Bullying di Tempat Kerja
22
tersebut keluar dari pekerjaannya Davenport, Schwartz Elliott, 2005; Daniel, 2009.
Bullying di tempat kerja adalah berbagai bentuk perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang, sistematis, dan di tujukan pada
seorang karyawan atau sekelompok karyawan yang mana perilaku tersebut dapat mengancam keselamatan dan kesehatan korban Dealing
With Workplace Bullying, 2005; Guidelines on The Prevention of Workplace Harassment, 2012.
Hoel dan Cooper 2000 juga menyatakan bahwa bullying merupakan suatu kondisi yang mana seorang karyawan atau beberapa
karyawan secara berulang-ulang menerima perlakuan negatif dari seseorang atau beberapa orang karyawan selama periode waktu tertentu
dan target bullying sendiri mengalami kesulitan dalam membela dirinya sendiri atas perilaku yang diterimanya.
Peyton 2003 mendefinisikan bullying sebagai perilaku yang negatif, menyinggung dan mengancam keamanan seseorang yang
nantinya akan mengakibatkan stres. Perilaku tersebut biasanya bertujuan untuk menyakiti korban. Korban bullying sering tidak
menyadari bahwa mereka sedang di ganggu. Mereka sering berfikir bahwa mereka adalah satu-satunya orang yang terus melakukan
kesalahan dan mereka biasanya menyadari bahwa ada sesuatu yang salah dengan mereka. Mereka biasanya takut untuk melaporkan hal
yang terjadi pada mereka karena mereka takut dianggap lemah.
23
Berdasarkan penjelasan di atas, bullying di tempat kerja merupakan segala bentuk perilaku yang bersifat negatif yang dilakukan secara
berulang-ulang, sistematis, dan ditujukan kepada seorang karyawan atau sekelompok karyawan yang mana perilaku tersebut bertujuan
untuk membuat korban tersakiti dan keluar dari pekerjaannya, perilaku tersebut dimulai dari menyebarkan rumor sampai melakukan tindakan
yang berbahaya pada target bullying yang nantinya semua perilaku itu dapat mengancam keselamatan dan kesehatan korban.
2. Pihak-pihak yang terlibat didalam bullying
Pihak-pihak yang terlibat dalam bullying ada tiga Johnson Johnson, 2007, yaitu: i Bully, yaitu orang yang terus menerus
melakukan perilaku bullying contohnya seperti menyakiti secara verbal maupun non verbal. ii Victim, yaitu target yang dikenakan perilaku
bullying dan iii Bystanders, yaitu korban yang menyaksikan terjadinya perilaku bullying.
3. Indikator Perilaku Bullying
Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk mengukur bullying adalah NAQ-R yang dikembangkan oleh Einarsen, Hoel Notelaers,
2009. Einarsen, Hoel Notelaers 2009 menyatakan bahwa NAQ-R dapat digunakan untuk mengukur bullying secara langsung atau dengan
24
mengukur satu persatu dari indikatornya. Einarsen, Hoel Notelaers 2009 menyatakan bahwa terdapat tiga Indikator bullying :
a. Work-related bullying: Perilaku atau tindakan negatif yang terkait
dengan pekerjaan. Perilaku ini juga merupakan perilaku yang menimbulkan kesulitan saat melaksanakan pekerjaan. Seperti
memberikan tugas dengan deadline yang tidak memungkinkan, memberikan tugas diluar kemampuan korban, dan lain-lain.
b. Person-related bullying: Perilaku atau tindakan negatif yang terkait
dengan target. Seperti menyebarkan gosip mengenai korban, mengejek korban, dan lain-lain.
c. Physical intimidation bullying : Perilaku atau tindakan negatif yang
berkaitan dengan intimidasi fisik. Contohnya, memberikan perilaku intimidasi seperti mendorong, menunjuk-nunjuk korban, atau
menghalangi jalannya, dan lain-lain. .
4. Dampak bullying Setiap individu akan bereaksi secara berbeda terhadap bullying.
Reaksi yang dialami korban bullying pada umumnya Bullying At Work: A Guide For Employees, 2009; Oade, 2009:
a. Cemas, panik dan susah tidur. b. Mengalami gangguan konsentrasi dan gangguan dalam membuat
keputusan. c. Kinerja menurun.
25
d. Merasa terisolasi. e. Mengalami resiko bunuh diri.
f. Depresi. g. Mengalami penurunan harga diri.
h. Mengalami keluhan fisik seperti mual-mual, sakit kepala, dan sakit punggung.
i. Marah tanpa alasan yang jelas.