Pengaruh Bullying Di Tempat Kerja Terhadap Burnout Pada Kayawan

26 Bullying memiliki konsekuensi yang merugikan bagi korbannya. Korban bullying dilaporkan menghasilkan masalah psikologis seperti ketidakberdayaan Mathiesen Einarsen, 2004; Mikkelsen Einarsen, 2002; Aydin, 2012 dan masalah kesehatan fisik seperti sakit kepala dan insomnia Workplace Bullying Institute, 2012. Masalah psikologis seperti ketidakberdayaan serta masalah kesehatan fisik seperti sakit kepala dan insomnia merupakan ciri dari salah satu dimensi burnout yaitu dimensi exhaustion Maslach, Leiter Schaufeli, 2001. Selanjutnya, korban bullying dilaporkan sering tidak masuk kerja Agervold Mikkelsen, 2004; Gardner, dkk, 2009 Sering tidak masuk kerja merupakan suatu bentuk jaga jarak dari lingkungan kerja yang masuk kedalam salah satu ciri dimensi burnout yaitu depersonalisasi. Ketika mengalami depersonalisasi, individu akan menjaga jarak dari lingkungan kerja Maslach, Leiter Schaufeli, 2001. Selain itu, Oade 2009 juga menyatakan bahwa korban bullying dapat mengalami penurunan harga diri yang mana individu menganggap dirinya tidak memiliki kemampuan yang baik dalam pekerjaannya. Hal ini tentunya mirip dengan ciri dari dimensi burnout yaitu low personal accomplishment. Ketika mengalami low personal accomplishment mereka akan membuat penilaian yang rendah terhadap kompetensi diri dan pencapaian keberhasilan diri Maslach, Leiter Schaufeli, 2001. 27 Einarsen, Hoel Notelaers 2009 mengatakan bahwa indikator- indikator bullying terdiri dari work-related bullying, person-related bullying dan physical intimidation bullying. Indikator pertama dari bullying adalah work-related bullying. Work- related bullying dapat meliputi memberikan tugas dengan deadline yang tidak memungkinkan dan memberikan tugas diluar kemampuan korban Einarsen, Hoel Notelaers, 2009. Hal ini tentunya akan membuat individu yang bersangkutan mengalami tekanan. Tekanan yang terus- menerus menyerang akan menyebabkan gejala fisik dan emosional pada korbannya Donnellan, 2006. Contoh dari gejala yang dialami dapat berupa frustrasi, tidak beraya, putus asa, insomnia, sinis terhadap orang-orang dalam lingkungan kerja dan merasa tidak memiliki kompetensi diri yang baik. Frustasi, tidak berdaya, putus asa dan insomnia merupakan beberapa ciri dari salah satu dimensi burnout yaitu exhaustion, selanjutnya bersikap sinis terhadap orang-orang dalam lingkungan kerja merupakan ciri dari salah satu dimensi burnout yaitu depersonalisasi, dan merasa tidak memiliki kompetensi diri yang baik merupakan ciri dari salah satu dimensi burnout yaitu low personal accomplishment Maslach, Leiter Schaufeli, 2001. Indikator kedua dari bullying adalah person-related bullying. Contoh dari person-related bullying adalah menyebarkan gosip dan mengejek korban Einarsen, Hoel Notelaers, 2009. Hal ini tentunya akan membuat individu yang bersangkutan mengalami rasa sedih, tertekan, frustrasi, sakit kepala, sinis, dan merasa tidak puas dengan diri sendiri. Rasa sedih, 28 tertekan, frustrasi dan sakit kepala merupakan salah satu ciri dari dimensi burnout yaitu exhaustion. Selanjutnya sinis merupakan salah satu ciri dari dimensi burnout yaitu depersonalization, dan merasa tidak puas dengan diri sendiri merupakan ciri dari salah satu dimensi burnout yaitu low personal accomplishment Maslach, Leiter, Schaufeli, 2001. Indikator ketiga dari bullying adalah physical intimidation bullying. Contoh dari physical intimidation bullying adalah memberikana perilaku intimidasi seperti mendorong korban, menunjuk-nunjuk korban, menghalangi jalannya serta memberikan ancaman kekerasan Einarsen, Hoel Notelaers, 2009. Hal ini tentunya akan menimbulkan rasa tidak berdaya, tertekan, insomnia, sinis, dan merasa tidak puas dengan pekerjaannya. Rasa tidak berdaya, tertekan, dan insomnia merupakan salah satu ciri dari dimensi burnout yaitu exhaustion, selanjutnya sinis merupakan salah satu ciri dari dimensi burnout yaitu depersonalization, dan selanjutnya merasa tidak puas dengan pekerjaannya merupakan salah satu ciri dari dimensi burnout yaitu low personal accomplishment Maslach, Leiter, Schaufeli, 2001.

D. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan uraian teoritis di atas maka hipotesa yang diajukan dalam pe nelitian ini adalah “ada pengaruh positif bullying di tempat kerja terhadap burnout pada karyawan ”. Hipotesa di atas mengandung pengertian bahwa bullying dapat meningkatkan burnout pada karyawan. 29 Selain itu, terdapat tiga hipotesis lainnya yang juga ingin dibuktikan didalam penelitian ini berkaitan dengan bullying di tempat kerja, yaitu : 1. Ada pengaruh positif work-related bullying terhadap burnout pada karyawan. Work-related bullying dapat meningkatkan burnout pada karyawan. 2. Ada pengaruh positif person-related bullying terhadap burnout pada karyawan. Person-related bullying dapat meningkatkan burnout pada karyawan. 3. Ada pengaruh positif Physical intimidation bullying terhadap burnout pada karyawan. Physical intimidation bullying dapat meningkatkan burnout pada karyawan.