.
Asas “perlindungan” adalah bahwa dalam menyelenggarakan Jaminan Produk Halal bertujuan melindungi masyarakat muslim.
b. Asas “keadilan” adalah bahwa dalam penyelenggaraan Jaminan Produk
Halal harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara.
c. Asas “kepastian hukum” adalah bahwa penyelenggaraan Jaminan Produk
Halal bertujuan memberikan kepastian hukum mengenai kehalalan suatu Produk yang dibuktikan dengan Sertifikat Halal.
d. Asas “akuntabilitas dan transparansi” adalah bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan Jaminan Produk Halal harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang
2
www.halalmui.org diakses pada tanggal 18 juli 2015.