2.2.2 Faktor yang mempengaruhi persepsi
Persepsi tidaklah muncul begitu saja, melainkan ada banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu persepsi. Pada bagian ini akan dijelaskan
mengenai faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor situasional dan faktor personal. Seperti yang dijelaskan oleh Sugiyo 2005: 38-41 bahwa
secara garis besar terdapat dua faktor yang mempengaruhi kecermatan persepsi yaitu faktor situasional dan faktor personal. Faktor situasional antara lain yaitu
deskripsi verbal, petunjuk proksemik, petunjuk kinestik, petunjuk wajah, petunjuk paralinguistik , dan petunjuk arifactual. Sedangkan faktor personal diantaranya
pengalaman, motivasi, kepribadian, intelegensi, dan kemampuan untuk menarik kesimpulan. Selain itu mereka yang memperoleh angka rendah dalam tes
otoritarianisme cenderung menilai orang lain lebih baik dan hal ini menyebabkan persepsinya akan tidak objektif. Dan mereka yang mempunyai tingkat objektivitas
tinggi mengenai diri mereka sendiri, cenderung memiliki wawasan yang baik atas perilaku orang lain.
Persepsi individu terhadap objek tertentu akan mempengaruhi pikirannya. Artinya, persepsi seseorang akan memungkinkannya untuk memberi penilaian
terhadap suatu kondisi stimulus. Penilaian appraisal seseorang terhadap suatu stimulus biasanya dilakukan melalui proses kognitif, yaitu proses mental yang
memungkinkan seseorang mengevaluasi, memaknai, dan menggunakan informasi yang diperoleh melalui indranya. Ini berarti, meskipun persepsi bergantung pada
indra manusia, proses kognitif yang ada pada diri manusia akan memungkinkan terjadinya proses penyaringan, perubahan atau modifikas dari stimulus yang ada.
Dalam psikologi kontemporer, persepsi secara umum diperlakukan sebagai variabel campur tangan intervening variabel, yang dipengaruhi oleh faktor-
faktor stimulus dan faktor-faktor yang ada pada subjek yang menghadapi stimulus tersebut. Oleh sebab itu, persepsi seseorang terhadap suatu benda atau realitas
belum tentu sesuai dengan benda atau realitas yang sesungguhnya. Demikian juga, pribadi-pribadi yang berbeda akan mempersepsikan sesuatu secara berbeda pula.
Dapat disimpulkan pengertian di atas bahwa persepsi adalah proses pengorganisasian terhadap bimbingan dan konseling, penginterprestasian terhadap
stimulus yang diterima organisme berupa peristiwa dalam bimbingan dan konseling, pengalaman terhadap bimbingan dan konseling, informasi tentang
bimbingan dan konseling, memperhatikan bagaimana bimbingan dan konseling di sekolah, dan menafsirkan kesan yang berakhir dengan kesimpulan tentang
bimbingan dan konseling di sekolah dan memaknainya. Persepsi dapat pula diartikan sebagai proses penginterpretasian seseorang atau kelompok terhadap
bimbingan dan konseling di sekolah, peristiwa atau stimulus dengan melibatkan pengalam-pengalaman yang berkaitan dengan bimbingan dan konseling tersebut
atau hubungan yang diperoleh melalui proses kognisi dan afeksi untuk menyimpulkan informasi dan penafsiran pesan untuk membentuk konsep tentang
bimbingan dan konseling di sekolah tersebut. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang dapat
mempengaruhi persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman kinerja konselor ada dua yaitu faktor situasional dan faktor personal. Dimana faktor
situasional terdiri dari deskripsi verbal, petunjuk proksemik, petunjuk kinestik,
petunjuk wajah, petunjuk paralinguistik, dan petunjuk arifactua. Sedangkan faktor personal meliputi faktor pengalaman, motivasi, kepribadian, intelegensi dan
kemampuan yang dimiliki. Yang dimaksud dengan faktor pengalaman yaitu pengalaman yang dimiliki oleh guru bidang studi dalam melihat kinerja konselor
sekolah. Semakin banyak pengalaman guru bidang studi, maka akan semakin cermat dalam mempersepsi konselor sekolah. Kedua yaitu motivasi, ketika guru
bidang studi memiliki motivasi terhadap konselor sekolah, maka persepsinya akan cenderung
bias dan
tidak objektif.
Dan faktor
yang lain
yaitu kepribadian,intelegensi, serta kemampuan guru bidang studi didalam menarik
kesimpulan. Kelima hal tersebut nantinya akan dijadikan dasar acuan didalam penelitian
untuk mengetahui
bagaimana persepsi
mereka terhadap
kesalahpahaman kinerja konselor. Persepsi yang diberikan guru mata pelajaran sangat berpengaruh terhadap kelangsungan pelayanan bimbingan dan konseling.
Oleh karena itu persepsi guru mata pelajaran terhadap kesalahpahaman kinerja konselor ini memiliki peran penting di sekolah, karena dengan mengetahui seperti
apa persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman kinerja konselor, akan dapat menjadi evaluasi bagi konselor dalam menampilkan citra sebagai konselor
yang menunjukkan kinerja yang baik. Teori-teori tersebut diatas berkaitan erat dengan penelitian yang akan dilakukan, karena teori tersebut relevan dengan
obyek yang akan diteliti yaitu, persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman kinerja konselor sekolah.
2.2.3 Proses terjadinya Persepsi